• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYEKH MUSTOFA

C. Pokok Bahasan tentang Pendidikan Akhlak

Syekh Mustofa Al-Gholayayni dengan pemikiran yang dituangkan dalam kitab Idzotun Nasyiin lebih menekankan pada akhlak, etika dan kemasyarakatan. Kitab Idzotun Nasyiin berisi tentang bimbingan untuk generasi muda muslim, agar menjadi individu-individu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berakhlak mulia dan mengerti. Sebagaimana ia bersikap, menghadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya, berkenaan dengan akhlak Syekh Mustofa Al-Gholayayni membagi akhlak menjadi dua varian yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Adapun pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Idzotun Nasyiin akan penulis paparkan, sebagaimana berikut:

1. Berani Maju ke Depan

Optimisme, mungkin kata itulah yang tepat untuk mengilustrasikan kondisi jiwa yang harus dimiliki setiap generasi muda Islam. Berani maju ke depan dan menerima setiap tantangan yang baru merupakan awal atau pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih baik. Sebab kehidupan ini bukan hanya diperoleh dengan cuma berpangku tangan dan mengkhayalkan hal-hal yang tidak mungkin terjadi yang secara tiba-tiba akan hadir di depan dirinya. Allah menciptakan manusia tiada lain adalah agar ia suka bekerja keras dan selalu berkarya, guna mendapatkan sesuatu yang diperlukan untuk kehidupannya, juga mengusahakan diri apa saja

32

yang ada di dalam alam semesta ini, agar dapatlah diambil manfaat-manfaat yang berupa kebaikan demi kepantingan dirinya maupun orang lain yang memang memerlukan.

Dengan kata-kata yang terkenal “Di dalam genggaman tanganmulah (pemuda) kini urusan seluruh bangsa, dan dalam kemajuan terletak kehidupan mereka. Slogan ini menunjukkan bahwa dalam jati diri setiap generasi muslim harus tertanam sifat keberanian untuk melangkah ke depan demi kemajuan tanah airnya. Sebab di tangan generasi mudalah tongkat estafet kepemimpinan akan diserahkan sebagai penerus atau pewaris dari generasi sebelumnya. Sebagaimana keterangannya, sebagai berikut:

اومِدْقَأَف اُتُاَيَح ْمُكِماَدْقأ ِفَِو : ِةَّمُلأا َرْمَأ ْمُكِدَي ِْفِ ِّنِإ

َضْوُهُ ن اْوُضَهْ ناَو ,ِلِسَْلأا َماَدْقِإ

.ُةَّمُلأا ْمُكِب َيَْتَ .ِلِصَلاَصلَا ِتاز َتَْتَ اَياَوَّرلا

Artinya: Sebenarnya ditanganmulah urusan umat ini. Kehidupan mereka terletak pada keberanianmu. Oleh karena itu, majulah dengan penuh semangat dan keberanian, seperti harimau yang garang. Bangkitlah (dengan segala semangat semangat dan kekuatan) bagai unta yang memikul muatan dalam iringan suara genta yang membangkitkan semangat, pasti umat ini akan hidup (Fadlil Said An-Nadwi, 1421 H: 4).

2. Sabar

Dalam melakukan setiap perbuatan dan mengambil sebuah keputusan, peran akan (logika) menempati posisi yang paling penting. Sebab tanpa melibatkan akal, maka hasil yang akan diperoleh tentunya tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Orang yang berakal selalu memperhitungkan aspek-aspek baik dan buruk yang ditimbulkan oleh

33

perbuatan tersebut. Hal ini berbeda sekali dengan orang yang lebih mengedepankan ego (hawa nafsu) ketimbang akal. Akibatnya kemudian apabila ia menghadapi sebuah kesulitan, ia menjadi manusia yang amat bingung, selalu berhati gelisah, tidak berjiwa mantab dan bahkan berusaha mundur untuk menghindarkan diri dari kesulitan tersebut.

Mustofa Al-Gholayayni memberikan pengertian bahwa dalam jiwa yang berakal tertanam rasa ketenangan, dan di dalamnya telah meresap cara apa yang hendak dilakukan dengan teratur. Sebab setiap akan melakukan suatu perbuatan selalu dipikirkan secara matang serta dilakukannya dengan kesabaran dan tabah hati yang dalam. Manusia harus memiliki jiwa yang berakal, yang tidak kalah pentingnya adalah pengalaman batin. Sebab pengalaman batin manusia merupakan tempat manusia mengenal identitas dirinya. Situasi batin merupakan hal yang terpenting untuk menemukan keunikan pribadi seseorang. Menentukan identitas tidak sesekali jadi, jawaban siapa saya menuntut usaha untuk terus mencari pengenalan diri dan satu unsur pengenalan diri adalah dengan mengenal dunia perasaan, emosi, kehendak, aspirasi atau dunia batin.

Pengenalan dan penerimaan dunia batin dalam hidup seseorang melahirkan ketenangan dalam hidup seorang tersebut. Bentuk ketenangan ini penting untuk sebuah penemuan dan kreatifitas. Sebab, pribadi yang kreatif adalah pribadi yang berani berhadapan dengan dirinya sendiri dan berani melakukan penjelajahan. Ini tentunya hanya bisa dilakukan oleh

34

seorang individu yang tenang dan reflektif, bukan pribadi yang tergesa-gesa dan ada dalam tekanan. Batin yang dikenali menumbuhkan suara hati yang kuat, setiap saat seorang manusia dituntut untuk mengambil sebuah keputusan yang penting pasti melibatkan suara hati, dengan tanpa menafikkan peran akal. Ketajaman suara hati tidak hanya menumbuhkan kemampuan dan daya rasa, yakni kepekaan pada dunia batin. Putusan etis adalah ungkapan emosi, rasa, sikap dan pilihan. Dengan demikian, semakin tajam orang mengola kehidupan batinnya, semakin peka pula pada suara hatinya.

Mustofa Al-Gholayayni dalam memberi nasehat kepada generasi muda agar menjadi generasi muda yang cerdik dan sabar, dengan membiasakan diri melakukan hal-hal baik dan menjauhkan yang buruk, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang sabar. Sebagaimana termaklub, yaitu:

، ِلِئاَضَفْلا َباَسِتَكا اَىِدْيِوْعَ تِب َكِلَذَو ٍةَرِباَص ٍةَلِقاَع ٍسْفَ ن اَذ, ئشانلا اَهُّ يَا ,ْنُكَف

ْ يِسَي َكِلَذَو ِةَّيِلْوُجُّرلا ىَلُِبِ ِلُّمَجَّتلاَو ,ِةَّيِناَسْنِْلْا ِتَلااَمَكْلاِب يِلَحَّتلاَو ِلِئاَذَّرلا َذْبَ نَو

ٌر

ُللها ُهاَدَى ْنَم ىَلَع

َسْفَّ نلا ِ ْعُ ي ْمَلَ ف ,ِةَلْ يِذَّرلا َءاَدِر ُوْنَع َ َوَ نَ ف ،ِةَلْ يِضَفْلا َلىِإ َ ْوُوُّ نلا

.ِةَّيِناَسْنِْلْا ِةِئْيِبلا َلىِإ ،ِةَّيِناَوَ يَْلْا ِعَتْرَم ْنِم َكِلَذِب َجَرَخَف ،اَىاَنُم َةَقِطاَنُم َةَتِماَّصلا

Artinya: Wahai generasi muda, jadilah engkau orang-orang yang berjiwa

cerdik dan sabar. Hal ini bisa dicapai dengan membiasakan diri mengerjakan hal-hal yang baik dan menjahui hal-hal yang jelek, menghias diri dari sifat-sifat manusia yang sempurna dan bersifat jantan. Hal yang demikian itu, mudah bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah senang pada kemuliaan, sehingga dia menanggalkan semua baju dan atribut kehinaan, tidak menuruti keinginan-keinginan jiwa bodohnya dan akan

menarik cita-cita yang mulia (Mustofa Al-Gholayayni, tanpa

35 3. Ikhlas

Mustofa Al-Gholayayni menggambarkan amal perbuatan kita seperti tubuh, maka yang merupakan roh atau jiwa dalam tubuh itu adalah keikhlasan hati. Sebuah tubuh apabila telah ditinggalkan oleh rohnya, sedangkan kita tahu bahwa roh itulah yang menyebabkan hidupnya dan berharga bagi orang lain, bahkan itulah sendi serta pengatur hidupnya, maka jelaslah tubuh itu hanya sebuah mayat atau sepotong bangkai yang tiada berarti sama sekali.

Dalam kehidupan ini sukar sekali mendapatkan orang yang melakukan perbuatan dilandasi dengan sifat ikhlas. Mayoritas manusia berusaha dan berbuat sesuatu karena ingin memperoleh keuntungan yang berlipat ganda demi dirinya dan keluarga. Usaha sosial yang semestinaya dilaksanakan untuk menyerahkan umat manusia dan mengangkat taraf kehidupannya kearah yang lebih baik, malah diselewengkan menjadi lahan bisnis untuk mengeruk keuntungan yang luar biasa. Hal inilah yang oleh Mustofa Al-Gholayayni dianggap bukan suatu yang mulia, bukan keutamaan, bahkan bukan pula sesuatu yang patut dibanggakan. Sedangkan dipihak umatpun tidak memandangnya sebagai kemuliaan, tetapi kehinaan, kerendahan budi dan kemosrotan akhlak. Jiwa yang mulia adalah jiwa yang ikhlas dalam berjuang. Sebagaimana penjelasan beliau yaitu:

36

اَهُّ يَأ ْنُكَف

َعْيِبَت ْنَأ ْرَذْحاَو ،َكِلَمَأ ىَصْقَأ ْغُلْ بَ ت ،َكِلَمَع ِفِ اًصِلُْمُ ،ُئِشاَّنلا

ِنْيِّدلاِب اَيْ نُّدلا َنْوُلِدْبَتْسَي ِنْيِذَّلا َْيِْقِفاَنُلما ُبْأَد َكِلْذَف ِناَّنَرُلا ِرَفْصَُلأاِب .َناَدْجِوْلا

.ِْيِْقَيْلاِب ِلَلاَّضلاَو

Artinya: Wahai generasi muda, jadilah engkau orang yang ikhlas dalam

berjuang, engkau pasti dapat mencapai puncak cita-citamu. Waspadalah engkau, jangan sampai menjual atau menukar perjuanganmu dengan emas. Sebab hal yang demikian itu merupakan tabiat orang-orang munafik, yang bisa menukar agama dengan harta kemewahan dunia dan menukar kebenaran dengan kebatilan (al-Ghalayain, tanpa tahun: 15).

4. Kemauan

Kemauan adalah keinginan terhadap sesuatu dengan disertai usaha untuk mencapainya. Kemauan melatih jiwa agar teguh dan maju melakukan pekerjaan-pekerjaan dan menyelesaikannya dengan baik yang pada akhirnya menjadi watak yang melekat pada jiwa. Sehingga dalam melakukan sesuatu kita tidak hanya terfokus pada satu jalan saja, banyak alternatif-alternatif yang harus dilalui menuju kesana, tetapi dengan koridor yang positif dan tidak menyimpang. Iradah (kemauan atau kehendan hati) di sini memiliki pengertian suatu keinginan untuk mencapai suatu hal, tetapi bukan terus berdiam diri serta bertopang dagu. Keinginan tadi sejatinya diikuti dengan usaha untuk menghasilkannya dan bersungguh-sungguh dalam merealisasikan keinginan tadi, iradah (kemauan atau kehendak hati) juga mendidik jiwa untuk memiliki sifat azam (teguh dalam pendirian). Ini semua menunjuk kepada kita agar dalam memulai suatu perbuatan sudah seharusnya dilandasi dengan keteguhan hati, ketekunan bekerja, dan ketrampilan dalam berusaha,

37

sehinnga hasil yang akan dicapai benar-benar sempurna dan benar-benar sempurna dan sesuai dengan harapan. Karena menurutnya apabila sifat-sifat tersebut sudah meresap dalam jiwa setiap insan, itulah yang disebut makna Iradah yang hakiki. Pada tingkatan yang lebih tinggi lagi Syekh Mustofa Al-Gholayayni memposisikan sifat Iradah sebagai puncak dari segala akhlak mulia dan itulah yang memprakasai segala kemauan dan keinginan, bahkan itu pulalah yang dapat diibaratkan sebagai mata dari semua akhlak yang mulia, juga sebagai hati yang dapat digunakan untuk memikirkan, memilih dan memutuskan apa saja yang hendak dilakukan.

Pemuda adalah tiang agama yang akan menjadi pemimpin masa yang akan datang, karena itu harus dibiasakan sejak sekarang agar menjadi orang yang berkemauan keras. Sebagaimana penjelasan beliau yaitu:

ِدَْمَ ُةَماَعَد ْمُتْ نَأ ،ِةَّمَْلأا ُداَمِع ْمُتْ نَأ ،َْيِْئِشاَّنلَا َرَشْعَم اَي

:ىِت ْلْا ِفي اَُلهاَجِر ْمُتْ نَأ ،اَى

ُقُلُخَف .َنْوُدْيِرُت اَم َْيَْ بَو ْمُكَنْ يَ ب ُلْوَُيَ اَِبِ اْوُ ئَبْعَ ت َلاَو .َنْيِدْيِرُم اْوُ نْوَكَت ْنَأ اْوُدَّوَعَ تَ ف

.ُرِّكَفُلمْا اَهُ بْلَ قَو ،ُةَرِصْبُلمْا اَهُ نْ يَع َوُىَو :ِقَلاْخَْلأا ُسْأَر ِةَداَرَِلْا

Artinya: Wahai para pemuda, kalian semua adalah tiang-tiang bangsa,

pilar-pilar keagungan dan pemimpin-pemimpin bangsa dimasa yang akan datang, maka dari itu biasakanlah sejak sekarang menjadi seorang yang berkemauan keras, jangan mempedulikan rintangan-rintangan yang menghalangimu dalam mencapai cita-cita. Berkemauan keras itu merupakan pangkal akhlak yang terpuji. Kemauan keras itu ibarat akhlak yang jeli dan merupakan hatinnya yang dapat berpikir (Mustofa Al-Gholayayni, tanpa tahun: 148).

5. Dermawan

Harta sebagaimana juga halnya kekuatan adalah berfungsi sebagai pelayan bagi manusia di saat manusia itu dalam keadaan sangat

38

membuuhkan. Harta yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita. Di dalamnya mengandung hak dan kewajiban yang harus dibelanjakan kepada orang lain, misalnya kepada fakir miskin dan anak yatim. Hidup ini kita tidak sendiri, kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantu kita, begitu pula sebaliknya. Keberadaan kita pasti juga ditunggu oleh orang lain untuk membantu kepentingan mereka, intinya kita sebagai manusia saling membutuhkan satu sama lain.

Untuk itulah, sifat kikir dan bakhil harus dibuang jauh-jauh dari relung kehidupan kita, karena hal itu akan menjadi boomerang bagi langkah kita ke depan. Allah SWT mengingatkan dalam firmannya yang berbunyi:

اًروُسَْمَ اًموُلَم َدُعْقَ تَ ف ِ ْسَبْلا َّلُك اَهْطُسْبَ ت َلاَو َكِقُنُع َلىِإ ًةَلوُلْغَم َكَدَي ْلَعَْتَ َلاَو



Artinya: “dan janganlah kamu menjadikan tanganmu sendiri terbelenggu ke lehermu sendiri (bakhil), jangan pula tanganmu beberkan seluas-luasnya (boros). Sebab kamu akan duduk dalam keadaan tercela dan penuh penyesalan”(QS. Al-Israa‟:29).

Oleh karena itulah, ilustrasi Allah di atas sangat jelas dan sebagai hambanya segeralah menjauh dari sifat kikir dan bakhil tersebut. Mengambil sikap yang sedang, mengikuti pertengahan dalam segala hal, inilah yang menyebabkan kita terhidar dari segenap bencana, tersingkir dari semua yang menyedihkan. Jadi sebagai manusia yang berakal, hendaklah memberikan nafkah dirinya sendiri, keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, juga orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan, demikian pula untuk usaha sosial lainnya, yang jelas akan membawa kemanfaatan dan keuntungan di seluruh lapisan masyarakat.

39

Syekh Mustofa Al-Gholayayni memberikan nasehat bahwa sudah seharusnya kita berpegang teguh dengan sifat kedermawanan itu, jangan sekali-kali bakhil dan boros, berlindunglah dalam bingkai kedermawanan. Dengan demikian, umatpun dapat kita bimbing ke arah tujuan yang mulia, sehingga keberadaan kita dan umat berubah menjadi umat yang bahagia, karena rantai kecelakaan telah terputuskan dan terlemparkan sejauh-jauhnya (Mustofa Al-Gholayayni, tanpa tahun: 118-119). Sebagaimana penjelasan beliau sebagai berikut:

َلاُؤَى ْنَع ،ُحِلاَّصْلا ئْشاَّنلْا اَهُّ يَأ ْدِعَتْ باَف

َيِهَف ،ِماَرِكْلا ِداَوْجَلأا َلْيَ بَس ْمَوْلاَو .َكِئَلوُأَو ِء

، ِلاَحِّرلا ُّ ََمَ َوُىَو :ُلاَدِتْعِْلْا َوُى َدْوُْلْا َّنٍإَف .ُّدَسَْلأا ُجَهْ نَمْلاَو ُةَحِضاَولْا ُلْيِبَّسلْا

َلىِإَو ،ْكَّسََتَ ِوِبَف . ِلاَجِّرلا َناَدْيَمَو , ِلاَم ْلْا ىَلَْمََو

َكُتَّمُأ ْنُكِت ,ْءِىْجَتْلا ِوِنْصِح

.َكِب ًةَدْيِعَس

Artinya: Wahai generasi yang baik, menjauhlah dari kelompok orang-orang tersebut. Tirulah jejak orang-orang-orang-orang dermawan yang mulia, sebab jejak pera dermawan itu adalah jalan yang jelas dan lurus. Sesungguhkan kedermawanan itu adalah sikap sedang dalam membelanjakan harta. Disitulah sifat yang diidam-idamkan setiap urang alain dan medan amal orang mulia. Berpegang teguhlah dengan sifat dermawan. Berlindunglah dalam benteng kedermawanan, jika engkau berbuat demikian, maka engkau bersama bangsamu akan hidup senang dan bahagia (Mustofa Al-Gholayayni, tanpa tahun: 183-184).

6. Kemerdekaan

Setiap umat manusia atau bangsa itu memiliki sejarah kematiannya diri, sedangkan ajal kematiannya suatu umat atau bangsa apabila rasa kemerdekaan tercabut dari akar historisnya. Kemerdekaan merupakan suatu karunia yang besar dari Tuhan yang maha pencipta yang dilimpahkan kepada makhluk-Nya. Makhluk itu sendiri diberi tugas untuk

40

melaksanakan apa saja yang mengandung nilai kemanfaatan, kebahagiaan dan kebaikan untuk dirinya sendiri, orang lain atau seluruh masyarakat secara keseluruhan.

Dalam konteks yang lebih modern Syekh Mustofa Al-Gholayayni memberikan definisi manusia merdeka adalah manusia yang memperoleh pendidikan yang bagus dan benar, sehinga manusia itu menjadi orang yang bersih jiwanya, berpegang teguh kepada segala macam sifat yang mulia dan utama, menjauhkan diri dari semua sifat yang berupa kerendahan dan kehinaan, baik dalam akhlak maupun amal perbuatan. Selain itu juga mengandung makna bahwa ia sama sekali dapat melepaskan diri dari ikatan-ikatan yang terbentuk perbudakan dan penghambaan, juga melaksanakan apa saja yang telah menjadi kewajiban dan tugas yang memang sudah semestinya untuk dikerjakan. Ia wajib menyelesaikan urusan atau pekerjaan itu sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan masyarakat (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 87-88).

Oleh karena itu, umat atau bangsa manapun yang menginginkan atau mencita-citaka dapat mencapai puncak kemajuan, kebahagiaan dan ketentraman bagi masyarakat, negara dan tanah airnya, maka tugas terpenting yang wajib didahulukan untuk diselesaikan adalah dengan mendidik putra-putrinya untuk memahami dan merasakan apa arti dan makna kemerdekaan yang hakiki, yang benar dan sesuai dengn ridla Tuhan.

41

Sebagaimana penjelasan dibawah ini:

َهَّ نِإَف .َْيِّْلِدُمْلا ِبِئاَوَش ْنِم ِةَيِلاَْلخا ِةَصِلاَْلخا ِةَّيِرُّْلْا َلىِإ ،َنْوُ ئِشاَّنْلا اَهُّ يَأ ،اْوُضَهْ ناَف

ا

.ُةِدْيِعَّسلْا ُةاَيَْلْا َيِىَو ,ِحاَجَّنلا ُلْيَ بَس

Artinya: Wahai, generasi muda, bangkitlah berjuang untuk mencapai

kemerdekaan yang sejati, yang bebas dari campur tangan orang munafik dan penghianat, karena kemerdekaan yang murni itulah jalan satu-satunya mencapai kejayaan. Kenerdekaan yang sejati adalah jalan menuju kehidupan yang bahagia (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 130).

7. Tolong-Menolong

Ta‟awun (tolong-menolong) merupakan sifat yang melekat pada

diri seorang yang berakhlak mulia, dan ia melakukan perbuatan tersebut tanpa melalui paksaan orang lain, melainkan timbul dari kesadaran diri sendiri. Selain itu, pertolongan yang diberikan tanpa mengandung unsur mengharap imbalan jasa dari orang lain yang kita tolong, semua yang dilakukannya hanya demi mengharap ridlo dari Allah. Kehidupan ini bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, tetapi semua manusia punya hak untuk mengambil manfaat dan menikmati segala sesuatu yang dibutuhkan dirinya. Karena pada dasarnya sebagai makhluk sosial kita diciptakan untuk berpasang-pasangan dan secara otomatis kita juga saling membutuhkan satu sama lain. Maka, hidup dengan kesendirian tidak akan dapat memecahkan masalah, kita butuh berbagi dan dialog dengan orang lain untuk menyelesaikannya.

Jika itu semua sudah tertancap kuat dan meresap dalam relung jiwa umat, maka bisa dipastikan persatuan, kerukunan dan ketentraman umat akan tercipta dengan sendirinya sekaligus menjadi benteng yang kokoh

42

untuk menangkis segala ancaman umat dan bangsa (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 142).

Setiap orang atau warga suatu umat itu pasti saling membutuhkan diantara satu dengan yang lainya. Apabila semua anggota umat (masyarakat) itu mau gotong royong (tolong menolong), yang kuat menolong yang lemah, yang kaya mau meringankan beban penderitaan yang miskin, yang pandai mengajar yang bodoh dan mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri, maka dibalik itulah akan tercipta kebahagiaan karena kita diciptakan untuk saling tolong menolong. Sebagaimana penjelasan dibawah ini:

،ِءاَقَّشْلا َنِم اَنُ بْيِصُي اَم ِعْفَد ىَلَع َْيِْنِواَعَ تُم َنْوُكَنِل َّلاِإ ،ُئْشاَّنلا اَهُّ يَأ ،ْقَلُْنُ َْلَ

.ِءاَوّلِلا َنِم ِةَّمُلأْاِب ُلِوْنَ ي اَم ِوَْمَ َىلَع َْيِْلِماَع ،ِءاَّرَّضْل اَو ِءاَّرَّسْلا ِفِ َنْيِدَناَسَتُم

Artinya: Wahai generasi muda, kita tidak diciptakan, kecuali agar kita

saling tolong-menolong memberantas kesengsaraan yang menimpa kita dan saling bahu membahu, baik dalam keadaan senang atau sengsara dan bekerja sama mengenyahkan penderitaan yang menimpa umat (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 224).

8. Dapat dipercaya

Apabila sifat kepercayaan tidak ada maka orang-orang dalam hidupnya akan gelisah dan penuh ketakutan, dan jauh dari kehidupan yang bahagia. Dalam nasehatnya Syekh Mustofa Al-Gholayayni ini berkata agar membiasakan jujur dalam bertutur maupun beramal, agar mendapat kepercayaan dan hidup akan bahagia.

Kepercayaan adalah modal utama dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan yang dibangun antar sesama merupakan tali pengikat

43

hubungan sosial, ekonomi, dan politik yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Sebagaimana penjelasannya, sebagai berikut:

َءاَفْ يِلْْاَو َءاَب ِلْْا ْمُكَسُفْ نَأ اْوُمِوْلَأَو ،ِلِمَعلْاَو ِلْوَقلْا َقْدِص ،َْيِْئِشاَّنْلا َرَشْعَم ،اْوُدَّوَعَ ت

َنِم ْمُتْنُك ،ْمُكِب ِساَّنلا َةَقِث ْمُتْلِن َتََمَو .ْمُكِنْيَِيَ َ ْوَط ْمُكِب ُةَقِثلْا ِنُكَت ِدْعوَلْاِب

َإَو .َْيِْحِلْفُلمْا

.َنْوُشْيِعَت ِةَقِّ ثلِاب ْمُكَّنِإَف :اَىْوُفَعْضَت ْنَأ ْمُكاَّي

Artinya: Wahai, generasi muda, biasakan jujur (benar) dalam bertutur kata dan beramal. Paksakan dirimu memenuhi janji, kalian akan memperoleh kepercayaan dari masyarakat, maka kalian termasukorang-orang yang bahagia. Hati-hatilah, jangan sampai

kalian meremehkan kepercayaan, sebab dengan modal

kepercayaan itulah kalian bisa hidup (Al-Gholayayni, tanpa

tahun: 209). 9. Optimis

Orang yang giat bekerja dan berjuang kemudian melandasinya dengan optimis, mereka akan mampu meraih apa yang dicita-citakan. Satu hal yang perlu ingat bahwa untuk mencapai sebuah keberhasilan, jangan sekali-kali menunda pekerjaan yang sudah diyakini kebenarannya.

Seandainya dalam kehidupan ini tidak ada harapan, tentu tidaklah ada orang yang berusaha mencapai cita-citanya, jadilah orang yang mempunyai harapan besar, cita-cita yang luhur dan selalu giat belajar. Sebagaimana penjelasan, sebagai berikut:

ْاَو ْمُكَراَعِش َءاَجَّرلْا ،َنْوُ ئِشاَّنْلا اَهُّ يَأ اْوُلَعْجاَف

،َْيِْطِّبَثُمْلا َ ْيِبْثَ ت اْوُكُرْ تاَو .ْمُكرَاَثِد َلَمَلأ

ُللهاَو .َْيِْلِماَعلْا َْيِْعاَّسل ا ،َْيِْلِم ْلْا َْيِْجاَّرلآ َنِم اْوُ نْوُكَو ،َْيِْناَّثلآ َْنَْ ثَو ،َنْيِوَّلالْا ََّلََو

.ٌْيَْعُم ْمُكَل

Artinya: Wahai generasi Muda, jadikanlah roja. (optomisme) sebagai

syiarmu dan angan-angan sebagai bajumu. Tinggalkanlah sikap menunda-nunda dan abaikan segala godaan yang membelokkan kalian semua dari apa yang menjadi cita-cita kalian semua. Jadilah kalian semua golongan orang-orang yang memiliki

44

harapan besar, yang bercita-cita luhur, gemar berusaha dan giat

bekerja. Allah adalah penolong kalian semua (Al-Gholayayni,

tanpa tahun: 25).

10.Keberanian

Keberanian merupakan garis tengah antara sikap pengecut dan ngawur. Keberanian adalah maju dengan penuh keyakinan dan mundur dengan tetap teguh dan penuh perhitungan. Dengan demikian keberanian mutlak dibutuhkan untuk menggerakkan roda perjuangan dalam upaya menggapai cita-cita serta menyelamatkan diri dari mara bahaya, jadilah generasi muda yang berjiwa pemberani. Seperti penjelasan sebagai berikut:

،ِْبُْْلْا ِضَرَمَل اْوُعَدَت َلاَو ،اْوُمُصَتْعا اَهِلْبَِبَِو اْوُقَّلََتَ ،َْيِْئِشاَّنْلا َرَشْعَم .َةَعاَجَّشلاِبَف

ِقْمُْلْا ْنِم َرُّوَهَّ تْلاَو .ِةَدَلاَبلْا َنِم َْبُْْلْا َّنِإَف :ًلاْيِبَس ْمُكِبْوُلُ ق َلَِإ .َرُّوَهَّ تلْا ِسْيِلْبِإَو

َجَّشْلاَو

.َْيِْنِمْؤُمْلا ِقَلاْخَأ َنِم َةَعا

Artinya: Wahai, generasi muda, berjiwalah berani. Peganglah dengan

teguh, jangan membiarkan penyakit takut dan rayuan untuk bertindak gegabah bersarang dihati kalian. Sesungguhnya licik merupakan suatau kebodohan dan tindakan gegabah perupakan kepongohan, sedangkan berani adalah perangai orang-orang yang beriman (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 40).

11.Kesederhanaan

Kesederhanaan merupakan sikap tengah-tengah dalam setiap persoalan. Menurut kaidah umum, segala sesuatu yang telah melampaui batas maksimal, yang terjadi justru adalah sebaliknya. Dalam hal ini Syeikh Mustofa Al-Gholayayni memberikan gambaran bahwa ketakwaan yang melampaui batas justru menumbuhkan rasa was-was dalam hati.

45

Barang siapa yang menginginkan kemuliaan, maka carilah dalam sikap sederhana (moderat), sederhana dalam berfikir, bermazhab, makan, minum, berpakaian, memberi dalam setiap urusan yang bersifat kongkret atau abstrak, semua itu merupakan keutamaan. Seperti penjelasan berikut ini:

ُّ يَأ ْمِصَتْعاَف

.َكْيَلِإ ًلاْيِبَس ِرْمَْلأا ِْفيَرَط َْنَاَطْيَشِلا ْ َدَت َلاَو ِلاَدِتْعِْلْاِب ،ُئِشاَّنلْا اَه

.َنْيِدِئ اَّرلا ُةَعُْنُ ُةَلْ يِضَفْلاَو .َةَلْ يِضِفْلا ِوْيَ ف َّنَِلأ اَهُطَسْوَأ ِرْوُمُْلأا ُرْ يَخَف

Artinya: wahai generasi muda, berpegang teguhlah dengan sikap moderat

(sedang). Janganlah kalian membiarkan setan mendorongmu bersifat terlampau berlebihan(ekstrem) atau terlampau kurang (konservatif). Sebab, perkara yang paling baik adalah tengah-tengah, karena didalamnya terdapat kemuliaan, da kemuliaan itulah yang dicari oleh orang-orang yang menginginkan hidup mulia (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 174) .

Selain menganjurkan untuk mengimplementasikan nilai-nilai akhlak yang terpuji (akhlaq al-mahmudah), di dalam kitab Idzotun Nasyiin juga memberikan nasehat kepada generasi muslim untuk menjahui nilai-nilai akhlak yang tercela (akhlaq al-madzmumah), sebab hal itu akan menjerumuskan kepada jurang kenistaan yang tidak punya nilai sama sekali. Adapun akhlak tercela itu antara lainsebagai berikut:

1. Kemunafikan

Kemunafikan menjadi sangat berbahaya, karena merupakan musuh yang kasat mata yang tidak dapat diketahui dari manusia menyerang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka kewaspadaan mutlak harus ditingkatkan untuk membendung arus propaganda orang munafik yang senantiasa berupaya menjerumuskan bangsa ke dalam

46

jurang kehancuran. Kita harus waspada jangan sampai kita dipengaruhi oleh sifat munafik ini yang menjerumuskan pada kejahatan. Sebagaimana penjelasan berikut:

َْيِْئِشاَّنَلا َرَشْعَم ْمُكُذْيِعُأَف

ِفي َّبِدَي ْنَأ اْوُرَذْخا َْيِْقِفاَنُمْلا َنِم اْوُ نْوُكَت ْنَأ ،

ُقِرُْتَ ُراَن َّلاِإ َيِى اَمَو .ُراَّنلآ ْمُكَّسَمَتَ ف ،ِراَرْشَْلأا ِءَلاُؤَى َبْيِبَد ْمُكِبْوُلُ ق

.َسِراَوَد ِةَّمُْلأا َ ْوُ بُر ُلَعْجَتَ ف ،َسِباَيْلاَو َرَضْحَْلأا

Artinya: Waspadalah, jangan sampai usaha-usaha orang munafik itu

mempengaruhi hati dan pikiran kalian, sehingga kalian terjerumus ke dalam api kejahatan, yaitu api yang menghanguskan segala tanaman yang segar maupun kering, yang akhirnya menghauskan tanah air, tempat tinggal mereka (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 10).

2. Putus Asa

Keputusan membuat orang hidup laksana binatang. Dia tidak memahami arti kehidupan melainkan sebatas makan, minum, dan bersenang-senang. Putus asa adalah kematian dalam hidup dan kesengsaraan setelah mati. Putus asa adalah bencana yang yang menyengsarakan setelah mati, singkirkanlah sifat ini dan tegakkanlah kegairahan dan kesemangatan agar menjadi orang yang jaya dan bahagia.

اَسُكْلا َْيِْسِئاَيْلا َنِم ،َنْوُ ئِشاَّنْلا اَهُّ يَأ ,اْوُ نْوُكَت َلاَف

.َْيِْلِماَْلخا َلى

Artinya: Wahai generasi muda, janganlah kalian semua menjadi

orang-orang yang putus asa, pemalas dan keterbelakangan (Al-Gholayayni, tanpa tahun: 19).

3. Tertipu Perasaan Sendiri

Orang yang berjiwa lemah adalah orang yang memandang dirinya tidak seperti pendangan orang lain terhadapnya. Mereka

47

menganggap diri mereka bijak padahal insting binatang masih mendominasi jiwa mereka. Kecenderungan inilah timbul dari sifat gharar (tertipu oleh perasaan sendiri). Al-Gholayayni menasehati para remaja agar menjahui sifat ghurur, karena sifat ini mendorong pada sifat tercela. Seperti penjelasan sebagai berikut:

َنَّيَوُ يَو ،ِرْوُمُلأْا ِهَذَى َلىِإ ْوُسَي ُوَّنِإَف ِرْوُرُغْلا َنِم ،ُحِلاَّصلا ُئْشاَّنلْا اَهُّ يَأ ,َكُذْيِعُأَف

.ِناَوَْلها ِبَكْرَم َىلَع َكُلِمَْيََو َةَئْيَ نَّدلا َلاَمْعَْلأا َكَل

Artinya: Wahai generasi muda, saya mohon kepada Allah, agar

menjaga kami semua dari sifat ghurur, tertipu oleh perasaan sendiri. Sebab, ghurur itu mendorong seseorang pada perbuatan tercela dan memperindah perbuatan-perbuatan yang hina, hingga tampak olehmu, dan ghurur itu juga mendorongmu untuk melakukan kehinaan (al-Ghulayaini, tanpa tahun: 84).

4. Kemewahan

Gaya hidup mewah cenderung menjadi orang jahat, karena

Dokumen terkait