• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari tidak penuh dengan penyinaran teratur. Penyinaran yang tidak teratur mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan menjadi tidak teratur pula serta tanaman terlalu cepat berbuah, tetapi produksinya sedikit dan cepat menurun. Oleh sebab itu, tanaman kopi memerlukan pohon penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai yang dikehendaki.

Menurut Najiyati (2004), selain bermanfaat sebagai pengatur sinar matahari, pohon penaung juga bermanfaat lain yaitu :

1) Pohon penaung menghasilkan bahan organik berupa daun-daun yang dapat menyuburkan tanah.

2) Akar pohon penaung yang mengandung bintil akar dapat menyerap unsur N dari udara sehingga bisa menyuburkan tanah.

3) Pohon penaung mempunyai akar yang dalam sehingga mampu menyerap unsur hara dari tanah bagian dalam. Unsur hara tersebut akan menyuburkan tanah bagian atas sehingga dapat diserap oleh tanaman kopi bila daun-daun pohon penaung gugur dan terurai dalam tanah.

16

4) Pohon penaung dapat menahan erosi karena tajuk dan daun yang jatuh dapat menahan terpaan air hujan, sedangkan akarnya dapat menahan butiran-butiran tanah yang hanyut.

5) Tajuk pohon penaung dapat menahan terpaan angin sehingga tanaman kopi terhindar dari kerusakan.

6) Tajuk pohon penaung yang rindang bisa membuat udara di bawah pohon menjadi sejuk sehingga pada musim kemarau dapat mengurangi kekeringan. 7) Daunnya bisa dipakai sebagai makanan ternak dan kayunya bisa dipakai

sebagai bahan bakar atau keperluan lain.

Agar bermanfaat maka tanaman penaung harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

1) Tanaman mudah tumbuh sehingga tidak banyak memerlukan perawatan. 2) Pohonnya tinggi dan bertajuk rindang.

3) Pertumbuhannya cepat, banyak menghasilkan daun, dan tahan pemangkasan. 4) Daunnya cepat membusuk.

5) Perakaran dalam

6) Batang dan cabang kuat sehingga tidak mudah patah.

7) Tidak mudah terserang hama dan penyakit, khususnya yang menyerang tanaman kopi.

8) Tajuk dan akar tidak mengganggu tanaman kopi

9) Bijinya tidak banyak dan tidak tersebar sehingga tidak mudah tumbuh menjadi gulma.

10)Daunnya bisa dijadikan pakan ternak dan kayunya untuk bahan bakar atau keperluan lain.

11)Tidak bersifat menggugurkan daun, terutama pada musim kemarau. 1. Jenis Pohon Penaung :

a. Dadap (Erythrina sp)

Saat ini dadap sudah tidak banyak digunakan sebagai penaung tanaman kopi karena pohon ini menggugurkan daun pada musim kemarau. Padahal pada musim kemarau tanaman kopi memerlukan banyak naungan. Disamping menggugurkan daun pada musim kemarau, kayunya tidak begitu kuat serta

mudah terserang penggerek batang dan jamur upas yang juga bisa menyerang kopi (Najiyati, 2004).

b. Lamtoro (kemlandingan, petai cina, Leucaena sp.)

Leucaena leucocephala (Lamk) de Wit (Fabaceae, Mimosoidae) adalah spesies pohon serbaguna yang berasal dari Mexico dan Amerika Selatan. Tanaman ini digunakan untuk makanan ternak, kayu bakar, pengendalian erosi, penambah nitrogen dan merupakan salah satu tanaman yang pertumbuhannya cepat dan perkembangbiakannya mudah. Tanaman ini sudah ditanam sangat luas di berbagai daerah (Nair, 2001).

Ketenaran lamtoro sebagai penaung tanaman kopi menjadi pudar setelah pada awal tahun 1986 muncul serangan kutu loncat (Heteropsylla sp.) secara besar-besaran. Kutu ini menyerang semua jenis lamtoro hampir di seluruh Indonesia. Serangan kutu loncat banyak menimbulkan kerugian, bukan saja bagi petani kopi, tetapi juga peternak yang banyak mengandalkan daun lamtoro sebagai pakan ternak.

Apabila menganggap lamtoro sebagai pilihan terbaik untuk tanaman penaung, dianjurkan mencampurnya dengan tanaman penaung jenis lain. Dengan demikian, bila terjadi serangan kutu loncat tidak akan menimbulkan kerugian besar (Najiyati, 2004).

c. Sengon (Paraserianthes falcataria)

Pohon yang tingginya mencapai 40 m. Batang utama lurus, berbentuk silinder, bebas cabang hingga 20 m dan diameternya mencapai 100 cm atau lebih, tidak berbanir atau dengan banir kecil. Buah berupa polong pipih, tidak bersekat, merekah disepanjang kedua kampuhnya, berbiji banyak.

Kayu ini termasuk ringan dan cocok misalnya untuk konstruksi ringan, mebel, bahan pengepak seperti kotak cerutu, kotak rokok, bahan korek api juga untuk bahan sepatu, papan partikel, papan wol kayu, untuk pembuatan kertas dan rayon. Kayu ini tidak tahan lama dan mudah terserang serangga dan jamur. Pohon sengon ditanam dalam rangka reboisasi atau penghijauan lahan gersang, juga untuk kayu bakar dan pembuatan arang (Sutisna et.al.,1998).

18

2. Jenis Pohon Lainnya

a. Sonokeling (Dalbergia latifolia)

Sonokeling pohonnya kecil hingga besar dengan tinggi mencapai 43 m. Batang utama lurus atau bengkok dengan diameter hingga 150 (-180) cm, bebas cabang hingga 3 -10 (-12) m, banir tidak ada atau tampak jelas, berakar tunggang. Daun berselang-seling, bunganya berupa payung berkelamin dua, buah polong yang tidak merekah dan biji berbentuk ginjal, memipih.

Kayu sonokeling banyak digunakan untuk bahan perabot rumah tangga kelas tinggi, vinir yang indah, bingkai pintu dan jendela, alat musik, barang ukiran, dan kayu patung. Sonokeling banyak digunakan dalam sistem agroforestry di daerah Jawa dan India (Sutisna et.al.,1998).

b. Mahoni (Swietenia mahagoni)

Pohonnya kecil sampai besar, berumah satu, tetapi sering berfungsi seperti berumah dua, tingginya sampai 40 (-60) m. Batang utama lurus, silindris, bebas cabang sampai 18 (-25) m, diameter 150 (-200) cm, dengan banir yang lebar. Sekarang mahoni ditanam di seluruh daerah tropika termasuk Malaysia, Indonesia dan Pilipina.

Mahoni merupakan kayu paling bagus untuk perabot rumah berkelas tinggi. Kepopulerannya terutama karena penampilannya menarik, mudah dikerjakan, dapat menerima sentuhan akhir yang bagus dan stabil. Pohon mahoni sering digunakan dalam program penghijauan dan sebagai peneduh di Hutan Tanaman Dipterocarpaceae (Sutisna et.al.,1998).

c. Kayu Afrika (Maesopsis eminii)

Kayu Afrika ditemukan di Tropis Afrika, diintroduksi ke Jawa dan tumbuh di pekarangan rumah. Membutuhkan banyak cahaya dan menjadi tujuan umum perkayuan. Perkebunan saat ini dikebangkan di Sumatra (Nair, 2001). d. Durian (Durio zibethinus)

Pohon kecil sampai besar, mencapai tinggi hingga 50 (-60) m. Batang utama lurus dan berbentuk silinder, bebas cabang sampai 35 m, diameter hingga 120 (-140) cm, banir biasanya ada, kecil dan membulat, kadangkala besar, akar nafas kadang-kadang timbul bila tumbuh di rawa.

Pohon ini mempunyai kegunaan yaitu kayunya untuk konstruksi dalam, cukup tahan lama asalkan tidak di tempat terbuka. Setelah diawetkan dapat digunakan untuk kusen, banyak juga dipakai untuk perabot sederhana. Buah sangat digemari di Asia Tenggara. Bijinya setelah direbus dapat dimakan sebagai nyamikan. Tunas dan buah mudanya untuk sayur. Kulit buahnya untuk kayu bakar (Sutisna et.al.,1998).

e. Nangka (Arthocarpus heteropylus)

Pohon kecil hingga besar, tingginya mencapai 40 (-60) m, selau hijau atau luruh daun, menghasilkan getah putih dari seluruh bagian pohon. Batang utama lurus atau berbentuk silinder, kadang-kadang tidak teratur, bebas cabang hingga 20 m, berdiameter hingga 15 (-300) cm, kadang-kadang berbanir.

Jenis ini digunakan untuk konstruksi ringan, kemasan dan kayu lapis, kadang-kadang juga untuk perabot rumah. Banyak jenis Arthocarpus merupakan penghasil buah. Pepagan, daun, akar dan getahnya digunakan untuk obat-obatan (Sutisna et.al.,1998).

20

III. METODOLOGI

Dokumen terkait