penelusuran pustaka untuk uji bioaktivitas fraksi n-heksana, etilasetat, dan
metanol daun dengan metode belum pernah
dilakukan.
* #+ ) # !( ( #
#+ , ( (&
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang berguna bagi ilmu
pengetahuan khususnya bidang farmasi mengenai bioaktivitas fraksi
n-heksana, etilasetat, dan metanol terhadap larva artemia serta
golongan senyawa yang terdapat dalam fraksi yang paling aktif.
- #+ ) " (&
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
terkait potensi fraksi daun dalam pengembangannya sebagai
senyawa sitotoksik.
./. # # !( ( #
1. Mengetahui bioaktivitas fraksi metanol, etilasetat, dan n-heksana daun
terhadap larva artemia pada BST
2. Mengetahui nilai LC50 fraksi metanol, etilasetat, dan n-heksana daun pada BST
3. Mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi daun
6
#$ # -, #(
Tanaman L. termasuk dalam familia Annonaceae.
Tanaman ini dikenal juga dengan nama asingnya yaitu, (Unites States
Department of Agriculture, 2001).
0 1 0 1
%- # % # 0 1 .# 0 1 .#$
0 ,2 ', # 3 -! #4 .! & 1
&" ()&( .%-.' #
dikenal sebagai tanaman yang umumnya tumbuh di
daerah pesisir dengan tinggi pohon mencapai 12 meter. Daunnya selang seling,
lonjong dengan panjang sampai 15 cm (Gambar 1A), dan bunga berwarna krem
dengan bercak merah didekat bagian dasar (Gambar 1B). Panjang buah sampai 10
cm, berwarna kuning dan daging buah berwana merah muda dengan banyak biji
berwarna hitam (Cambie, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
* #4.#$ # "(%(
Kandungan toksik adalah alkaloid liriodenine. Batang, kayu,
dan kulit batang mengandung alkaloid ' $ , , ,
, *$ , , , , .
+ ,$-$ $./$ $.0$ juga telah diisolasi. Alkaloid pada daun adalah *$ dan . Ekstrak daun yang terhidrolisis menghasilkan flavonoid 1 dan . Daun, akar dan kulit batang menunjukkan hasil positif adanya alkaloid, dan ekstrak biji mempunyai sifat
insektisidal (Cambie, 1994). Daun juga mengandung asetogenin $
yaitu dan B (Liu , 1999a), serta asetogenin lainnya yaitu ' dan ()$ ' (Liu ., 1999b).
(& % ("
Artemia dikenal dengan nama asing termasuk familia
artemiidae, genus , dan spesies Leach (Mudjiman, 1989).
(#$".#$ # '(4.)
Artemia tidak dapat bertahan hidup pada suhu kurang dari 6oC atau lebih dari 35oC, tetapi hal ini sangat bergantung pada ras dan kebiasaan tempat hidup mereka. Maka dari itu, pertumbuhan artemia yang baik berkisar pada suhu antara
25-30oC. Daya tahan artemia terhadap perubahan kandungan ion-ion kimia dalam air tenyata juga sangat tinggi. Apabila kandungan ion natrium dibandingkan
8
dengan ion kalium di dalam air laut alami adalah 28, maka Artemia masih dapat
bertahan pada perbandingan antara 8-173 (Mudjiman, 1989).
Artemia dapat berkembang dengan baik pada kadar garam yang tinggi.
Pada kadar garam yang tinggi, artemia terhindar dari musuh-musuh yang tidak
dapat hidup pada kadar garam yang tinggi. Artemia dapat hidup di perairan
dengan kadar garam antara 1-300 per mil (Mudjiman,1989).
Artemia juga dapat hidup dan menyesuaikan diri pada tempat yang kadar
oksigennya rendah maupun yang mengalami kejenuhan oksigen. Pengaruh pH
terhadap kehidupan artemia muda dan dewasa belum jelas namun berpengaruh
terhadap penetasan . Apabila pH untuk penetasan kurang dari 8, maka
efisiensi penetasan akan menurun. banyak yang tidak menetas atau waktu
penetasan lebih panjang (Mudjiman, 1989).
* ' ) ) " %- #$ # %(
Istilah untuk telur artemia adalah , yaitu telur yang telah
berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh
cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio
terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan
mempermudah pengapungan. Oleh karena itu, ia sangat tahan menghadapi
keadaan lingkungan yang buruk (Mudjiman, 1989).
Apabila siste artemia direndam dalam air laut bersuhu 25ºC, maka akan
menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam cangkangnya keluarlah larva yang
juga dikenal dengan istilah . Dalam perkembangan selanjutnya, larva
akan mengalami 15 kali perubahan bentuk atau metamorphosis. Setiap kali larva
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengalami perubahan bentuk merupakan satu tingkatan. Larva tingkat I
dinamakan instar I, tingkat II dinamakan instar II, tingkat III dinamakan instar III,
demikian seterusnya sampai instar XV. Setelah itu berubahlah menjadi artemia
dewasa (Mudjiman, 1989).
%- 5 %( 0 .4/(% # 6761
Larva yang baru saja menetas masih dalam tingkatan instar I. Warnanya
kemerah-merahan karena masih banyak mengandung makanan cadangan. Oleh
karena itu mereka masih belum perlu makan. (Mudjiman, 1989).
%- * ' ) ) .- ' # - # ." %( 0 .4/(% # 6761
Sekitar 24 jam setelah menetas, larva akan berubah menjadi instar II.
Pada tingkatan instar II, larva udah mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan
10
itu, cadangan makanannya juga sudah mulai habis. Pada tingkatan selanjutnya
mulai terbentuk sepasang mata majemuk, selain itu berangsur-angsur tumbuh
tunas-tunus kakinya. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak
11 pasang, maka berakhirlah masa larva, dan berubah menjadi artemia dewasa
(Mudjiman, 1989).
%- 8 %( 4 2 & 0 .4/(% # 6761
8 #$$.# # %( ) 4 0 1
Uji BST dengan hewan uji artemia dapat digunakan untuk skrining awal
terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor karena uji
ini mempunyai kolerasi yang positif dengan potensinya sebagai antitumor maupun
fisiologis aktif tertentu (Anderson, Goets, dan McLaughlin, 1991).
Artemia digunakan sebagai hewan uji karena memiliki kesamaan
tanggapan dengan mamalia, misalnya tipe DNA- RNA
artemia serupa dengan yang terdapat pada mamalia (Solis ., 1993). Artemia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juga memiliki $ & Na+ dan K+ ATP Na+ dan K+ ATP merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis ATP menjadi
ADP serta menggunakan energi untuk mengeluarkan 3Na+ dari sel dan mengambil 2K+ ke dalam, tiap sel bagi tiap mol ATP dihidrolisis. Na+ K+ ATP ditemukan dalam semua bagian tubuh. Aktivitas enzim ini dihambat oleh
. Adanya menyebabkan keseimbangan ion Na+ dan K+ tetap
terjaga (Ganong,1995). Jika suatu senyawa bekerja mengganggu kerja salah satu
enzim ini pada artemia dan menyebabkan kematian artemia, maka senyawa
tersebut bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian sel mamalia (Solis ,
1993).
3 0 1
(BST) merupakan salah satu metode uji
toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang
bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai $
dari bahan alam karena mudah, cepat, murah, dan cukup
reprodusibel. Beberapa senyawa bioaktif yang telah berhasil diisolasi dan
aktivitasnya dimonitor dengan BST menunjukkan adanya korelasi terhadap suatu
uji spesifik antikanker (Harmita, and Radji, 2006).
Penggunaan BST sebagai pertama kali dilaporkan oleh Tarpley
untuk menentukan keberadaan residu insektisida, menentukan senyawa anestetik,
serta menentukan tingkat toksisitas air laut. Selanjutnya, Meyer dan kawan-kawan
12
ekstrak tanaman yang ditunjukkan sebagai toksisitas terhadap larva artemia.
Toksisitas ditentukan dengan melihat harga LC50 yang dihitung berdasarkan analisis probit. (Harmita, and Radji, 2006). Apabila harga LC50<1000 µg/ml maka senyawa dapat dikatakan toksik. Apabila pengujian dengan larva artemia
menghasilkan harga LC50<1000 µg/ml maka dapat dilanjutkan dengan pengujian antikanker menggunakan biakan sel kanker. Cara ini akan menghemat waktu dan
biaya penelitian (Meyer , 1982).
Metode untuk mendeteksi adanya aktivitas biologi suatu ekstrak tanaman
dalam skrining dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:
dan # . dibagi menjadi dua kelompok lagi yaitu dan
(Bohlin, and Bruhn, 1999).
BST merupakan metode kelompok
yang merupakan & & pada larva artemia. Sejak dikenalkan pada tahun 1982, metode ini telah digunakan untuk isolasi & & agen antitumor dan pestisida yang dihasilkan oleh tanaman (Bohlin, and Bruhn, 1999). Metode ini
melihat kematian larva artemia dalam waktu pengamatan 24 jam yang merupakan
suatu pengujian toksisitas akut. Uji toksisitas akut adalah uji tunggal yang
dilakukan kepada hewan uji menggunakan senyawa-senyawa/zat-zat kimia yang
berkaitan dengan kepentingan biologi dalam jangka waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengamatannya dilakukan selama 24 jam dan bertujuan untuk menentukan tingkat
letalitasnya (Donatus, 2001).
Pengamatan aktivitas biologi yang dilakukan pada uji toksisitas akut
dapat berupa pengamatan gejala-gejala klinis, kematian hewan uji, atau
pengamatan hispatologi organ. Data yang dapat diperoleh pada uji toksisitas akut
dapat berupa data kuantitatif yang dinyatakan dengan harga 2 + 34 (LD50) dan 2 34 (LC50). LD50 merupakan dosis senyawa uji yang dapat menimbulkan kematian 50% jumlah hewan uji sedangkan
LC50 merupakan kadar (konsentrasi) senyawa uji yang mampu menimbulkan kematian 50% hewan uji. Harga LD50 dan LC50 suatu senyawa harus dilaporkan sesuai dengan lamanya hewan uji yang diamati. Apabila lama pengamatan tidak
ditunjukkan dianggap bahwa pengamatan dilakukan selama 24 jam (Donatus,
2001).
#9 ( #
Penyarian adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Prinsip
penyarian adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non
polar dalam senyawa non polar (Harborne, 1987).
Cairan penyari untuk ekstrak sebaiknya sesuai dengan zat aktif yang
berkhasiat, dalam arti dapat memisahkan zat aktif tersebut dari senyawa lainnya
dalam bahan sehingga ekstrak mengandung sebagian besar senyawa aktif
14
Republik Indonesia, 1985). Ada dua pertimbangan dalam memilih pelarut yang
akan digunakan dalam penyarian, yaitu memiliki daya melarutkan yang tinggi dan
pelarut tersebut tidak berbahaya atau tidak beracun (Somaatmadja, 1981). Daya
melarutkan suatu pelarut bergantung terhadap kepolaran pelarut dan senyawa
yang terlarut. Suatu senyawa akan terlarut dalam suatu pelarut yang sesuai dengan
prinsip “like dissolve like” yang artinya suatu senyawa akan terlarut pada pelarut
yang memiliki kepolaran yang hampir sama. Indikator kelarutan pelarut dapat
ditentukan dari nilai konstanta dielektrik dan nilai polaritas pelarut (Stahl, 1985).
- ! (! ( ",#& # 4( ! " (" - - $ ( : ) ! . 0 '! 67;1 ,#& # ( ! " (" ! . ,! ( & 1,890 2,023 2,238 2,284 4,806 4,340 6,020 20,700 24,300 33,620 80,370 Petroleum eter Sikloheksana Karbon tetraklorida Toluene Benzene Diklorometan Kloroform Etileter Etilasetat Aseton n-propanol etanol metanol air Non-polar Polar
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam penyari. Penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut karena adanya beda konsentrasi antara larutan di dalam
dan di luar sel. Larutan yang lebih pekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di
luar sel (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986 ). Hasil maserasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maksimal biasanya dilakukan dengan maserasi menggunakan sederetan pelarut
atau metode Charauxs- Paris yaitu metode penyarian dengan menggunakan
pelarut yang berbeda kepolaran, dimana ekstrak pekat pelarut polar diekstraksi
kembali dengan pelarut semipolar dan pelarut non polar (Harborne, 1987).
,% ,$ +( )(& ()(&
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode
kromatografi untuk fitokimia yang berdasarkan pada proses adsorpsi. Suatu
senyawa dilewatkan pada lapisan yang disebut fase diam dengan bantuan suatu
pelarut sebagai fase gerak. Fase diam yang biasa digunakan adalah silica atau
alumina yang dilapiskan pada lempeng kaca atau alumunium, dan fase gerak
berupa pelarut organik (Gritter, 1991).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya dinyatakan
dalam angka Rf atau hRf, dimana angka tersebut dapat digunakan untuk
identifikasi senyawa yang dianalisis. Harga Rf merupakan karakteristik KLT.
Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan dua bercak dengan harga Rf
dan ukuran yang hampir sama. Harga Rf untuk suatu senyawa dapat dibandingkan
dengan harga standar (Stahl, 1985).
Deteksi bercak pada lempeng kromatografi yang telah dikembangkan
dapat menggunakan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm dan pereaksi semprot.
16
indikator fluoresensi, terbatas pada senyawa yang mempunyai cincin aromatik dan
ikatan rangkap terkonjugasi (Stahl, 1985).
#4 & # , (
merupakan salah satu tanaman yang telah diketahui
memiliki aktivitas antikanker karena memiliki beberapa senyawa yang dapat
menghambat maupun menyebabkan kematian pada sel kanker. Senyawa-senyawa
yang terkandung di dalamnya antara lain alkaloid , ,$-$ $./$ $.0$ , flavonoid 1 dan , asetogenin $
.
Penyarian bertingkat bertujuan untuk menyari senyawa-senyawa yang
terdapat dalam daun . Senyawa yang terkandung memiliki polaritas yang
berbeda-beda sehingga digunakan 3 macam pelarut dengan tingkat kepolaran yang
berbeda yaitu metanol, etilasetat, dan heksana. Metanol merupakan pelarut
organik yang bersifat polar sehingga akan melarutkan senyawa-senyawa yang
memiliki sifat kepolaran sama dengan metanol, seperti flavonoid quercetin.
Begitupula dengan n-heksana akan melarutkan senyawa yang larut dalam pelarut
organik non-polar seperti alkaloid bebas dan asetogenin, namun pada asetogenin
sendiri masih memiliki gugus hidroksi yang bersifat polar meskipun terdiri dari
rantai karbon yang panjang sehingga tidak semua asetogenin dapat larut dalam
pelarut non-polar seperti n-heksana. Oleh karena itu etilasetat yang memiliki
tingkat kepolaran diantara metanol dan n-heksana digunakan untuk melarutkan
asetogenin yang belum tersari pada pelarut n-heksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengujian bioaktivitas fraksi digunakan metode
(BST) yang merupakan pengujian bioaktivitas suatu bahan terhadap hewan
uji larva artemia. Bioaktivitas suatu senyawa ditunjukkan dengan nilai LC50, apabila harga LC50 <1000 µg/ml maka senyawa dapat dikatakan bioaktif.
(), &(&
Fraksi metanol, etilasetat, dan n-heksana daun memiliki
bioaktivitas terhadap larva artemia pada metode BST. Fraksi metanol, etilasetat,
dan n-heksana memiliki nilai LC50 yang berbeda. Fraksi n-heksana mengandung golongan senyawa kimia berupa alkaloid dan asetogenin, fraksi etilasetat berupa
18
#(& 4 # #< #$ # # !( ( #
Penelitian tentang uji bioaktivitas fraksi n-heksana, etilasetat, dan metanol
daun dengan metode BST merupakan jenis eksperimental murni dengan
rancangan % " +
( - ! 4 # +(#(&( ) &(,# !
( - ! # !( ( #
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas
Konsentrasi fraksi metanol, etilasetat, dan n-heksana daun
.
b. Variabel tergantung
Jumlah kematian larva artemia akibat pemberian fraksi metanol,
etilasetat, dan n-heksana daun .
c. Variabel pengacau terkendali
1) Lingkungan tempat percobaan: suhu penetasan artemia 25o-30o C, cahaya dengan sinar lampu 5 watt, air laut buatan dengan kadar garam
3,8 permil.
2) Subyek uji: Umur larva artemia 48 jam.
3) Tanaman: spesies atau varietas tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Variabel pengacau tak terkendali
1) Umur tanaman
2) Kondisi patologis larva artemia
+(#(&( ) &(,# !
a. Fraksi n-heksana daun adalah fraksi kental yang diperoleh
dengan maserasi serbuk kering daun menggunakan pelarut
n-heksana.
b. Fraksi etilasetat daun adalah fraksi kental yang diperoleh dengan
maserasi serbuk kering daun menggunakan pelarut etilasetat,
sebelumnya telah dimaserasi dengan n-heksana terlebih dahulu.
c. Fraksi metanol daun adalah fraksi kental yang diperoleh dengan
maserasi serbuk kering daun menggunakan pelarut metanol,
sebelumnya telah dimaserasi dengan heksana dahulu kemudian maserasi
dilanjutkan dengan etilasetat.
d. LC50 adalah konsentrasi fraksi metanol, etilasetat, dan heksana daun yang menyebabkan kematian 50% pada populasi hewan uji dalam
waktu 24 jam dan merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari
20
3 ' # # !( ( #
' # # % #
Daun yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Kebun
Tanaman Obat Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo,
Depok, Sleman, Yogyakarta.
' # ) #9 ( #
Pelarut yang digunakan dalam penyarian adalah metanol teknis, etil asetat
teknis, dan n-heksana teknis.
* ' # ./(
Bahan yang digunakan dalam uji BST adalah artemia ("
5 , 5 ), air laut buatan berkadar garam 3,8 permil, ragi
& (fermipan), fraksi metanol, etilasetat, dan heksana daun .
8 ' # ( ! . -. # 0 1
Bahan ALB terdiri dari natrium klorida 38 g dalam 1 liter aquadest.
; ' # " ,% ,$ +( ! )(& ()(& 0 1
Kecuali aquadest, bahan untuk KLT yang digunakan sebagai fase gerak
dengan derajat kualitas pro analisis berupa : kloroform, aseton, dietilamin,
, , asam formiat, dietileter, petroleum eter. Reagen yang
digunakan, yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi aluminium klorida, kalium
permanganat 0,32%. Plat KLT dengan Silica gel 60 F254 (Merck, Darmstadt) sebagai fase diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
! # !( ( #
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), kain hitam, (National), ayakan no 40, (2100), &
& (Janke & Kunkel), neraca analitik (Mettler Tolendo AB 204), aquarium penetasan artemia., lampu 5 watt (Dop), aerator, pipet tetes, flakon,
& ' ' (Djikstra), micropipette (SOCOREX), lempeng kaca, alat-alat gelas (Pyrex), bejana kromatografi, kertas saring, oven (Memmert), lampu UV 254 nm,
alat semprot, pipa kapiler 5 µl.
3 # !( ( #
%(# &( # % #
Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmokognosi Fitokimia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan cara membandingkan habitus
tanaman dengan pustaka acuan (Backer, and Bakhuizen van den Brink, 1963).
#$.%).! # - ' #
Daun diperoleh pada bulan September tahun 2011 di Kebun
Tanaman Obat Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo,
Depok, Sleman, Yogyakarta. Daun yang diambil adalah daun ke-4 sampai ke-5
dari ujung tangkai.
* #$ (#$ # 4 # ) %-. # & -."
Daun dicuci dengan air bersih mengalir, kemudian
diangin-anginkan, setelah daun bersih kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari
22
dipindahkan ke oven dengan suhu 40-45oC untuk dikeringkan, daun dinyatakan kering apabila daun hancur ketika diremas. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan
diserbuk dengan . Serbuk kering daun kemudian diayak dengan ayakan no
mesh 40.
8 & &(
Penyarian yang dilakukan adalah penyarian bertingkat dengan metode
maserasi. Serbuk kering daun ditimbang sebanyak 60 g dan dibagi
menjadi dua masing-masing 30 g kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
dengan ditambah pelarut n-heksana sebanyak 250 mL. Erlenmeyer ditutup dengan
aluminium foil, lalu diletakkan pada dengan laju konstan 150 rpm selama
24 jam kemudian larutan disaring dengan corong Buchner. Ampas yang diperoleh
pada penyaringan kembali dimaserasi dengan 250 mL n-heksana hingga diperoleh
filtrat yang berwarna pucat. Selanjutnya, disaring kembali dengan corong
Buchner dan ampas dikeringkan pada suhu ruangan hingga terbebas dari pelarut
heksana.
Ampas yang telah bebas dari pelarut heksana kembali di maserasi dengan
250 mL pelarut etilasetat selama 24 jam pada dengan laju konstan 150 rpm
kemudian disaring dengan corong Buchner. Ampas yang diperoleh kembali
dimaserasi dengan 250 mL etilasetat hingga diperoleh filtrat yang berwarna
pucat. Selanjutnya, disaring dengan corong Buchner dan ampas yang diperoleh
dikeringkan kembali sampai terbebas etilasetat.
Ampas kembali diberi perlakuan seperti prosedur sebelumnya, namun
pelarut yang digunakan diganti dengan 250 mL metanol kemudian di letakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada selama 24 jam dengan laju konstan 150 rpm. Saring kembali dengan
corong Buchner dan ampas yang diperoleh kembali ditambah dengan 250 mL
metanol. Maserasi kembali dengan sampai memperoleh filtrat yang
berwarna pucat.
Ketiga fraksi yang dihasilkan masing-masing dipekatkan dengan &
& hingga diperoleh fraksi pekat metanol, etilasetat, dan heksana. Fraksi pekat kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 50oC untuk memperoleh fraksi kental dengan bobot tetap. Fraksi yang telah diperoleh dihitung
rendemennya. Selanjutnya, fraksi dibuat peringkat konsentrasi untuk pengujian
bioaktivitas terhadap larva artemia.
; /( -(, " (5( & 4 #$ # % ,4
a. Pembuatan ALB
Natrium klorida ditimbang sebanyak 38 g, kemudian dilarutkan
terlebih dahulu di gelas Beaker dengan menambahkan sebagian aquadest.
Larutan natrium klorida kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1 L,
ditambahkan aquadest sampai tanda.
b. Penetasan Leach
artemia ditetaskan dengan media air laut buatan. Bak
penetasan (aquarium) yang digunakan terdiri dari ruangan yang disekat
menjadi dua bagian, bagian terang dan bagian gelap, dengan lubang pada
sekat 1 cm. Bagian gelap merupakan tempat ditaburkannya artemia
dan ukuran ruangnya lebih kecil dibanding bagian terang. Bagian terang
24
jam, kemudian menjadi larva. Larva yang aktif akan bergerak menuju
tempat yang terang melalui lubang pada sekat. Larva yang aktif digunakan
untuk uji BST setelah berumur 48 jam.
c. Pembuatan larutan sampel dan kontrol
Pembuatan larutan stok dengan konsentrasi 0,1% (1000 µg/ml)
dilakukan dengan melarutkan 10 mg tiap fraksi n-heksana, etilasetat, dan
metanol dalam 10 mL pelarut masing-masing fraksi. Larutan sampel
fraksi n-heksana dan etilasetat dibuat dengan mengambil volume tertentu
dari stok masing-masing dan ditambahkan pelarut masing-masing hingga
tanda 5 ml pada labu ukur seperti yang terlihat pada tabel II.
- ! ( ",#& # &( ! . # & %) ! + "&( # ' "& # 4 # (! &
Konsentrasi Larutan stok (C1) (µg/ml)
Volume larutan stok yang diambil
(V1) (ml) Volume akhir (V2) (ml) Konsentrasi larutan sampel (C2) (ml) 1000 0,05 5 10 0,085 17 0,145 29 0,245 49 0,42 84
Larutan sampel fraksi metanol dibuat dengan mengambil volume
tertentu dan ditambahkan metanol hingga tanda 5 ml pada labu ukur
seperti yang terlihat pada tabel III.
- ! ( ",#& # &( ! . # & %) ! + "&( % #,!
Konsentrasi Larutan stok (C1) (µg/ml)
Volume larutan stok yang diambil
(V1) (ml) Volume akhir (V2) (ml) Konsentrasi larutan sampel (C2) (ml) 1000 0,5 5 10 0,85 17 1,45 29 2,45 49 4,2 84
Masing-masing larutan dengan konsentrasi tersebut dimasukkan
kedalam flakon, yang telah diberi tanda 5 ml terlebih dahulu sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50oC, sedangkan kontrol dibuat dengan memasukkan masing-masing pelarut yakni metanol,
etilasetat, dan heksana ke dalam flakon sebanyak 5 mL kemudian
dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50oC. Replikasi sebanyak 6 kali. d. Uji bioaktivitas pada larva artemia
Uji bioaktivitas dilakukan pada larva artemia berumur 48 jam,
masing-masing 10 ekor larva artemia diambil secara random kemudian
dimasukkan ke dalam flakon yang telah dikeringkan sebelumnya. Flakon
di isi dengan 3 mL air laut buatan terlebih dahulu kemudian divortex. Ragi
ditambahkan 1 tetes (3mg ragi dalam 5mL ALB) pada tiap flakon sebagai
makanan. Tambahkan ALB kembali sampai volume 5 mL untuk tiap
flakon.
Pengamatan dilakukan 24 jam terhadap kematian larva artemia
setelah diberi perlakuan. Analisis data dilakukan untuk mencari LC50
dengan analisis probit dengan tingkat kepercayaan 95%.
= 4 # (+(" &( $,!,#$ # & #9 2 + "&(
Fraksi dengan toksisitas tertinggi (LC50 paling rendah) dilakukan identifikasi golongan senyawa dengan cara memisahkan kandungan senyawa
bioaktif menggunakan analisa Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Identifikasi
dengan KLT digunakan plat silika gel 60 F254 sebagai fase diam. Fraksi daun ditotolkan pada jarak ± 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa
kapiler kemudian dikeringkan dan dielusi dengan masing-masing fase gerak
26
jarak pengembangan, elusi dihentikan. Bercak pada permukaan plat diperiksa