DENGAN PENEKANAN ARSITEKTUR HI TECH
PINTU SERVIS
a. Dasar Pemilihan letak SE dan Me :
• Kondisi jalan di sekitar site perencanaan
• Nilai aksesibilitas atau kemudahan pencapaian yang tinggi, baik untuk berbagai jenis kendaraan maupun pejalan kaki ke dalam site.
• Antisipasi gangguan yang timbul terhadap lalu lintas dan lingkungan sekitarnya.
• Faktor keamanan dan keslamatan
b. Kriteria pemilihan ME
o Aman dari resiko kecelakaan lalu lintas, yaitu dijauhkan dari
pertigaan jalan dan cukup jauh dari halte bus.
o Mempunyai view zona jenis kegiatan bangunan yang jelas bagi
pengunjung
o Diambil dari jalan yang paling besar untuk kemudahan akses
pengunjung
c. Kriteria penentuan SE
1. Aman untuk aktivitas yang akan dilakukan, yaitu dijauhkan dari pertigaan jalan dan cukup jauh dari halte bus.
2. Diambil dari jalan yang kurang banyak dilewati namun cukup besar 3. Kemudahan akses ke zona servis
d. Analisa
Gb 4.19 Kondisi Site dan batasan site Sumber : Dokumen pribadi
commit to user
63 Letak site yang diapit oleh 2 jalan lingkungan yaitu jalan Mangis I dan jalan manggis IV serta diapit oleh 2 jalan besar atau utama ( Jl Prof. Suharso dan Jl Adi Sucipto ) maka peletakan SE ataupun ME di
letakan antara Jl Adi Sucipto dan Jl Prof Suharso. Pemilihan ME
Tabel 4.7 Analisa pemilihan ME
Maka Me yang sesuai adalah no 1 Pemilihan SE
Tabel 4.8 Analisa pemilihan SE
Pertimbangan 1 2 3 4
Kemudahan akses ( Kemudahan keluar dari site )
Ya Tidak Tidak Ya
Pertimbangan 1 2 3 4
Kemudahan akses dan pencapaian ya ya Ya Ya Tingkat keselamatan dan keamanan ya tidak tidak ya Tingkat kemacetan Tdk
crordt
ya ya Tidk crodit Lebar jalan ya ya tidak tidak
Gb 4.20. Anlisa site Sumber : Dokumen pribadi PEMUKIMAN PENDUDUK PEMUKIMAN FAJAR INDAH
commit to user
64 Tingkat keselamatan dan keamanan Ya Tidak Tidak Ya
Tingkat kemacetan Tidak ya ya Tidak Jalan yang tidak banyak dilalui tapi cukub
besar
Tidak ya ya ya
Maka Me yang sesuai adalah no 4
e. Hasil
4. PROSES PENENTUAN KONSEP JUMLAH LANTAI
1. Dasar pertimbangan
Tapak terletak pada SWP VI yang memiliki ketenturan tinggi lantai 5 – 9 lantai ( 24 m – 40 m).
2. Analisa
Berdasar Luasan site dan kebutuhan luasan site yang tidak dapat menjangkau seluruh total lusan site, serta pertimbangan letak site yang terdapat pada SWP IV dengan peraturan tinggi bangunan yang terletak di SWP tersebut memiliki ketinggian 5 – 9 lantai maka bangunan Pusat suku cadang kendaraan bermotor di rencanakan memiliki tinggi bangunan 6 lantai. Dengan pertimbangan luas lantai dasar 23.138,93 m2 dan luasan total 36.751,60m2. Sehingga sisa luasan yang tersisa akan di bagi 5 lantai lainya.
3. Hasil
Ketinggian lantai = 6 lantai
5. PROSES PENENTUAN KONSEP ZONE BERDASARKAN KEBISINGAN
Gb.4.21 Penempatan SE dan ME Sumber : Dokumen pribadi ME digunakan untuk pengunjung fasilitas ini
SE ini di gunakan oleh Semua pemakai gedung
atau pengunjung
Berdasarkan pertimbangan tingkat kemacetan pada Jl Prof Suharso maka pada jam jam tertentu ME utama dapat digunakan sebagai SE
commit to user
65
o Dasar petimbangan
1. Tuntutan aspek privasi 2. Terhadap sifat pelayanan 3. Terhadap tingkat kebisingan
o Kriteria penentuan
1. Pola penzoningan ini harus dapat memenuhi tuntutan aspek privasi dari masing-masing pelaku fasilitas bangunan, sehingga antara kegiatan ruang satu dengan kegiatan yang lain tidak akan saling mengganggu
2. Dengan penentuan pola penzoningan, maka pembagian kegiatan yang terjadi dapat dibedakan berdasarkan sifat pelayanannya, meliputi daerah publik, semi publik dan privat
Ditinjau dari pengaruh kebisingan dan kondisi sekitar site, maka dengan adanya pola penzoningan akan dapat dicari kemungkinan terbaik. Dimaksudkan disini adalah akan didapat suatu zone atau area yang sesuai dengan fungsi dan tingkat kepentingannya.
1. ZONA KEBISISNGAN HORISONTAL
2. ZONA KEBISINGAN VERTIKAL
Gb 4.22. Analisi Kebisingan Horisontal Sumber : Dokumen pribadi
AREA KEBISINGAN TINGGI < 80 DB AREA KEBISINGAN SEDANG 70 – 80 DB AREA KEBISINGAN RENDAH < 70 dB PEMUKIMAN PENDUDUK PEMUKIMAN FAJAR INDAH
commit to user
66
6. PROSES PENENTUAN KONSEP PEZONINGAN
Untuk menentukan pezoningan di dalam site, pertimbangan yang digunakan adalah pengelompokan kegiatan.
Kriteria :
1. Pembagian zona berdasarkan karakter bangunan yang akan di rencanakan, bersifat atraktif, memberikan kesan terbuka ( komersial ) serta menjadi point of interest 2. Pembagian zona berdasarkan program aktifitas kegiatan yaitu kegitan utama,
kegiatan pendukung utama kegiatan pengelola serta kegiatan pelengkap. Jadi pembagian zona di bagi menjadi 4 bagian
Analisa :
1. Zona A direncanakan adalah zona untuk penjualan, informasi tentang penjualan mobil setengah pakai
2. Zona B adalah kegiatan utama ( mencari data suku cadang , penjualan suku cdang , pameran serta penjualan spare part atau asesoris.
3. Zona C adalah kegiatan pengelolaan 4. Zona D adalah kegiatan pelengkap
Hasil :
Gb 4.23. Analisi Kebisingan vertikal Sumber : Dokumen pribadi
Gb 4.24 Zoning horisontal Sumber: Dok pribadi
commit to user
67 Zoning vertikal mendasari penempatan satu fungsi dengan pertimbangan aksesibilitas, segi kenampakan dan privasi yang dikaitkan dengan penempatan pada level bangunan.
Pada lantai terbawah akan digunakan untuk bengkel serta area servis kendaraan ada juga retail dan restauran, pada lantai 2, akan digukan retail-retail dan anchor tenent, bodi repair, lantai 3 retail reteil dan anchor, lantai ke 4 adalah anchor tenent dan retail retail show room ,lantai 5 anchor tenent dan retail -retail serta show room. Lantai 6 adalah kantor.
7. PROSES PENENTUAN KONSEP ORIENTASI BANGUNAN
1) Dasar pertimbangan
1.Sifat komersial bangunan yang menuntut arah pandang orang untuk melihat ke dalam site atau bangunan.
2.Arah dan kepadatan lalu lintas di sekitar site baik kendaraan maupun pedestrian.
3.Perencanaan ME dan SE sebagai media akses keluar masuk site. 2)Kriteria Pemilihan
1. Orientasi bangunan terutama diarahkan untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat tentang keberadaan bangunan
2. Orientasi bangunan yang terjadi nantinya harus memberikan kemudahan terhadap pola perencanaan ke arah bangunan oleh publik
3) Analisa
Dari dasar pertimbangan dan pemilihan orientasi bangunan di atas ditemukan bahwa Jl Adi Suciptodan dan Jl Prof Suharso merupakan jalan dengan kemungkinan pengunjung paling banyak, selain itu penempatan ME yang berhubungan langsung dengan jalan Adi Sucipto semakin memperkuat
Gb 4.25. Zona Akhir Vertikal Sumber : Dok. Pribadi
commit to user
68 arah orientasi yang paling optimal, yaitu ke arah Prempatan Fajar Indah seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Sehingga dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan pola orientasi site dan pencegahan terhadap view yang kurang baik untuk site tersebut :
Hasil orientasi view bangunan adalah menghadap perempatan FajarIndah karenena merespon letak site yang berada peda perempatan jalan serta agar bisa terekspos dengan baik sehingga bangunan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Gb 4.27 . Orientasi arah bangunan Sumber: Dok pribadi Pemukiman penduduk Lahan kosong Perempatan jajar hallai Gb.4.26 Analisis Orientasi arah bangunan Sumber: Dok pribadi
commit to user
69
8. PROSES PENENTUAN KONSEP PERMASAAN DAN TAMILAN
BANGUNAN
Bertujuan untuk menentukan bentuk bangunan yang dapat mewujudkan bangunan yang komunikatif, atraktif dengan pendekatan bentuk pada analogi produk sapre part dan penerapan Arsitektur High Tech.
Charless Jenks dalam bukunya Architecture Today menyatakan
bahwa ada 6 kriteria bangunan High‐Tech yang bisa dikatakan ideal, yaitu: 1. Inside‐out , dimana area servis dan struktur bangunan terekspos pada eksterior
yang juga dimanfaatkan sebagai ornamen atau sclupture.
2. Terdapat simbolisasi High‐Tech seperti member sclupture yang bercirikan High‐ Tech tetapi tetap ditekankan pada segi logisnya
3. Menggunakan material kaca sehingga dapat memaksimalkan daylight dan dapat mengekspos interior bangunan
4. Menggunakan warna‐warna cerah atau warna‐wana monokrom
5. Menggunakan stuktur baja atau kabel baja pada struktur utama atau pada atap. 6. Memasukan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan dan dapat
berfungsi pada bangunan
Analogi bentuk produk Spare part pada bangunan pusat suku cadang kendaraan bermotor di surakarta dengan hi tech antara lain :
1. Menggunakan lampu sebagai fungsi (artificial lighting), estetika (interior‐ eksterior) bangunan.
2. Penggunaan mesin sebagai penghasil energi untuk bangunan
3. Menggunakan bahan fabrikasi sebagai elemen bangunan‐atap, dinding, jendela (BRC, Galvalum, polycarbonate)
4. Menggunakan produk teknologi sebagai media promosi dan informasi produk otomotif di dalam dan luar bangunan‐elemen atraktif.
5. Mengggunakan warna‐warana monokrom dan warna‐warna yang cerah pada bangunan.
6. Pendingin mesin, piston dan mesin merupakan salah satu inspirasi bentuk gubahanmasanya sebagai slah satu perwujudan suku cadang kendaraan bermotor, selain itu dapat mewakilkan cirikhas tekhnologi yang mutakhir.
Massa Utama Spare part center di rencanakan memiliki kesan “welcome”
atau terbuka sehingga berbentuk huruf ” L ” berbentuk seperti pistol. Masa
commit to user
70
wadah kegiatan secara umum dan silinder sebagai penunjang ataupun point of interestnya di dapat dari metafora bentuk cooling engine mesin ,analisa SE dan ME ,konsep pezoningan serta penggabungan pola peruangan secara garis besar sehingga di dapat gubahan masa kasar seperti pada gambar berikut :
69
Colling engine,piston Dan mesin
Silinder dan boks SE dan ME
Zoning vertikal
Pola hubungan makro
Pola hubungan makro Pada site Zoning horisontal
Pola hubungan makro
Pada site setelah di pengarui bentuk silinder dan box
HASIL
Gb 4.28. Metafora terbentuknya gubahan masa