• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. PILAR DAYA SAING DAERAH

Pemetaan IDSD terdiri atas 12 pilar Adapun Kedua belas pilar tersebut adalah Dinamika Bisnis, Kapasitas Inovasi, Kesiapan Teknologi, Kelembagaan, Infrastruktur, Perekonomian Daerah, Kesehatan, Pendidikan, Efisiensi Pasar Produk, Ketenagakerjaan, Akses Keuangan dan Ukuran Pasar,

3.1. Pilar Dinamika Bisnis

Kemajuan sektor bisnis membuahkan penciptaan dan perluasan lapangan kerja yang tentunya akan mengurangi tingkat pengangguran. Perluasan produksi dan diversifikasi akan menumbuhkan integrasi sektor dan industri sehingga menciptakan rantai nilai tambah yang akan menguatkan struktur ekonomi dan income generation bagi pemerintah dan masyarakat. Namun demikian, regulasi pemerintah tetap dibutuhkan untuk mengefektifkan efek pengembangan daya saing terhadap volume dan kualitas outcome pembangunan ekonomi dan sosial suatu daerah. Pilar Dinamika Bisnis yang terdiri dari 2 Dimensi, 10 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Dinamika Bisnis ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Regulasi dan Kewirausahaan.

Pilar Dinamika Bisnis yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 4 Provinsi, 6 Kabupaten dan 4 Kota.

Sementara itu, Pilar Dinamika Bisnis pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 7 Provinsi , 96 Kabupaten dan 21 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor Dinamika Bisnis ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip dibawah ini:

- Investasi pada penelitian dasar dan aktifitas yang inovatif yang menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju.

- Kemudahan perijinan untuk Iklim bisnis, investasi dan persaingan

- Kebijakan deregulasi keuangan dan kebijakan industrial untuk membangun daya tarik juga kerap dipersepsikan merugikan kepentingan pelaku usaha lokal.

3.2. Pilar Kapasitas Inovasi

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktifitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Pilar Kapasitas Inovasi, yang terdiri dari 2 Dimensi, 15 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Kapasitas Inovasi ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Interaksi dan Keberagaman dan Penelitian dan Pengembangan (R & D).

Pilar Kapasitas Inovasi yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 6 Provinsi, 3 Kabupaten dan 3 Kota.

Sementara itu, Pilar Kapasitas Inovasi pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 8 Provinsi, 158 Kabupaten dan 33 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25.

Pengaruh faktor Kapasitas Inovasi ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip dibawah ini:

- Investasi jangka pendek berupa R&D akan meningkatkan daya saing sector bisnis.

- Kegiatan R&D yang dimaksud adalah kegiatan yang berbasis ilmu pengetahuan untuk menghasilkan alternatif solusi prioritas bukan hanya untuk solusi masalah efisiensi atau produktivitas yang dihadapi, melainkan juga untuk membangun daya saing.

- R&D berperan penting dalam menumbuhkan kapasitas perusahaan dan masyarakat untuk melakukan inovasi yang berorientasi pada penumbuhan daya saing ekonomi

3.3. Pilar Kesiapan Teknologi

Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif. Kesiapan Teknologi merupakan faktor determinan bagi kemajuan teknologi informasi yang membantu dalam penciptaan pasar pada pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi menuju bangsa yang memiliki daya saing tinggi. Pilar Kapasitas Inovasi, yang terdiri dari 3 Dimensi, 6 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Kapasitas Inovasi ini dilihat dari 3 Dimensi yaitu Komersialisasi, Telematika dan Teknologi

Pilar Kapasitas Inovasi yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 5 Provinsi, 20 Kabupaten dan 11 Kota.

Sementara itu, Pilar Kapasitas Inovasi pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 3 Provinsi , 82 Kabupaten dan 15 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor Kesiapan Teknolgi mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip dibawah ini:

5. Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif.

6. kekuatan inovasi yang terus tumbuh disertai oleh kecepatan difusi informasi dan komunikasi sejalan dengan kemajuan teknologi informasi yang membantu dalam penciptaan pasar

7. Teknologi merupakan faktor penting peningkatan produktivitas dan perbesaran kapabilitas industri

3.4. Pilar Kelembagaan

Pilar Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim social, politik, hukum dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pilar Kelembagaan yang terdiri dari 2 Dimensi, 8 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar kelembagaan ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Tata Kelola Pemerintahan dan Keamanan dan Ketertiban.

Pilar Kelembagaan yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 16 Provinsi, 93 Kabupaten dan 33 Kota.

Sementara itu, Pilar Kelembagaan pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 6 Provinsi, 62 Kabupaten dan 10 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25 . Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut:

- Stabilitas social dan politik melalui system demokrasi yang berfungsi dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing.

- Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai tanpa adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.

- Aktifitas perekonomian suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

3.5. Pilar Infrastruktur

Pilar Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Pilar Infrastruktur yang terdiri dari 2 Dimensi, 5 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Infrastruktur ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Infrastruktur Transportasi dan Infrastruktur Air Bersih dan Kelistrikan.

Pilar Infrastruktur yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 12 Provinsi, 25 Kabupaten dan 14 Kota. Sementara itu, Dimensi Infrastruktur pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 2 Provinsi , 52 Kabupaten dan 9 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor Infrastruktur ini mendukung daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung aktivitas ekonomi daerah.

- Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya juga mendorong aktifitas perekonomian daerah.

- Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung berjalannya aktifitas bisnis di daerah yang berdaya saing

3.6. Pilar Perekonomian Daerah

Pilar Perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral, perekonomian, sertatingkat biaya hidup. Pilar Perekonomian daerah yang terdiri dari 2 Dimensi, 11 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Perekonomian daerah ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Keuangan Daerah dan Stabilitas Ekonomi

Pilar Perekonomian daerah yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 1 Kota. Sementara itu, Pilar Perekonomian daerah pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 2 Provinsi , 62 Kabupaten dan 8 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25 . Pengaruh faktor Perekonomian Daerah mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka pendek.

- Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam jangka panjang.

- Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu.

- Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik.

3.7. Pilar Kesehatan

Pilar Kesehatan merepresentasikan kualitas hidup manusia dan memiliki hubungan dengan tingkat daya saing daerah. Pembentukan kualitas hidup masyarakat akan mengalami kesulitan untuk daerah mencatat ketimpangan. Pilar Kesehatan yang terdiri dari 8 Indikator. Pilar Kesehatan yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 7 Provinsi, 34 Kabupaten dan 23 Kota. Sementara itu, Pilar Kesehatan pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 3 Provinsi , 49 Kabupaten dan 6 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor kesehatan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut

- pembangunan harus mampu meningkatkan kualitas kesehatan penduduknya, dan mampu menekan pertumbuhan penduduk agar strukturnya menjadi stabil, dan pada akhirnya pembangunan harus mampu menekan kemiskinan

- Kelangsungan hidup diukur dari tingkat kematian bayi per seribu kelahiran, angka harapan hidup, dan gap jender kelangsungan hidup.

- Kesehatan diukur antara lain dari kehidupan tidak sehat, tingkat kematian dibawah umur 60 tahun, dampak bisnis dari penyakit menular dan tidak menular.

- Layanan kesehatan meliputi, kualitas perawatan kesehatan, dan aksesibilitas perawatan kesehatan

3.8. Pilar Pendidikan dan Keterampilan

Pilar Pendidikan dan Keterampilan memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan ekonomi. Penegasan bahwa pendidikan dapat memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi berdasarkan asumsi pendidikan akan menciptakan tenaga kerja produktif dengan kompetensi, keahlian, pengetahuan dan keterampilan tinggi. Tenaga kerja terdidik dengan kualitas tinggi merupakan faktor determinan bagi peningkatan kapasitas produksi, yang memberi stimulasi pada pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi menuju bangsa yang memiliki daya saing tinggi. Pilar Pendidikan dan Keterampilan yang terdiri dari 2 Dimensi, 11 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Pendidikan dan Keterampilan ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Pendidikan dan Keterampilan

Pilar Pendidikan dan Keterampilan yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 1 Kabupaten dan 3 Kota. Sementara itu, Pilar Pendidikan dan Keterampilan pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 3 Provinsi , 47 Kabupaten dan 6 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25 . Pengaruh faktor Pendidikan dan Keterampilan ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

- Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah.

- Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas.

- Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing suatu daerah.

- Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya.

- Jumlah fasilitas pendidikan yang meningkat jelas dapat mengindikasikan kemajuan pembangunan

3.9. Pilar Efisiensi Pasar Produk

Pilar Efisiensi Pasar Produk dalam pembangunan memiliki keunggulan antara lain mendorong tingkat pertumbuhan, efisiensi dan daya saing yang lebih tinggi; karena fokus terhadap interaksi pelaku usaha memperkuat sistem ekonomi. Pilar Efisiensi Pasar Produk yang terdiri dari 3 Dimensi, 8 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Efisiensi Pasar Produk ini dilihat dari 3 Dimensi yaitu Kompetisi Dalam Negeri, Pajak dan Retribusi dan Stabilitas Pasar.

Pilar Efisiensi Pasar Produk yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 3 Provinsi, 8 Kabupaten dan 7 Kota.

Sementara itu, Pilar Efisiensi Pasar Produk pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 4 Provinsi , 72 Kabupaten dan 9 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor Efisiensi Pasar Produk ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan Prinsip-prinsip yang relevan diantaranya:

- Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan kemampuan managerial perusahaan-perusahaan yang berada di suatu daerah.

- Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

- Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif.

- Kewirausahaan sangat krusial bagi aktifitas ekonomi pada masa-masa awal.

- Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perushaan memerlukan keahlian - dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha

3.10. Pilar Ketenagakerjaan

Pilar Ketenagakerjaan dalam pembangunan memiliki keunggulan antara lain mendorong tingkat pertumbuhan, efisiensi dan daya saing yang lebih tinggi; karena fokus terhadap interaksi pelaku usaha memperkuat sistem ekonomi Pilar Ketenagakerjaan yang terdiri dari 2 Dimensi, 6 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Ketenagakerjaan ini dilihat dari 2 Dimensi yaitu Ketenagakerjaan dan Kapasitas tenaga kerja.

Pilar Ketenagakerjaan yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 12 Provinsi, 50 Kabupaten dan 12 Kota.

Sementara itu, Pilar Pilar Ketenagakerjaan Efisiensi Pasar Produk pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 2 Provinsi , 34 Kabupaten dan 8 Kota.

Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor

Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor Ketenagakerjaan untuk menunjukkan bagaimana kebijakan ketenagakerjaan mampu menekan pengangguran dengan merangsang terciptanya kesempatan kerja terutama pada sektor formal

- Indikator system keuangan merefleksikan kemampuan sistem finansial perbankan dan non-perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keuangan suatu daerah akan mempengaruhi alokasi faktor-faktor produksi yang terjadi di perekonomian daerah tersebut. Indikator sistem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian daerah.

- Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung daya saing daerah.

3.11. Pilar Akses Keuangan

Pilar Akses Keuangan merefleksikan kemampuan sistem finansial perbankan dan non-perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keuangan suatu daerah akan mempengaruhi alokasi faktor-faktor produksi yang terjadi di perekonomian daerah tersebut. Pilar Akses Keuangan yang terdiri dari 6 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Keuangan ini dilihat dari 1 Dimensi yaitu Akses Keuangan.

Pilar Akses Keuangan yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang

- Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian daerah.

- Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung daya saing daerah.

3.12. Pilar Ukuran Pasar

Pilar Ukuran Pasar menguatkan struktur industri yang menghasilkan nilai tambah yang terus meningkat akibat berkembangnya knowledge dan teknologi. Pasar Indonesia yang sangat besar menjadi peluang peningkatan produktivitas industri, Pilar Ukuran Pasar yang terdiri dari 3 Indikator, untuk pencapaian skor Pilar Ketenagakerjaan ini dilihat dari 1 Dimensi yaitu Ukuran Pasar

Pilar Ukuran Pasar yang mendapatkan berdaya saing sangat tinggi yang mempunyai skor di atas 3,76 yaitu 5 Provinsi, 30 Kabupaten dan 10 Kota.

Sementara itu, Pilar Akses Keuangan pada kategori daerah daya saing rendah sebanyak 3 Provinsi , 64 Kabupaten dan 13 Kota. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah wilayah yang memiliki total skor Aspek di bawah`1,25. Pengaruh faktor Ukuran Pasar ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

- Jumlah Penduduk Usia 17 Tahun menjadi faktor pendorong penumbuhan daya saing daerah.

- Pertumbuhan ekspor, baik ke pasar global maupun ke pasar domestik sebagai indikator produk yang dihasilkan mampu bersaing terhadap pesaing asing di pasar global dan pasar domestik. Pasar Indonesia yang sangat besar menjadi peluang peningkatan produktivitas industri,

Dokumen terkait