• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KELEMAHAN PENGATURAN KONSEP DIVERSI DAN RESTORATIVE JUSTICE DALAM UNDANG-UNDANG NO

PERADILAN PIDANA ANAK

B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak

Undang-undang sistem peradilan pidana anak lebih mengutamakan persetujuan korban dan atau keluarganya untuk melakukan diversi.

Substansi yang mendasar di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu pengaturan secara tegas mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan Anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Perlindungan anak tersebut benar-benar membutuhkan partisipasi secara penuh oleh berbagai pihak, sebagai berikut :

1. Anak Yang Berhadapan dengan Hukum

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebut anak yang berkonflik dengan hukum yang kemudian disebut dengan Anak adalah anak yang berumur antara 12 (dua belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Selain anak yang berkonflik dengan hukum maka di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terdapat juga anak yang menjadi korban tindak pidana (anak korban) serta anak yang menjadi saksi tindak pidana (anak saksi). Anak

90

yang berhadapan dengan hukum dalam hal ini menjadi faktor terutama untuk terjadinya proses diversi.

2. Orang tua atau Wali

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 1 angka 4 memberi pengertian orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat, sedangkan di dalam Undang- undang Sistem Peradilan Pidana Anak, pada Pasal 1 angka 16 menyebutkan keluarga yaitu orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, dan/atau anggota keluarga lain yang dipercaya oleh Anak. Pengertian wali di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Pasal 1 angka 17 adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sbagai orang tua terhadap anak.

Bagian penjelasan bagian umum Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa orang tua/walinya anak dilibatkan dalam musyawarah proses penyelesaian melalui diversi. Pasal 32 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak orang tua/wali dapat menjamin bahwa anak tidak akan melarikan diri atau dilarikan diri, tidak akan mengulangi tindak pidana sehingga penahanan anak tidak dilakukan. Pada pasal 55 ayat (1) Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Pasal 60 ayat (1) Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak orang tua/wali berhak untuk mendampingi anak waktu pemeriksaan di persidangan dan mendapat kesempatan untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak.

Pada saat penangkapan anak, orang tua/walinya harus segera diberitahunya tentang penangkapan tersebut, dan bilamana pemberitahuan itu segera tidak dimungkinkan orang tua/walinya harus diberitahu dalam jangka waktu sesingkat mungkin setelah penangkapan tersebut. Keadilan restoratif memberikan ruang yang amat besar untuk orang tua/wali tidak lepas tangan dalam permasalahan yang terjadi kepada si anak sehingga penyelesaian pun terhadap masalah tersebut dapat tercapai.

3. Bantuan Hukum

Sesuai dengan Pasal 3 huruf c Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, salah satu hak anak dalam proses peradilan pidana adalah mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif. Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur pengertian mengenai advokat atau pemberi hukum lainnya, adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 angka 19 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

Penasihat hukum wajib memperhatikan kepentingan anak dan kepentingan umum dalam memberikan bantuan hukum kepada anak serta berusaha agar suasana kekeluargaan tetap terpeliharan dan peradilan berjalan lancar. Penasihat hukum selalu di samping anak, bekerja untuk anak dan memberi nasihat di pengadilan dan menjaga kerahasiaan anak. Pemeriksaan harus berjalan kekeluargaan artinya hak seyogyannya didampingi oleh penasihat hukumnya dan

orang tua/walinya, dengan demikian dapat dijamin pemeriksaan akan berjalan dalam suasana kekeluargaan dan tanpa adanya paksaan terhadap anak.91

4. Petugas Kemasyarakatan

Berdasarkan Pasal 63 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, menyebutkan bahwa petugas kemasyarakatan terdiri atas :

a. Pembimbing kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawsan dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana; b. Pekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah

maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial sera kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah;

c. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara professional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah ataupun swasta yang ruang lingkup kegiatannua di bidang kesejahteraan sosial anak.

Pasal 65 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pembimbing Kemasyarakatan bertugas:

a. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan Diversi, melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak selama proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila Diversi tidak dilaksanakan;

91

b. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara Anak, baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan LPKA;

c. Menentukan program perawatan Anak di LPAS dan pembinaan Anak di LPKA bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya;

d. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan; dan

e. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat.

Terhadap Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial pada pasal 68 UU Sistem Peradilan Pidana Anak, bertugas sebagai berikut:

a. Membimbing, membantu, melindungi, dan mendampingi Anak dengan melakukan konsultasi sosial dan mengembalikan kepercayaan diri Anak; b. Memberikan pendampingan dan advokasi sosial;

c. Menjadi sahabat Anak dengan mendengarkan pendapat Anak dan menciptakan suasana kondusif;

d. Membantu proses pemulihan dan perubahan perilaku Anak;

e. Membuat dan menyampaikan laporan kepada Pembimbing Kemasyarakatan mengenai hasil bimbingan, bantuan, dan pembinaan terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau tindakan;

f. Memberikan pertimbangan kepada aparat penegak hukum untuk penanganan rehabilitasi sosial Anak;

g. Mendampingi penyerahan Anak kepada orang tua, lembaga pemerintah, atau lembaga masyarakat; dan

h. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar bersedia menerima kembali Anak di lingkungan sosialnya.

5. Penyidik Anak

Pengertian penyidikan menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Saat penyidik akan memulai suatu penyidikan, sebagai penyidik ia telah dapat memastikan bahwa peristiwa yang akan disidik itu benar-benar merupakan suatu tindak pidana tersebut. Sasaran penyidikan adalah pengumpulan bukti-bukti guna membuat terang suatu tindak pidana dan menemukan tersangka pelakunya.92

Penyidik yang diatur di dalam Undang-undang No, 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebut dengan penyidik anak, yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepolisian Republik Indonesia. Syarat untuk ditetapkan

92

Mahmud Mulyadi, 2009, Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, Medan, USU Press, hlm. 15

sebagai Penyidik Anak berdasarkan pasal 26 ayat (3) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, adalah :

a. Telah berpengalaman sebagai penyidik;

b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Syarat-syarat untuk menjadi penyidik anak tersebut apabila tidak terpenuhi atau tidak ada Penyidik yang sesuai dengan syarat-syarat tersebut di atas maka tugas penyidikan dilaksanakan oleh Penyidik yang melakukan penyidikan tindak pidana terhadap orang dewasa.

Andil kepolisian sebagai gerbang pertama dalam melindungi anak sangatlah besar karena proses pengadilan anak baik atau pun buruknya diserahkan sepenuhnya kepada polisi sebagai pihak yang mengawali proses peradilan. Pendekatan keadilan restoratif mengubah paradigma kepolisian bahwa kepolisian juga bertugas sebagai mediator, fasilitator dan pengawas terhadap penyelesaian perkara anak.93

6. Penuntut Umum Anak

KUHAP Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (6) membedakan pengertian Jaksa dan Penuntut Umum yaitu :

93

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Dari batasan tersebut di atas dapat disebutkan bahwa pengertian jaksa dihubungkan dengan aspek jabatan, sedangkan pengertian penuntut umum berkorelasi dengan aspek fungsi melakukan penuntutan dalam persidangan. Selaku lembaga yang menjalankan fungsi penuntutan maka berdasarkan Pasal 14 khususnya hurug g,h,i,j dalam KUHAP adalah :

a. Melakukan penuntutan;

b. Menutup perkara demi kepentingan hukum;

c. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; dan

d. Melaksanakan penetapan hakim,

Pe nuntut umum juga memiliki kewenangan untuk melaksanakan diskresi, Pasal 140 ayat (1) dan (2) KUHAP, menyatakan bahwa :

a. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan;

b. Dalam hal penuntutan umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atas peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara tersebut dalam surat ketetapan.

Penuntut umum adalah penuntut umum anak yang di atur dalam Sistem Peradilan Pidana Anak yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung yang syarat-syaratnya dalam Pasal 41 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah :

a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum;

b. Mempunyai minat, perhatian dan dedikasi dan memahami masalah anak; c. Telah mengikuti pelatihan teknis terhadap anak.

Syarat-syarat untuk menjadi penuntut umum anak tersebut apabila tidak terpenuhi atau tidak ada penuntut umum anak maka digunakan penuntut umum yang melakukan tugas penuntutan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

Berdasarkan peraturan KUHAP tersebut dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, penuntut umum berwenang menggunakan kewenangan diskresi sehingga anak tidak perlu menjalani proses hukum formal sehingga anak dengan sendirinya tidak perlu melakukan penahanan di ruang tahanan. Kewenangan tersebut sesuai dengan The Beijing Rules, yang menyatakan the police, the prosecution or other agencies dealing cases, at the discreation, without recourse to formal hearings, in accordance with the criteria laid down for that purposes in the respective legal system and also in accordance

with the principle contained in these rules. Artinya, polisi, penuntut umum atau badan-badan lain yang mengenai perkara-perkara anak diberi perkara untuk memutuskan perkara-perkara demikian menurut diskresi mereka tanpa menggunakan pemeriksaan-pemeriksaan formal sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk tujuan itu di dalam sistem hukum masing-masing dan juga sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam peraturan ini.94

7. Hakim Anak

Sebelum model keadilan restoratif muncul peran jaksa sangatlah penting yakni memutus apakah sebuah pelanggaran hukum harus diterima dan dilanjutkan dalam pengadilan anak, namun pada model keadilan restoratif peran jaksa sama seperti polisi menjadi mediator dan fasilitator dalam pengambilan keputusan bersama.

Hakim anak sebagai pemutus perkara anak, perlu memperhatikan sejumlah pertimbangan baik dari anak, orang tua, pembimbing kemasyarakatan, ahli ilmu tingkah laku, dan pihak-pihak lain yang terkait agar putusannya dapat menjamin perlindungan dan kesejahteraan anak.95

94

Abintoro Prakorso, Op.Cit., hlm. 121 95

Sri Suetatiek, 2012,Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak di Indonesia: Urgensi Penerbitan Panduan Pemidanaan (The Sentencing Guidelines) untuk Hakim Anak, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, hlm. 29

Hakim mempunyai peranan besar dalam menentukan masa depan anak dan hakim merupakan institusi yang menentukan nasib anak. Hakim dalam persidangan dapat mencari informasi tentang kondisi anak dan keluarganya.

Hakim anak di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Syarat untuk ditetapkan sebagai hakim pada Pasal 43 ayat (2) adalah :

a. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak; dan c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Syarat-syarat untuk menjadi hakim anak tersebut apabila tidak terpenuhi atau tidak ada hakim anak, maka digunakan hakim yang memeriksa tindak pidana yang di lakukan oleh orang dewasa. Hakim anak yang diatur di dalam Sistem Peradilan Pidana Anak biasanya adalah hakim tunggal namun juga dapat hakim majelis, selain dari hakim tingkat pertama, ada pula hakim banding dan hakim kasasi.

Hakim anak seyogiannya mengetahui masa lalu dan masa depan anak, bahkan hakim anak dituntut mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam agar mampu membuat putusan yang mengayomi anak. Putusannya mencerminkan keadilan, terhindar dari kesewenang-wenangan dan sesuai dengan kebutuhan anak. Tujuan pemidanaan terhadap anak dapat tercapai tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan korban. Hakim anak agar putusan yang dijatuhkan mencerminkan keadilan, oleh karena itu hakim dalam memutus perkara anak

harus memperhatikan masa depan anak yang dihubungkan dengan nasib dan karirnya.96

8. Lembaga pemasyarakatan Anak

Lembaga pemasyarakatan Anak juga ikut berperan dalam memberikan penerapan restorative justice terhadap anak. Yang terdiri atas :

a) Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) adalah lembaga atau tempat anak menjalani masa pidananya. Pasal 81 ayat (1) dan Pasal 85 ayat (1) menentukan bahwa anak yan dijatuhi pidana penjara yang keadaan dan perbuatannya akan membahayakan masyarakat ditempatkan di LPKA.

b) Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) adalah tempat sementara bagi anak selama proses peradilan berlangsung. Pasal 33 ayat (4) dan Pasal 84 ayat (1) mengatur bahwa anak yang ditahan ditemmpatkan di LPAS.

c) Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) adalah lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi anak. Pasal 11 huruf c mengatur bahwa LPKS adalah salah satu tempat pendidikan atau pelatihan paling lama 3 (tiga) bulan bagi anak.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan maka sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yng dibina dan masyarakatan untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar

96

menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.

9. Masyarakat

Peran serta masyarakat terdiri atas 1 pasal yaitu pasal 93 di dalam Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Pasal tersebut menyebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta dalam perlindungan anak mulai dari pencegahan sampai dengan reintegrasi sosial anak dengan cara :

a. Menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak anak kepada pihak yang berwenang;

b. Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan anak;

c. Melakukan penelitian dan pendidikan mengenai anak;

d. Berpartisipasi dalam penyelesaian perkara anak melalui diversi dan pendekatan keadilan restoratif;

e. Berkontribusi dalam rehabilatasi dan reintegrasi sosial anak, anak korban dan/atau anak saksi melalui organisasi lemasyarakatan;

f. Melakukan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara anak;

g. Melakukan sosialisasi mengenai hak anak serta peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan anak.

Peran masyarakat sangat dominan sejak dari pemahaman sampai pelaksanaan sistem peradilan itu sendiri dalam restorative justice. Dapat dikatakan bahwa pendekatan keadilan restoratif akan gaal apabila masyarakat tidak siap untuk melaksanakannya.