• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

(Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur)

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

YOHANES YAKOBUS WERANG KEAN

NIM. S861102014

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TAHUN 2012

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

commit to user Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa

1. Tesis yang berjudul : “Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal (Studi

Kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur )” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan serta daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, maka saya bersedia Tesis beserta gelar MAGISTER saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 pasal 70).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesi pada jurnal atau forum ilmiah harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (6 bulan,sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Pendidikan Sejarah PPs-UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Pendidikan Sejarah PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta...2012 Mahasiswa,

Yohanes Yakobus Werang Kean NIM.S861102014

(7)

commit to user

Dari Semboyan kampung saya, Waibalun, Flores Timur, yang terpampang di Koke Bale (Rumah Adat Suku-Suku di Waibalun), yang selalu menjadi pesan dari Bapak saya hingga sekarang, dari bahasa Lamaholot, bahasa asli penduduk Flores Timur. Lage Ae yang berarti

Jalan Maju Terus, Niku Kola (Lihat ke belakang juga)

“MELANGKAH KE DEPAN TETAPI SELALU MELIHAT KE BELAKANG”

Melangkah ke depan untuk melakukan yang terbaik tetapi selalu menyadari darimana kita berasal, selalu ingat akan kampung halaman dan sejarah hidupmu.

(8)

commit to user kepada :

1. Ayah-Ibunda tercinta Hendrikus Bele Kean dan Yosefina Elisabeth Jawa Kolin, yang sabar membimbing dan mendoakanku dengan penuh cinta kasih;

2. Bapak Yudith Sastroredjo dan Ibu Neeta Sastroredjo yang telah banyak membantu saya dalam proses belajar di Solo.

3. Adik-adikku tercinta, Ella, Vici dan Velano yang selalu setia dalam doa dan dukungannya;

(9)

commit to user

tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Program Pendidikan Sejarah. Untuk memenuhi salah satu syarat tersebut penulis memilih sebuah judul yaitu “Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal

(Studi Kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur )”

Terselesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang indah ini penulis patut menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang menerima dan memberi ruang dan waktu kepada penulis untuk menuntut ilmu.

2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah membantu dalam proses belajar penulis.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret beserta seluruh dosen pengajar yang dalam keseharian mengasah, mengasih dan menagsuh penulis untuk berkompetensi dalam bidang Pendidikan Sejarah

4. Prof. Dr. Djoko Suryo dan Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd sebagai Tim Pembimbing tesis ini yang telah memberikan buah pemikiran, membimbing dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini.

5. Kepala Sekolah SDK Waibalun I beserta seluruh guru dan staf yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian.

6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S2 di Program Pendidikan Sejarah khususnya angkatan 2011 yang selalu memberi masukan, dan pemikiran yang kritis dalam proses

(10)

commit to user dalam proses pembuatan komik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu dengan senang hati dan lapang dada penulis siap menerima segala sumbang saran, kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Surakarta...2012 Penulis DAFTAR ISI Hal JUDUL...i

(11)

commit to user MOTTO...v PERSEMBAHAN...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii ABSTRAK...xiii ABSTRACT...xiv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Masalah ... 4 C. Rumusan Masalah ... 4 D. Tujuan Penelitian ... 4 E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Komik ... 6

2. Sejarah Lokal……….14

3. Pembelajaran ... 16

4. Komik dalam Pembelajaran Sejarah ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 24

D. Data dan Sumber Data. ... 24

E. Teknik Pengambilan Data ... 24

F. Teknik Pengambilan Sampel………..25

(12)

commit to user

B. Sajian Data ... 37

C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian ... 41

D. Pembahasan ... 48

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………. 62

A. Kesimpulan. ... 62

B. Implikasi... ... 64

C. Saran. ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(13)

commit to user

Kerangka Berpikir……….. …22

(14)

commit to user

Lembaran Penilaian Komik dari Ahli Media Pendidikan... 76

Lembaran Penilaian Komik dari Ahli Sejarah... 78

Surat Pengantar dari Camat Larantuka... 80

Surat Pengantar dari Kepala Sekolah SDK Waibalun I... 81

Silabus Muatan Lokal yang berkaitan dengan Komik Sejarah Lokal... 82

Foto-Foto... 84 Print Out Komik

(15)

commit to user

Tenggara Timur).Tesis. Program Pascasarjana.Universitas Sebelas Maret.Surakarta.2012.

Masalah utama para guru dan praktisi pendidikan ialah bagaimana cara mengelola pembelajaran yang efektif, artinya menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan mudah. Satu diantaranya pemanfaatan media. Pada penelitian ini peneliti memfokuskannya pada pemanfaatan media komik pada pembelajaran sejarah lokal.Maksud dan tujuan penelitian ini ialah mencari informasi yang akurat tentang sejauh mana materi sejarah lokal, dan proses implementasi komik itu dalam proses pembelajaran sejarah lokal tersebut.

Bentuk penelitian yang dilakukan ialah deskriptif kualitatif, jenis studi kasus, lokasi penelitian di SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, pengamatan,angket dan pencatatan data secara langsung di lokasi penelitian. Hasil perolehan data dikonfirmasikan dengan informan atau nara sumber demi kearutan dan keabsahannya. Adapun analisis datanya menggunakan model interaktif dari Strauss dan Glaser.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sejarah lokal yang diajarkan telah meliputi banyak daerah di Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan daerah Flores Timur khususnya. Proses Implementasi Komik dalam pembelajaran sejarah lokal juga berjalan baik dan tidak menemui kendala yang berarti.

Para siswa, guru dan kepala sekolah sangat menerima kehadiran komik sejarah lokal. Dengan media komik pembelajaran sejarah lokal menjadi lebih mudah. Mereka setuju jika penelitian pengembangan media komik dapat ditingkatkan. Hal tersebut sangat berguna bagi pengelola pembelajaran dalam memperbaiki kegiatan-kegiatan pembelajaran berikutnya.

(16)

commit to user

(Case study in the 5th grade of SDK Waibalun I, East Flores District, East Nusa Tenggara Province). Tesist. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012.

The main problem for the teachers and education practioners is how to make the learning effectively, which means creating circumstances for the students to study simply. One of the them is by using the media. In this research, the researcher is focused on using media in the learning local history. The meant and the purpose is to get the precise information about the extent and the implementation process of the local history content in the learning of local history.

The form of the research is qualitative and descriptive which takes a case study for the type of the research. The research location is in SDK Waibalun, East Flores District, East Nusa Tenggara Province. It uses interview, observation, questionnaire, and recording directly in the research location to gather the information. The result was confirmed to the informant or the sources to obtain the validity of data. Meanwhile, for the data analysis the researcher uses interactive model of Strauss and Glaser.

The result shows that local history content has been taught in many areas in East Nusa Tenggara, particularly di East Flores. The implementation of comic in the learning of local history works very well. The students, teachers and the headmasters are very welcome to meet local history comics. By using comic as the medium of of teaching, learning local history could be easier. They agree that the research could be developed. It is very helpful for the education managers to improve further learning activities.

(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik sehingga mempunyai tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan juga merupakan arahan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya ( baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002). Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik untuk pengembangan potensi, bakat dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.

Dalam dunia pendidikan, Sejarah mengambil bagian penting sebagai suatu ilmu yang mengkaji peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa dahulu, untuk kita pelajari sekarang, yang nantinya dapat kita manfaatkan di kemudian hari. Hal tersebutlah yang menjadikan Sejarah penting untuk dipelajari dan dikaji terus menerus, karena setiap pribadi tidak bisa dipisahkan oleh Sejarah. Hal-hal seperti di atas yang menuntut cara atau metode pembelajaran Sejarah yang tidak lagi statis, terpaku dengan kurikulum yang kaku, yang membuat pribadi, dalam konteks ini anak didik menjadi jenuh dan pada akhirnya membentuk pandangan yang berkelanjutan dari generasi ke generasi bahwa Sejarah itu membosankan. Maka, daripada itulah dituntut suatu model pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif, inovatif dan Menyenangkan), dari pemaparan Mata

(18)

commit to user Pelajaran Sejarah itu sendiri.

Kecenderungan pembelajaran Sejarah yang kurang menarik ini merupakan hal wajar yang dialami baik oleh guru maupun siswa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk bisa memahami kebutuhan siswa, baik dalam karakteristiknya maupun dalam pengembangan ilmu yang disesuaikan dengan tuntutan jaman dengan cara memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik.

Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Konsep Lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar (Daryanto, 2011).

Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran. Komik bisa dikatakan salah satu media pembelajaran yang perlu dicoba. Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan terhadap komik, hal inilah yang mengilhami untuk dijadikannya komik sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik, seperti penelitian yang dilakukan Thorndikie, diketahui bahwa anak yang membca komik lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik maka sama dengan memnbaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosakata jauh lebih

(19)

commit to user banyak dari siswa yang tidak menyukai komik.

Komik Sejarah, yakni Cerita Bergambar yang diangkat dari peristiwa-peristiwa Sejarah. Cerita yang diberi gambar yang lazimnya disebut cerita bergambar, dan diberi dengan pewarnaan yang bagus diyakini dapat menjadi daya tarik khusus bagi kalangan anak-anak dan menjadi feedback bagi remaja akan Sejarah itu sendiri khususnya Sejarah Nasional dan terlebih Sejarah Lokal. Cerita bergambar yang berbau Sejarah dan Budaya Indonesia diharapkan juga menjadi penangkal akan maraknya komik-komik impor yang sebenarnya mengandung kebudayaan dari luar Indonesia.

Cerita bergambar atau istilah yang lebih cocok pada masa sekarang “komik” merupakan buku yang cukup populer di masyarakat, khususnya pada anak-anak. Cerita bergambar atau komik terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Cerita bergambar (komik) sebagai industri berjangka panjang dan yang berdaya guna, hampir tidak menjadi strategi masa depan dari pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.

Semakin beragamnya jenis hiburan yang turut mengurangi kegairahan dunia komik atau cergam Indonesia. Disamping itu, komik-komik asing banyak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan akhirnya menggeser popularitas komik (cerita bergambar) Indonesia.

Cerita bergambar atau komik Indonesia yang bernilai historis dan berkebudayaan asli Indonesia mungkin bisa mencontoh sinetron Indonesia yang menjamur di televisi kita, walaupun isi ceritanya banyak menjual mimpi-mimpi, mari bermimpi menjadi tuan rumah di Negara sendiri.

(20)

commit to user

B. Fokus Masalah

Yang menjadi fokus msalah dalam penelitian ini :

1. Belum optimalnya pembelajaran sejarah lokal karena belum mencakup banyak kisah sejarah lokal Nusa Tenggara Timur.

2. Peristiwa Sejarah yang akan dirubah menjadi komik sejarah adalah Kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala tahun 1912.

3. Merubah materi kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala tahun 1912 menjadi komik yang dinilai isinya oleh pakar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah materi sejarah lokal di SDK Waibalun I ?

2. Bagaimanakah proses implementasi komik sejarah lokal dalam Mulok SDK Waibalun I ?

3. Bagaimanakah kendala implementasi komik sejarah lokal dalam Mulok di SDK Waibalun I ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui materi sejarah lokal di SDK Waibalun I

2. Untuk mengetahui proses implementasi komik sejarah lokal dalam Mulok SDK Waibalun I.

3. Untuk mengetahui kendala implementasi komik sejarah lokal dalam Mulok SDK Waibalun I.

(21)

commit to user

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis :

1. Diketahuinya media yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, gaya berpikir serta umur dalam usaha penanaman nilai sejarah.

2. Diketahui media yang dapat membantu siswa untuk berpikir kritis, menarik, terstrukutur, sehingga mampu meningkatkan kemauan membaca dan memahami materi pembelajaran pada siswa.

Manfaat Praktis :

1. Guru dapat membuat strategi pembelajaran yang lebih variatif dalam mengajar di kelas yang keinginan siswanya bervariasi.

2. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dari media yang baru dan menarik.

(22)

commit to user

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Komik

Komik atau cerita bergambar menurut Marcel Bonet, adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituang dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.

Will Eisner (dalam Undestanding Comics), komik atau cergam adalah tatanan gambar dan balon kata yang berurutan.

Scott McCloud (2001), komik atau cergam merupakan cerita yang dilengkapi dengan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Jika suatu masyarakat gagal memahaminya, boleh jadi karena mereka terlalu mempersempit pengertian komik itu sendiri. Potensi Komik sebenarnya tidak terbatas dan menggairahkan.

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, di mana ia mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and

(23)

commit to user

Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau

mendramatisasi suatu ide".

Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan seni sekuensial dan komik sebagai juxtaposed pictorial and other images in

deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer.

Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik. Sebagian diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan. Yang lain lebih mementingkan kesinambungan gambar dan teks. Sebagian lain lebih menekankan sifat kesinambungannya (sequential). Definisi komik sendiri sangat supel karena itu berkembanglah berbagai istilah baru seperti:

a. Picture stories– Rodolphe Topffer (1845)

b. Pictorial narratives– Frans Masereel and Lynd Ward (1930s)

c. Picture novella– dengan nama samaran Drake Waller (1950s).

d. Illustories– Charles Biro (1950s)

e. Picto-fiction– Bill Gaine (1950s)

f. Sequential art(graphic novel) – Will Eisner (1978)

g. Nouvelle manga– Frederic Boilet (2001).

Untuk lingkup Nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu (sekarang Malaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut 'cerita bergambar' sebagai rujukan istilah cartoons dalam bahasa Inggris. Di Indonesia

(24)

commit to user

terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi

cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn

sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata "disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel bergambar.

Akronim cerita (ber)gambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya.Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner sebagai graphic narration (terutama di dalam film dan komik).

Komik menurut Laccasin (1971) dan koleganya dinobatkan sebagai seni ke-sembilan. Walaupun sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan komik ke dalam ruang wacana senirupa. Bukanlah hal yang dianggap penting siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan.

(25)

commit to user

DES Amis du Septième Art, salah satu klub sinema Paris yang awal, seorang

teoritikus film dan penyair dari Italia inilah yang mengutarakan urutan 7 kesenian di salah satu penerbitan klub tersebut tahun 1923-an. Kemudian pada tahun 1964 Claude Beylie menambahkan televisi sebagai yang kedelapan, dan komik berada tepat dibawahnya, seni kesembilan.

Thierry Groensteen, teoritikus dan pengamat komik Perancis yang menerbitkan buku kajian komiknya pada tahun 1999 berjudul "Système de la

bande dessinée (Formes sémiotiques)" yang akan terbit tahun 2007 menjadi "The System of Comics". Ia berbicara definisi seni kesembilan dalam pengantar edisi

pertama majalah "9e Art" di Perancis. Menurutnya, yang pertama kali memperkenalkan istilah itu adalah Claude Beylie. Dia menulis judul artikel, "La bande dessinee est-elle un art?", dan seni kesembilan itu disebut pada seri kedua dari lima artikel di majalah "Lettres et Medecins", yang terbit sepanjang Januari sampai September 1964. Baru kemudian pada tahun 1971, F. Laccasin mencantumkan komik sebagai seni kesembilan di majalah "Pour un neuvieme art", sebagaimana yang dikutip oleh Marcel Boneff .

a. Komik di Indonesia

Komik Indonesia atau biasa juga disebut cergam (cerita bergambar) adalah komik yang berasal dari Indonesia, atau hasil karya seorang komikus Indonesia. Cara bercerita dengan menggunakan gambar sudah dikenal di Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan di kepulauan nusantara. Salah satu contoh cara bercerita menggunakan gambar ini pada masa purbakala adalah relief-relief yang terdapat pada candi-candi yang tersebar di seluruh Indonesia.

(26)

commit to user 1) Generasi 1930an

Merujuk kepada Boneff maka komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran komik-komik di Indonesia pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti Flippie Flink and Flash Gordon. Put On,seorang peranakan Tionghoa adalah karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star(1939-1942) yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, bercerita tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia.

2) Generasi 1940-50an

Sekitar akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang, mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya

(27)

commit to user

komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salahs seorang komikus terdepan, yang memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar mendapatkan kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal. R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash Gordon.

3) Generasi 1960-70an

Adapatasi dari komik asing dalam komik Indonesia mendapatkan tentangan dan kritikan dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya. Karena itu penerbit seperti Melodi dari Bandung dan Keng Po dari Jakarta mencari orientasi baru dengan melihat kembali kepada khazanah kebudayaan nasional. Sebagai hasil pencarian itu maka cerita-cerita yang diambil dari wayang Sunda dan Jawa menjadi tema-tema prioritas dalam penerbitan komik selanjutnya. R.A. Kosasih adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya membawa epik Mahabharata dari wayang ke dalam media buku komik. Sementara itu dari Sumatra, terutamanya di kota Medan, terdapat pionir-pionir komikus berketrampilan tinggi seperti Taguan Hardjo, Djas, dan Zam Nuldyn, yang

(28)

commit to user

menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di bawah penerbitan Casso and Harris, artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita rakyat Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang sangat digemari dari tahun 1960an hingga 1970an.

Banyak dipengaruhi komik-komik dengan gaya Amerika, Eropa, dan Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan koran sebagai medianya, meskipun beberapa karya seperti Majapahit oleh R.A. Kosasih juga mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam bentuk buku.Tema yang banyak muncul adalah pewayangan, superhero, dan humor-kritik.

4) Generasi 1990-2000an

Ditandai oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-masing dengan mengacu kepada banyak karya luar negeri yang lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa judul komik yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk menembus pasar dalam negeri, juga mendapat tempat dengan maraknya penerbit komik bajakan.Selain itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus muda untuk mengubah image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar dan muda.

Ada dua aliran utama yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu Amerika (lebih dikenal dengan comics) dan Jepang (dengan stereotype manga) :

1. Aliran Amerika

(29)

commit to user

mereka pada komikus-komikus Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada yang bekerja untuk produksi komik Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan beraliran gaya Amerika antara lain : Donny Kurniawan, Alfa Roby.

2. Aliran Jepang

Komikus yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti julliedillon.net, howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak informasi pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama komikus Indonesia dengan aliran gambar Jepang, yaitu kebanyakan nama pengarangnya disamarkan dengan nickname masing-masing di dunia maya. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah tepatnya komikus lokal. Beberapa pengarang komik yang aktif mengeluarkan karya dengan gaya ini adalah: Anthony Anndengan nama samaran lainnya: Sentimental Amethyst, Anzu Hizawa, Is Yuniarto dan John G.Reinhart. Beberapa Studio Komik juga pernah membuat karya-karya yang berciri aliran Jepang, antara lain Komikers (Lestari Maya, 2007)

b. Komik Independen di Indonesia

Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar Indonesia, muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik

(30)

commit to user

dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto 'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk tujuan komersil.Beberapa studio komik Independen antara lain:Daging Tumbuh, Bengkel Qomik.

2. Pengertian Sejarah Lokal

Istilah Sejarah Lokal dikenal di Indonesia dengan istilah sejarah daerah. Di negara Barat juga dengan istilah umum "local history" dan istilah lain yakni

"community history","neighborhood history" dan "nearby history". Menurut

Jordan, sejarah lokal ialah merupakan keseluruhan sekitar yang bisa berupa kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain kesatuan wilayah serta unsur-unsur institusi sosial dan budaya yang berada di suatu lingkungan itu seperti keluarga, pola pemukiman, mobilitas penduduk, kegotongroyongan, pasar, teknologi pertanian, lembaga pemerintahan setempat, perkumpulan kesenian, monumen, dan lain-lain ( I Gde Widja, 1991).

Ketika kita berbicara sejarah lokal disini bukan sejarah lokal tradisi, semisal babad, hikayat, lontara, tambo, ataupun lainnya. Melainkan sejarah yang menceritakan regionalitas, kedaerahan secara batasan-batasan tertentu. Misalkan melalui batasan-batasan geografis atau keberadaan suku yang mendiami tempat tersebut . Atau istilah lainnya ialah sejarah daerah (Moh. Ali 2005).

(31)

commit to user

Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah ( unsur spatial ). Di indonesia sejarah lokal bisa disebut pula sebagai sejarah daerah. namun tidak jarang yang mengklaim bahwa sejarah lokal sama dengan sejarah daerah. Taufik Abdullah misalnya dia tidak setuju lokal disamakan dengan daerah. karena daerah indentik dengan politik. Dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, lebih mencerminkan unit lokalitas suatu perkembangan sejarah.banyak sekali persamaan sejarah Lokal itu (Taufik Abdullah, 1979).

Pada masa reformasi, ketika muncul historiografi baru yakni historiografi kritik sosial (Kuntowijoyo,2003) yang mengakibatkan muncul pula penulisan sejarah lokal yang baru. Sejarah lokal yang terlepas dari sentralisme, sejarah lokal yang menceritakan daerahnya sendiri. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji. Jika pada sejarah lokal yang sebelumnya mengacu pada jiwa dan semangat nasionalisme, maka sejarah lokal yang sekarang memunculkan format baru, beru-pa nasionalisme yang memuat muatan lokal itu sendiri. Secara tidak langsung seolah-olah mengungkap bahwa desentralisasi memuat keinginan untuk melaku-kan otonomi terhadap nasionalisme.

Berbicara arti penting dari sejarah lokal pastilah kaitannya dengan suatu hubungan atau peran serta dari sejarah Lokal terhadap keberlangsungan Sejarah nasional. Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya

(32)

commit to user

pembendaharaan sejarah Nasional, tapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan begini kita makin menyadari pula bahwa ada berbagai corak kehidupan manusia yang selalu berhubungan dengan lingkungannya dan dengan sejarahnya.

. Pengembangan sejarah yang bersifat nasional seperti sekarang ini, sering kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu terutama yang menyangkut sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak menggali lebih mendalam tentang suatu kajiannya, biasanya bersifat umum saja. Oleh karenanya sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita. Selain itu juga sejarah lokal juga bisa diguankan untuk mengoreksi generalisasi-generalisasi dari Sejarah nasional.

3. Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran terdiri dari dua komponen yaitu belajar dan mengajar. Kedua komponen tersebut tidak bisa dipisahkan yang satu dengan yang lain karena keduanya berlangsung bersamaan serta saling mengisi dan melengkapi. Untuk memperjelas pengertian pembelajaran penulis kutipkan beberapa pendapat seperti berikut :

Leonard Nadler (1981), mendefinisikan belajar dan mengajar sama dengan learning and teaching :

Learning is the equistion of new skill, attitudes and knowledge. Teaching is the general process of enabling the learner to acquire the learning. Teaching can range from the stand up classroom presenter to fully

(33)

commit to user

this as use of high technology). Teaching can use a fasilatator who does little more than help the learner find appropriate recources for the learning. Teaching abviously cover with wide range of behavior, using both of people and machine,

Menurut Nadler belajar pada hakekatnya menambah keterampilan baru, memperbaiki sikap, dan memperkaya ilmu pengetahuan. Mengajar diartikan sebagai keseluruhan proses yang membantu si belajar dalam belajar. Dapat berupa mempresentasikan materi pelajaran di depan kelas, dapat pula hanya menggunakan alat tanpa ada guru (banyak yang mengatakan mengajar mencari sumber belajar). Mengajar dalam arti luas dilakukan dengan berbagai cara dan bisa menggunakan tenaga manusia bisa pula dengan alat.

Arief Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito (1984), mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu penyampaian pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan melalui saluran atau media tertentu yang dipandang cocok untu mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Dalam buku Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1996) edisi terjemahan Harmanto dkk, Dick dan Carry mengemukakan bahwa pembelajaran ialah segala sesuatu yang membantu bagaimana peserta didik mengalami kemudahan dalam belajar. Pengertian belajar tidak ditekankan pada berapa jumlah materi yang harus diselesaikan oleh siswa, tetapi menekankan pada berapa materi pembelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.

Jika dikaji secara mendalam semua pengertian pembelajaran yang dikemukakan para ahli itu berkisar pada bagaimana kemampuan seorang guru dalam melakukan komunikasi pembelajaran. Jika komunikasi pembelajaran dapat

(34)

commit to user

dilakukan dengan baik dapat diaktakan bahwa guru itu telah membimbing siswa. Dikatakan sebagai pembimbing karena dalam kegiatan ini terjadi proses secara manusiawi bersentuhan antara guru dan siswa yangd alam istilah Jawa dikenal dengan semboyang ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, artinya seorang guru harus dapat menjadi teladan, dapat memberi contoh cara melakukan sesuatu, dan dapat memotivasi siswa.

Tentang sumber belajar dapat dikemukakan sebuah definisi yang telah mencakup semua pengertian sumber belajar yang telah dipakai dan dikembangkan oleh banyak negara terutama negara-negara berkembang. Setijadi (1994), dalam bukunya Seri Pustaka Teknologi Pendidikan mengemukakan definisi sumber belajar dari pendapat Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan, sebagai berikut :

Sumber belajar ialah semua sumber yang meliputi data, orang, barang, yang memungkinkan digunakan oleh si belajar baik secara sendiri-sendiri atau kelompok, bisa suasana formal atau non formal, untuk memberikan kemudahan dalam belajar. Sumber-sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Ada sumber belajar yang didesain dan secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional yang diharapkan dapat membantu memudahkan belajar yang bersifat formal, dan punya tujuan tertentu, ada sumber belajar yang dimanfaatkan, artinya sumber-sumber belajar tidak secara khusus didesain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diterapkan, dan digunakan untuk kepentingan belajar.

4. Komik dalam Pembelajaran Sejarah

Komik dapat didefiniskan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Pada

(35)

commit to user

awalnya komik diciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran, namu untuk kepentingan hiburan semata.

Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan terhadap komik hal tersebut mengihalmi untuk dijadiaknnya komik sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik seperti penelitian yang diungkapkan Thorndike (Daryanto, 2011), diketahui bahwa anak yang membaca komik lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik maka sama dengan membaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh lebih banyak dari siswa yang tidak menyukai komik.

Komik sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dalam penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Sejarah sebagai mata pelajaran yang banyak berdasarkan cerita atau narasi teks diubah menjadi komik diharapkan bisa menarik minat belajar sejarah dan memperlancar kegiatan pembelajaran sejarah. Sejarah adalah ilmu tentang manusia. Sejarah berkaitan dengan manusia dalam ruang dan waktu Kontinuitas dan koherensi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Sejarah (S.K. Kochar, 2008). Komik adalah seni keseimbangan terhebat, seni yang subtraktif sekaligus aditif.Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat pembaca terus membaca komik hingga selesai (Scott McCloud, 2001). Hal inilah yang juga menginspirasi pembuatan komik sejarah lokal. Kecenderungan anak-anak tidak menyukai buku-buku teks, apalagi yang tidak disertai gambar dan ilustrasi yang menarik. Padahal secara empirik anak-anak cenderung lebih

(36)

commit to user

menyukai buku yang bergambar, yang penuh warna dan divisualisasikan dalam bentuk realistis ataupun kartun. Tema sejarah lokal menawarkan banyak kemungkinan, baik dalam pemilihan topik maupun dalam wilayah yang dibicarakan (Kuntowijoyo, 2003). Komik pembelajaran sejarah lokal diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk mempelajari sejarah khususnya sejarah di daerahnya sendiri. Komik membantu sejarah menjadikannya subjek yang hidup di mata anak-anak. Proses pendidikan bukanlah suatu yang monoton, pendidikan haruslah sebuah dunia yang asyik (Asef Umar Fakhrudin,2011). Komik merupakan hal yang asyik. Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi, pengelolaan alat bantu pembelajaran berupa media sangat dibutuhkan untuk membantu proses belajar mengajar. Dalam hal ini pembelajarn sejarah lokal. Dengan menerapkan strategi dan media pembelajaran yang baik dan menarik diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa baik berupa metode maupun pendekatan melalui alat bantu media dengan berlandaskan fase dalam kegiatan membelajarkan. Gagne dalam Winkel (1996) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut; fase motivasi, fase menaruh perhatian , fase pengolahan, fase umpan balik (dalam Abdul Majid,2008). Komik diharapkan menjadi media yang memberikan kontribusi dalam membelajarkan sejarah khususnya sejarah lokal. Dengan daya tarik yang tinggi terhadap media komik siswa lebih termotivasi untuk memahami (Riska Dwi Novianti,2012)

(37)

commit to user

B. Penelitian Yang Relevan

1. Widyanti Nugraheni, 2008 Penggunanan Media Komik dan Modul pada teknik Guide Note Taking dengan memperhatikan keingintahuan dan gaya berpikir siswa SMP, dalam penlitian ini penulis menggunakan media komik dalam teknik pembelajaran guide note taking, untuk mengajarkan materi pesawat sederhana pada kelas VIII SMP.

2. Putri, Rike Ristiya. 2009. Penerapan Multimedia Dan Komik Untuk Meningkatkan Aktivitas Beserta Hasil Belajar Siswa Kelas VIIE Pada Pelajaran IPS (Sejarah) Di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

C. Kerangka Berpikir

Mengajar Sejarah harus diartikan secara luas, yakni suatu proses menyediakan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan bagi subyek belajar (siswa) untuk memperoleh pengetahuan, memiliki sikap dan keterampilan yang membawa perubahan tingkah laku, maka dengan komik-komik diharapkan adanya feedback terhadap sejarah itu sendiri bagi setiap siswa. Proses pembelajaran Sejarah di sekolah sudah seharusnya mengandung unsur transfer of knowledge dan transfer of values.

Sejarah sebagai salah satu pelajaran yang mengambil peran penting dalam proses penanaman nilai dan karakter bangsanya sendiri dipandang membosankan bagi kebanyakan siswa, maka penanaman nilai sejarah yang lebih dini dengan cara yang menarik dengan komik-komik sejarah diharapkan bisa menarik minat dan dapat pula menjamin adanya penanaman nilai-nilai sejarah itu sendiri seperti nasionalisme, cinta

(38)

commit to user

tanah air, patriotisme, kerjasama, dan masih banyak nilai-nilai sejarah yang dianggap positif dan harus dimiliki dalam kehidupan generasi Indonesia di manapun berada.

Melihat dari latar belakang media komik yang telah penulis kemukakan, maka muncul pemikiran penulis sebagai berikut :

1. Sejarah adalah ilmu yang bernilai. Maka untuk menghantar ilmu sejarah perlu media yang menarik yakni komik yang isinya telah dinilai oleh pakar sejarah.

2. Untuk meningkatkan kemauan membaca diperlukan media yang menarik minat siswa, maka digunakan media komik. Penulis berasumsi penanaman nilai sejarah akan berjalan baik melalui media komik.

3. Media komik tampak menarik sehingga dapat meningkatkan hasrat belajar (minat baca), dan keingintahuan siswa pun meningkat.

Jika disusun kerangka berpikr tersebut dalam sebuah diagram, dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :

KURIKULUM

SILABUS

OUTPUT

RPP KOMIK ANALISIS NILAI

(39)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah SDK Waibalun I, Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2012.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus yakni melihat implementasi media pembelajaran sejarah dalam bentuk komik sejarah lokal yang isinya telah dinilai oleh pakar. Jenis penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian kualitatif yang mempunyai karakteristik naturalistik, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan menggambarkan perilaku-perilaku subjek yang diteliti ( Robert Bogdan, Steven J. Taylor, edisi terjemahan Arief Furchan, 1999).

(40)

commit to user

C. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah siswa, guru kelas dan Kepala Sekolah. Lebih ditekankan pada siswa dan guru kelas yang akan memanfaatkan media komik sejarah lokal.

D. Data dan Sumber Data

Data yang paling penting untuk dikumpul dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut :

1. Narasumber atau informan yang terdiri dari pihak-pihak terkait baik perorangan maupun lembaga yang terkait dalam penelitian ini seperti Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Siswa.

2. Komik Sejarah Lokal sebagai media penanaman nilai sejarah itu sendiri.

3. Tempat dan aktifitas yang menunjang dalam proses pembelajaran yaitu kelas dan lingkungan sekolah pada umumnya.

4. Arsip dan dokumen yang mendukung dalam pembelajaran seperti halnya rencana pembelajaran dan silabus.

E. Teknik Pengambilan Data

1. Teknik Observasi

Dalam kegiatan observasi penelitian ini, peneliti akan mengamati secara langsung kegiatan belajar mengajar dan obyek yang sesuai dengan masalah yang diteliti implementasi komik sejarah lokal.

(41)

commit to user 2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dari sumber informasi (informan) yakni guru dan siswa kelas V itu sendiri.

3. Kuesioner

Teknik kuesioner dalam penelitian ini,bersifat terbuka atau open ended. Responden yakni anak-anak diharapkan dapat menggunakan jawaban secara bebas dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.

4. Studi Dokumen

Penulis dalam penelitian ini akan memperhatikan dokumen-dokumen seperti buku-buku, kurikulum, silabus, RPP, laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Menggunakan teknik Purposive sampling, mengambil nara sumber yang dipandang mengetahui permasalahan yang diteliti dan dapat berubah-ubah, sedang berapa jumlah samplingnya tidak dipermasalahkan (Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, edisi terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992)

G. Validitas Data

Untuk keperluan menjamin validitas data yang dikumpulkan maka dilakukan dengan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(42)

commit to user

1. Triangulasi Sumber, yakni mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, untuk memperoleh data tentang penggunaan komik dalam proses pembelajaran, budaya sekolah dan kegiatan lainnya dikumpulkan dari hasil wawancara dengan guru, siswa, kepala sekolah dan hasil observasi di sekolah.

2. Triangulasi Metode, yakni mengumpulkan data yang berbeda dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dalam hal ini untuk mendapatkan data digunakan beberapa sumber yakni observasi, wawancara dan analisis dokumen terkait.

3. Triangulasi teori, yakni mengintepretasikan data, dalam hal ini akan mencari berbagai teori mengenai pembelajaran sejarah dan media komik melalui berbagai teori yang ada.

4. Triangulasi Peneliti, yakni pengujian validitas hasil penelitian oleh peneliti lain dalam tema penelitian yang sama untuk memantapkan hasil penelitian.

H. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini analisi data yang digunakan adalah analisis data kualitatif model Constant Comparative Method dari Strauss dan Glasser (Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992). Langkah-langkahnya terdiri dari menentukan satuan informasi, menentukan kategori-kategori, dan menentukan antar kategori.

Langkah-langkah tersebut dikondisikan saling interaktif dengan indikasi antara reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dikondisikan saling mengisi dan melengkapi. Pada penarikan kesimpulan sering pula dilakukan

(43)

commit to user verifikasi.

Langkah-langkah analis data yang peneliti lakukan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan yaitu pencatatan dokumen, pengamatan, wawancara, dan angket. Hasil temuan data yang peneliti peroleh dicatat apa adanya dan merupakan catatan lapangan penelitian.

2. Pengelompokkan data dan penentuan kategori, artinya data dipisah-pisah sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan (3 masalah sebagaimana diuraikan pada bab I).

3. Penyusunan data, ialah kegiatan memadukan perolehan data dengan lokasi penelitian, karena beberapa data awal tidak diperoleh berurutan.

4. Penafsiran data, yang dimaksud di sini adalah beberapa keterangan dari informan yang belum mempunyai arti penlitian karena beberapa faktor misalnya bicara gugup, pencatatannya tergesa-gesa, dokumen tidak jelas dan lain-lain ditarik kesimpulan sementara. Hal demikian akan memudahkan dalam pembahasan penelitian.

(44)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Flores Timur

SDK Waibalun I yang beralamat di Jalan Raya Waibalun, Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu sekolah tertua di wilayah Kabupaten Flores Timur, berikut gambaran singkat mengenai Kabupaten Flores Timur.

Kabupaten Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang beribukota Larantuka yang memiliki letak geografis pada 8o04' LS - 8o40' LS dan 122o38' BT -123o57' BT beriklim Tropis dengan musim kemarau yang panjang rata-rata (8-9) bulan dan musim hujan yang relatif singkat rata-rata (2-3) bulan. Secara umum luas daratan Kabupaten Flores Timur 1.812,85 Km (31%), dan luas lautannya 4.170,53 Km (69%). Dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 yakni 227.732 jiwa yang terdiri dari, Laki-laki :108.904 jiwa dan Perempuan : 118.828 jiwa. Kabupaten yang terletak di Ujung Flores Timur ini terkenal sebagai Kabupaten Kepualauan karena terdiri dari 3 buah pulau besar yakni Pulau Adonara, Pulau Solor dan Flores Timur daratan serta diapiti oleh pulau-pulau kecil seperti Pulau Konga, Pulau Waibalun, Pulau Mas, Pulau Besar, Pulau Suanggi dan Pulau Kambing.

Batas-Batas Kabupaten Flores Timur : a. Utara : Laut Flores

(45)

commit to user b. Selatan : Laut Sawu

c. Timur : Kabupaten Lembata d. Barat : Kabupaten Sikka

Visi Dan Misi Kabupaten Flores Timur

Visi: “Terwujudnya manusia dan masyarakat Flores Timur yang maju,sejahtera, bermartabat dan berdaya saing ”

Misi :

1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Flores Timur dalam semua aspek kehidupan (Ekonomi, Politik, Sosial-budaya dan Hukum) agar menjadi subyek pembangunan yang maju, mandiri, berkepribadian (memiliki jati diri) sehingga berkemampuan optimal untuk mencapai derajat kesejahteraan yang tinggi dan menciptakan keunggulan yang berdaya saing.Misi ini bermakna membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme rakyat menuju masa depan yang lebih baik.

2. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik yang berintikan penerapan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, akuntabilitas publik, kemitraan dan penegakan hukum di dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan pembangunan, serta mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktek KKN. Misi ini bermakna mengembalikan kepercayaan rakyat

(46)

commit to user

terhadap pemerintah dan menegakkan kewibawaan pemerintah di mata masyarakat ( Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Kabupaten Flores Timur, 2012)

2. Keadaan Lingkungan Sekolah Dasar Katolik Waibalun I

2.1 Batas-Batas Sekolah :

a. Utara : Jalan Raya Waibalun b. Selatan : Pantai Waibalun

c. Barat : Pekuburan Katolik Paroki St. Ignatius Waibalun

d. Timur : Perumahan Kelurahan Lewolere 2.2 Kebersihan dan Kerindangan :

Sekolah terlihat bersih dan rindang setiap hari ruang kelas selalu dibersihkan dan semua tanaman disiram, setiap kelas memiliki taman, tempat sampah tersedia di setiap kelas dan halaman sekolah, juga terdapat kebun sekolah di belakang sekolah.

3. Sejarah Singkat Sekolah

Pada tahun 1906 sudah ada sekolah agama di Waibalun, Lebao Tengah, Lewolaga, Konga dan Lamalera. Selanjutnya pada tahun 1910, semua sekolah agama ini dialihkan menjadi sekolah biasa. Pada tahun 1911 Sekolah Rakyat mulai diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 1911, meskipun pada tahun 1906 sudah ada sekolah agama di Waibalun. Jadi pada tahun 2011 yang lalu SDK

(47)

commit to user

Waibalun I sudah berusia 100 Tahun. Pada tahun 1915 tercatat di wilayah Flores Timur dan Solor ada 11 sekolah rakyat termasuk yang ada di Waibalun. Sejak tanggal 25 Januari 1955 semua sekolah katolik di Flores berada di bawah Yayasan Vedapura, Mulai tanggal 5 Agustus 1970 terbentuk Yayasan Persekolahan Umat Katolik Flores Timur (YAPERSUKTIM) yang menyelenggarakan pendidikan bagi semua sekolah katolik di Flores Timur. Di bawah pengaruh Gereja Katolik, melalui YAPERSUKTIM, SDK Waibalun I turut berbenah diri. Penyesuaian lembaga dengan sistim pendidikan nasional telah mengalihkan status sekolah ini dari SDK Swasta Penuh menjadi swasta dengan status terdaftar dan menajdi swasta diakui.

Semenjak pemisahan SDK Waibalun I dan SDK Waibalun II, SDK Waibalun I mendidik siswa pria, SDK Waibalun II untuk siswa wanita. Baru sekitar 1980-an terjadi penggabungan kembali siswa pria dan wanita pada setiap rombongan belajar sekolah ini. Rekaman buku induk I sampai buku induk XI, siswa-siswi yang mengeyam pendidikan pada SDK Waibalun I berjumlah kurang lebih 4500 orang. Para alumni tersebar di seluruh wilayah nusantara, malah sampai keluar negeri. Mereka mengabdikan diri untuk bangsa dan negara di bidang karya masing-masing. Penilaian dalam bentuk akreditasi sekolah, SDK Waiabalun I berada pada status terakreditasi B sejak tahun 2006. Dapat diketahui sejak berdirinya SDK Waibalun I sejak berdiri hingga saat ini menampung siswa dari berbagai daerah di Wilayah Flores Timur, yakni:

a) Wilayah Flores Timur daratan : Waibalun, Lewolere, Pantai Besar, Pohon Siri, Pante Kebi, Lokea, Watowiti,

(48)

commit to user

Waiklibang, Tengadei, Koten, Lewoloba, Wailolong, Lewotala, Lewokung, Kawalelo, Riangduli, Lamika, Lamuda, Lewolaga, Lewotobi, Watobuku dan Riangkaha. b) Wilayah Pulau Solor meliputi : Pamakayo, Balaweling dan

Riangtaliha

c) Wilayah Adonara meliputi : Waitenepa, Bayongtua dan Wureh.

4. Visi dan Misi Sekolah

a. Visi :

Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat, berkualitas dalam mencerdaskan bangsa.

b. Misi :

1. Menyiapkan generasi harapan bangsa yang memiliki iman katolik, percaya dan tagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mampu dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2. Membentuk sumber daya manusia berkualitass yang

memiliki ketahanan diri, inovatif , santun dan jujur. 3. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di

masyarakat.

5. Budaya Sekolah

Kegiatan Sekolah setiap hari dimulai pagi pukul 06.10 WITA, sekolah dibuka oleh penjaga sekolah, dia bertanggung jawab atas kebersihan di

(49)

commit to user

kantor sekolah dibantu oleh beberapa siswa-siswi yang memiliki tugas piket di di kantor sekolah. Penjaga Sekolah bersama guru yang bertugas sebagai guru piket juga mengatur anak-anak bekerja di halaman depan dibawah pengawasan guru piket dan penjaga sekolah.

Pukul 06.45 lonceng dibunyikan semua siswa-siswi dan para guru mengikuti apel depan kantor sekolah, lalu dilanjutkan dengan doa pagi bersama, lalu pengarahan oleh guru. Pukul 07.15 KBM dimulai sampai dengan pukul 12.15, ditutup dengan doa di masing-masing kelas dan pengrapian kelas lalu semua warga sekolah pulang.Pukul 12.30 WITA Sekolah ditutup oleh penjaga sekolah.

6. Tata Tertib Sekolah

a. Hal masuk sekolah : Semua murid harus di sekolah selambat-lambatnya 5 menit sebelum pelajaran dimulai, murid yang terlambat tidak diperkenannkan langsung masuk kelas melainkan harus melapor terlebih dahulu ke guru piket dan kepala sekolah, murid hanya absen hanya karena sungguh-sungguh sakit ataua keperluan yang sangat penting, semua urusan keluraga harus dikerjakan di luar sekolah atau waktu libur sehingga tidak menggunakan hari sekolah, Murid yang absen pada waktu masuk kembali harus melapor kepada Kepala Sekolah dengan membawa surat-surat yang diperlukan, murid tidak diperbolehkan meninggalkan sekolah selama jam pelajaran berlangsung. Kalau seandainya murid sudah merasa sakit sejak di rumah maka sebaiknya tidak masuk sekolah.

(50)

commit to user

b. Kewajiban Murid : Taat kepada guru-guru dan kepala sekolah, ikut bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan dan ketertiban kelas dan sekolah pada umumnya, ikut bertanggung jawab atas pemeliharaan gedung, halaman perabotan dan peralatan sekolah, membantu kelancaran pelajaran baik di kelasnya maupun di sekolah pada umumnya. Ikut menjaga nama baik sekolah, guru, dan pelajar lain pada umumnya, baik di dalam maupun di luar sekolah. Menghormati guru dan saling menghargai antara sesama murid, melengkapi diri dengan keperluan sekolah. Murid yang membawa kendaraan agar menempatkannya di tempat yang telah ditentukan dalam keadaan terkunci. Ikut membantu agar tertib sekolah dapat berjalan dan ditaati.

c. Larangan Murid : meninggalkan sekolah selama jam pelajaran berlangsung, penyimpangan dalam hal ini hanya dengan izin kepala sekolah. Membeli makanan dan minuman di luar sekolah. Menerima surat-surat atau tamu di sekolah. Memakai perhiasan yang berlebihan serta berdandan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Merokok di dalam dan di luar sekolah. Meminjam uang dan alat-alat pelajaran antar sesama murid. Mengganggu jalannya pelajaran baik terhadap kelasnya maupun terhadap kelas lain. Berada di dalam kelas selama waktu istirahat. Berkelahi dan main hakim sendiri jika menemui persoalan antar teman. Menjadi perkumpulan anak-anak nakal dan geng-geng terlarang.

d. Hal pakaian dan lain-lain : Setiap murida wajib memakai seragam sekolah lengkap sesuai dengan ketemntuan sekolah, murid-murid puteri dilarang

(51)

commit to user

memelihara kuku panjang dan memakai alat kecantikan kosmetik yang lazim digunakan oleh orang dewasa. Rambut dipotong rapi bersih dan terpelihara. Pakaian olah raga sesuai dengan ketentuan sekolah.

e. Hak-Hak Murid : Murid-murid berhak mengikuti pelajaran selama tidak melanggar tata tertib, murid-murid dapat meminjam buku-buku dari perpustakaan sekolah dengan mentaati peraturan perpustakaan yang berlaku, murid-murid berhak mendapat perlakuan yang sama dengan murid-murid yang lain sepanjang tidak melanggar peraturan tata tertib. f. Hak Les Privat : Murid yang terbelakang dalam suatu mata pelajaran dapat

mengajukan permintaan les tambahan dengan syarat orang tuanya menyampaikan kepada kepala sekolah. Les privat kepada guru kelasnya dan les privat tanpa sepengetahuan kepala sekolah dilarang. Les privat dapat diberikan sampai murid yang bersangkutan dapat menagajar pelajaran yang ketinggalan.

7. Sarana dan Prasana Sekolah

SDK Waibalun I memiliki 6 ruangan kelas, 1 Perpustakaan yang juga berfungsi sebagai ruangan kelas III karena rombongan belajar tidak bisa ditampung lagi dalam 1 ruangan kelas saja, 1 Kantor sekaligus berfungsi sebagai ruangan guru-guru. Sekolah juga memiliki media pengajaran seperti alat peraga mata pelajaran IPA, mata pelajaran IPS juga alat-alat musik.

(52)

commit to user

8. Media yang mendukung pembelajaran Sejarah dan Mulok

Media pendukung proses belajar mengajar Sejarah dan Mulok yang ada pada Sekolah Dasar Waiabalun I, yakni buku-buku, gambar pahlawan, globe dan peta. Khusus untuk kelas V yang menjadi lokasi uji coba komik ada 2 gambar pahlawan, 1 buah peta dan 1 buah globe. Sedangkan untuk buku materi mengenai Sejarah lokal yang ada pada Mata Pelajaran Mulok berasal dari Buku Pengetahuan Lingkungan dan Sosial Budaya Daerah Nusa Tenggara Timur yang dikarang oleh Drs. Jonas Thene yang diterbitkan CV Pengharapan Karya Abadi, Kupang bekerja sama dengan Depdikbud Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 1998 yang nantinya salah satu materi dalam buku ini dipakai sebagai bahan ajar dan oleh peneliti diubah menjadi suatu skenario untuk pembuatan komik itu sendiri, yakni Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912.

(53)

commit to user

B. Sajian Data

Setelah mengadakan pencatatan dokumen, pengamatan dan wawancara di Lokasi Penelitian dan juga pada proses Pembuatan Komik itu sendiri dari bulan November 2011 sampai dengan bulan April 2012, peneliti telah memperoleh data dan temuan-temuan yang ada hubungannya dengan masalah penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, dapat diuaraikan sebagai berikut :

1. Materi Sejarah Lokal yang diajarkan di kelas V SDK Waibalun I.

Setelah melakukan pencatatan dokumen berupa silabus dan wawancara dengan Guru Kelas V SDK Waibalun I, Yohana Barek Kerans materi-materi Sejarah Lokal yang diajarkan yakni :

a. Suku-suku asli dan suku-suku pendatang di daerah Flores Timur. Wilayah kabupaten Flores Timur sampai dengan sekarang didiami oleh para suku asli dan juga suku pendatang. Siswa diharapkan menyebutkan suku asli dan suku pendatang daerah Flores Timur dan siswa dapat menjelaskan peran masing-masing suku dalam seremonial adat.

b. Sejarah perjuangan masyarakat NTT melawan penjajah, yakni Perlawanan Rakyat di Flores : Perlawanan Rakyat Flores Timur, Perlawanan Rakyat Sikka Tahun 1904, Perlawanan Rakyat Ende-Lio Tahun 1907, Perlawanana Rakyat Ngada Tahun 1917, Perlawanan Rakyat Manggarai Tahun 1907-1908. Perlawananan Rakyat di Timor dan Alor : Perlawanan Rakyat di Pulau Rote, Perlawanan Rakyat Bipolo tahun 1905, Perlawanan

(54)

commit to user

Rakyat Kolbano, Perlawanan Niki-Niki, Perlawanan di Pulau Sabu, Perlawanan Rakyat Kui. Perlawanan Rakyat di Sumba : Perlawanan Rakyat Lambanapu Tahun 1901, Perlawanan Rakyat Kodi Tahun 1911-1913.

c. Cerita-cerita mitos yang dianggap sejarah dari suatu wilayah setempat seperti Kisah Air Bama, Kisah Danau Asmara siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cerita, menentukan amanat cerita dan tentunya dapat menceritakannya kembali.

2. Proses Implementasi Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok SDK Waibalun I

Media Komik adalah gambaran suatu atau beberapa karakter dan memerankan suatu cerita. Pada kasus ini peneliti menggunakan media komik untuk pembelajaran Sejarah khususnya sejarah lokal pada mata pelajaran Muatan Lokal. Pada proses implementasi komik tersebut di SDK Waibalun I siswa diberikan komik tersebut dan dibiarkan membaca sampai dengan selesai, berdasarkan pengamatan, wawancara, kuisioner yang ada, dapat digambarkan Implementasi Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok SDK Waibalun I, yakni :

1. Pengamatan

Berdasarkan pengamatan pada penggunaan komik sejarah lokal oleh siswa pada tanggal 14 April 2012, siswa sangat senang, ditunjukkan dengan keseriusan mereka membaca komik tersebut dan tidak ditemukan kendala yang berarti.

(55)

commit to user 2. Wawancara.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Yohana Barek Kerans selaku Guru Kelas dan Bapak Sinyo Kerans selaku Kepala Sekolah ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yakni :

a. Pendapat Guru Kelas V, Ibu Yohana Barek Kerans :

Sangat tertarik dengan penggunaan komik sejarah lokal dalam pembelajaran mutan lokal, perlu dikembangkan lagi untuk tema atau kisah yang lain dalam upaya penanaman nilai sejarah local. Dengan media ini siswa akan lebih tertarik untuk belajar. Harus selalu dievaluasi setelah penggunaannya.

b. Pendapat Kepala Sekolah, Bapak Gregorius Sinyo Kerans :

Jika dikelola dengan baik, akan sangat membantu siswa, baik memahamai pelajaran dan menarik siswa dalam belajar.

melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal membutuhkan persiapan yang baik, program yang akurat, ketekunan, kecermatan, dan ketelitian.

3. Kuisioner.

Dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti, peneliti menggunakan angket terbuka untuk menampung jawaban dari para siswa dengan menjelaskan dulu semua pertanyaannya, maka hasilnya adalah semua siswa pernah membaca komik, pada umumnya membaca komik impor dari Jepang seperti Doraemon, Conan, Naruto. Para siswa pada umumnya memiliki komik-komik tersebut dan sering membacanya. Para siswa

(56)

commit to user

menyukai komik sejarah lokal seperti Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda tahun 1912, pada umumnya memberikan alasan karena adanya gambar dan balon kata serta ceritanya yang jelas dan menarik dan keseluruhan siswa dapat menceritakan ulang dengan baik setelah membaca komik sejarah loka tersebut.

3. Kendala Implementasi Komik Sejarah Lokal : Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912.

Dari pengamatan, wawancara, dan kuisoner yang ada dalam penelitian ini setelah implementasi komik sejarah lokal itu sendiri peneliti tidak menemukan kendala yang berarti. Pada umumnya Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa mengajar dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal dapat merangsang siswa lebih aktif, dibanding mengajar tanpa media. Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal membutuhkan persiapan yang baik, program yang akurat, ketekunan, kecermatan, dan ketelitian.

Komik Sejarah Lokal yang memiliki konsep sederhana namun jelas dari segi visualnya sangat menarik bagi keseluruhan siswa, semua siswa dapat menceritakan kembali kisah Perlawanan Rakyat Lewotala tahun 1912 dengan baik, dengan cara dan pola pikir mereka masing-masing. Hal ini yang ditemui pada saat peneliti melakukan uji coba komik, dan dapat disimpulkan bahwa pada saat proses implementasi komik itu sendiri komik tidak ada kendala yang berarti.

(57)

commit to user

C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian

1. Materi Sejarah Lokal di SDK Waibalun I

Sejarah lokal yang diajarkan di SDK Waibalun I khususnya kelas V adalah sekitar perlawanan rakyat Nusa Tenggara Timur terhadap penjajah dan menjadi fokus adalah perlawanan rakyat wilayah Flores Timur itu sendiri. Semua materi terangkum dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Kurikulum Muatan Lokal merupakan satu kesatuan dalam kurikulum Pendidikan Dasar telah dilaksanakan mulai tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan sekarang dengan Kurikulum KTSP. Materi sejarah lokal lainnya seperti cerita asal mula kedatangan suku-suku pendatang ke wilayah Flores Timur dan bergabung dengan suku asli lalu membentuk masyarakat Kabupaten Flores Timur hingga sekarang. Salah satu materi Sejarah Lokal yang dianggap menarik dan akhirnya menjadi pilihan cerita untuk dibuat komik adalah Kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912, yang dapat dikisahkan sebagai berikut :

a. Sebab-sebab perlawanan

Rakyat desa Lewotala waktu itu tergolong petani miskin. Karena itu upeti tahunan kepada Rja Larantuka biasanya diantar dalam bentuk hasil-hasil panen. Sejak Belanda berkuasa, rakyat Lewotala dipaksa untuk membayar pajak dalam bentuk uang perak. Pemerintah Belanda mengharuskan pembayaran pajak sebesar satu ringgit atau dua setengah rupiah perak oelh setiap laki-laki dewasa. Pajak ini dirasakan sangat berat, karena rakyat Lewotala hidup jauh dari pasar sehingga sulit memperoleh uang sebanyak itu. Beban penderitaan rakyat ini semakin

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian sebelumnya salah satu terapi yang terbukti efektif untuk meningkatkan successful aging adalah reminiscence, yaitu terapi dengan aktivitas mengenang masa lalu

menjelaskan kebenaran jawaban (mampu memeriksa kecocokan antara yang telah ditemukan dengan apa yang ditanyakan). Jadi, ayah selesai memotong rumput pukul

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, komponen fisik dan

Penelitian ini mengkaji bagaimana pola komunikasi agama dan budaya dalam ritual Kompolan Sabellesen yang mengamalkan dhikir khataman Tarekat Qadiriyah Nashabandiyah, serta

1) Proses Pengembangan Media Pembelajaran Media Pembelajaran Berbasis Permainan Monopoli Pada Materi Perencanaan Pemasaran Kelas X Jurusan Pemasaran SMK Ketintang

Melalui kegiatan praktikum dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran Discovery learning Peserta didik mampu melakukan berbagai bentuk latihan kebugaran

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. Perubahan terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selali

Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik