• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP PROSES PELAKSANAAN

C. Pihak-pihak dalam Ekspor-Impor

Dalam mengadakan suatu kontrak, setiap subjek hukum harus

memenuhi suatu kondisi tertentu agar dapat mengikat para pihak yang

membuatnya. Jika subjek hukumnya adalah “orang” (natuurlijke

persoon)orang tersebut harus sudah dewasa. Namun, jika subjeknya “badan

hukum” (recht persoon) harus memenuhi syarat formal suatu badan hukum.

16

Daud S.T. Kobi., Buku Pintar Transaksi Ekspor-Impor, Yogyakarta: Penerbit Andi,

2011, hal. 32

Kedua jenis subjek hukum tersebut memiliki hak dan kewajiban yang

sama dalam melakukan kontrak. Oleh karena itu, dalam hukum perjanjian,

yang dapat menjadi subjek hukumnya adalah individu dengan individu atau

pribadi dengan pribadi, badan hukum dengan badan hukum.

17

Perdagangan internasional sesungguhnya merupakan ikatan kontrak

antara dua pihak, yaitu pihak importir yang dengan kata lain disebut pembeli

(buyer) dengan eksportir yang biasa disebut dengan penjual (seller). Di antara

kedua kelompok inilah sesungguhnya terjadi ikatan kontrak perdagangan

internasional. Namun dalam pelaksanaannya, kedua kelompok ini

membutuhkan sarana dan prasarana maupun bantuan dari pihak lain dengan

peranannya masing-masing. untuk mendukung terlaksananya proses

perdagangan internasioanal. Maka secara garis besar, pihak-pihak pelaksana

dalam ekspor-impor dapat dibagi ke dalam 5 (lima) kelompok besar, yaitu

kelompok importir, kelompok eksportir, kelompok indentor, kelompok

promosi, dan kelompok pendukung

18

1. Kelompok Importir

.

Setiap pihak pelaksana dalam proses ekspor-impor memilik hak dan

kewajiban serta peran masing-masing dalam memperlancar pelaksanaan

ekpor impor tersebut. Berikut penjelasan yang lebih terpenci tentang

pihak-pihak yang berperan dalam pelaksanaan ekspor-impor.

17

Syahmin A.K., Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006, hal. 3

18

Importir adalah orang atau pengusaha yang memperoleh izin

untuk memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri. Importir

lazim juga disebut pembeli (buyer). Dalam perdagangan internasional,

importir memikul tanggung jawab kontraktual atas terlaksananya dengan

baik barang yang diimpor. Para importir umumnya terdiri dari

pihak-pihak di bawah ini:

a. Pengusaha Impor (Import Merchant)

Pengusaha Impor adalah badan usaha yang diberi izin oleh

pemerintah dalam bentuk TAPPI (Tanda Pengenal Pengakuan

Importir) untuk mengimpor barang yang khusus disebut dalam izin

tersebut, dan tidak berlaku untuk barang lain di luar yang disebut

dalam TAPPI tersebut.

b. Approved Importer (Approved Traders)

Approced Importer adalah pengusaha impor yang secara khusus

diistimewakan oleh pemerintah (Departemen Perdagangan) untuk

mengimpor komoditi tertentu untuk tujuan tertentu pula yang

dipandang perlu oleh pemerintah, misalnya importir cengkeh,

importir bahan baku plastik, importir gandum dan lain-lain.

c. Importir Terbatas

Pemerintah memberikan izin khusus kepada Perusahaan Penanaman

Modal Asing (PMA) dan Perusahaan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) untuk mengimpor mesin-mesin dan bahan baku

yang diperlukannya sendiri (bukan untuk diperdagangkan). Izin ini

diberikan dalam bentuk APIT (Angka Pengenal Importir Terbatas),

dekeluarkan oleh BPKM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atas

nama Menteri Perdagangan,

d. Importir Umum (General Importer)

Importir Umum adalah perusahaan impor yang khusus mengimpor

aneka mata-dagangan. Perusahaan yang memperoleh status sebagai

importir umum ini kebanyakan merupakan Persero Niaga atau

perusahaan dagang Negara yang mengimpor berbagai barang, mulai

dari barang kelontong sampai instalasi lengkap suatu pabrik.

e. Sole Agent Importer

Sole Agent Importer adalah perusahaan asing yang mengangkat

perusahaan setempat sebagai kantor perwakilannya untuk

memasarkan hasil produksinya atau menunjuk suatu agen tunggal

yang akan mengimpor hasil produksinya ke Indonesia.

Sebagai pihak dalam suatu perikatan perdata, maka importir

memiliki kewajiban, yaitu membayar harga barang yang dibelinya pada

waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan menurut persetujuan.

Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1513 KUH Perdata. Bilamana hal

yang berhubungan dengan tempat itu tidak ditetapkan di dalam perjanjian

sejumlahnya menentukan tempat pembayaran yaitu di tempat dan pada

saat penyerahan barang. Dalam hal tidak ada ketentuan mengenai tempat

penyerahan, maka penyerahan dilakukan di mana barang berada pada

saat perjanjian jual-beli dibuat. Mengenai pembayaran, hal ini dilakukan

di tempat tinggal kreditur (penjual) sesuai dengan ketentuan bahwa utang

harus dibayar di tempat tinggal kreditur. Hal ini sesuai dengan ketentuan

berdasarkan Pasal 1393 ayat (2) KUH Perdata. Selain membayar harga

barang, importir juga berkewajiban untuk melaksanakan pengambilan

barang atas biaya sendiri, apabila tidak diatur dengan cara lain dalam

perjanjian jual-beli. Cara lain tersebut misalnya apabila pembeli meminta

supaya barang yang dibelinya diantar ke rumah atas biaya penjual.

Demikian menurut ketentuan Pasal 1476 KUH Perdata.

Di samping memiliki kewajiban, importir juga memiliki hak-hak.

Salah satunya, importir berhak menerima jaminan dari eksportir

mengenai kenikmatan tentram dan damai dari tidak adanya cacat

tersembunyi. Hak yang kedua adalah hak untuk menunda pembayaran

harga barang, apabila importir diganggu dalam menikmati barang yang

dibelinya oleh tuntutan hukum berdasarkan suatu hak, ataupun importir

mempunyai alasan yang patut untuk mengkhawatirkan bahwa ia akan

diganggu dalam penguasaannya atas barang yang dibelinya hingga

barang itu sampai ke tangan importir, kecuali bila eksportir meminta

jaminan yang telah ditetapkan di dalam perjanjian bahwa importir harus

membayar harga.

2. Kelompok Eksportir

Eksportir adalah orang atau pengusaha yang memperoleh izin

untuk menjual atau mengirim hasil produksinya kepada pembeli di luar

negeri. Eksportir lazim disebut juga dengan penjual atau seller.

a. Produsen – Eksportir

Para produsen yang sebagian hasil produksinya memang

diperuntukkan untuk pasar luar negeri, yang ekspornya diurus sendiri

oleh produsen yang bersangkutan.

b. Confirming House (Export Commision House/Export-Indent House)

Confirming house ialah perusahaan lokal setempat yang didirikan

sesuai degan perundang-undangan atau hukum setempat tapi bekerja

untuk dan atas perintah kantor indukya di luar negeri.

c. Pedagang Ekspor (Export-Merchant)

Pedagang Ekspor ialah badan usaha yang diberi izin pemerintah

dalam bentuk Surat Pengakuan Eksportir dan diberi Kartu Angka

Pengenal Ekspor (APE) dan diperkenankan melaksanakan ekspor

komoditi yang dicantumkan dalam Surat Pengakuan itu. Pedagang

Ekspor bekerja untuk dan atas kepentingan produsen dalam negeri

yang diwakilinya.

d. Agen Ekspor (Export-Agent)

Bilamana hubungan antara Export-Merchant dengan produsen tidak

hanya sebagai rekanan biasa, tapi sudah meningkat dengan suatu

ikatan perjanjian keagenan, maka dalam hal ini Export-Merchant itu

juga disebut juga sebagai Export-Agent.

e. Wisma Dagang (Trading House)

Wisma Dagang adalah suatu perusahaan ekspor-impor yang besar

dan dapat mengimpor dan mengekspor aneka komoditi dan

mempunyai jaringan pemasaran dan kantor perwalian di pusat-pusat

perdagangan dunia, dan memperoleh fasilitas tertentu dari

pemerintah baik dalam bentuk fasilitas perbankan maupun dalam

bidang perpajakan.

Secara lebih terperinci kewajiban yang dimiliki oleh eksportir

menurut Pasal 1474 KUH Perdata adalah Menyerahkan (levering) barang

yang dijual serta melakukan penanggungan terhadapnya.

19

Pada barang-barang yang bergerak perbedaan antara penyerahan

secara nyata dan penyerahan secara hukum sering sekali sukar dibedakan

oleh karena dalam barang tersebut, penyerahan secara nyata biasanya

mencakup pula penyerahan menurut hukum sebagaimana yang disebut di

dalam Pasal 612 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi: “Penyerahan

barang bergerak, kecuali yang tak bertubuh, dilakukan dengan

penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik,

atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan, dalam mana

kebendaan itu berada.”

Penyerahan

barang dalam poin a ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

penyerahan barang secara nyata (feitelijke levering) dan penyerahan

menurut hukum (juridische levering).

20

Selanjutnya menurut Pasal 1474 KUH Perdata, kewajiban lain

dari eksportir ialah menanggung. Adapun ketentuan menanggung ini,

yakni “adalah untuk menjamin dua hal, yaitu pertama penguasaan benda

yang dijual secara aman dan tenteram; kedua terhadap adanya cacat-cacat

19

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006, hal.

369

20

barang tersebut yang tersembunyi tersembunyi, atau yang sedemikian

rupa sehingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya.

21

21

Ibid., hal. 371

Mengenai unsur penguasaan secara tentram adalah dengan

menghindarkan barang dari gangguan yang dapat datang dati pihak

ketiga dengan melakukan perbuatan melanggar hukum

(onrechtmatigedaad). Mengenai cacat tersembunyi, menurut Pasal 1504

KUH Perdata, si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat

tersembunyi yang terdapat pada barang yang dijualnya. Kriteria cacat

tersembunyi yang mendapat penanggungan dari penjual ialah cacat yang

sedemikian seriusnya hingga barang itu tidak dapat dipergunakan untuk

pemakaian yang dimaksudkan, atau mengurangi pemakaian terhadap

barang yang dibeli, atau apabila cacat tersembunyi tersebut diketahui

oleh si pembeli, ia sama sekali tidak akan membelinya, atau hanya akan

membelinya apabila mendapatkan pengurangan harga.

Sementara itu yang menjadi hak-hak eksportir adalah menerima

hak atas harga barang yang dijual serta menerima hak reklame, yaitu hak

penjual atas barang-barang bergerak yang dijual secara tunai untuk

menuntut kembali barangnya yang belum dibayar lunas oleh pembeli

dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penyerahannya.

Selama barang tersebut masih di tangan pembeli, demikian ketentuan

yang diatur dalam Pasal 1145 KUH Perdata.

3. Kelompok Indentor

Yang dimaksud dengan indent adalah permintaan seorang pembeli

kepada importir untuk mengimpor barang tertentu dengan harga yang telah

ditetapkan. Importir mempunyai jangka waktu tertentu untuk menerima

atau menolak permintaan tersebut.

22

a. Para pemakai langsung

Perlu diketahui bahwa tidak semua

peminat barang impor melaksanakan impornya sendiri, tapi malah

sebagian besar pelaksanaan impor itu mereka serahkan kepada perusahaan

yang sudah biasa mengimpor barang tertentu. Maka secara singkat dapat

disebutkan bahwa indentor adalah pihak peminat terhadap suatu barang

yang menempatkan pesanan (mengindent) kepada pihak importir yang

sudah biasa mengimpor barang tertentu.

Para indentor ini terdiri dari:

Para pemakai langsung ini misalnya pabrik-pabrik otomotif yang

sering meng-indent suku cadang yang dibutuhkan ke luar negeri.

b. Para pedagang

Sebagai contoh pihak pedagang sebagai pelaku indent adalah

pengusaha toko grosir besar atau departement store yang biasanya

melakukan indent untuk memesan barang-barang dagangan mereka.

c. Para pengusaha perkebunan, industriawan, dan instansi pemerintah

Kebanyakan para pengusaha industri dan perkebunan serta instansi

pemerintah dalam memenuhi kebeutuhan barang impor biasanya

22

Tumpal Rumapea, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2000, hal. 196

menempatkan indent pada para importir, mengadakan kontrak

pengadaan barang impor, ataupun menunjuk importir sebagai handling

importer mereka.

4. Kelompok Promosi

Kegiatan promosi adalah upaya penjual untuk memperkenalkan

komoditas yang dihasilkannya kepada calon pembeli. Tujuannya adalah

untuk menarik minat calon pembeli terhadap komoditas yang

diperkenalkan. Promosi ekspor adalah upaya penjual (eksportir)

memperkenalkan komoditas yang dihasilkannya kepada calon pembeli di

luar negeri (importir) dengan tujuan menarik minat mereka untuk membeli

komoditas yang diperkenalkan dengan pembayaran dengan valuta asing.

Pada umumnya media yang digunakan untuk promosi dalam perdagangan

internasional adalah surat-menyurat, karena penjual dan pembeli

berdomisili di dua negara yang berbeda. Beberapa bentuk dokumen

surat-menyurat dalam promosi perdagangan internasional adalah introduction

letter dan letter of inquiry for a quotation.

23

a. Kantor Perwakilan dari produsen atau eksportir asing di negara

konsumen atau importir.

Kelompok promosi ini pada umumnya terdiri dari:

b. Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang ada di

luar negeri maupun di dalam negeri

23

c. Misi perdagangan dan Badan Pameran Dagang Internasional (BPEN),

yaitu suatu instansi yang khusus didirikan Departemen Perdagangan

untuk melakukan kegiatan pengembangan dan promosi komoditi

Indonesia ke luar negeri, serta badan usaha seperti Indonesia Trade

Center yang didirikan di luar negeri seperti New York, London,

Jeddah dan lain-lain.

d. Kantor Bank Devisa di dalam maupun luar negeri.

e. Atase Perdagangan dan Trade Commisioner, ataupun bagian ekonomi

dari tiap kedutaan di luar negeri.

f. Majalah Dagang dan Industri ataupun Trade Directories termasuk

lembaran kuning Buku Petunjuk Telepon merupakan sarana promosi

yang lazim pula.

g. Brosur atau leaflet yang dibuat oleh masing-masing pengusaha ekspor

termasuk price list yang dikirim dengan cuma-cuma pada setiap

peminat.

5. Kelompok Pendukung

Seperti yang telah diutarakan sebalumnya bahwasanya importir dan

eksportir merupakan pelaksana utama dalam perdagangan internasional.

Namun di samping itu terdapat pula badan usaha lain yang mempunyai

peranan yang besar pula dalam menunjang serta menjamin kelancaran

pelaksanaan ekspor-impor secara keseluruhannya. Di antara

kelompok-kelompok itu terdapat:

a. Bank (Bank Devisa)

24

Bank Devisa adalah pihak yang ikut terlibat hampir dalam setiap

transaksi perdagangan luar negeri sebagai perantara dalam hal

pembayaran dan sebagai penyedia jasa pembiayaan. Bank devisa

berperan penting dalam memberikan jasa perkreditan, baik dalam

bentuk kredit ekspor maupun uang muka jaminan L/C impor. Di

samping itu, bank devisa berperan dalam pelaksanaan pembukaan

L/C impor, penerimaan L/C ekspor maupun negosiasi dokumen

pengapalan itu. Bank juga sangat berguna dalam penyampaian

dokumen pengapalan, penelitian keaslian dokumen pengapalan serta

verifikasi jenis dan isi masing-masing dokumen pengapalan.

b. Perusahaan Pengangkutan (Carrier)

Perusahaan pengangkutan yang disebut juga pengangkut adalah pihak

yang mengangkut barang dari suatu negara ke negara lain dan

mengeluarkan surat bukti pengiriman barang yang disebut Bill of

Lading (B/L) dan/atau Air Waybill. Pengangkut bertanggung jawab

terhadap barang-barang yang diangkut mulai pada saat diterimanya

dari pengirim sampai diserahkannya kepada penerima.

Dalam Pasal 468 KUHD, disebutkan: “Persetujuan pengangkutan

mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan keselamatan barang

yang diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya

barang tersebut.”

24

Jenis-jenis pengangkutan antara lain:

1) Pengangkutan darat

Pada dasarnya pengangkutan melalui darat itu digunakan untuk

menghubungkan kota yang satu dengan kota yang lain atau

daerah yang lain di satu pulau. Pengangkutan melalui selat

dengan kapal ferry dikategorikan sebagai pengangkutan darat.

Yang dapat diangkut melalui darat ialah hewan dan barang. Sifat

lainnya dari pengangkutan melalui darat ini ialah hampir

seluruhnya bersifat nasional.

25

2) Pengangkutan laut

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992

tentang Pelayaran disebutkan bahwa: “Pelayaran adalah segala

sesuatu yang berkaitan dengan angkutan di perairan, ke

pelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya.”

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Pasal 8 ayat

1 disebutkan bahwa perusahaan angkutan laut nasional atau badan

hukum Indonesia atau warga negara Indonesia dapat melakukan

kerjasama dengan perusahaan angkutan laut asing atau badan

hukum asing atau warga negara asing dalam bentuk usaha

patungan (joint venture) dengan membentuk perusahaan angkutan

laut nasional.

25

Hanil Basri Siregar, Hukum Pengangkutan, Medan: Kelompok Studi Fakultas Hukum,

Medan: 2002, hal. 23

Pengangkutan laut dapat kita bagi atas:

a. Pengangkutan antar pulau, dan

b. Pengangkutan ke luar negeri.

3) Pengangkutan udara

Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan

pesawat untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk

satu perjalanan atau lebih dari satu bandara ke bandara udara yang

lain atau beberapa bandara (Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1995). Pada dasarnya yang diangkut dengan angkutan

udara adalah dominan untuk penumpang, di samping itu juga

diangkut barang-barang yan bersifat segar, relatif ringan dan

bernilai tinggi.

Dalam sistem angkutan udara dengan multimoda transport ada

beberapa pihak yang terkait dalam penyelenggaraan angkutan

barang. Pihak-pihak yang terkait adalah:

a) Pengirim barang

Pengirim barang dalam sistem angkutan udara bisa saja

bukan pemilik barang, tetapi pihak yang diberikan kuasa

untuk melakukan pengiriman barang.

Pihak pengangkut dalam angkutan udara adalah perusahaan

angkutan udara yang diberikan kuasa oleh pengirim untuk

melakukan pengangkutan barang ke suatu tujuan tertentu.

26

c. Perusahaan Asuransi

Perusahaan Asuransi adalah pihak yang menjamin resiko

kehilangan atau kerusakan akibat adanya bahaya selama masa

pengangkutan. Resiko atas barang baik di darat maupun di laut

tidak mungkin dipikul sendiri oleh para eksportir maupun importir.

Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang

dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu

persetujuan yang menerangkan bahwa pihak penanggung (the

insurer) berjanji akan mengganti kerugian sehubungan dengan

kerusakan, kerugian ataupun kehilangan laba yang diharapkan (laba

khayal) yang dialami oleh pihak tertanggung (the insured) dan

disebabkan oleh suatu kejadian tak tersangka, mengenai perjanjian

mana pihak tertanggung harus membayar uang premi kepada

penanggung. Persetujuan asuransi ini dicantumkan secara terperinci

dalam apa yang lazimnya disebut polis asuransi yang ditanda

tangani oleh pihak penanggung.

27

Dalam hal ini, maskapai asuransi memegang peranan yang tak

dapat diabaikan dalam merumuskan persyaratan kontrak

26

Sinta Uli, Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,

Angkutan Darat dan Angkutan Udara, Medan: USU Press, 2000, hal. 87

27

perdagangan internasional yang dapat menjamin resiko yang

terkecil dalam tiap transaksi itu.

d. Pemerintah (Departemen-departemen teknis)

Pemerintah berperan sebagai pihak yang mengeluarkan surat izin

untuk mengekspor dan mengimpor barang serta memungut

pajak-pajak yang berkenaan dengan transaksi ekspor dan impor. Salah

satunya organ pemerintah yang berperan dalam proses

ekspor-impor ialah pabean. Ketentuan tentang pabean diatur dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Dalam Pasal 1 ayat (1) UU tersebut, disebutkan bahwa kepabranan

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas

lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta

pemungutan bea masuk dan bea keluar. Selanjutnya dalam ayat (2)

dijelaskan bahwa daerah pabean adalah wilayah Republik

Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang di

atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslsif dan

landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang

Kepabeanan. Pabean berperan sebagai alat pemerintah yang

bertindak sebagai penjaga gawang lalu-lintas komoditi

internasional, di samping mengamankan pemasukan keuangan

negara bagi kepentingan APBN, juga membantu eksportir dan

importir dalam memperlancar arus barang dan penumpang.

e. Surveyor

Suveyor adalah pihak ketiga setelah eksportir dan importir yang

netral dan objektif untuk memberikan kesaksian atas mutu, jenis,

kuantum, keaslian, kondisi (baru atau second hand), harga, nomor

Pos CCCN dan tarif bea dari komoditi atau produk yang

diperdagangkan. SGS (Societe Generale De Surveillance) dan PT.

SUCOFINDO (Super Intending Company of Indonesia) ialah dua

surveyor yang ditunjuk oleh pemerintah berdasarkan Inpstruksi

Presiden Nomor 4 Tahun 1985 untuk memeriksa kebenaran atau

kecocokan barang-barang yang akan diimpor maupun diekspor

dengan mengeluarkan Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LKP).

f. Lembaga dan Instansi Lainnya yang Berwenang

Berbagai lembaga dan instansi yang berwenang disini dimaksudkan

sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk menerbitkan

berbagai sertifikat sesuai ketentuan yang berlaku seperti Kamar

Dagang dan Industri (KADIN), laboratorium tertentu, dan lain

sebagainya.

Dokumen terkait