• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok-Pokok Temuan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian

1. Materi Sejarah Lokal di SDK Waibalun I

Sejarah lokal yang diajarkan di SDK Waibalun I khususnya kelas V adalah sekitar perlawanan rakyat Nusa Tenggara Timur terhadap penjajah dan menjadi fokus adalah perlawanan rakyat wilayah Flores Timur itu sendiri. Semua materi terangkum dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Kurikulum Muatan Lokal merupakan satu kesatuan dalam kurikulum Pendidikan Dasar telah dilaksanakan mulai tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan sekarang dengan Kurikulum KTSP. Materi sejarah lokal lainnya seperti cerita asal mula kedatangan suku-suku pendatang ke wilayah Flores Timur dan bergabung dengan suku asli lalu membentuk masyarakat Kabupaten Flores Timur hingga sekarang. Salah satu materi Sejarah Lokal yang dianggap menarik dan akhirnya menjadi pilihan cerita untuk dibuat komik adalah Kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912, yang dapat dikisahkan sebagai berikut :

a. Sebab-sebab perlawanan

Rakyat desa Lewotala waktu itu tergolong petani miskin. Karena itu upeti tahunan kepada Rja Larantuka biasanya diantar dalam bentuk hasil-hasil panen. Sejak Belanda berkuasa, rakyat Lewotala dipaksa untuk membayar pajak dalam bentuk uang perak. Pemerintah Belanda mengharuskan pembayaran pajak sebesar satu ringgit atau dua setengah rupiah perak oelh setiap laki-laki dewasa. Pajak ini dirasakan sangat berat, karena rakyat Lewotala hidup jauh dari pasar sehingga sulit memperoleh uang sebanyak itu. Beban penderitaan rakyat ini semakin

commit to user

bertambah karena prajurit-prajurit Belanda yang bertugas menagih pajak itu, datang menagih paksa lima samapai enam kali setahun. Dalam tagihan paksa itu pada tahun 1912, ada kejadian yang mengharukan, yaitu ada beberapa orang tua dari Lewotala terpaksa menjual anak-anaknya yang berumur kurang lebih lima-enam tahun kepada para pedagang dari Waibalun untuk membayar pajak. Kejadian yang mengharukan inilah yang mendorong rakyat Lewotala untuk melawan Belanda.

b. Jalannya perlawanan

Setelah mengadalkan musyawarah dan sumpah adat, delapan orang “Ata

Berekent” (orang berani yang kuat) terpilih untuk menghadang pasukan Belanda

di jalan menuju desa Lewotala. Kedelapan orang itu ialah Adi Tukan, Boki Tukan, Ebang Aran, Duli Hurint, Pulo Hurint, Suba Ama, Weking, dan Pehang Tukan. Tugas kedelapan orang ini ialah menghadang dan menggiring pasukan Belnda yang akan menyerang desa Lewotala ke medan pertempuran di mana semua pasukan Lewotala sudah siap perang. Serangan pertama dari Belanda terdiri dari dua belas orang prajurit di bawah pimpinan sersan Poly. Pasukan ini dihadang oleh Adi Tukan dan kawan-kawan di dusun Riankotek dan digiring menuju pertempuran di dusun Tana Wola. Dalam pertempuran Tana Wola itu, tiga orang gugur sebagai kusuma bangsa yaitu Boki Tukan, Pulo Hurint dan Duli Hurint. Sedangkan di pihak Belanda tujuh orang tewas. Adi Tukan sendiri terluka terkena peluru di punggungnya namun selamat. Setelah itu sisa pasukan Belanda lari menyelamatkan diri melaui Gunung Ile Kadekang menuju Larantuka untuk meminta bantuan dari Kupang. Beberapa minggu kemudian, bala bantuan dari

commit to user

Kupang tiba di Larantuka dengan Kapal Mataram. Serangan kedua ke Lewotala diadakan melalui jalan Timur melewati desa Wailolong-Riangkamie. Sementara itu di Lewotala telah diadakan pasukan gabungan tiga desa yaitu desa Lewotala, Riangkotek dan Lamatou. Pasukan gabungan ini dipimpin oleh Pade Liwung, menggantikan Adi Tukan yangs edang terluka. Pade Liwung dan pasukannya kemudian menghadang pasukan Belanda di desa Bulak Aaleng dan pertempuran sengitpun terjadi. Pertempuran sehari suntuk di desa Bulak Aleng ini, menelan korban jiwa cukup banyak di kedua belah pihak, namun sulit dihitung. Pade Liwung sendiri terkena tembakan pasukan Belanda dan mengalami luka berat. Dengan melihat korban yang cukup banyak para Tua Adat Lewotala memutuskan untuk menarik mundur pasukan gabungan mereka ke desa Leworahang. Karena penarikan mundur ini, pasukan Belanda menghentikan pertempuran lalu kembali ke Larantuka. Namun beberapa hari kemudian, kapal Mataram datang ke Pantai Leworahang dan pasukan Belanda menangkap semua kepala suku dan semua pemimpin pasukan gabungan Lewotala, kecuali Adi Tukan yang mengjilang bersama luka yang dideritanya. Mereka yang ditangkap adalah Bang Soge, Sina Resa, Leki Koten, Leki Kelen, Pol Hurint, Peleton Tukan, Basa Koten, Ado Weking, Rebong Koten, dan Sina Liwun. Semuanya dibawa ke Larantuka lalu dibawa ke Kupang, kecuali Polu Hurint, sebagai ketua adat dikembalikan ke Larantuka. Di Kupang semuanya diadili dan masing-masing dihukum lima tahun penjara. Dikisahkan bahwa empat orang diantaranya mati di Kupang yaitu Basa Koten, Ado Weking, Rebong Koten, dan Sina Liwung, sedangkan yang lain kembali ke Lewotala setelah menjalani hukumna di Kupang.

commit to user c. Akibat perlawanan

Selain korban jiwa yang cukup banyak, hampir semua rumah penduduk Lewotala dan Riangkotek dibakar secara rata dengan tanah. Setelah selesai perlawanana semua orang Lewotala diungsikan ke tepi jalan raya dekat desa Waiwio agar mudah diawasi dan dikerahkan untuk kerja rodi. Hampir semua pemimpin perlawanan Lewotala dibuang dan dihukum di Kupang, masing-masing lima tahun penjara. Empat orang diantaranya mati di Kupang sebagai ksatria tanpa kuburan yang jelas sampai hari ini.

2. Proses Implementasi Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok SDK Waibalun I

Media Komik adalah gambaran suatu atau beberapa karakter dan memerankan suatu cerita. Pada kasus ini peneliti menggunakan media komik untuk pembelajaran Sejarah khususnya sejarah lokal pada mata pelajaran Muatan Lokal. Pada proses implementasi komik tersebut di SDK Waibalun I siswa diberikan komik tersebut dan dibiarkan membaca sampai dengan selesai. Media komik sejarah lokal yang menceritakan Perjuangan Rakyat Lewotala Melawan Belanda tahun 1912, pesan atau materi yang akan disampaikan dikemas atau dicetak dalam bentuk komik cetak. Pesan atau materi dikemas berupa teks, gambar seri, panel, dan balon kata, yang dikombinasi dalam kesatuan yang utuh. Terdapat dua komponen dalam media komik cetak ini adalah teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran bergantung pada teori

commit to user

persepsi visual, teori membaca, pengelolaan informasi oleh manusia, dan teori belajar. Secara khusus media komik cetak ini diharapkan :

a. Teks dibaca secara linear, sedangkan visualnya direkam oleh ruang pikiran para siswa

b. Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah. c. Keduanya berbentuk visual yang statis dan berpusat pada

siswa sendiri.

d. Pengembangan sangat bergantung kepada keterampilan membaca dan persepsi visual siswa sendiri

e. Informasi dapat diorganisasikan, didistribusikan dan distrukturkan kembali oleh siswa sendiri

Media komik sejarah lokal merupakan media berbasis cetak, hal tersebut berdasarkan proses dan sifat media tersebut. Media Komik memiliki beberapa proses antara lain meliputi menggambar manual, gambar scanner, editing dengan program coreldraw dan proses perwarnaan. Komik yang sudah melewati beberapa proses tersebut,akan melalui proses percetakan untuk memperbanyak media tersebut serta memerlukan proses editing sebelum mencetaknya. Sedangkan berdasarkan sifatnya media komik dapat dikatakan mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami oleh siswa. Setelah selesai membaca komik tersebut siswa diwawancara dan diberikan angket terbuka juga kesempatan untuk menceritakan ulang kisah Perjuangan Rakyat Lewotala Melawan Belanda Tahun 1912 dengan kata-katanya sendiri. Dari hasil pengamatan, wawancara dan angket yang ada dapat dikatakan komik mendapat sambutan yang baik dari siswa. Ketika

commit to user

menceritakan ulang dengan bahasa sendiri, ceritera-ceritera dari para siswa dapat dikatakan sangat baik.

3. Kendala Implementasi Komik Sejarah Lokal dalam Pembelajaran Mulok di SDK Waibalun I

Pada saat penerapan media komik sejarah lokal ini, tidak ditemukan kendala yang berarti pada saat itu. Yang menjadi masalah adalah keberlangsungan pemanfaatan media komik itu sendiri ke depannya. Kepala sekolah dan guru sudah menyadari pentingnya media pendidikan. Tetapi anggapan bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah terkesan mahal tetap ada, karena selama ini tidak ada dukungan dari dinas terkait dalam hal pengadaan media pengajaran sejarah lokal yang inovatif dan pelatihan soal pemanfaatan media tidak dilakukan secara optimal. Sehingga kesan guru tidak kreatif bisa diatasi dengan pelatihan-pelatihan mengenai media pendidikan. Perlu disadari dan dipahami betul bahwa pemerintah punya peran yang sangat penting dalam peningkatan penggunaan media pembelajaran untuk kemajuan pendidikan bangsa Indonesia. Dibutuhkan komitmen dan kesungguhan dari pemerintah untuk menerapakan media-media inovatif bidang pendidikan. Pemerintah yakni melalui Dinas Pendidikan setempat, yang mengemban misi untuk berperan serta aktif dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan nasional dan pengembangan sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan media pendidikan, harus lebih dioptimalkan lagi kinerjanya. Seiring dengan berkembangnya waktu, pengelolaan alat bantu pembelajaran berupa media sangat dibutuhkan untuk

commit to user

membantu proses belajar mengajar. Dengan menerapkan strategi dan media pembelajaran yang baik diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa baik berupa metode maupun pendekatan melalui alat bantu media dengan berlandaskan fase kegiatan membelajarkan.Media komik sejarah lokal bermaksud menghilangkan pesan yang bersifat verbalisme dengan memberikan bekal kemampuan memahami bahasa. Siswa SDK Waibalun I selama ini masih terpaku pada metode ceramah atau membaca sendiri lalu melakukan diskusi seadanya, sehingga pelajaran sejarah lokal dianggap kurang menarik. Dengan ditampilkan lambang-lambang visual, munculnya karakter-karakter siswa terlihat begitu tertarik dan dengan serius membaca komik tersebut. Pesan visual dari rangkaian kalimat pada balon kata, dirasakan sangat mengantar pemahaman siswa akan peristiwa Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda tahun 1912. Tanggapan siswa dapat dilihat dari hasil wawancara, angket terbuka yang ada. Komik Sejarah Lokal yang memiliki konsep sederhana namun jelas dari segi visualnya sangat menarik bagi keseluruhan siswa, semua siswa dapat menceritakan kembali kisah Perlawanan Rakyat Lewotala tahun 1912 dengan baik, dengan cara dan pola pikir mereka masing-masing. Pada umumnya Kepala Sekolah dan Guru Kelas telah menyadari tugas dan fungsinya sebagai tenaga profesional atau tenaga pengajar. Untuk meningkatkan pelayanan dalam kegiatam pembelajaran mereka berpendapat proses belajar mengajar hendaknya dikelola dengan baik, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksaanaan. Salah satu indikator pengelolaan pembelajaran yang baik dapat dilihat dari memanfaatkan sarana dan prasarana

commit to user

yang tersedia. Pendapat para guru tentang pemanfaatan media komik sejarah lokal yang dapat peneliti temukan di antaranya :

a. Pada umumnya Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa mengajar dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal dapat merangsang siswa lebih aktif, dibanding mengajar tanpa media.

b. Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal membutuhkan persiapan yang baik, program yang akurat, ketekunan, kecermatan, dan ketelitian.

Dokumen terkait