• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG TERJADINYA PERISTIWA 1 OKTOBER 1965

B. PKI Pada Masa Demokrasi Liberal 1950 – 1959

Demokrasi Liberal adalah demokrasi yang berdasarkan pada prinsip

kebebasan individu. Dalam hal ini, pemerintah hendaknya tidak campur tangan

dalam urusan warga negaranya, terkecuali menyangkut kepentingan umum.

Kebebasan yang menyangkut individu tidak mendapat campur tangan dari

pemerintah, akan tetapi menyangkut kepentingan umum tetap dilakukan oleh

negara.

Dala m periode 1950 – 1959, disebut sebagai masa demokrasi liberal yang

merupakan zaman keemasan bagi kehidupan partai-partai politik di Indonesia.

Suatu masa di mana dalam sejarah perjalanan partai-partai politik yang penuh

kegairahan dan dinamika. Boleh di kata, hampir dalam struktur kenegaraan

diperebutkan oleh dan untuk orang partai. Parlemen dikendalikan oleh

“orang-orang partai”, karena menganut sistem pemerintahan parlementer. Dalam sistem

ini, kedudukan kabinet selalu labil yang ditunjukkan dengan sering terjadi

97

pergantian kabinet.98 Dianutnya sistem ini menyebabkan berkurangnya kekuasaan presiden, mengingat kekuasaan riil sepenuhnya berada di tangan perdana menteri.

Oleh karena itu, keadaan partai politik kecuali memiliki kekuasaan politik

sekaligus penentu dalam pengambilan keputusan politik, sedangkan kekuasaan

presiden dan kaum militer kecil sekali.99

Pada masa demokrasi liberal inilah PKI dapat dikatakan “menemukan”

dirinya kembali serta bangkit dari “kematian”singkatnya pasca pemberontakan di

Madiun 1948. Pada masa ini, PKI mampu “mensejajarkan” dirinya dengan

partai-partai besar lainnya. Bahkan PKI termasuk salah satu dari empat partai-partai besar pada

saat itu setelah PNI, Masyumi, dan NU. Keberhasilan PKI dalam

mengembangkan dirinya tentu tidak terlepas dari taktik dan

propaganda-propaganda para pimpinan PKI. Namun yang lebih dominan, yaitu D.N. Aidit.

Kesadaran bahwa untuk dapat menjadi nomor satu tidaklah cukup dengan basis

massa yang besar, namun juga harus didukung dengan kemampuan berpolitik dan

dengan kecerdikan dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Jalan

parlemen pun ditempuh, dan untuk dapat duduk dalam pemerintahan, maka PKI

harus mampu menarik simpati rakyat. Akal yang cerdik pun digunakan dengan

melakukan aliansi dengan kekuatan-kekuatan po litik yang penting. Pada era tahun

50-an, memang ada beberapa partai yang mempunyai basis dukungan yang besar,

di antaranya PNI dan Masyumi, dan menurut PKI bahwa yang paling cocok untuk

didekati dan diajak kerja sama adalah PNI.

Sebagai partai besar, PNI cukup memegang peranan penting dan

mempunyai pengaruh dalam kabinet, sehingga ketika Kabinet Sukiman jatuh pada

98

Todiruan Dydo. op.cit. hlm 40 – 41

99

tahun 1952 sebagai akibat persetujuan Mutual Security Act (MSA) dengan Amerika Serikat yang ditanda tangani oleh Menteri Luar Negeri Mr. Achmad

Soebardjo (Masyumi), CC PKI mengeluarkan pernyataan politik yang pada

hakekatnya menawarkan pada PNI untuk membentuk kabinet tanpa Masyumi.

Meskipun kemudian dalam kabinet baru yang dibentuk di bawah pimpinan Mr.

Wilopo (PNI), ternyata terdapat pula menteri- menteri dari Masyumi, tetapi PKI

tetap menyatakan dukungannya walaupun kecewa karena Masyumi

diikutsertakan.100

Sikap dan dukungan yang diberikan oleh PKI bukanlah tanpa imbalan.

PKI menginginkan agar semua partai politik yang ada pada waktu itu

menghilangkan kecurigaan dan sikap anti PKI. Usaha dan propaganda yang

dilakukan PKI memang tidak sia -sia. PNI mulai menjalin kerja sama dengan PKI.

Puncak kerja sama ini adalah dengan jatuhnya Kabinet Wilopo oleh PNI sendiri

walaupun notabene pemimpin kabinet tersebut adalah dari kalangan PNI sendiri.

Diduga penyebabnya adalah akibat adanya peristiwa Tanjung Morawa di

Sumatera Utara. Setelah berhasil menjatuhkan kabinet tersebut, PKI menuntut

agar segera dibentuk kabinet baru tanpa melibatkan Partai Sosialis dan Masyumi.

Kemudian terbentuklah Kabinet Mr. Ali Sastroamijoyo I. Terhadap kabinet baru

ini, PKI dengan nyata memberikan dukungannya bahkan PKI dengan gigih

membela kabinet ini yang identik dengan PNI tersebut.101

PKI berjuang dengan gigih agar kabinet tersebut tetap bertahan dan PKI

siap membela jika ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan kabinet yang baru

100

Ibid. hlm. 26

101

terbentuk tersebut walaupun dalam kenyatannya kabinet tersebut gagal mengatasi

kesulitan ekonomi yang dialami bangsa Indonesia kala itu.

Puncaknya ketika Pemilu tahun 1955, di mana PKI unggul dengan enam

juta suara. Ini adalah suatu prestasi besar yang diperoleh partai yang sebelumnya

sempat “mati suri” tersebut. Walaupun di dalam pemilu PKI unggul dan termasuk

dalam empat partai besar, namun PKI gagal duduk dalam kabinet yang terbentuk

sesudahnya. Walaupun Presiden Sukarno yang dari awal sudah menaruh simpati

yang besar pada PKI dan menginginkan agar PKI diikutsertakan dalam kabinet,

dengan pertimbangan bahwa PKI berhasil mengumpulkan suara yang cukup besar

dalam pemilu. Namun usaha Presiden Sukarno tersebut tidak berhasil.102 Pengaruh NU dan Masyumi cukup mampu menjegal masuknya PKI dalam

kabinet. Kabinet yang terbentuk itu dinamakan Kabinet Ali Sastroamijoyo II.

Gagalnya PKI untuk masuk dalam kabinet tersebut tidak berarti bahwa

PKI akan berhenti sampai di situ, bukan juga berarti bahwa PKI telah kehabisan

peluang dan kesempatan. Berpisahnya Dwi Tunggal Sukarno-Hatta pada tahun

1956 telah memberi angin segar dan peluang yang sangat menguntungkan bagi

PKI, karena PKI akan semakin leluasa untuk mendekati Presiden Sukarno. Usaha

PKI ini memang tidak sia -sia. PKI menjadi dekat dengan beliau, puncaknya ketika

PKI memberikan dukungan penuh tatkala Presiden Sukarno mengemukakan

konsep yang kemudian dikenal dengan konsep Demokrasi Terpimpin, dengan

alasan untuk menyelamatkan negara dari perpecahan karena banyak terjadi

ketegangan-ketegangan politik pada masa pemerintahan kabinet Ali

102

Sastroamijoyo II. PKI mendukung penuh konsep tersebut dan kemudian duduk

dalam Kabinet Goto ng-Royong yang dibentuk oleh Presiden Sukarno walaupun

banyak kalangan yang menentang.103

Perkembangan pengaruh komunis di tingkat nasional pada awal 1960 an

mendapat angin segar dari Presiden Sukarno yaitu dengan dikumandangkannya

konsep Nasakom sebagai panduan politik di Indonesia. Salah satu tujuannya

adalah demi terciptanya keseimbangan di antara kekuatan-kekuatan yang bersaing

di Indonesia dan mencegah kemungkinan perebutan dominasi satu terhadap yang

lain termasuk AD. Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia pada awal tahun 60

an semakin membuat PKI berada dalam posisi yang diuntungkan, sebab sedari

awal partai ini dikenal sebagai kekuatan yang berpihak kepada petani miskin dan

mengkampanyekan reformasi agraria.104 Oleh karena konsep Nasakom pada masa

itu sedang berada di atas angin, dengan Presiden Sukarno sebagai punggawanya

membuat PKI berada dalam posisi terhormat di mata rakyat.105

Walaupun pada masa demokrasi liberal PKI kurang mengalami

perkembangan berarti, namun telah membuka jalan bagi PKI untuk lebih dekat

dengan Presiden Sukarno yang kelak pada masa Demokrasi Terpimpin akan

menjalin aliansi dengan PKI dan beliau akan menjadi tempat bernaungnya PKI.

Dengan demikian, maka posisi PKI akan semakin kuat, dan TNI AD yang antipati

terhadap PKI tidak dapat berbuat gegabah terhadap PKI, karena menentang PKI

sama dengan menentang Presiden Sukarno.106

103 Harold Crouch. op.cit. hlm 92

104

R.A.F Paul Webb dan Steven Farram, Di PKI Kan Tragedi 1965 dan Kaum Nasrani di Indonesia Timur, Syarikat, Yogyak arta, 2005, hlm.85

105

Ibid. hlm 99

106