• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 J enis Pemalsuan Tanda Tangan yang Dilakukan Dalam Putusan Nomor : 2045/pid.B/2010/PN.Sby6

Pemalsuan saat ini banyak terjadi dalam masyarakat sehingga banyak masyarakat pula yang tidak begitu memahami jenis – jenis pemalsuan itu sendiri, Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda, statistik, atau dokumen-dokumen , dengan maksud untuk menipu. Kejahatan yang serupa dengan penipuan adalah kejahatan memperdaya yang lain, termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan. Menyalin, studio pengganda, dan mereproduksi tidak dianggap sebagai pemalsuan, meski pun mungkin mereka nanti dapat menjadi pemalsuan selama mengetahui dan berkeinginan untuk tidak dipublikasikan. Dalam hal penempaan uang atau mata uang itu lebih sering disebut pemalsuan. Barang konsumen tetapi juga meniru ketika mereka tidak diproduksi atau yang dihasilkan oleh manufaktur atau produsen diberikan pada label atau merek dagang tersebut ditandai oleh simbol. Ketika objek-adakan adalah catatan atau dokumen ini sering disebut sebagai dokumen palsu.39

Perbuatan pemalsuan dapat digolongkan juga dalam kejahatan penipuan apabila seseorang memberikan gambaran tentang sesuatu gambaran atas barang seakan – akan asli atau benar, sedangkan pada kenyataannya

39

tersebut tidak ada atau tidak dimilikinya, pemalsuan dapat digolongkan kedalam kejahatan pemalsuan karena isi surat atau dokumen atau tanda tangan tersebut dapat memperdayai korban secara tidak langsung.

Pemalsuan surat termasuk juga pemalsuan tanda tangan di atas kertas kosong, dimana penyalahgunaan tanda tangan juga mempunyai arti penyelahgunaan persetujuan dimana hal penyalahgunaan tanda tangan atau penyalahgunaan persetujuan dikatakan sebagai pemalsuan tersebut juga berlaku bagi warga Negara Indaonesia atau pun warga asing, Pelaku pemalsuan tidak dapat dikatakan melakukan tindak pidana pemalsuan apabila : a. Seseorang A membuat surat seolah – olah berasal dari B dan

menandatanganinya dengan meniru tanda tangan B;

b. Seorang membuat surat dengan menandatanganinya sendiri tetapi isinya tidak benar ( intellectueelevalsheid );

c. Seorang A mengisi kertas kosong yang ada tanda tangan dari B dengan tulisan yang tidak benar ( blancoseing ).40

Dalam rangka penelitian ini, penulis mengulas tentang putusaan yang pernah dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Surabaya yaitu Putusan Perkara Nomor 2045/pid.B/2010/PN.Sby perihal pemalsuan tanda dengan tersangka H. M. Andy Suharmadji, BA dan korban Siti Sundari dengan posisi kasusnya atau kronologisnya yaitu ketika saat itu korban Siti Sundari memiliki tanah warisan orang tua, tanpa ada alasan jelas kemudian terdakwa H. M. Andy Suharmadji, BA selaku adik kandung korban Siti Sundari meminta surat tanah korban yang statusnya saat itu tanah petok D untuk dijadikan sertifikat hak milik tanah ke Badan Pertanahan Negara sebagai instansi berwenang, seiring

40

Wirdjono Prodjodikoro, Tindak – Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, 2010, h. 190

berjalannya waktu Siti Sundari menjual tanah petok D nomor 258 persil 3d-1 kepada Bapak Gunawan, pada saat itu Siti Sundari tidak mengetahui bahwa tanah miliknya sudah menjadi sertifikat hak milik dikarenakan saat itu terdakwa tidak menyerahkan sertifikat tersebut kepada korban melainkan sertifikat tersebut dijadikan terdakwa sebagai jaminan peminjaman kredit di BDNI dengan tanda tangan sertifikat hak milik tanah tersebut dipalsukan oleh terdakwa, setelah sekian lama dijadikan jaminan peminjaman dan dikarenakan terjadi kredit macet, maka BDNI melelang Sertifikat tanah tersebut di BPPN dan pembeli tanah bersertifikat yang dilelang di BPPN oleh Efendi Rustam, Efendi Rustam membeli tanah tersebut dikarenakan di lokasi tanah di pasang spanduk lelang yang kemudian dibalik nama oleh Efendi Rustam, dari sini terjadi sengketa antara Efendi Rustam dengan Gunawan, sehingga Efendi Rustam melaporkan Siti Sundari dan Gunawan dengan laporan bahwa Siti Sundari menjual tanah tersebut kepada dua orang berbeda yaitu Efendi Rustam dan Gunawan, dari situ Siti Sundari tidak merasa menanda tangani pembuatan sertifikat tanah yang dilelang BDNI di BPPN tersebut, dan oleh karena itu saudara Andhy Suharmadji dilaporkan oleh korban Siti Sundari telah melakukan pemalsuan tanda tangan milik korban Siti Sundari.

Perihal kasus di atas, Jaksa Penutut Umum tertanggal 21 September 2010 menuntut terdakwa terbukti secara sah telah melakukan tindak pidana yang sebagaimana atau sesuai dengan Pasal 263 ayat ( 1 ) Kitab Undang – Undang Hukum Pidana dengan unsur :

b. Yang dapat menimbulkan hak, perikatan atau / pembebasan utang atau / diperuntukkan sebagai bukti mengenai sesuatu hak, perikatan atau / pembebasan utang.

c. Dengan maksud untuk memakai atau / menyuruh orang lain untuk memakai surat tersebut seolah – olah benar dan tidak palsu.41

Unsur yang dimaksud adalah dimana unsur membuat surat palsu yaitu yang dipalsukan adalah tanda tangan surat hak milik tanah milik SITI SUNDARI yang menimbulkan hak pemakaian oleh terdakwa H. M. Andy Suharmadji, BA untuk digadaikan ke pihak BDNI cabang Surabaya dan dengan maksud untuk digunakan sebagai jaminan di BDNI dimana terdakwa menyerahkan surat hak milik tanah tersebut ke IWAN KUSBIANTO, dimana IWAN KUSBIANTO tidak mengerti bahwa tanda tangan yang tertera di Surat Hak Milik Tanah tersebut dipalsukan.

Dengan unsur yang telah disebutkan diatas, jaksa penuntut umum dengan tuntutan bahwa terdakwa telah melakukan pelanggaran Pasal 263 ayat ( 1 ) selama lima bulan penjara, dimana dalam putusan hakim dalam putusan perkara nomor : 2045/Pid.B/2010/PN. Sby, terdakwa dijatuhi hukuman pidana atau kurungan selama tiga bulan atas pelanggaran pemalsuan surat atau jenis pidana memalsukan surat.

Perihal putusan Hakim yang menjatuhkan sanksi pidana berupa kurungan selama tiga bulan tentu tidak disetujui oleh penulis, dikarenakan

41

Andi Hamzah, Delik – delik Tertentu ( Special Delicten ) di Dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h.135

tidak sesuai atau berbanding jauh dengan ancaman hukuman maksimal Pasal 263 ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) yang mana ancaman enam tahun penjara.

Hakim dalam Putusan Perkara Nomor Putusan Nomor : 2045/Pid.B/2010/PN. Sby, menyatakan bahwa terdakwa memenuhi :

“ Unsur membuat surat palsu atas memalsukan surat yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian ( kewajiban ), atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat – surat itu seolah – olah itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat.”

Dimana menurut pertimbangan hakim yang dimaksud membuat surat palsu atau Memalsukan Surat adalah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa telah disengaja dan mempunyai tujuan untuk mengelabuhi seolah – olah yang dibuatnya itu asli.

Dari putusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jenis pemalsuan yang dilakukan terdakwa adalah Memalsukan Sur at, dikarenakan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana, pemalsuan surat sebagian atau salah satu isi di dalam surat dipalsukan, maka hal tersebut termasuk memalsukan surat, dan Tanda Tangan merupakan salah stu bagian dari isi surat, sehingga dalam bahasa hukumnya disebut sebagai memalsukan surat dan berdasarkan pada dokumen pembanding berupa barang bukti berupa kutipan resume

Laboratik Kriminalistik No. Lab. 5225/DTF/2008 bahwa tanda tangan SITI SUNDARI, yang dipalsukan oleh terdakwa dapat digolongkan kedalam jenis

SPURIOS SIGNATURE ( tanda tangan karangan ) yang bukan merupakan tanda tangan formal SITI SUNDARI.

Dalam melaksanakan modus operandinya pada umumnya, ada dua macam pemalsuan yang dapat digunakan yaitu :

a. Memalsukan Surat Keseluruhan.

Penjelasan hal ini dengan cara memalsu dengan keseluruhannya apa yang dikehendaki, maka dalam hal ini dilakukan dengan membuat sesuatu yang tidak benar dan benar – benar baru dipastikan berbeda dari asli dan juga membuat palsu sehingga kelihatan asli.

b. Memalsukan Surat Sebagian.

Penjelasan dari memalsukan surat sebagian dapat dilakukan dengan cara mengubah sebagian dari dokumen yang asli sehingga menjadikan dokumen tersebut tidak asli yang dapat merugikan pihak lain.

2.2 Faktor – Faktor Ter jadinya Tindak Pidana Pemalsuan Tanda Tangan Pembahasan tentang suatu Kejahatan pastinya dapat juga penulis menarik ke dalam suatu pengertian kriminologi, dimana arti krominologi itu sendiri sebagian dari Criminal Science yang dengan penelitian empirik atau nyata berusaha memberi gambaran tentang faktor – faktor kriminalitas (

umum untuk suatu lapangan ilmu pengetahuan yang sedemikian luas dan beraneka ragam, sehingga tidak mungkin dikuasai oleh seorang ahli saja.42

Pemalsuan merupakan suatu bentuk tindak pidana yang mana saat ini marak terjadi di dalam masyarakat, tindak pidana pemalsuan merupakan bentuk suatu kejahatan dikarenakan pemalsuan tanda tangan dapat merugikan

materil dan moril pihak lain, sehingga pihak yang dirugikan tersebut berhak mencela dan melakukan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan dengan sengaja atau nestapa ( penderitaan ) terhadap pelaku perbuatan tersebut.

Pemalsuan dapat dikatakan sebagai bentuk kejahatan, dikarenakan kejahatan pemalsuan tersebut kejahatan yang di dalamnya mengandung sistem ketidak benaran atau palsu atas suatu hal (objek) yang sesuatunya itu nampak dari luar seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.

Suatu bentuk kejahatan pasti memiliki unsur sebab akibat atau faktor terjadinya kejahatan tersebut atau terjadinya kriminalitas tersebut, dimana Faktor – Faktor penyebab terjadinya tindak pidana atau kejahatan atau kriminalitas di Indonesia terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut yaitu, faktor sosial ekonomi, faktor penegakan hukum, dan faktor perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ), dengan penjabaran sebagai berikut :

42

Hendrojono, Kriminologi Pengaruh Perubahan Masyarakat dan Hukum, Srikandi, Surabaya, 2005, h. 1

a. Faktor Ekonomi Sosial

Pemalsuan pada umumnya hasil dalam kerugian keuangan atau dapat diukur dengan nilai moneter atau materi, dikarenakan pada umumnya kejahatan pemalsuan terjadi karena keinginan si pelaku untuk mendapatkan keuntungan secara materi.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah perbaikan keadaan sosial ekonomi masyarakat itu. Keadaan sosial ekonomi suatu masyarakat yang merupakan tempat yang subur untuk timbulnya kejahatan adalah masyarakat yang keadaan ekonominya jelek, yang antara lain dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Merajalelanya kemiskinan / kemelaratan.

2) Terdapatnya perbedaan sosial ekonomi yang sangat menyolok antara si kaya dan si miskin sehingga menimbulkan rasa ketidak adilan dan tidak puas.

3) Peraturan perundang – undangan yang tidak menguntungkan si miskin dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengadaan sosial masyarakat ( sociale voorziening )

4) Banyaknya pengangguran

5) Banyaknya orang – orang gelandangan.43 b. Faktor Penegakan Hukum

Faktor penegakan hukum merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berkembangnya kriminologi, Sehubungan dengan ini dan

43

yang erat hubungannya adalah adanya barisan penegak hukum yang mempunyai integritas yang berwibawa yang mempunyai dedikasi sebagai penegak hukum dan rasa kepercayaan pada masyarakat bahwa aparatur pemerintah penegak hukum benar – benar “ In- Act “ ( bekerja, tidak tanpa guna ). Penanganan laporan adanya kejahatan secara benar – benar dapat dirasakan memang setimpal dengan kejahatan yang dilakukan.

Banyak yang merasakan akan ketidakpuasan terhadap sistem penghukuman dan hukum pidana tersebut, dimana seorang tokoh Cesare Beccaria menggambarkan delapan Prinsip yang menjadi landasan bagaimana hukum pidana, hukum acara pidana, dan proses penghukuman dijalankan, dimana delapan prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1)Perlunya dibentuk suatu masyarakat berdasarkan prinsip social contract.

2)Sumber hukum adalah Undang – Undang dan bukan Hakim, penjatuhan hukuman oleh hakim harus didasrkan semata – mata karena Undang – Undang.

3)Tugas Hakim hanyalah menentukan kesalahan seseorang.

4)Menghukum adalah hak Negara, dan hak itu diperlukan untuk melindungi masyarakat dari keserakahan individu.

5)Harus dibuat suatu skala perbandingan antara kejahatan dan penghukuman.

6)Motif manusia pada dasarnya didasarkan pada keuntungan dan kerugian, artinya manusia dalam melakukan perbuatan akan selalu menimbang kesenangan dan kesengsaraan yang akan didapatnya. 7)Dalam menetukan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh suatu

kejahatan maka yang menjadi dasar penentuan hukuman adalah perbuatannya dan bukan niatnya.

8)Prinsip dari hukum pidana adalah pada sanksinya yang positif.44

44

Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, h.5-6

Selain delapan prinsip diatas ada juga sistem penegakan hukum agar hukum dapat efektif yaitu dengan syarat sebagai berikut :

1. Eliminasi sesuai dengan tuntutan masyarakat bahwa si pelaku harus ditindak karena dia telah melakukan kejahatan.

2. Azas – azas umumnya tentang eliminasi harus cukup menakutkan sehingga merupakan pencegahan.

3. Seleksi sosial yang dihasilkannya memberikan harapan untuk kemudian hari dengan jalan destruksi total secara lambat laun dari si penjahat dan keturunannya.45

C. Faktor Per kembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) Saat ini dapat diakui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat dapat dikatakan berkembang dengan pesat sehingga menyebabkan masyarakat dimanja oleh teknologi sehingga malas melakukan sesuatu yang termasuk berat ataupun ringan, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai media mencerdaskan bangsa, ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai – nilai kepintaran, kepekaan, dan kepedulian terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga merupakan tonggak kuat untuk mengentaskan kemiskinan pengetahuan, menyelesaikan persoalan kebodohan. Dan menuntaskan segala permasalahan bangsa yang selama ini terjadi.

Penyalahgunaan teknologi informasi akan dapat menjadi masalah hukum, khususnya hukum pidana, karena adanya unsur merugikan orang, bangsa dan Negara lain. Sarana dalam melakukan aksi kejahatan

45

sementara ini adalah seperangkat komputer yang memiliki fasilitas internet.46

Perkembangan tindak pidana berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bermacam bentuk perkembangan tindak pidana terjadi berupa kejahatan ataupun pelanggaran dengan segala tujuan dimana hal tersebut merupakan suatu tindakan yang jelas – jelas sudah menyimpang atau penyelewengan, dimana penyelewengan dengan berbagai alasan tetaplah bentuk tindak penyelewengan.

Pakar Hukum seperti halnya Hakim telah menjelaskan dalam wawancara penulis denga Hakim Pengadilan Negeri Surabaya yaitu I Made Sukadana, SH., MH., dimana perkembangan IPTEK berpengaruh besar juga terhadap perkembangan kriminalitas, misalnya dalam hal pemalsuan tanda tangan semakin berkembang dalam hal modus pemalsuannya dengan cara menggunaka mesin scanner atau pun dengan adanya fotocopy warna, dimana beliau juga menyebutkan bahwa Televisi atau film juga berpengaruh besar, misalnya dalam acara televisi yang menyiarkan tentang kupas tuntas dalam melakukan kejahatan, sehingga banyak para pelaku yang dengan mudah mempelajari celah dalam melakukan kejahatan tersebut.47

46

http://cyberetic.blogspot.com/2012/05/c-makna-dan-perkembangan-kejahatan.html, 24 September 2012, 1:31 AM

47

Wawancara Hakim Pengadilan Negeri Surabaya, I Made Sukadana, 11 Agustus 2012, 11.00 AM

Pemalsuan tanda tangan dalam bahasa hukum beracara pidana disebut sebagai memalsukan surat, dimana telah dijelaskan dalam pasal 263 ayat 1 bahwa, memalsukan tanda tangan yang berkuasa menanda tangani surat termasuk ke dalam pengertian memalsukan surat, sehingga dalam putusan perkara pidana, pemalsuan tanda tangan selalu disebutkan ke dalam kasus pidana memalsukan surat.

Pemalsuan tanda tangan dalam putusan perkara Nomor : 2045/Pid.B/2010/PN. Sby pada dasarnya terjadi dikarenakan adanya faktor pendorong sosial ekonomi, dimana penulis menggolongkan kasus tersebut ke dalam faktor sosial ekonomi berdasarkan beberapa kutipan bagian dari putusan perkara nomor : 2045/Pid.B/2010/PN. Sby, sebagai berikut :

1. Terdakwa meminta uang terhadap korban sebesar Rp.500.000,-untuk diuruskan sertifikatnya atas petok D Nomor 258 persil 3d – 1 dengan luas tanah 500 m2 berlokasi di Jl. Mayjen Sungkono Surabaya milik dan atas nama SITI SUNDARI sekitar tahun 1993 dirumah saksi SITI SUNDARI Jl. Dukuh Pakis V A/12 Surabaya. 2. Sertifikat hak milik tanah yang diuruskan terdakwa yang

sebenarnya telah menjadi sertifikat surat hak milik dijadikan sebagai jaminan peminjaman kredit di BDNI Cabang Kertajaya Surabaya tanpa sepengetahuan korban, dimana terdakwa mendapat Keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,- “, dari peminjaman kredit tersebut.

3. Dalam kutipan putusan juga hakim menyatakan bahwa terdakwa melakukan pemalsuan tanda tangan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu dengan akal dan tipu muslihat, maupun rangkaian perkataan – perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, atau membuat hutang atau menghapuskan piutang, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa

Pelaku melakukan tindak pidana pemalsuan tanda tangan atau memalsukan tanda tangan dikarenakan pelaku mempunyai maksud untuk mencari keuntungan atau menguntungkan diri sendiri dalam bentuk materi, dimana dalam salah satu teori faktor kriminologi yaitu faktor ekonomi sosial pada umumnya dapat diukur dengan moneter atau materi, dimana hal tersebut terjadi pada umumnya dikarenakan tingkat perekonomian pelaku yang jelek atau dalam arti mencari keuntungan secara instan atau cepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan hakim pengadilan negeri Surabaya, yaitu hakim I made Sukadana, SH., MH, menyatakan, kebanyakan kasus pemalsuan tanda tangan atau memalsukan surat atau pemalsuan surat, banyak dikarenakan adanya perihal menguntungkan pelaku berupa nominal materi yang tidak sedikit, misalnya memalsukan tanda tangan surat hak milik tanah untuk digadaikan, pemalsuan ijazah untuk mendapatkan pekerjaan yang saat ini marak terjadi, dan sebagainya, dan tidak sedikit juga dalam instansi terjadi pemalsuan tanda tangan yang hanya mendapatkan sanksi administrasi

berupa punurunan jabatan. Semua itu disebabkan menurunnya tingkat perekonomian masyarakat dan sulitnya lapangan pekerjaan beserta semakin meningginya standard yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.48

48

Wawancara Hakim Pengadilan Negeri Surabaya, I Made Sukadana, 11 Agustus 2012, 11.00 AM

Dokumen terkait