BAB II. LANDASAN TEORI
B. Heroic Leadership
2. Pilar- pilar Heroic Leadership
Menurut Lowney (2005), kesadaran diri bukanlah produk
sekali jadi. Kesadaran diri didapat melalui latihan yang terus
menerus. seseorang yang memiliki kesadaran diri akan meluangkan
waktunya untuk melakukan refleksi. Mereka akan kembali
mengevaluasi apa yang telah mereka lakukan. Mereka menilai
apakah yang telah mereka lakukan sesuai dengan tujuan. Dalam
jalan yang terus berubah, refleksi perlu dilakukan agar mereka selalu
Kesadaran diri berarti mengetahui siapa dirinya dan apa yang
diinginkannya ( Lowney, 2005). Seseorang dengan kesadaran diri
tidak akan lepas dari tujuan yang telah ditetapkannya. Kesadaran diri
akan selalu mengingatkan seseorang tentang siapa dirinya, dimana
posisi dirinya dan kemana tujuan mereka dalam lingkungan yang
terus berubah.
Contoh kasus yang diberikan oleh Lowney adalah ketika
sebuah perusahaan mengalami pertumbuhan yang pesat dan
kekurangan tenaga. Kebutuhan akan tenaga kerja memaksa
perusahaan untuk memperbanyak rekrutmen. Agar banyak pekerja
yang didapat, tak jarang perusahaan tersebut menurunkan standar
kompetensi yang dibutuhkan. Dengan melakukan hal tersebut,
kebutuhan akan tenaga kerja yang banyak dapat terpenuhi. Akan
tetapi, hal tersebut memungkinkan terjadinya penurunan kualitas
yang dapat berdampak pada nama baik perusahaan. Berbeda dengan
hal tersebut, para pemimpin Yesuit justru semakin mempersulit dan
memperketat proses penerimaan anggota baru. Hal tersebut
dilakukan atas dasar menjaga reputasi perusahaan dan layanan yang
berkualitas. Walupun mereka harus kehilangan peluang untuk
menjadi yang pertama. Hal tersebut menunjukkan bagaimana
seseorang tetap fokus pada tujuan semula dan tidak terpancing pada
Seseorang yang memiliki kesadaran diri mengetahui apa
kelebihan yang dimilikinya dan menandai kelemahan-kelemahan
yang menghambat pencapaian tujuan. Oleh karena itu, orang dengan
kesadaran diri akan mengejar apa yang diinginkannya dengan penuh
semangat dan mengilhami orang lain (Lowney, 2005).
b. Ingenuitas
Ingenuitas maksudnya adalah suatu kemampuan untuk
berinovasi dan beradaptasi dengan penuh keyakinan diri (Lowney,
2005). Oleh karena itu, ingenuitas menuntut seorang pemimpin
untuk membebaskan diri dari kebiasaan- kebiasaan dan
prasangka-prasangka yang tertanam dalam dirinya (Lowney, 2005). Ingenuitas
akan menyadarkan seseorang pada banyaknya peluang atau
kesempatan yang tersedia.
Lowney menggambarkan ingenuitas dalam bukunya melalui
tokoh yang bernama Fransiskus Xaverius. Dia ditunjuk untuk pergi
kesebuah tempat yang belum pernah dia kunjungi. Jawaban yang dia
berikan adalah “Baik, saya siap”. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dia memiliki ingenuitas. Dia yakin bahwa ditempat yang baru dia
akan mampu beradaptasi dan memberikan kontribusi pada
organisasinya. Bagi dia bukan tempat yang perlu dicemaskan tapi
yang terpenting adalah apa yang dia perbuat. Di tempat dia bertugas,
dengan pimpinannya. Hal tersebut dilakukan karena dia yakin apa
yang dilakukan sesuai dengan arah perusahaannya. Dia juga melihat
bahwa minat orang- orang untuk mendapatkan pendidikan sangat
besar. Selain itu, dia juga dia pergi meninggalkan Jepang dan
bergegas menuju ke Cina karena melihat adanya peluang yang lebih
besar. Ingenuitas membuat tokoh mampu untuk melihat peluang dan
memanfaatkan peluang yang tersedia.
c. Cinta
Cinta yang dimaksud oleh Lowney adalah suatu kemampuan
untuk melihat potensi dan bakat yang dimiliki orang lain. Oleh
karena itu, mereka menciptakan suatu lingkungan yang didasari oleh
kesetian, afeksi dan sikap saling mendukung (Lowney, 2005).
Seseorang akan menghasilkan kinerja yang paling baik ketika
mereka dihormati, dihargai dan dipercaya dengan tulus (Lowney,
2005).
Sebuah perusahaan tidak akan menolak orang berbakat
berdasarkan latar belakangnya. Apapun latar belakangnya, apabila
seseorang tersebut memang berkualitas dan dapat berkontribusi pada
perusahaan maka orang tersebut akan diterima. Tidak hanya sebatas
menerima saja, namun perusahaan tersebut akan memperhatikan
d. Heroisme
Lowney mengartikan heroisme sebagai suatu kemampuan
untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi yang
heroik. Dengan sasaran yang heroik, seseorang akan membangkitkan
keinginan yang besar dalam diri untuk mencapai sasaran tersebut.
Sedangkan sasaran yang heroik adalah sasaran yang ambisius atau
selalu mengharapkan yang lebih (magis). Akan tetapi, seorang
pemimpin dengan heroic leadership tidak hanya sebatas pada
menetapkan tujuan yang heroik tetapi juga memberikan contoh
dalam mencapai tujuan tersebut.
Saat ini banyak perusahaan yang memberikan tujuan yang
besar bagi karyawan. Tujuan tersebut memang dapat membuat
karyawan termotivasi. Akan tetapi, motivasi yang telah didapat dapat
berubah menjadi pandangan yang pesimis dari karyawan. Hal
tersebut dapat terjadi karena karyawan tidak melihat peran langsung
atasan untuk mewujudkan tujaun tersebut (Lowney, 2005).
Dalam bukunya, Lowney memberikan contoh tentang
heroisme. Lowney menggambarkan heroisme melalui tokoh-tokoh
dalam bukunya. Tokoh- tokoh yang memiliki tujuan yang besar.
Tujuan yang pada waktu itu sangat sulit atau bahkan mustahil untuk
dilakukan. Tujuan tersebut antara lain berusaha untuk bermediasi
dengan raja dan menemukan jalan alternatif untuk mempersingkat
besar tetapi juga mendedikasikan waktu dan tenaga untuk
mewujudkan tujan tersebut.
Untuk mewujudkan sasaran yang heroik ada tiga langkah
yang harus dilakukan (Lowney, 2005), yaitu:
1) Menganjurkan para anggota baru untuk mengubah aspirasi
perusahaan menjadi misi pribadi.
2) Menekankan budaya perusahaan yang heroisme dan memberi
teladan tentang heroisme tersebut.
3) Memberikan kesempatan pada setiap pribadi untuk
memperbesar diri sendiri dengan memberikan sumbangan yang
bermakna bagi perusahaan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulakan bahwa heroic
leadership adalah kepemimpinan yang didasarkan pada pilar kesadaran
diri, ingenuitas, cinta dan heroisme. Keempat pilar tersebut akan selalu
ditampilkan oleh pemimpin dimanapun dia berada. Hal tersebut
dikarenakanheroic leadershipmerupakan cara hidup seorang pemimpin.
C. Hubungan antara Heroic Leadership Atasan dengan Intensi Turnover