BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Pola Konsumsi Ibu Menyusui
Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI disamping emosi, rangsangan pada payudara dan kondisi kesehatan ibu. Penambahan za-zat gizi selama menyusui terutama adalah memenuhi kebutuhan dalam produksi ASI (Khanifah, 2010). Menurut Sediaoetama (2010), pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya dan social. Sedangkan menurut Khanifah (2010), pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai frekuensi, jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pola makan di Indonesia rata-rata susunan hidangannya meliputi: bahan makanan pokok, bahan makanan lauk pauk, bahan makanan sayur mayor, bahan makanan buah, serta susu dan telur. Susu dan telur dikelompokkan sendiri karena merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi yang mudah dicerna, protein ini sangat dianjurkan untuk pada kelompok rentan gizi termasuk ibu menyusui.
Secara umum pola makan memiliki 3 komponen penting yaitu jenis, frekuensi dan jumlah. Jenis yang ada dimasyarakat meliputi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati sayur dan buah. Sedangkan frekuensi yang sangat tergantung pada kelompok umur tetapi secara keseluruhan frekuensi yang berlaku adalah 3 kali makan menu utama dan 2 kali makan makanan selingan (Manjilala, 2013).
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, 2009).
Pola Makan terdiri dari: 1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan serap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan rasa bosan, sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan sehat memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi. 2.3.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Konsumsi Ibu Menyusui
Ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumsi ibu selama menyusui yaitu :
1. Pantangan dan Tabu
Pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat setempat dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat. Makanan pantangan dan tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat
ancaman terhadap orang yang melanggarnya. Diketahui bahwa tidak semua makanan pantangan dan tabu itu merugikan bagi kondisi dan lingkungan.
Pantangan atau tabu dapat dikategorikan; tabu yang jelas merugikan kondisi gizi dan kesehatan sebaiknya dikurangi atau dihapuskan misalnya bagi ibu menyusui tidak boleh makan ikan laut karena ASInya akan menjadi amis, tabu yang memang menguntungkan bagi keadaan gizi dan kesehatan diusahakan untuk memperkuat dan melestarikan serta tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kondisi dan kesehatan sebaiknya dihilangkan.
2. Nilai Sosial Bahan Pangan dan Makanan
Dalam masyarakat berbagai jenis makanan dan bahan makanan itu mempunyai nilai sosial tertentu, karena itu masyarakat akan mengonsumsibahan makanan yang mempunyai nilai social yang dianggap sesuai dengan tingkat naluri pangan yang terdapat pada masyarakat. Tetapi sering nilai social ini tidak dengan gizi makanan. Makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi diberi nilai sosila yang rendah atau sebaliknya, misalnya beras pecah kulit mempunyai nilai gizi tinggi, tetapi dianggap mempunyai nilai social lebih rendah dengan beras giling sempurna.
3. Sosial Ekonomi Keluarga
Asupan zat gizi ibu ditentukan oleh ketersedian makanan di tingkat keluarga. Ketersediaan makanan atau ketahanan pangan tingkat keluarga atau rumah tangga sangat ditentukan oleh kemampuan daya beli atau pendapatan keluarga tersebut. Pada keluarga dengan tingkat pendapatan rendah akan sulit menyediakan makanan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan gizi anggota
keluarganya, sehingga anggota keluarganya menjadi rawan masalah gizi. Golongan ibu menyusui merupakan kelompok sangat rawan terhadap masalah kekurangan gizi (Yuli, 2006).
Meskipun suatu keluarga memiliki pendapatan yang cukup atau kemampuan ekonomi yang memadai, tidak serta-merta akan menjamin pemenuhan kebutuhan gizi suatu keluarga. Tidak sedikit masalah gizi ditemukan pada anggota keluarga yang mapan secara ekonomi. Keluarga yang memiliki finansial yang cukup tanpa dibarengi dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang memadai memiliki risiko untuk menderita masalah gizi. Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu menyusui memiliki peran yang penting dalam praktek pemilihan, pengolahan dan pengaturan makanan ibu sehari-hari (Nadimin, 2010).
2.3.2 Anjuran Makanan Seimbang Bagi Ibu Menyusui
Meningkatkan kualitas hidup,setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali tubuh. Kemudian bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi disebut triguna makanan yang terdiri dari makanan sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, kentang, ubi kayu, sagu, roti dan mie.
Selain itu minyak margarine dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu dan hasil olahannya.
Zat pembangun ini berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan seseorang, dan kemudian makanan sumberr zat pengatur yaitu semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk memperlancar bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Ibu yang menyusui makanan harus lebih banyak dalam porsi dan dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui. Syarat makanan untuk ibu menyusui yaitu :
1. Makanan mudah dicerna 2. Tidak belemak banyak
3. Tidak terlalu merangsang (pedas, asam, dll) 4. Pengaturan porsi kecil tapi sering
5. Cukup cairan, 6-8 gelas per hari (Khanifah, 2010). 2.3.3 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan
Asupan makanan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Menilai status gizi dapat dilakukan penilaian konsumsi makanan di masyarakat.
Beberapa cara untuk mendapatkan data konsumsi masyarakat adalah sebagai berikut:
1.Food recall 24 jam
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu (terhitung mulai saat terakhir subjek mengonsumsi pangan). Pewawancara menggunakan suatu alat
bantu yang dikenal sebagai formulir ingatan 24 jam, keberhasilan metode ingatan 24 jam ini tergantung pada daya ingat subjek, kemampuan responden memberikan perkiraan ukuran/porsi yang akurat, tingkat motivasi responden, dan keuletan dan kesabaran pewawancara.
2.Food Frequency Questionnaire (FFQ)
FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam satu hari atau minggu, atau bulan, atau dalam satu tahun. (Siagian A, 2010)
Pola makan disuatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam tiga bagian : 1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan.
Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya disuatu daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio ekonomi dan adat kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan disuatu daerah.
3. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi makan anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang (Santoso dan Ranti, 2004).