• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLTA Saguling  Nilai Guna Langsung

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-38)

 Nilai Produksi Listrik

Nilai produksi listrik merupakan keuntungan yang bisa diperoleh dari penjualan energi listrik yang diproduksi oleh PLTA. Nilai keuntungan ini ditentukan oleh jumlah produksi listrik yang bisa dijual dikurangi biaya produksinya. Produksi listrik PLTA Saguling setiap tahunnya sebesar 2.158 GWh. Berdasarkan statistik listrik PLN, harga jual rata-rata per kWh sebesar Rp 591,11 dengan biaya produksi Rp 463, maka bisa diperoleh keuntungan sebesar Rp 276.008.200.000 atau Rp 276 milyar setiap tahunnya.

Nilai Ekonomi Produksi Ikan Usaha KJA

Nilai ekonomi produksi ikan yang berasal dari usaha keramba jaring apung (KJA) merupakan keuntungan yang bisa diperoleh dari penjualan ikan hasil budidaya setiap tahunnya. Nilai keuntungan ini ditentukan oleh jumlah KJA, jumlah produksi ikan, harga jual ikan, dan biaya usaha budidaya yang dikeluarkan. Berdasarkan data pada Waduk Saguling terdapat 4.514 unit KJA (Maulana 2010) dengan rata-rata produksi 2 ton per tahun ikan mas dan ikan nila setiap unitnya. Harga jual ikan mas berkisar sebesar Rp 14.000 per kg dan harga jual ikan nila sebesar Rp 15.000 per kg. Jika biaya produksi yang dikeluarkan Rp 28.731.610.000 per unit KJA setiap

tahunnya, maka bisa diperoleh keuntungan sebesar Rp 233.080.390.000 atau Rp 233,08 milyar setiap tahunnya.

Nilai Ekonomi Kegiatan Ekowisata

Nilai ekonomi ekowisata di Waduk Saguling dihitung dari besarnya biaya perjalanan wisata yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung yang datang setiap tahunnya. Pengunjung yang datang umumnya wisatawan transit ke wilayah ini dan rata rata hanya berkunjung 1 kali dalam setahun. Biaya Pengeluaran terdiri atas biaya transportasi dan biaya akomodasi dan konsumsi. Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa biaya rata rata transportasi sebesar Rp 116.000,- dan biaya akomodasi dan konsumsi sebesar Rp 33.000,-. Jadi biaya Pengeluaran sebesar Rp. 149.000,-/orang.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan diperoleh data bahwa rata-rata pengunjung yang datang ke waduk Saguling pada hari-hari biasa (Senin-Jumat) berkisar 10 orang, sedangkan pada hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu dapat mencapai 20 orang pengunjung. Dari data tersebut diketahui jumlah pengunjung rata-rata 4 orang per hari atau 1.460 pengunjung per tahun. Nilai ekonomi wisata di sekitar Waduk Saguling yaitu sebesar Rp. 149.000 x 1.460 pengunjung = Rp 217, 54 juta = Rp. 0,217 milyar setiap tahunnya.

Nilai Guna Tidak Langsung

 Nilai Ekonomi Penghijaun (Serapan Karbon)

Nilai ekonomi penyerapan karbon dapat dihitung berdasarkan besarnya kandungan karbon yang tersimpan di dalam vegetasi hutan yang dikonversikan dalam nilai finansial. Menurut Brown dan Peaece (1994)

dalam Widada (2004), hutan alam primer, hutan sekunder, dan hutan

terbuka memiliki kemampuan menyimpan masing-masing karbon sebesar 283 ton per hektar, 194 ton per hektar, dan 115 ton per hektar. Setiap 1 ton karbon dapat dihargai dengan nilai finansial yang berkisar antara $1 US sampai $28 US (Soemarwoto, 2001). Berdasarkan data ini, maka nilai ekonomi penyerapan karbon di kawasan hutan sekitar Waduk Saguling dapat dihitung. Untuk menghindari penilaian yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah, maka nilai finansial yang diambil adalah nilai tengah dari yang ditetapkan oleh Soemarwoto yaitu sebesar $19 US per ton.

Nilai ekonomi penyerapan karbon di sekitar Waduk Saguling , dapat dihitung dengan asumsi sebagai berikut

1. Luas kawasan hutan di sekitar Waduk Saguling 1.403 hektar dimana keseluruhan merupakan hutan sekunder.

2. Satu hektar hutan sekunder di kawasan hutan sekitar Waduk Saguling menyimpan karbon sebesar menyimpan karbon sebesar 194,00 ton karbon.

3. Nilai karbon sebesar $US 19 per ton dimana untuk $US 1 = Rp 9.425,85 Adapun nilai ekonomi serapan karbon di kawasan Waduk Saguling adalah = 1403 ha x 194,00 ton x $US 19 x Rp. 9425,85 = Rp 35,57 milyar setiap tahunnya.

Nilai Cadangan Air Tanah

Jumlah cadangan air tanah di DAS Saguling pada dasarnya merupakan sumber utama bagi air permukaan yang mengalir di Sungai Citarum hulu. Secara tidak langsung air ini juga menjadi pemasok utama pembangkit listrik PLTA Saguling. Sehingga cadangan air tanah ini memiliki potensi ekonomi setara dengan jumlah pembangkitan energi listrik yang bisa dihasilkannya. Besarnya potensi tersebut bisa dihitung dari volume air input yang berasal dari curah hujan di seluruh DAS, dikurangi yang mengalir di air permukaan (run off) dan penguapan yang terjadi di seluruh permukaan DAS.

Berdasarkan data diketahui bahwa luas DAS Waduk Saguling adalah 222.830 ha, dengan rata curah hujan sebesar 3.378 mm/tahun dan rata-rata penguapan sebesar 1.116 mm/tahun, serta debit air permukaan sebesar 108 m3/detik. Volume cadangan air tanah dihitung dari volume input curah hujan dikali luas DAS, dikurangi volume output penguapan dikali luas DAS dan aliran permukaan. Setiap m3 cadangan air tanah ini berpotensi menghasilkan energi listrik senilai Rp 202. Hasil perhitungan menunjukkan volume cadangan air tanah tersebut bernilai sebesar Rp 330.174.373.200 atau Rp 330,17 milyar setiap tahunnya.

Nilai Cadangan Air Waduk

Seperti hanya cadangan air tanah, air yang tergenang dalam waduk juga berpotensi untuk dikonversi menjadi energi listrik senilai Rp 202/m3. Potensi ini bisa hilang jika volume air di waduk mengalami pengurangan akibat sedimentasi. Sehingga volume sedimentasi yang masuk ke dalam waduk berpotensi menghilangkan nilai ekonomi cadangan air waduk. Besarnya nilai ekonomi cadangan air waduk sebanding dengan banyaknya sedimen yang masuk ke waduk setiap tahunnya. Berdasarkan data PT Indonesia Power (2010) diketahui rata-rata volume sedimen yang masuk ke dalam Waduk Saguling sebesar 4,2 juta m3setiap tahunnya. Sehingga nilai cadangan air waduk yang hilang sebesar Rp 848,4 juta setiap tahunnya.

Nilai Bukan Guna

 Nilai Pilihan

Nilai pilihan waduk adalah nilai pemanfaatan sumberdaya waduk untuk pemanfaatan dimasa yang akan datang. Nilai pilihan waduk dihitung sama dengan dengan nilai keberadaan di atas yaitu menggunakan metode

Contingent Valuation Method (CVM) yang didasarkan pada seberapa besar

seseorang atau masyarakat mau membayar (willingness to pay) untuk melindungi sumberdaya waduk. Nilai pilihan ini dihitung berdasarkan bagaimana manfaat sumberdaya alam yang terkandung dalam waduk dapat dipertahankan sehingga dapat dimanfaatkan untuk masa yang akan datang. Untuk mengumpulkan data berkaitan dengan nilai pilihan ini, disebarkan kuisioner kepada responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan bahwa Waduk perlu dipertahankan manfaat yang terkandung di dalamnya terutama untuk pemanfaatan dimasa yang akan datang. Terkait dengan kesediaan membayar agar manfaat SDA dalam hutan sekitar waduk tetap dipertahankan, sekitar 50% menyatakan bersedia membayar dan sisanya (50%) menyatakan tidak bersedia membayar.

Adapun besar biaya yang bersedia dibayarkan untuk mempertahankan manfaat Waduk Saguling adalah sekitar 75 % bersedia membayar sebesar Rp. 5.000,- dan hanya sekitar 25 % bersedia membayar sebesar Rp. 10.000,-.

Dari kisaran kesediaan membayar tersebut, jika dirata-ratakan maka dapat diketahui besaran kesediaan membayar setiap responden yaitu sebesar Rp. 12.500,00/orang

Berdasarkan data di atas, dihitung nilai pilihan waduk yaitu nilai manfaat (WTP) dikalikan dengan jumlah penduduk di wilayah penelitian. Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk di sekitar waduk sebanyak 618.479 jiwa, sehingga nilai pilihan Waduk Saguling = Rp 12.500 x 618.479 jiwa = Rp 7.730.987.500 atau Rp 7,73 milyar.

 Nilai Kelestarian Waduk

Nilai kelestarian waduk juga dihitung dengan metode Contingent Valuation

Method (CVM). Nilai kelestarian waduk dihitung berdasarkan pentingnya

dilestarikan kawasan waduk terutama untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan konservasi air untuk operasional PLTA dan kebutuhan air bagi masyarakat sekitar. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner untuk 120 responden. Informasi yang ingin digali dalam kuisioner dituangkan dalam bentuk pertanyaan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan bahwa waduk perlu dilestarikan untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan konservasi air dan pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. Berkaitan dengan kesediaan membayar untuk melestarikan fungsi Waduk, sekitar 62,5 % menyatakan bersedia membayar dan 37,2 % menyatakan tidak bersedia membayar.

Adapun besar biaya yang bersedia dibayarkan untuk melestarikan Waduk adalah sekitar 37,5 % bersedia membayar sebesar Rp. 5.000, sekitar 12,5 % bersedia membayar sebesar Rp. 10.000 dan sekitar 12,5 % bersedia membayar sebesar Rp. 15.000 serta sisanya yaitu sekitar 37,3 % tidak bersedia membayar. Dari kisaran kesediaan membayar tersebut, jika dirata-ratakan maka dapat diketahui besaran kesediaan membayar setiap responden yaitu sebesar Rp. 15.000,00/orang .

Berdasarkan data di atas, dapat dihitung nilai kelestarian waduk yaitu nilai kelestarian (WTP) dikalikan dengan jumlah kepala keluarga di wilayah penelitian. Jumlah kepala keluarga sebanyak diasumsikan ¼ dari jumlah

penduduk atau setiap keluarga rata-rata terdiri dari 4 orang. Nilai Pelestarian Waduk = Rp 15.000,00 x (35.638 jiwa/4) = Rp 2.319.296.250 2,31 milyar setiap tahunnya.

Nilai Ekonomi Total

Nilai ekonomi total perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air di PLTA Saguling merupakan jumlah dari keseluruhan nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai bukan guna disajikan dalam Tabel 13.

Berdasarkan hasil penelitian seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan dan pengeloaan sumberdaya air di PLTA dengan studi kasus di PLTA Saguling memiliki nilai ekonomi yang cukup besar terkait pemanfaatan jasa lingkungan waduk. Nilai ekonomi ini dihitung dari perbaikan sistem perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air PLTA dan perbaikan hubungan antara perusahaan (PLTA) dengan masyarakat sekitar sebagai manfaat utama yang diperoleh PLTA Saguling.

Tabel 13 Nilai ekonomi total jasa lingkungan sumberdaya air PLTA Saguling

No Parameter Jumlah (Rp)

1 Nilai Benefit Listrik 276.008.200.000

2 Nilai Keuntungan Ikan 233.080.390.000

3 Nilai Ekowisata 217.540.000

Nilai Guna Langsung 509.306.130.000

4 Nilai Serapan Karbon 35.577.531.494

5 Nilai Potensi Cadangan Air 330.174.373.200 6 Nilai Potensi Kelestarian Air 848.400.000 Nilai Guna Tidak Langsung 366.600.304.694

7 Option Value 7.730.987.500

8 Preservation Value 2.319.296.250

Nilai Bukan Guna 10.050.283.750

Nilai Ekonomi Total 885.956.718.444

Besar nilai ekonomi total (Total Economic Value) dari pengelolaan sumberdaya air di PLTA Saguling mencapai Rp. 885.956.718.444 atau sekitar Rp. 0,885 triliyun.

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-38)

Dokumen terkait