• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.2 Pilkada Kabupaten Sidoarjo dan Partai Politik

Menurut Surbakti pemerintah dan DPR menyepakati mengenai penggantian UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan sudah disahkan oleh Presiden menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Sebagian isi UU yang baru (Pasal 56 & Pasal 119) berisi prosedur dan mekanisme pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Pasal 22E UUD 1945 maupun UU NO.

12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD sama sekali tidak dijadikan rujukan, namun yang digunakan sebagai rujukan utama adalah Pasal 18, 18A dan 18B UUD 1945 mengenai pemerintah daerah (Surbakti, 2004).

Adanya Pilkada secara langsung memberikan manfaat diantaranya Pertama, sebagai bagian dari proses pendidikan politik rakyat. Kedua, sebagai kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi. Ketiga, sebagai persiapan untuk karier politik lanjutan bagi elit politik lokal untuk mengembangkan kecakapan dalam pembuatan kebijakan, menjalankan partai politik serta menyusun anggaran. Keempat, partisipasi rakyat dalam politik formal melalui Pilkada secara langsung dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah, sehingga dapat diharapkan tercapainya harmoni sosial, semangat kekeluargaan dan stabilitas politik di daerah. Kelima, dengan partisipasi politik yang luas, maka akan lebih berpeluang terwujudnya kesetaraan politik. Keenam, mencegah konsentrasi kekuasaan di pusat, dan mendistribusikan kekuasaan dalam kelompok yang lebih luas, termasuk ke kelompok masyarakat miskin, kelompok marginal, dan perempuan. Ketujuh, akuntabilitas publik, dimana calon yang terpilih akan membuktikan bahwa mampu mempertanggungjawabkan segala bentuk perilaku, pilihan kebijakan publik dan keputusan politiknya kepada warga masyarakat. Kedelapan, menigkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat (Prihatmoko, 2005).

Kabapaten Sidoarjo merupakan salah satu daerah yang telah siap menyambut Pilkada secara serentak tahun 2015 dan tokoh yang telah dipersiapkan partai politik dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Sidoarjo 2015 tidak dipungkiri

didominasi oleh pasangan kaum pria, diantaranya H. MsG Hadi Sutjipto, S.H, M.M dengan H. Abdul Kolik, S.E (HATIKU), H. Utsman Ikhsan dengan Ida Astuti, S.H (USWATAN), Saiful Ilah S.H, M.Hum dengan Nur Achmad Syaifuddin, S.H (BERSINAR), dan Wareh Andono, S.H dengan H. Imam Sugiri, S.T, M.M (WANI). Berbeda halnya dengan nomor urut 2 (dua) Utsman Ikhsan yang merupakan satu-satunya pasangan menggandeng calon wakil perempuan yakni Ida Astuti alias Tan Mei Hwa, partai politik pengusungnya yakni partai PKS dan Gerindra, dimana kedua partai bersama mendukung dan mengantarkan ke kantor KPUD Sidoarjo di Jalan Cemengkalang pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 14.00 (sumber: nasional.tempo.co).

Daerah pemilihan di Kabupaten Sidoarjo terdapat 6 pembagian Dapil yang memiliki 18 kecamatan, diantaranya memiliki 353 kelurahan dan memiliki Daftar Pemilih Tetap 2015 sekitar 60% dari jumlah penduduk yakni 1.367.945, jumlah pemilih perempuan 693.996 dan jumlah pemilih pemilih laki-laki 673.949. Disamping itu Kabupaten Sidoarjo sangat menarik dalam pemetaan suara partai politik, dimana basis suara partai politik yang terbesar dan menguasai 8 kecamatan dari 18 kecamatan yakni partai PKB. Berdasarkan dukungan data KPU Sidoarjo Suara Pileg 2014, PKB menguasi diseluruh Dapil dengan hasil Dapil 1 terdapat 60.208, Dapil 2 terdapat 52.757, Dapil 3 terdapat 33.197, Dapil 4 terdapat 50.649, Dapil 5 terdapat 38.449, Dapil 6 terdapat 28.370, dan total seluruh dapil terdapat 263.630 suara (kpud-sidoarjokab.go.id).

Sehingga menjadi sebuah tantangan besar bagi Partai Politik lain untuk memenangkan kontestasi pemilihan bupati 2015, khususnya Partai Politik yang mengusung pasangan Utsman dan Tan Mei Hwa, meskipun sudah diusung oleh dua

partai politik PKS dan Gerindra tetapi pada kenyataannya hasil pileg 2014 tetap tidak dapat mengungguli suara PKB yang mendominasi di Kabupaten Sidoarjo. Data yang diperoleh dari KPU Sidoarjo suara Pileg 2014 gabungan antara PKS dan Gerindra yakni Dapil 1 terdapat 33.758, Dapil 2 terdapat 29.737, Dapil 3 terdapat 34.351, Dapil 4 terdapat 30.711, Dapil 5 terdapat 42.676, Dapil 6 terdapat 26.801, dan total seluruh dapil PKS dan Gerinda terdapat 198.034 suara (kpud- sidoarjokab.go.id).

Disamping itu Kabupaten Sidoarjo memiliki basis partai terbesar yakni PKB, maka secara tidak langsung yang mendominasi dalam tubuh partai PKB adalah Islam Nahdlatul Ulama (NU). Seperti yang dikatakan oleh Yon Machmudi sebagai dosen Universitas Indonesia dalam artikelnya, bagi Nahdlatul Ulama PKS menuai berbagai kritikan dan menjadi ancaman, pertama karena ideologis yang dimilikinya, kedua lahirnya PKS sebagai kekuatan dakwah alternatif berpotensi melemahkan eksistensi ormas islam di kalangan generasi muda, dan ketiga kader PKS menimbulkan gesekan kepentingan, elit politik, dan agama dari golongan tua tidak dapat memonopoli dinamika di daerah yang sejatinya melemahkan dukungan umat dan otoritas kepemimpinan tokoh- tokoh ormas (Machmudi, 2007).

PKS merupakan kepanjangan tangan dari Partai Masyumi yang memiliki ideologi Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi keagamaan yang didirikan Hasan Al Bana di Mesir dan Sayyid Quthb yang telah tewas dibunuh karena gerakan dakwahnya yang dianggap subversif dan mengancam keutuhan negara Mesir. Organisasi Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam upaya penggulingan pemerintahan Mesir dengan cara melakukan penculikan tokoh-tokoh Mesir, pengeboman, dan penggalangan massa untuk melawan pemerintah. Maka dari Ikhwanul Muslimin

memiliki agenda tersembunyi di Indonesia yakni mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi Islam, sehingga melalui dakwah PKS berupaya menegakkan sistem pemerintahan islam dengan berbagai atributnya dan akan mengganggu stabilitas nasional (Rahmat, 2008). Sejatinya Partai Politik adalah organisasi yang mengelola ideologi, dimana ideologi tidak hanya ditempatkan sebagai tujuan, tetapi juga secara integritas memiliki ikatan sosial antara organisasi partai politik dengan masyarakat (Firmanzah, 2008). Sedangkan hal yang terjadi pada ideologi PKS memiliki sisi lain, seperti Rahmat (2008) katakan bahwa PKS dapat berpotensi melemahkan eksistensi dukungan umat dan otoritas kepemimpinan tokoh- tokoh ormas, seperti yang diketahui di Kabupaten Sidoarjo terdapat tokoh agama seperti Kyai yang dihormati dan disegani masyarakat yakni KH. Agoes Ali Masyhuri atau Gus Ali yang juga merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Sholawat di Sidoarjo.

Kritikan terhadap PKS semakin kentara ketika dalam ulang tahun PKS ke-9 April lalu yang mendapatkan teguran dari dua ormas besar yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, dalam Koran Sindo terdapat artikel yang berisi kemarahan aktifis Muhammadiyah terhadap PKS (Sindo, 3-5-07) dan peringatan ketua PBNU, Hasyim Muzadi akan bahaya gerakan transnasional yakni gerakan liberalisme maupun fundamentalisme (Sindo, 9-5-07). Namun partai politik yang telah berdiri 1970an dengan menggandeng partai Gerindra tetap memiliki keyakinan dengan tokoh yang diusungnya dalam perhelatan pilkada 2015, yakni Utsman Ikhsan dengan wakilnya Tan Mei Hwa (uswatan) merupakan kandidat yang terpilih dan siap menantang calon incumbent Saiful Ilah yang telah mengabdi 15 tahun mengabdi untuk warga sidoarjo, dimana dua periode sebagai Wakil Bupati dan satu

periode sebagai Bupati beserta partai besar pengusungnya yakni PKB (Jawa Pos, 7- 10-2015).

Dokumen terkait