• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan

3. Pokok kajian filosofis dalam Pendidikan

   

  

  

 



  

  

  

  ­ €

‚ ƒ„ …

† ‡ ˆ

‰ Š ‹ Œ Ž ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š

› œ ž

Logika mengkaji peranan kesimpulan yang valid, yang memungkinkan kita membentuk preposisi-preposisi kita dan argumen-argumen kita yang benar. Logika deduksi berkenaan dengan kemampuan berfikir yang berpindah dari ungkapan-ungkapan atau prinsip-prinsip yang umum menuju kepada aplikasi-aplikasi dan contoh-contoh yang khusus. Sedangkan logika induksi adalah kemampuan berfikir benar dari contoh-contoh yang khusus menuju kepada generalisasi.

3. Pokok kajian filosofis dalam Pendidikan

Ada beberapa tema-tema filosofis yang digunakan dalam pendidikan, dianataranya adalah: Tujuan pendidikan, mempersiapkan masyarakat yang demokratis, dan berbicara tentang keberhasilan dan kegagalan pendidikan.

a. tujuan pendidikan

Para filosof, pendidik, dan pembuat kebijakan dibidang pendidikan mendiskusikan tentang tujuan pendidikan secara serius, dan setiap sekolah memulai penjelasan kurikulumnya dengan ungkapan tujuan pendidikan. Berbicara tentang tujuan pendidikan adalah berbicara tentang filsafat pendidikan. Sekarang, beberapa institusi pendidikan guru memerlukan kepada belajar filsafat pendidikan, dan para pembuat kebijakan tentang pendidikan menyelesaikan kesuksesan ekonomi sebagai tujuan pendidikan.

Para ahli telah mendesak perluasan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan tersebut seperti persiapaan untuk hidup, termasuk yang bersifat kepribadian, kesempatan kerja dan kehidupan publik. Ketika

Dr. Saifullah Idris, M. Ag | 69 Adobe Wood Type Ornaments Std

           

        ­ €‚ ƒ„ …† ‡ ˆ

‰ Š ‹ Œ Ž ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š› œ ž

kita mulai dengan tujuan yang lebih luas, maka kita harus mencurahkan banyak waktu dan usaha untuk menggambarkan apa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik, bagaimana pendidikan bisa berhubungan dengan kesempatan kerja, dan apa yang dimaksud dengan masyarakat yang baik. Ketika berbicara tentang masyarakat, maka kita tertarik pada sekolah, bagaimana seharusnya mempersiapkan pelajar-pelajar untuk hidup dalam masyarakat yang demokratis. Atau katakanlah seperti di Amerika, bagaimana mempersiapkan pelajar untuk bisa hidup dalam sebuah demokrasi yang liberal. Dan ini berbeda dengan di Indonesia, tergantung jenis demokrasi apa yang dianut oleh bangsa Indonesia. Dengan dimikian juga jenis kehidupan yang bagaimana yang harus dipersiapkan oleh bangsa/negara untuk masyarakatnya. Lebih jauh lagi, dalam dunia yang global seperti sekarang ini, maka masyarakat yang harus dipersiapkan adalah masyarakat yang mampu menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, baik itu bersifat positif maupun bersifat negatif. Tentunya yang bersifat politif tidak menjadi persoalan, tetapi yang bersifat negatif ini yang menjadi suatu tantangan dan juga persoalan berat yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, rumusan terhadap tujuan pendidikan adalah mutlak dibutuhkan. Karena berhasil tidaknya suatu lembaga pendidikan dalam menyajikan suatu formulasi pendidikan yang baik adalah juga sangat dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai. Adalah sangat lucu, apabila suatu lembaga pendidikan tidak jelas tujuan yang diinginkan terhadap apa yang mereka ajarkan. Hal yang sama juga akan terjadi dalam suatu negara secara lebih luas. Pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu negara, mau dibawa kemana generasi-generasinya kedepan, dan

70 | DEMOKRASI DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

(Akar Filosofis dan Implikasinya dalam Pengembangan Filsafat Pendidikan)

Ado be W oo d Typ e Orn am en ts S td

  

   

  

  

 



  

  

  

  ­ €

‚ ƒ„ …

† ‡ ˆ

‰ Š ‹ Œ Ž ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š

› œ ž

masyarakat yang bagaimana yang ingin diwujudkan oleh suatu negara terhadap masyarakatnya. Semua ini adalah sangat tergantung dari tujuan pendidikan yang bagaimana yang diinginkan.

b. masyarakat yang demokratis

Menyiapkan masyarakat yang demokratis adalah juga merupakan topik hangat yang menarik dibicarkan oleh para filosof. Dalam hal ini, Dewey merekomendasikan bahwa para pelajar ditawarkan kesempatan-kesempatan yang sesuai dengan umurnya untuk membuat pilihan di sekolah mereka, yaitu untuk melatih mempersiapkan sebuah hak yang mendasar dalam masyarakat yang liberal. Berlawanan dengan rekomendasi Dewey, menegaskan bahwa sekolah harus menyediakan ketrampilan-ketrampilan dan ilmu pengetahuan secara akademik, waktu dewasa akan membuktikan manfaatnya dalam kehidupan yang demokratis. Adalah sulit untuk dibayangkan sebuah persetujuan intelektual yang dihasilkan lebih panas diskusinya dari pernyataan ini. Para pengikut Dewey mengklaim bahwa para tradisionalis menawarkan sebuah gambaran kurikulum yang ketat, yaitu bersifat memaksa dan tidak bermanfaat. Sedangkan kaum tradisonalis mengutuk pendidikan progresif karena terlalu kaku dan tidak respek terhadap icon-icon nasional dan agama, secara umum mengkorupsi sistem pendidikan dan pemuda kita.

Dari penjelasan di atas, jelas menampakkan bahwa ada banyak pendapat dan aliran pemikiran dalam pembentukan suatu masyarakat yang demokratis. Masing-masing pandangan tersebut ada kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, dalam mencari alternatif untuk membentuk masyarakat yang demokratis,

Dr. Saifullah Idris, M. Ag | 71 Adobe Wood Type Ornaments Std

           

        ­ €‚ ƒ„ …† ‡ ˆ

‰ Š ‹ Œ Ž ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š› œ ž

maka diperlukan suatu kearifan dalam berfikir. Artinya, ketika mengadopsi suatu pandangan, aliran pemikiran atau trend suatu masyarakat tertentu, maka perlu memperhatikan dan mempertimbangkan aspek positif dan negatifnya. Sehingga rumusan alternatif tersebut tidak bias dan berguna bagi pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, yang semkin hari semakin ditantang oleh gencarnya arus globalisasi diseluruh penjuru dan aspek kehidupan. Oleh karena itu, pendidikanlah yang menjadi ujung tombak dalam mengahdapi semua ini.

c. keberhasilan dan kegagalan pendidikan

Berbicara tentang keberhasilan dan kegagalan pendidikan adalah suatu pembicaraan yang sangat menarik. Hal ini tidak hanya dibicarakan oleh para pemikir pendidikan, tetapi juga merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat yang peduli akan pendidikan anak-anaknya. Maka reformasi pendidikan di sekolah merupakan sebuah usaha untuk mengalihkan masyarakat dari persoalan-persoalan sosial secara besar-besaran yang harus jelas diselesaikan jika ada yang menjadikan makna persamaan yang betul-betul bermakna.

Dengan demikian, setiap jenis dan jenjang pendidikan memerlukan kepada standar keberhasilan, yaitu adanya suatu evaluasi yang memenuhi standar. Evaluasi adalah suatu keharusan dalam menjalankan proses pendidikan, karena dengan evaluasilah para pembuat dan penyelengaraan pendidikan tahu mana program-program yang sudah berhasil dan mana program-program yang belum berhasil. Maka timbullah pertanyaan-pernyataan, seperti bagaimana pencapaian itu di ukur dan ditemukan? Apakah pencapaian-pencapaian tersebut harus dievaluasi

72 | DEMOKRASI DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

(Akar Filosofis dan Implikasinya dalam Pengembangan Filsafat Pendidikan)

Ado be W oo d Typ e Orn am en ts S td

  

   

  

  

 



  

  

  

  ­ €

‚ ƒ„ …

† ‡ ˆ

‰ Š ‹ Œ Ž ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š

› œ ž

secara keseluruhan dengan skor dan tes-tes yang standar? Apakah tidak ada kriteria lain untuk pencapaian dan kepuasan di sekolah? Apakah standar keberhasilan tersebut harus bersifat kuantitatif atau kualitatif? Dan masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul mengenai standar keberhasilan dan ketidakberhasilan sebuah penyelenggaraan pendidikan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sangat filosofis, maka jawaban-jawabannyapun harus dan memerlukan kepada jawaban-jawaban yang filosofis pula. Karena bicara pendidikan adalah bicara persoalan hidup dan kehidupan orang banyak. Adalah suatu keharusan bagi penyelenggaraan pendidikan memperhatikan standar-standar yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Ketika butuh akan jawaban yang bersifat filosofis, maka ada berbagai macam aliran yang berbicara tentang standar keberhasilan suatu penyelenggaraan pendidikan. Ada yang melihat pada tataran proses yang terjadi di suatu lembaga pendidikan, ada yang melihat pada kelulusan atau outcome suatu lembaga pendidikan tanpa memperhatikan inputnya, ada yang melihat keberhasilan hanya dari segi kuantitas, dan ada pula yang melihat dari segi kualitasnya. Dengan demikian, bagi pragmatisme, kebermaknaan apa yang telah diajarkan dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk masa depan si terdidik adalah menjadi fokus utama penekanan model penyelenggaraan mazhab ini. Karena apa saja yang dipelajari harus membawa manfaat bagi si terdidik, dan juga harus selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial, dan dibutuhkan bagi kemaslahatan masyarakat.

Dr. Saifullah Idris, M. Ag | 73 Adobe Wood Type Ornaments Std

           

        ­ €‚ ƒ„ …† ‡ ˆ

‰ Š ‹ Œ Ž ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š› œ ž