• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN ANTAR SEKTOR

KODE SEKTOR

5.4. Interaksi Spasial Intra-Inter Regional

5.4.1. Pola Hubungan Wilayah Intra-Inter Regional

Setiap wilayah memiliki potensi sumber daya dan karakteristik masing-masing baik sebagi faktor endowment maupun sebagai faktor buatan berupa teknologi dan hasil interaksi sosial-ekonomi wilayah lainnya. Perbedaan sumber daya (supply side) serta disisi lainnya perbedaan kebutuhan (demand side) menyebabkan terjadinya transaksi dan interaksi sosial maupun ekonomi wilayah.

Mobilisasi sumber daya dan pemenuhan kebutuhan masing-masing wilayah sehingga terjadinya hubungan/interksi wilayah dapat berwujud arus atau pergerakan orang, kendaraan atau barang serta komponen wilayah lainnya (seperti teknologi, modal dan informasi) melalui jalan dan transportasi, sistem atau kelembagaan yang melaksanakannya. dan tingkat dan sifat interaksi akan menentukan perkembangan suatu wilayah.

Tabel 55 Persepsi Orientasi Perjalanan/Bepergian Penduduk Di Kapet Bima (%)

No. Keperluan Daerah Tujuan Dlm Desa Dlm Kec Dlm Kab Luar Kab Jumlah 1 Membeli Sembako 29.73 37.84 27.03 5.41 100.00 2 Membeli Saprotan 15.15 30.30 45.45 9.09 100.00 3 Membeli Pakaian 7.41 37.04 48.15 7.41 100.00 4 Membeli Bahan Bangunan 6.45 35.48 51.61 6.45 100.00 5 Membeli Barang Elektronik 6.90 27.59 55.17 10.34 100.00 6 Membeli Alat dan Mesin 5.00 15.00 65.00 15.00 100.00 7 Membeli Sepeda 8.00 32.00 48.00 12.00 100.00 8 Membeli Sepeda Motor 9.09 36.36 45.45 9.09 100.00 9 Membeli Mobil - 14.29 64.29 21.43 100.00 10 Rekreasi/Traveling 8.57 37.14 40.00 14.29 100.00 11 Menjual Produk Usaha 14.71 32.35 47.06 5.88 100.00 Rerata 10.09 30.49 48.84 10.58 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Sifat pergerakan penduduk sendiri secara garis besar terbagi dua macam. Yang pertama adalah pergerakan yang bersifat sementara, yakni perjalanan atau

bepergian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan atau usahanya kemudian selanjutnya akan kembali lagi ke tempat asalnya. Sedangkan yang kedua adalah pergerakan yang bersifat tetap, yakni perpindahan penduduk dari suatu tempat ketampat lain dengan tujuan untuk menetap secara permanen.

Pergerakan penduduk yang bersifat sementara, tergambar dari orientasi perjalanan/bepergian penduduk di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 55. Dari tabel 55 dapat dijelaskan bahwa untuk memenuhi berbagai keperluannya, penduduk selain mendapatkan dari lingkungannya (desa/kelurahan sendiri) juga lebih banyak didapat dari luar desa/kelurahannya. Yang relatif mudah untuk didapat dalam desa/kelurajan adalah membeli sembako dan saprotan (sarana produksi pertanian) sedangkan 9 (sembilan) keperluan lainnya relatif sulit didapat.

Secara umum keperluan yang dapat dipenuhi dalam desa/kelurahan sebanyak 10.09 %. Dalam kecamatan (biasanya di ibu kota kecamatan) adalah sebanyak 30.49 % dan yang paling banyak adalah di dalam wilayah Kabupaten (di ibu kota kabupaten atau pusat perdagangan kabupaten/kota, seperti di Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Dompu, Ibu Kota Kecamatan Sape, Sila Bolo, Tente Woha, dan Manggelewa) adalah sebesar 48.84 %, diantaranya untuk membeli alat dan mesin, membeli mobil serta membeli barang elektonik.

Uraian di atas menunjukkan bahwa tiap keperluan penduduk (barang/jasa) memiliki tingkat ketersediaan yang berbeda-beda, jika sembako (kebutuhan primer) dan saprotan tersedia hampir di seluruh tingkat desa/kelurahan, sedangkan pakaian, bahan bangunan (kebutuhan sekunder) dan sepeda, sebagian besar penduduk mendapatkan di pasar tingkat kecamatan, maka alat dan mesin, sepeda motor dan mobil (kebutuhan tersier), pada umumnya penduduk mendapatkannya di pusat perdagangan tingkat kabupaten. Sehingga terdapat kecenderungan bahwa ada hubungan antara hirarki ketersediaan barang/jasa dengan hirarki tingkat perkembangan suatu wilayah di Kapet Bima, atau dengat kata lain, pengaruh ketersediaan barang/jasa yang dibutuhkan penduduk akan sangat menentukan tingkat perkembangan suatu wilayah.

Pergerakan penduduk yang kedua adalah pergerakan yang bersifat tetap, yakni perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat lain dengan tujuan untuk menetap secara permanen. Dengan objek kajian tingkat desa/keluarahan maka

dapat digambarkan pola perpindahan penduduk berdasarkan daerah asal dan tujuannya.

Pola Perpindahan Penduduk Berdasarkan Daerah Asal

52.37 23.79 17.62 5.72 0.50 -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

Dlm Kec Dlm Kab Dlm Prop Dlm Negeri Luar Negeri

Daerah Asal P e nd uduk Y a n g P ind a h (% )

Gambar 8 Rerata Persentase Penduduk Pendatang Tiap Desa/Kelurahan Berdasarkan Daerah Asal di Kapet Bima

Dari gambar 8 diperoleh informasi bahwa persentase penduduk yang pindah ke suatu desa/kelurahan di Kapet Bima, sebanyak 52.37 % berasal dari desa tetangga sekitarnya dalam satu kecamatan, selanjutnya 23.79 % berasal dari kecamatan lain dalam satu kabupaten, 17.62 % dari kabupaten lain dalam satu propinsi, 5.72 dari propinsi lain dan 0.50 % berasal dari negara lain. Dari uraian di atas terdapat kecenderungan bahwa pola perpindahan penduduk ke suatu desa/kelurahan di Kapet Bima makin tinggi searah dengan makin dekatnya jarak daerah asalnya.

Dari gambar 9 diketahui bahwa dari jumlah penduduk yang pindah ke luar desa/kelurahannya, sebanyak 41.83 % ke propinsi lain, 28.76 % ke kabupaten lain dalam satu propinsi, 10.84 % ke desa lain dalam 1 kecamatan, 9.57 % ke negara lain dan 9.00 % ke kecamatan lain dalam satu kabupaten. Data ini menunjukkan bahwa perpindahan penduduk suatu desa/kelurahan di Kapet Bima ke daerah lain tidak dipengaruhi oleh jarak antar wilayah tapi di tentukan oleh daya tarik atau daya dorong suatu wilayah.

Pola Perpindahan Penduduk Berdasarkan Daerah Tujuan 10.84 9.00 28.76 41.83 9.57 -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00

Dlm Kec Dlm Kab Dlm Prop Dlm Negeri Luar Negeri

Daerah Tujuan P e nd ud uk Y a ng P in d a h (% )

Gambar 9 Rerata Persentase Penduduk Tiap Desa/Kelurahan Yang Pindah Ke Daerah Lain Berdasarkan Daerah Tujuan Di Kapet Bima

a. Pola Hubungan Wilayah Intra Regional

Hubungan wilayah intra regional meliputi hubungan wilayah antar desa, antar kecamatan dan atau antar kabupaten/kota di Kapet Bima. Hubungan antar wilayah khususnya sangat dipicu oleh pergerakan penduduk untuk memobilisasi sumber daya wilayahnya dan atau memenuhi kebutuhan hidup dan usahanya, sehingga faktor-faktor tersebut menjadi daya dorong atau daya tarik suatu wilayah.

Tabel 56 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Antar Desa/Kelurahan Dalam 1 (Satu) Kecamatan Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 18.93

b. Ikut suami/istri/keluarga 26.17

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 8.80

d. Rasa nyaman/keamanan 6.46

e. Sekolah 39.64

f. Lain-Lain -

Jumlah 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Tabel 56 menjelaskan bahwa alasan/motivasi perpindahan penduduk antar desa/kelurahan dalam satu kecamatan di Kapet Bima masih di dominasi oleh tujuan melanjutkan pendidikan (39.64 %), hal ini disebabkan karena di tingkat desa/kelurahan lembaga pendidikan pada umumnya hanya tersedia sampai tingkat SD sementara tingkat SLTP pada umumnya hanya tersedia di ibukota kecamatan.

Motivasi kedua adalah karena ikut suami/istri/keluarga, fenomena ini dapat menggambarkan masih kuatnya tingkat keeratan hubungan sosial/kekeluargaan penduduk di Kapet Bima, yaitu adanya ikatan pernikahan yang kecenderungannya dengan famili atau dengan keluarga yang telah dikenali, serta adanya fenomena migrasi berantai karena kekerabatan dalan suatu keluarga besar, yakni perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain yang diikuti penduduk (kerabatnya). Perpindahan demikian biasanya terjadi apabila rombongan atau orang yang pertama berhasil maka akan menarik saudara atau kerabatnya yang lain.

Adapun alasan/motivasi perpindahan penduduk antar kecamatan dalam satu kabupaten di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 57 dan uraian berikut ini.

Tabel 57 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Antar Kecamatan Dalam 1 (Satu) Kabupaten Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 20.12

b. Ikut suami/istri/keluarga 30.34

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 9.22

d. Rasa nyaman/keamanan 3.13

e. Sekolah 34.91

f. Lain-Lain 2.29

Jumlah 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Tabel 57 menjelaskan masih terdapatnya kesenjangan fasilitas pendidikan antar kecamatan, khususnya antara kecamatan di ibu kota kabupaten dengan luar ibu kota kabupaten yakni pada tingkat pendidikan SMU/SMK sehingga hal tersebut masih menjadi alasan/motivasi penduduk untuk berpindah (34.91 %).

Fenomena perpindahan akan adanya hubungan kekerabatan juga sangat tinggi (30.34 %) sedangkan persepsi penduduk adanya peluang kerja dalam wilayah telah menjadi motivasi ekonomi penduduk untuk melakukan migrasi (20.12 %).

Hubungan antar wilayah di Kapet Bima didukung oleh ketersediaan prasarana dan sarana transportasi baik berupa transportasi antar desa maupun antar kecamatan/daerah dalam wilayah Kapet Bima, namun terdapat beberapa daerah yang intensitasnya relatif rendah seperti di Kecamatan Donggo dan Tambora Kabupaten Bima.

Tabel 58 Jumlah Kendaraan dan Trayek Angkutan Umum (Roda 4 dan 6) Intra Regional Kapet Bima

Kabupaten Jumlah Trayek Jmlh Kendaraan (Buah) Perkiraan Pergerakan Perhari Jml Penumpang (Org) Jml Barang (Kg) Kab dan Kota Bima 67 401 9,410 88,309

Dompu 11 64 1,502 14,094

Jumlah Kapet Bima 78 465 10,912 102,403 Sumber : Hasil Analisis Dari Data Primer dan Data Sekunder

Tabel 58 menjelaskan bahwa terdapat 465 jumlah kendaraan roda 4 dan 6 yang melewati sekitar 78 trayek antar kota dalam wilayah Kapet Bima sehingga diperkirakan terdapat pergerakan penumpang sebanyak lebih dari 10.912 orang dengan jumlah barang sebanyak lebih dari 102 ton perhari. jumlah ini belum termasuk mobil pribadi dan kegiatan khusus pengangkutan barang yang ada dalam wilayah Kapet Bima.

Dari gambar 10 terlihat bahwa wilayah Kapet Bima yang dibatasi oleh keadaan geografis yang berbukit serta wilayah yang berbentuk poligon tidak teratur, sehingga membentuk jalur transportasi yang bersifat linear dan melingkar, tidak bersifat kompak atau menyebar, sehingga sangat sulit membentuk jaringan transportasi intra regional yang optimal (kurang efisien). namun tiap wilayah membentuk hubungan dengan wilayah lain cenderung bersifat fungsional sehingga arus-arus pergerakan membentuk simpul-simpul dominan dan membentuk beberapa daerah inti atau yang berfungsi sebagai pusat-pusat pelayanan (node) dengan berbagai tingkatan (hirarki), yakni sebagai berikut :

(1) Hiraki pertama adalah Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima, dimana semua wilayah lain dalam Kapet Bima cenderung akan bergerak Ke daerah ini, khusunya untuk mendapatkan barang/jasa/pelayanan yang berhirarki tinggi (tidak tersedia di daerah lain).

(2) Hirarki kedua adalah Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu dan Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Kecamatan Dompu berfungsi menyangga hampir semua daerah di Kabupate Dompu, khususnya di wilayah Dompu bagian selatan. Sedangkan Kecamatan Sape menyangga sebagian wilayah Kecamatan Wawo, Kecamatan Wera dan Langgudu serta mendukung hubungan dengan Propinsi NTT dan Kawasan Timur Indonesia lainnya.

(3) Hirarki ketiga adalah Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu, Kecamatan Bolo dan Woha Kabupaten Bima. Kecamatan Manggelewa mendukung perkembangan Kecamatan-Kecamatan di sekitar semenanjung Gunung Tambora, Kecamatan Bolo mendukung perkembangan Kecamatan Donggo dan Madapangga, sedangkan Kecamatan Woha mendukung perkembangan wilayah selatan Kabupaten Bima.

Gambar 10 Arus Penumpang dan Barang Dominan Intra Regional di Kapet Bima

b. Pola Hubungan Wilayah Inter Regional

Hubungan wilayah inter regional meliputi hubungan wilayah antara daerah-daerah di dalam dan diluar Kapet Bima, baik berupa hubungan antar pelabuhan, kota, kabupaten maupun dengan suatu propinsi.

Hubungan antar wilayah khususnya sangat dipicu oleh pergerakan penduduk serta mobilisasi sumber daya wilayahnya dan atau memenuhi kebutuhan hidup penduduk dan usaha dalam skala yang lebih besar. sehingga faktor-faktor tersebut menjadi daya dorong atau daya tarik suatu wilayah.

Adapun faktor-faktor yang dapat menjadi daya tarik dan daya dorong hubungan wilayah dapat diidentifikasi dari alasan/motivasi perpindahan penduduk serta besaran dan jenis pergerakan barang dan jasa yang dapat dijelaskan pada tabel 59 dan uraian berikut.

Tabel 59 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Dari Kabupaten Lain Dalam 1 (Satu) Propinsi Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 25.43

b. Ikut suami/istri/keluarga 23.81

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 17.15

d. Rasa nyaman/keamanan 5.95

e. Sekolah 27.65

f. Lain-Lain -

JUMLAH 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Tabel 59 mengidentifikasi tiga faktor utama yang menjadi alasan perpindahan penduduk yaitu melanjutkan pendidikan, ikut famili dan mencari nafkah/kerja. Tingginya perkembangan jumlah perguruan tinggi di Kota Bima menjadi faktor penarik bagi penduduk selain dari Kota Bima, Kabupaten Bima dan Dompu juga berasal dari Kabupaten Sumbawa Besar dan Sumbawa Barat. Sedangkan dari Kabupaten Lobar dan Loteng cenderung mencari nafkah khususnya di sektor perdagangan dan industri pengolahan serta sebagai migrasi

berantai mengikuti kerabat yang sebelumnya banyak menjadi transmigran yang bergerak disektor pertanian.

Tabel 60 menjelaskan bahwa faktor dominan yang menjadi alasan/motifasi penduduk untuk pindah ke kabupaten lain dalam satu propinsi adalah melanjutkan pendidikan (58.85 %). Daerah tujuan utama untuk melanjutkan pendidikan adalah Kota Mataram. Walaupun di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Dompu terdapat perguruan tinggi, namun satu-satunya perguruan tinggi negeri di Propinsi NTB adalah di Mataram (Universitas Mataram), di Kota Mataram pun memiliki berbagai perguruan tinggi yang menawarkan jurusan/program studi yang tidak terdapat diperguruan tinggi di daerah-daerah Kapet Bima.

Tabel 60 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Ke Kabupaten Lain Dalam 1 (Satu) Propinsi Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 18.75

b. Ikut suami/istri/keluarga 12.50

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 8.75

d. Rasa nyaman/keamanan 1.15

e. Sekolah 58.85

f. Lain-Lain -

Jumlah 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Adapun Alasan/motiviasi Perpindahan Penduduk dari propinsi lain di Kapet Bima dapat dilihat pada tabel 61. Tabel tersebut menjelaskan bahwa tiga faktor utama yang menjadi alasan/motifasi penduduk untuk bermigrasi ke daera-daerah di Kapet Bima adalah mencari nafkah (33.19 %), ikut kerabat (29.74 %) serta mencari kehidupan yang memadai. Penduduk dari Jatim, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat banyak yang melakukan kegiatan perdagangan. Migrasi dari Bali sebagian besar sebagai transmigrasi dan bergerak di sektor pertanian sedangkan migrasi dari NTT bergerak di sektor informal.

Tabel 61 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Dari Propinsi Lain Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 33.19

b. Ikut suami/istri/keluarga 29.74

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 27.59

d. Rasa nyaman/keamanan 2.16

e. Sekolah 3.02

f. Lain-Lain 4.31

Jumlah 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Tabel 62 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Ke Propinsi Lain Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 41.52

b. Ikut suami/istri/keluarga 8.17

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 3.06

d. Rasa nyaman/keamanan 0.82

e. Sekolah 46.43

f. Lain-Lain -

Jumlah 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Tabel 62 di atas menjelaskan bahwa terdapat dua faktor utama yang menjadi alasan motifasi penduduk bermigrasi ke luar daerah yakni mencari nafkah/kerja (41.52 %) dan sekolah (46.43 %). Penduduk yang mencari nafkah/kerja khususnya di sektor formal cenderung menuju daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi, Surabaya, Sulawesi Selatan, Banjarmasin, Balikpapan dan Samarinda. Sedangkan penduduk yang ingin melanjutkan pendidikan cenderung menuju daerah-daerah Malang, Yogyakarta, dan Ujung Pandang. Berbagai daerah

tujuan migrasi ini memang adalah merupakan daerah-daerah pusat pertumbuhan ekonomi dan pendidikan di Kawasan Timur dan Barat Indonesia.

Tabel 63 Alasan/Motiviasi Perpindahan Penduduk Ke Negara Lain Di Kapet Bima

Alasan/Motivasi Pindah %

a. Mencari nafkah/kerja 92.73

b. Ikut suami/istri/keluarga 2.18

c. Fasilitas usaha/kehidupan yang memadai 3.64

d. Rasa nyaman/keamanan -

e. Sekolah 1.45

f. Lain-Lain -

Jumlah 100.00 Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Hubungan wilayah di Kapet Bima, selain bersifat intra regional, inter regional juga internasional, hal ini tergambar dari migrasi penduduk ke berbagai negara seperti terlihat pada tabel 63. Tabel tersebut menjelaskan bahwa alasan utama perpindahan penduduk ke negara lain adalah untuk mencari nafkah/kerja yakni sebagai TKI/TKW di negara-negara berikut : Malaysia, Arab Saudi, Korea Selatan dan Jepang, sedangkan negara tujuan melanjutkan pendidikan adalah ke Australia.

1). Hubungan Inter Regional Melalui Jaringan Transportasi Darat

Keterkaitan antar wilayah tidak dapat terjalin bila tidak didukung oleh hubungan antar wilayah yang saling berinteraksi. Hubungan tersebut dapat terjadi melalui jaringan transportasi (ketersediaan prasarana dan sara transportasi).

Tabel 64 menjelaskan ketersediaan angkutan umum antar kota dalam propinsi, yang melewati jalur mulai dari Bima, Dompu, Sumbawa sampai Mataram. Jalur ini melewati semua kota/kabupaten yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Barat, sehingga tingkat mobilitas antara Kapet Bima dan kabupaten/kota lain berjalan cukup lancar dengan jumlah pergerakan penumpang lebih dari 549 orang dan jumlah barang lebih dari 5 ton per hari. Nilai ini baru berasal dari angkutan umum, belum termasuk angkutan pribadi dan angkutan barang.

Tabel 64 Jumlah Kendaraan dan Trayek Angkutan Umum (Roda 4 dan 6) AKDP Di Kapet Bima No. Trayek Jmlh Kendaraan (Buah)

Perkiraan Pergerakan Perhari Jml Penumpang (Org) Jml Barang (Kg) 1 Dara-Dompu-Sumbawa Besar-Mataram 19 289 2,768 2 Dara-Tente-Dompu-Sumbawa Besar 13 250 2,392

Sumber : Hasil Analisis Dari Data Primer dan Data Sekunder

Tabel 65 menjelaskan ketersediaan angkutan umum antar kota antar propinsi, yang melewati jalur mulai dari Bima, Lombok, Bali, Surabaya sampai Jakarta. Jalur ini melewati Propinsi NTB, Bali dan semua propinsi di Jawa kecuali Jawa Barat. sehingga tingkat mobilitas antara Kapet Bima dan Propinsi Lain yang ada di Jawa dan Bali berjalan cukup lancar dengan jumlah pergerakan penumpang lebih dari 199 orang dan jumlah barang 1.9 ton per hari artinya terdapat pergerakan arus penumpang sebanyak lebih dari 70 ribu orang pertahun dari dan ke Kapet Bima dengan Kota Lain di Jawa dan Bali khususnya daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Nilai ini baru berasal dari angkutan umum, belum termasuk angkutan pribadi dan angkutan barang.

Tabel 65 Jumlah Kendaraan dan Trayek Angkutan Umum (Roda 4 dan 6) AKAP Di Kapet Bima No. Trayek Jmlh Kendaraan (Buah) Pergerakan Perhari Jml Penumpang (Org) Jml Brg (Kg) 1 Dara-Mataram-Surabaya 10 46 437 2 Dara-Mtrm-Surabaya-Jakarta 47 153 1,466 Jumlah 57 199 1,903

Dalam sistem jaringan transportasi nasional, Kapet Bima memegang peranan cukup penting. Untuk sistem transportasi darat, kota-kota dalam Kapet Bima dihubungkan melalui jalur kolektor primer. Selain itu, Bima juga merupakan salah satu simpul jaringan penyeberangan lintas selatan (Jakarta-Surabaya-Bali-Lombok-Sumbawa-Bima) yang terhubungan dengan kota-kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Barat Indonesia, (dapat dilihat pada gambar 11 di atas).

2). Hubungan Inter Regional Melalui Jaringan Transportasi Udara

Hubungan wilayah Kapet Bima dengan Kota lain di Indonesia juga didukung oleh ketersediaan jaringan transportasi udara. Tabel 66 menjelaskan bahwa pada tahun 2001 jumlah kedatangan sebanyak 734 kali, kemudian turun pada tahun 2002 sebanyak 642 kali namun sejak tahun 2003 meningkat menjadi sebanyak 898 kali dan tahun 2004 sebanyak 970 kali. Sedangkan jumlah

Gambar 11 Arus Penumpang dan Barang Transportasi Darat Inter Regional Kapet Bima

keberangkatan pesawat nilai dan perkembangannya hampir tidak berbeda dengan kedatangan pesawat.

Tabel 66 Lalu Lintas Pesawat dan Penumpang Di Bandara Udara Sultan Salahudin Kabupaten Bima

Tahun Pesawat Penumpang

Datang Berangkat Datang Berangkat Transit

2001 734 734 7,771 7,555 2,482

2002 642 697 6,834 7,411 2,847

2003 898 898 12,307 12,068 15,370

2004 970 970 18,165 18,286 30,720

Sumber : Kantor Bandar Udara Muhammad Salahudin Bima, 2005

Frekuensi kedatangan dan keberangkatan pesawat secara signifikan berkorelasi positif terhadap pergerakan penumpang. Pada tahun 2001 jumlah kedatangan penumpang sebanyak 7,771 orang dan yang berangkat 7,555 orang,

Gambar 12 Arus Penumpang dan Barang Transportasi Udara Inter Regional Kapet Bima

kemudian turun pada tahun 2002, yakni kedatangan penumpang sebanyak 6,834 orang dan yang berangkat sebanyak 7,411 orang, namun pada tahun 2003 mengalami peningkatan kedatangan penumpang sekitar dua kali lipat yakni sebanyak 12,304 dan yang berangkat sebanyak 12,068 orang. dan pada tahun 2004 tetap mengalami peningkatan, kedatangan penumpang sebanyak 18,165 dan yang berangkat sebanyak 18,286 orang.

Untuk sistem transportasi udara, Bandara Udara M. Salahuddin di Kabupaten Bima merupakan salah satu simpul transportasi udara Nasional, yang pelayanannya meliputi beberapa kabupaten yang menghubungkan antara bandar udara utama dan kedua, yaitu Jakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram serta dengan Ende, Kupang, Labuan Bajo, Ruteng, Tambulaka dan Waingapu (dapat dilihat pada Gambar 12). Sistem transportasi udara memiliki karakteristik dengan tingkat mobilitas yang tinggi sehingga dapat mendorong akselerasi pertumbuhan sosial-ekonomi wilayah.

3). Hubungan Inter Regional Melalui Jaringan Transport. Laut

Hubungan wilayah Kapet Bima dengan daerah lain yang tidak tercover oleh jalur transportasi darat dan udara dilayani oleh jaringan transportasi laut. Tabel 67 menjelaskan bahwa terdapat tiga pelabuhan laut utama di Kapet Bima yaitu pelabuhan laut Dompu, Bima dan Sape, namun pelabuhan laut Dompu lebih berfungsi sebagai tempat bongkar muat kayu sedangkan pelabuhan laut Bima dan Sape melayani arus penumpang dan barang.

Tabel 67 Rata-Rata Jumlah Kapal Yang Berkunjung, Jumlah Penumpang dan Bongkar Muat Barang Tiap Tahun Di Berbagai Pelabuhan Laut

Di Kapet Bima

Pelab.

Kunjgn Kapal (Kali)

Penumpang (Org) Barang

(Ton) Hewan (Ekor)

Kayu

(m3)

Turun Naik Bgkr Muat Bgkr Muat Bgkr Muat

Dompu 42 - 24 - 200 - - - 5,799

Bima 2,344 21,994 13,513 95,797 50,362 - 17,935 1,545 -

Sape 551 1,599 1,460 143 324 - 564 193 -

Total 2,937 23,593 14,997 95,940 50,886 - 18,499 1,738 5,799

Total kunjungan kapal laut di Kapet Bima adalah lebih dari 2,937 kali dengan frekuensi tertinggi di pelabuhan laut Bima yakni sebanyak 2.344 kali pertahun, sedangkan total arus penumpang yang turun sebanyak lebih dari 23.593 orang dan yang berangkat lebih dari 14.997 dengan frekuensi tertinggi di pelabuhan laut Bima yakni penumpang yang turun sebanyak lebih dari 21,994 orang dan yang berangkat lebih dari 13,513 orang.

Adapun arus barang dengan total yang dibongkar 95,940 ton dan yang dimuat 50,362 ton, dan jumlah hewan yang dimuat lebih dari 18,499 ekor dengan freuensi tertinggi di Pelabuhan laut Bima. Sedangkan total kegiatan bongkar muatan kayu sebanyak 1,738 m3 dengan frekuensi tertinggi di pelabuhan laut Bima sebanyak dan yang dimuat sebanyak 1,545 m3 dan kegiatan muat kayu hanya di Pelabuhan Laut Dompu yakni sebanyak 5,799 m3.

Gambar 13 memberikan gambaran tentang arus penumpang dan barang melalui transportasi laut di Kapet Bima setidaknya berhubungan dengan 29 kota/daerah di indonesia, namun interaksi yang paling tinggi adalah dengan

Gambar 13 Arus Penumpang dan Barang Transportasi Laut Inter Regional Kapet Bima

kota/daerah di delapan propinsi yakni Propinsi Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, DKI Jakarta dan Papua.

Tabel 68 Rata-Rata Jumlah Arus Barang Tiap Tahun Melalui Pelabuhan Laut Berdasarkan Daerah Asal Dominan di Kapet Bima

No. Daerah Total Barang

(Ton) Asal Tujuan

1 Surabaya Bima 5,778.75

2 Makasar Bima 3,918.00

Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder

Tabel 68 menjelaskan bahwa terdapat dua daerah yang dominan menjadi pemasuk barang. Daerah tersebut adalah Surabaya dan Makasar. Surabaya memasuk beberapa komoditi (total 5,778 ton pertahun) antara lain : minyak