• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana yang terurai dalam duduknya sengketa di atas;

Menimbang, bahwa yang menjadi alasan Penggugat memohon agar Objek Sengketa in casu dinyatakan batal atau tidak sah pada pokoknya adalah Penggugat merasa dirugikan atas diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara oleh Tergugat berupa Keputusan Bupati Malinau Nomor : 525.26./K.183/2013 Tanggal 4 April 2013, Tentang Pencabutan Keputusan Bupati Malinau Nomor : 503/K.15/2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Pekebunan Karet Yang Terpadu Dengan Indrustri Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur (vide

Bukti P-1 = T-1) dan tindakan Tergugat dalam menebitkan Objek Sengketa a quo telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB);

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil Gugatannya, Penggugat telah mengajukan Bukti Surat P-1 sampai dengan P-10 yang keseluruhan rincian bukti surat tersebut terurai pada Duduk Sengketa Putusan ini;

Menimbang, bahwa terhadap Gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat membantahnya dengan dalil yang pada pokoknya menyatakan bahwa penerbitan Objek Sengketa in casu sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB);

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil bantahannya, Tergugat telah mengajukan Bukti Surat yang ditandai dengan Bukti T-1 hingga Bukti T-31 dan telah mengajukan 3 (tiga) orang saksi;

Menimbang, bahwa dari proses jawab-jinawab antara Penggugat dengan Tergugat dalam persidangan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa yang menjadi inti pokok permasalahan dalam sengketa a quo yang harus diuji keabsahan hukumnya (rechtsmatigheid toetsing) berdasarkan Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah apakah obyek sengketa a quo dari segi kewenangan, prosedural, maupun substansi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik sehingga harus dipertahankan atau sebaliknya sehingga harus dinyatakan batal atau tidak sah;

Menimbang, bahwa berdasarkan permasalahan diatas, terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan segi kewenangan Tergugat terhadap Obyek Sengketa in casu untuk menjawab permasalahan hukum apakah Tergugat berwenang menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara berupa Keputusan Bupati Malinau Nomor : 525.26./K.183/2013 Tanggal 4 April 2013, Tentang Pencabutan Keputusan Bupati Malinau Nomor : 503/K.15/2011 Tentang

Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu Dengan Indrustri Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur (vide Bukti P-1 = T-1);

Menimbang, bahwa untuk menguji permasalahan Hukum di atas, Majelis Hakim mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi peraturan dasarnya yaitu:

1. Pasal 13 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan yang berbunyi :

Ayat (1) IUP-B, IUP-P, atau IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 yang lokasi areal budidayanya dan/atau sumber bahan bakunya berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota diberikan oleh Bupati/Walikota;

Ayat (2) Bupati/Walikota dalam memberikan IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi;

Ayat (3) IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 yang lokasi areal budidaya dan/atau sumber bahan bakunya berada pada lintas wilayah kabupaten/kota, diberikan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Bupati/Walikota berkaitan dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;

2. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 5 tahun 2003 Tentang Perijinan Usaha Perkebunan berbunyi:

“IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) diberikan oleh Bupati Malinau setelah mendapatkan pertimbangan teknis dari Tim Pengendali Pembangunan Perkebunan Daerah kabupaten Malinau”;

Menimbang, bahwa pada awalnya Tergugat telah menerbitkan Izin Usaha Perkebunan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Malinau No. 503/K.15/2011, tanggal 10 Januari 2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu Dengan Industri

Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur yang ditujukan kepada Penggugat di atas areal atau lahan yang berada di wilayah Kabupaten Malinau (vide Bukti P-7);

Menimbang, bahwa Izin Usaha Perkebunan a quo (vide Bukti P-7) telah dicabut oleh Tergugat melalui Surat Keputusan Bupati Malinau Nomor : 525.26./K.183/2013 Tanggal 4 April 2013 tentang Pencabutan Keputusan Bupati Malinau Nomor : 503/K.15/2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Pekebunan Karet Yang Terpadu Dengan Indrustri Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur yang merupakan Objek Sengketa in casu (vide Bukti P-1 = T-1);

Menimbang, bahwa dengan mengacu pada ketentuan Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, maka terhadap Izin Usaha Perkebunan Penggugat (vide Bukti P-7) dan Objek Sengketa in casu (vide bukti P-1 = T-1), Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Bupati Malinau sebagai Tergugat in casu memiliki kewenangan untuk menerbitkan maupun mencabut Izin Usaha Perkebunan di wilayah Kabupaten Malinau sebagaimana juga terdapat asas hukum yang menyatakan bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan suatu Keputusan Tata Usaha Negara dengan sendirinya juga berwenang untuk mencabut atau membatalkannya (asas Contrarius Actus);

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah tindakan Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa in casu baik secara prosedural maupun substansi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang belaku dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)?;

Menimbang, bahwa prosedur penerbitan keputusan pencabutan Izin Usaha Perkebunan (IUP) telah diatur secara tegas dalam Pasal 38 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan yang berbunyi :

(1) Perusahaan perkebunan yang telah memperoleh IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dan mendapat persetujuan penambahan luas lahan,

perubahan jenis tanaman, penambahan kapasitas pengolahan, atau diverifikasi usaha sebagaimana dimaksud Pasal 30 yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b, c, e, f, g, dan/atau h diberikan peringatan paling banyak 3 (tiga) kali masing-masing dalam tenggang waktu 4 (empat) bulan;

(2) Apabila dalam 3 (tiga) kali peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diindahkan, maka IUP, IUP-B, atau IUP-P perusahaan yang bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut Hak Guna Usahanya;

Menimbang, bahwa dari ketentuan Pasal 38 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan tersebut di atas, disebutkan bahwa prosedur peringatan tersebut lahir dikarenakan adanya pelanggaran atau ketidakpatuhan pemegang Izin Usaha Perkebunan atas kewajibannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;

Menimbang, bahwa adapun kewajiban yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 34 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan adalah :

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP wajib :

a. Menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya IUP-B, IUP-P, atau IUP;

b. Meralisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengelolaan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku;

c. Memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran;

d. Membuka lahan tanpa bakar dan memngelola sember daya alam secara lestari;

e. Memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);

f. Menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

sesuai peraturan-perundang undangan yang berlaku;

g. Menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta

h. Melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

Menimbang, bahwa kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ketentuan diatas telah dituangkan pula dalam Diktum Kedua Keputusan Bupati Malinau No. 503/K.15/2011 tanggal 10 Januari 2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu Dengan Indrustri Pengolahannya kepada PT. Serimba Raya Makmur (vide bukti P-7) yang berbunyi : 1. Menyelesaikan hak atas tanahnya dan sosialisasi kepada masyarakat paling lambat

dalam waktu 1 (satu) tahun dan melaksanakan pembangunan tanaman paling lambat pada tahun kedua, terhitung sejak Keputusan ini diterbitkan.

2. Melaksanakan pembangunan industri perkebunan Karet setelah pelaksanaan penanaman tercapai 50% dari kapasitas pabrik.

3. Mengelola usaha budi daya tanaman dan industri secara profesional, transparan, partisipatif, berdaya guna dan berhasil guna.

4. Mengelola sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan.

5. Melaksanakan AMDAL dan RKL/RPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Melaksanakan kemitraan dengan masyarakat dalam bentuk inti dan plasma

7. Membuat perjanjian antara perusahaan dengan masyarakat tentang lahan garapan masyarakat (plasma) dan masa panen.

8. Membuka lahan tanpa membakar.

9. Mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan perubahan jenis tanaman atau perluasan usaha industri melebihi 30% dari kapasitas izin.

10. Melaporkan perkembangan usaha perkebunan secara berkala setiap semester.

Menimbang, bahwa dari seluruh kewajiban yang tertuang dalam ketentuan diatas, jika dihubungkan dengan pokok sengketa antara Penggugat dan Tergugat in casu maka terlebih

dahulu yang harus dibuktikan adalah apakah benar Penggugat tidak melaksanakan kegiatan sebagaimana telah diwajibkan kepadanya?;

Menimbang, bahwa dari Bukti Surat dan Saksi yang telah diajukan di Persidangan terungkap fakta yang relevan untuk dijadikan pertimbangan dalam persoalan hukum diatas, adapun fakta tersebut yaitu :

- Bahwa menurut keterangan saksi atas nama FRANSJULI MANUEL menyatakan bahwa benar saksi mengetahui Penggugat tidak pernah menyampaikan laporan perkembangan usaha perkebunannya;

- Bahwa menurut keterangan saksi HENOK MARKUS sebagai Camat Malinau Selatan menyatakan bahwa benar Penggugat tidak pernah melakukan kegiatan usaha perkebunan di Kecamatan Malinau Selatan;

- Adanya penilaian dari Tim Penilai yang dibentuk oleh Tergugat dan hasil penilaiannya yaitu Kelas E dengan Kategori Kurang Sekali yang kemudian direkomendasikan kepada Tergugat;

Menimbang, bahwa terhadap fakta yang terungkap di atas Penggugat tidak mengajukan bukti atau saksi yang dapat membuktikan sebaliknya atau membantah fakta tersebut;

Menimbang, bahwa atas dasar fakta tersebut di atas, maka Majelis Hakim menyatakan Penggugat yang telah mendapat penilaian dengan Kategori Kurang Sekali (Kelas E) terbukti tidak melaksanakan kegiatan dan memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 34 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, dan kewajiban pada Diktum Kedua Keputusan Bupati Malinau No. 503/K.15/2011 tanggal 10 Januari 2011 tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu Dengan Industri Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur (vide Bukti P-7);

Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat telah terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 34 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan dan Diktum Kedua pada Keputusan Bupati Malinau No. 503/K.15/2011, tanggal 10 Januari 2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu Dengan Industri Pengolahannya kepada PT. Serimba Raya Makmur (vide bukti P-7), selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa in casu telah melakasanakan prosedur peringatan terlebih dahulu sebagaimana diatur dalam Pasal 38 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan atau tidak?;

Menimbang, bahwa dari bukti yang diajukan Tergugat dalam Persidangan terdapat bukti yang menunjukan adanya surat teguran atau peringatan dari Tergugat melalui jajarannya yakni Dinas Perkebunan Kabupaten Malinau yang membidangi pengawasan terhadap Izin Usaha Perkebunan yang berada wilayah Kabupaten Malinau berupa :

1. Surat Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Malinau Nomor : 522.1/35/Disbun/I/2012, tanggal 26 Januari 2012 (Vide Bukti T-3);

2. Surat Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Malinau Nomor : 525/232.6/Disbun/VI/2012, tanggal 4 Juni 2012 (Vide Bukti T-4);

3. Surat Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Malinau Nomor : 525/342/Disbun/IX/2012, tanggal 6 September 2012 (Vide Bukti T-5);

Menimbang, bahwa dalam Gugatan dan Repliknya Penggugat telah mendalilkan bahwa sebelum menerbitkan Objek Sengketa in casu Penggugat tidak pernah menerima pemberitahuan berupa surat peringatan dari Tergugat terlebih dahulu;

Menimbang, bahwa menurut dalil Tergugat ketiga surat peringatan tersebut telah dikirimkan oleh Kepala Dinas Perkebunan kepada Penggugat melalui Pos, namun alamat yang dituju tidak ditemukan sehingga surat dikembalikan lagi kepada si pengirim (Tergugat), hal ini dibuktikan dengan adanya sampul surat yang ditandai oleh kantor Pos Samarinda dengan keterangan alamat tidak ditemukan (Vide bukti T-12 dan T-14) dan fakta tersebut juga dikuatkan oleh Keterangan Saksi atas nama ISKANDAR sebagai Petugas Pos Samarinda yang menerangkan bahwa “alamat kantor Penggugat di di Jalan Cipto Mangkusumo No. 88 Samarinda tidak ditemukan”;

Menimbang, bahwa dengan tidak ditemukannya alamat Penggugat oleh Petugas Pos yang telah mengakibatkan Penggugat tidak pernah menerima surat dari Tergugat dalam bentuk apapun, maka menurut Majelis Hakim kesalahan tersebut tidak dapat dibebankan pada Tergugat, karena Penggugatlah yang dituntut untuk menjadi perusahaan yang profesional yang serius dalam mengolah usaha perkebunannya;

Menimbang, bahwa keseriusan Penggugat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pemegang Izin Usaha Perkebunan harus ditunjukkan dengan memiliki legalitas perusahaan dengan memiliki alamat kantor pusat yang jelas serta mendirikan kantor cabang yang bertempat di wilayah Izin Usaha Perkebunannya dalam hal ini di Kabupaten Malinau, sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Perijinan Usaha Perkebunan yang juga dijadikan konsideran dalam penerbitan Keputusan Bupati Malinau Nomor 503/K.15/2011 tanggal 10 Januari 2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu dengan Indrustri Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur (Vide P-7) pada Pasal 10 huruf (n) yang berbunyi: “Pernyataan kesediaan mendirikan kantor di Ibukota Kabupaten Malinau diatas materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah”);

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa in casu telah melaksanakan prosedur peringatan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan dan telah cukup menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) khususnya asas kecermatan dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah secara substansi tindakan Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa in casu telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan telah cukup menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB) atau tidak?;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan sebelumnya telah disebutkan bahwa Penggugat telah terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 34 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor. 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan dan Diktum Kedua Keputusan Bupati Malinau Nomor 503/K.15/2011 tanggal 10 Januari 2011 Tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan Karet Yang Terpadu dengan Indrustri Pengolahannya Kepada PT. Serimba Raya Makmur, maka menurut penilaian Majelis Hakim dalam hal ini Penggugat dianggap tidak serius untuk melakasanakan kegiatan usaha perkebunannya sehingga secara substansi tindakan Tergugat sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara untuk menerbitkan Objek Sengketa in casu sudah tepat sebagai upaya untuk mengontrol kelestarian hutan yang berdampak pada pembangunan dengan menerapkan Asas Kemanfaatan;

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan mengenai pokok sengketa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penggugat tidak dapat membuktikan dalil Gugatannya dan Tergugat telah terbukti dalam menerbitkan Objek Sengketa in casu secara kewenangan, prosedur, dan substansi tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan telah cukup menerapkan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik khususnya Asas Kecermatan, Kehati-hatian, dan Kemanfaatan oleh karena itu sudah sepatutnya Gugatan Penggugat dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena Gugatan Penggugat dinyatakan ditolak maka terhadap Permohonan Penundaan Pelaksanaan Keputusan Tergugat berupa Objek Sengketa in casu sudah sepatutnya juga untuk ditolak;

Menimbang, bahwa dengan telah ditolaknya Gugatan Penggugat tersebut, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 110 dan Pasal 112 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara kepada Penggugat dibebankan untuk membayar biaya yang timbul dalam sengketa ini yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan di bawah ini;

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan persidangan, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim dapat menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, serta penilaian pembuktian, atas dasar itu terhadap alat bukti surat yang diajukan Para Pihak di Persidangan menjadi bahan pertimbangan, namun untuk mengadili dan memutus sengketanya hanya dipakai alat bukti yang relevan saja, dan terhadap alat bukti yang selebihnya tetap dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dengan berkas perkara;

Mengingat, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan terakhir telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, serta Peraturan Perundangan-undangan dan ketentuan hukum lain yang berkaitan dengan sengketa ini;

M E N G A D I L I :

Dokumen terkait