• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Pokok Perkara

Dalam dokumen Perkara Nomor 09 KPPU L 2013 (Halaman 194-200)

KONTRAK GABUNGAN LUMPSUM DAN HARGA SATUAN UNTUK KONTRAK TAHUN TUNGGAL

II. Dalam Pokok Perkara

1. Bahwa Terlapor I dan Terlapor II tetap pada dalil Tanggapan semula serta pernyataan-pernyataan Terlapor I dan Terlapor II dalam persidangan yang pernah disampaikan, selanjutnya apa yang dikemukakan serta yang dinyatakan

halaman 195 dari 289

dalam Eksepsi mohon dinyatakan dan dianggap sebagai satu kesatuan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam Pokok Perkara ini;

2. Bahwa Terlapor I dan Terlapor II menolak seluruh dalil-dalil LDP Tim Investigator, Bukti-Bukti dan Keterangan Saksi/Ahli yang diajukan Tim Investigator kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh Terlapor I dan Terlapor II serta demi hukum menguntungkan kepentingan hukum Terlapor I dan Terlapor II dalam pemeriksaan perkara a quo;

A. Tentang Fakta-Fakta Hukum Yang Terungkap di Persidangan : Dugaan Persekongkolan Vertikal Tidak Terbukti

1) Bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melakukan pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 maupun Perpres No. 54 Tahun 2010. Tuduhan Tim Investigator terhadap Terlapor I dan Terlapor II sebagaimana dalil LDP angka 19 (2) halaman 50 dan 51 terbukti tidak benar dan tidak berdasarkan hukum. Tuduhan Terkait Hubungan Antar Peserta Tender

2) Bahwa terhadap tuduhan yang pada intinya menyatakan adanya hubungan antar peserta tender dimana Terlapor I dan Terlapor II telah mengabaikannya sehingga berpotensi hilangnya atau berkurangnya persaingan dalam proses tender adalah tidak berdasar hukum dan patut ditolak berdasarkan fakta-fakta hukum berikut :

a. Pasal 6 huruf e jo. Penjelasan Pasal 6 huruf e poin a) menyatakan pada intinya Para Pihak harus menghindari terjadinya pertentangan kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak boleh memiliki peran ganda/terafiliasi pada pelelangan yang sama (vide Bukti T.I & T.II - 1).

b. Ahli dari BPKP (Sdr. Roni dan Sdr. Agus Rianto) dalam forum persidangan tanggal 27 Maret 2014 di bawah sumpah

menerangkan pada intinya bahwa “sepanjang telah sesuai dengan

dokumen pengadaan dan prosedurnya telah benar, maka benar

proses lelang”. Ahli dari BPKP (Sdr. Roni dan Sdr. Agus Rianto)

juga menerangkan bahwa evaluasi dilakukan per paket pekerjaan. c. Pada forum persidangan tanggal 17 April 2014, Terlapor I dan

Terlapor II bertanya kepada Ahli Sdr. Ir. Harry Purwantara,

M.Eng.Sc. : “Dalam sebuah contoh kasus, dimisalkan perusahaan

A dan B memiliki hubungan, namun perusahaan A hanya mengikuti tender paket “X” sedangkan perusahaan B hanya

halaman 196 dari 289

termasuk kategori “…peran ganda/afiliasi pada pelelangan yang sama”?

Terhadap pertanyaan tersebut, Ahli Sdr. Ir. Harry Purwantara, M.Eng.Sc di bawah sumpah menerangkan pada intinya contoh

kasus tersebut tidak termasuk kategori “peran ganda/afiliasi pada pelelangan yang sama”. Yang dimaksud dengan pelelangan yang

sama adalah pelelangan untuk paket pekerjaan yang sama.

Tuduhan Tim Investigator tentang pengabaian (kelalaian) Terlapor I dan Terlapor II terkait adanya peran ganda/afilisasi –

quod non– telah terbantahkan dan gugugr demi hukum.

d. Telah menjadi fakta hukum bahwa PT. Passokorang dan PT. Aphasko Utamajaya tidak menjadi peserta lelang pada paket yang sama, begitu pun dengan PT.Usaha Subur Sejahtera dan PT. Sabar Jaya Pratama juga tidak menjadi peserta lelang pada paket yang sama.

Bahwa dengan demikian, dalil LDP angka 9. 1) halaman 29 dan angka 9. 3) halaman 30 telah terbantahkan dan gugur demi hukum.

e. Ahli Sdr. Ir. Harry Purwantara, M.Eng.Sc. dalam forum persidangan di bawah sumpah menerangkan pada intinya Pokja ULP (Terlapor I dan Terlapor II) tidak perlu melakukan evaluasi terhadap perusahaan atau pihak lain yang bukan menjadi peserta tender kecuali terhadap sub-kontraktor yang diusulkan dan disebutkan dalam dokumen pemilihan.

Keterangan Terlapor X (Sdr. Hendra Pradana) pada persidangan 24 April 2014 yang mana juga ternyata sesuai dengan pernyataan dan keterangan Saksi Sdri.Diah Ayu dan Sdr. Ali Muktar pada forum persidangan di bawah sumpah yang menerangkan bahwa PT. Duta Indah Mamuju tidak pernah mengikuti lelang-lelang pekerjaan Pemerintah.

Perbuatan hukum Terlapor I dan Terlapor II yang tidak mengevaluasi Hotel Clarion dan PT. Duta Indah Pratama Mamuju karena bukan peserta tender paket objek perkara a quo adalah telah benar dan berdasar hukum.

Hubungan peserta tender dalam perkara a quo dengan Hotel Clarion atau dengan PT. Duta Indah Pratama Mamuju tidak dapat dikategorikan persekongkolan tender.

halaman 197 dari 289

Dengan demikian, dalil LDP angka 9. 2) dan angka 9. 4) halaman 30 telah terbantahkan dan gugur demi hukum.

f. Ahli Sdr. Ir. Harry Purwantara, M.Eng.Sc. dalam forum persidangan di bawah sumpah menerangkan pada intinya kewenangan Pokja hanya sampai pada tahap penetapan pemenang tender. Tugas Pokja selesai setelah menjawab sanggahan (bila ada), sedangkan pelaksanaan adalah kewenangan PPK.

Dengan demikian, dalil LDP angka 9. 5) sd. 7) halaman 30 telah terbantahkan dan gugur demi hukum.

3) Bahwa berdasarkan uraian angka 2) huruf a sd. f tersebut di atas dan berdasarkan bukti T.I & T.II - 1, T.I & T.II - 5a, T.I & T.II - 5b, T.I & T.II - 5c dan bukti T.I & T.II - 5d tuduhan dan dugaan persekongkolan vertikal terkait hubungan antar perusahaan tidak terbukti, terbantahkan dan gugur demi hukum serta patut dikesampingkan.

Tuduhan Terkait Kesamaan Format Metode Pelaksanaan

4) Bahwa terhadap tuduhan yang pada intinya menyatakan adanya kesamaan format metode pelaksanaan dimana Terlapor I dan Terlapor II telah mengabaikannya adalah tidak berdasar hukum dan patut ditolak berdasarkan fakta-fakta hukum berikut :

a. Ketentuan B. 1. F. 9). C). 2). (a). Lampiran III Perpres No. 54 Tahun 2010 (vide Bukti T.I & T.II - 2) menyatakan “Metode Pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan memenuhi persyaratan substantif yang diterapkan dalam Dokumen Pemilihan dan diyakini menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan”.

b. Ketentuan BAB III angka 30.12 huruf b. 2). a) Lampiran Permen PU No. 07/PRT/M/2011 (vide Bukti T.I & T.II - 4) tidak diatur tentang format metode pelaksanaan, sehingga tidak menjadi bahan evaluasi serta tidak juga memberikan kewenangan kepada Terlapor I dan terlapor II untuk mengevaluasi format.

c. Ahli dari BPKP (Sdr. Roni dan Sdr. Agus Rianto) dalam forum persidangan tanggal 27 Maret 2014 di bawah sumpah menerangkan pada intinya bahwa yang dievaluasi dari metode kerja/metode pelaksanaan adalah substansinya, bukan formatnya. d. Ahli Sdr. Harry Purwantara M.Eng.Sc dalam forum persidangan

tanggal 17 April 2014 di bawah sumpah menerangkan pada intinya terhadap Metode Pelaksanaan yang dilakukan evaluasi

halaman 198 dari 289

adalah substansinya. Perpres 54 Tahun 2010 hanyalah mengatur persyaratan substantif yang diterapkan dalam dokumen pengadaan.

e. Dalil angka 15 huruf b) halaman 35 dalam LDP Tim Investigator harus dikesampingkan karena tidak mencantumkan identitas dari ahli LKPP yang dimaksud dalam LDP tersebut sehingga patut diragukan kebenaran, keabsahan dan nilai pembuktiannya.

f. Telah menjadi fakta hukum pengakuan Tim Investigator pada dalil LDP angka 15 huruf c) halaman 35 bahwa isi (substansi) metode pelaksanaan PT. Passokorang, PT. Latanindo Graha Persada, PT. Putra Jaya, PT. Bukit Bahari Indah, PT. Usaha Subur Sejahtera berbeda pada paket Kaluku - Salubatu II.

g. Telah menjadi fakta hukum pengakuan Tim Investigator pada dalil LDP angka 15 huruf e) halaman 37 bahwa isi (substansi) metode pelaksanaan PT. Aphasko Utamajaya, PT. Latanindo Graha Persada, PT. Putra Jaya, PT. Bukit Bahari Indah, PT. Sabar Jaya Pratama berbeda pada paket Baras -Karossa.

h. Telah menjadi fakta hukum pengakuan Tim Investigator pada dalil LDP angka 15 huruf g) halaman 40 bahwa isi (substansi) metode pelaksanaan PT. Sabar Jaya Pratama, PT. Latanindo Graha Persada, PT. Aphasko Utamajaya, PT. Putra Jaya, PT. Bukit Bahari Indah berbeda pada paket Kalukku - Salubatu I. i. Telah menjadi fakta hukum pengakuan Tim Investigator pada

dalil LDP angka 15 huruf i) bahwa isi (substansi) metode pelaksanaan PT. Usaha Subur Sejahtera, PT. Aphasko UTamajaya berbeda pada paket Topoyo – Barakang.

j. Telah menjadi fakta hukum pengakuan Tim Investigator pada dalil LDP angka 15 huruf k) halaman 44 bahwa isi (substansi) metode pelaksanaan PT. Passokorang, PT. Usaha Subur Sejahtera, PT. Latanindo Graha Persada berbeda pada paket Lingkar Bandara Tampa Padang.

k. Terhadap dalil-dalil LDP angka 15 halaman 35 sd. 46 selain pengakuan yang telah diuraikan pada huruf f sd. j di atas dan yang terkait dengan format metode pelaksanaan patut ditolak dan dikesampingkan.

5) Bahwa perbuatan hukum Terlapor I dan Terlapor II yang tidak mengevaluasi format metode pelaksanaan telah benar dan sesuai

halaman 199 dari 289

hukum. Maka berdasarkan uraian angka 4) huruf a sd. k tersebut di atas dan berdasarkan bukti T.I & T.II - 2 dan T.I & T.II - 4 serta keterangan Ahli dari BPKP juga Ahli Sdr. Harry Purwantara M.Eng.Sc., tuduhan adanya pengabaian atau kelalaian Terlapor I dan Terlapor II terkait kesamaan format metode pelaksanaan tidak terbukti, terbantahkan dan gugur demi hukum serta patut dikesampingkan.

Tuduhan Terkait Hasil Koreksi Aritmatik

6) Bahwa terhadap tuduhan yang pada intinya menyatakan adanya hasil koreksi aritmatik akibat kesalahan hitung dimana Terlapor I dan Terlapor II telah mengabaikannya dengan tidak dilakukan klarifikasi adalah tidak berdasar hukum dan patut ditolak berdasarkan fakta-fakta hukum berikut :

a. Ketentuan BAB III. E angka 30.2 dan 30.3 Lampiran Permen PU No. 7/PRT/M/ 2011 (vide Bukti T.I & T.II - 4) dapat disimpulkan Koreksi Aritmatik wajib dilakukan terhadap kesalahan perkalian antara volume dengan harga satuan pekerjaan. Hasil Koreksi Aritmatik dapat mengubah nilai penawaran sehingga merubah urutan peringkat peserta.

Klarifikasi dilakukan hanya terhadap pekerjaan utama yang penawarannya dibawah spesifikasi atau tidak menawar sama sekali, bukan terhadap nilai hasil koreksi aritmatik.

Sesuai Ketentuan angka 30 BAB III, Buku 01A Permen PU No. 7/PRT/M/ 2011 tidak ada ketentuan hasil korekasi aritmatik wajib dilakukan klarifikasi kepada peserta lelang.

b. Ketentuan B. 1. f. Lampiran III Perpres No. 54 Tahun 2010 (vide

Bukti T.I & T.II - 2) tidak mengatur mengenai adanya kewajiban klarifikasi terhadap hasil koreksi aritmatik.

c. Ahli dari BPKP (Sdr. Roni dan Sdr. Agus Rianto) dalam forum persidangan tanggal 27 Maret 2014 di bawah sumpah menerangkan pada intinya bahwa “terhadap hasil koreksi aritmatik tidak perlu diklarifikasi, bahwa tidak harus/wajib

diinformasikan”

Ahli dari BPKP (Sdr. Roni dan Sdr. Agus Rianto) juga menerangkan pada intinya tidak ada nilai patokan/range ataupun nilai rata-rata prosentase deviasi hasil koreksi aritmatik. Ahli

halaman 200 dari 289

tidak bisa menyimpulkan nilai patokan/range ataupun nilai rata- rata karena tidak konstan.

d. Ahli Sdr. Harry Purwantara M.Eng.Sc. dalam forum persidangan tanggal 17 April 2014 di bawah sumpah menerangkan pada intinya, antara lain :

- Koreksi Aritmatik wajib dilakukan.

- Pokja (Terlapor I dan Terlapor II) berwenang melakukan koreksi aritmatik.

- Apabila ada perbedaan volumen di dokumen penawaran, maka disesuaikan dengan dokumen pemilihan.

- Hasil koreksi aritmatik dapat merubah harga dan peringkat peserta lelang sebelum evaluasi.

- Tidak ada ketentuan yang mengatur kewajiban untuk mengklarifikasi hasil nilai koreksi aritmatik.

e. Pada forum persidangan tanggal 10 April 2014 dengan agenda pemeriksaan Terlapor I dan Terlapor II, Ketua Majelis Komisi meminta dan men-challengeTerlapor I dan Terlapor II untuk menyerahkan bahan/hasil koreksi aritmatik terhadap paket-paket objek perkara a quo, dan menyatakan ”apabila Terlapor I dan Terlapor II dapat menyerahkannya kita tidak perlu sidang lagi besok”.

Secara tersirat, dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan terkait Terlapor I dan Terlapor II dalam perkara a quo adalah koreksi aritmatik tersebut, dan bilamana Terlapor I dan Terlapor

II dapat menyerahkan/ mengajukan/memenuhi ”tantangan” Ketua

Majelis Komisi dimaksud maka terbukti Terlapor I dan Terlapor II tidak melanggar Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Selanjutnya, pada forum persidangan tanggal 25 April 2014 Terlapor I dan Terlapor II telah menyerahkan /mengajukan/

memenuhi ”tantangan” Ketua Majelis Komisi dimaksud dengan

mengajukan bahan/hasil koreksi aritmatik sebagai bukti tambahan. Maka dengan ini kami minta agar majelis memenuhi pernyataannya dalam forum persidangan tanggal 10 April 2014 dan menyatakan Terlapor I dan Terlapor II tidak melakukan pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.

Dalam dokumen Perkara Nomor 09 KPPU L 2013 (Halaman 194-200)

Dokumen terkait