• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Konsumsi Jenis Makanan yang Mengandung Zat Besi Pada Ibu Menyusui Dengan Kejadian Anemia Pada Bayi 0 – 6 Bulan di Kota Binjai Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Konsumsi Jenis Makanan yang Mengandung Zat Besi Pada Ibu Menyusui Dengan Kejadian Anemia Pada Bayi 0 – 6 Bulan di Kota Binjai Tahun 2016"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DATA RESPONDEN

HUBUNGAN POLA KONSUMSI IBU MENYUSUI DENGANN KEJADIAN ANEMIA PADA BAYI 0 – 6 BULAN

Di KOTA BINJAI TAHUN 2016 Tanggal Wawancara : _________________ A. Identitas Responden

1. Nama Responden :____________________

2. Umur :____________________ tahun

3. Pekerjaan a. Pegawai Negeri/TNI/POLRI b. Pedagang

c. Petani

d. Ibu rumah tangga

4. Pendidikan a. Tidak sekolah/Tidak tamat SD b. SD

c. SMP d. SMA

e. Perguruan Tinggi 5. Jumlah Anggota Keluarga :__________ orang 6. Pendapatan Keluarga :

No Jenis Pengeluaran Biaya Pengeluaran/bulan 1. Makanan

2. Non makanan :

• Tarif listrik & telepon •Tarif Air PAM

•Dll...

7. Riwayat konsumsi Tablet Fe selama hamil : __________________________ B. Karakteristik Bayi

−Nama Bayi : __________________________

−Tanggal Lahir (tgl/bln/thn) : ____/____/_____

−Jenis Kelamin : 1) Laki-laki

2) Perempuan

−Anak Ke : ______ dari _____ bersaudara

−Berat Badan : ...kg

−Tinggi Badan : ...cm

−Penyakit yang pernah diderita bayi : __________________________

(2)

FORMULIR

FOOD RECALL 24 JAM

Hari/Tang gal : ... Hari ke- : ...

Waktu Nama

Masakan

Bahan Makanan Banyaknya

Jenis URT gr

Pagi/jam

Siang/jam

(3)
(4)

Dll…..

Buah-buahan Nenas

Pepaya Jambu biji Semangka Jambu Air Pisang Rambutan Nangka Jeruk

Dll….

Minuman : Teh

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

5 2 3 1 4 2 0 0 0 0 0 12 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 1 1 4 2 0 0 0 0 0 10 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1

5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 4 2 3 1 1 1 0 0 3 1 4 2 4 2

5 2 3 1 4 2 1 1 1 1 0 14 4 2 4 2 3 1 0 0 4 2 4 2 4 2

5 2 3 1 3 1 1 1 1 1 0 13 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 3 1 4 2 1 1 1 1 0 14 3 1 3 1 3 1 3 1 4 2 4 2 4 2

5 2 3 1 4 2 0 0 0 0 0 12 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 3 1 3 1 0 0 0 0 0 11 3 1 0 0 3 1 0 0 4 2 4 2 4 2

5 2 3 1 2 1 1 1 2 1 0 13 4 2 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1

5 2 3 1 4 2 1 1 0 0 0 13 5 2 3 1 3 1 3 1 1 1 0 0 0 0

5 2 3 1 3 1 0 0 1 1 0 12 4 2 3 1 3 1 3 1 4 2 3 1 3 1

5 2 3 1 4 2 0 0 0 0 0 12 4 2 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 3 1 3 1 3 1 2 1 0 16 3 1 3 1 2 1 1 1 5 2 5 2 5 2

5 2 3 1 3 1 3 1 2 1 0 16 3 1 3 1 3 1 0 0 5 2 5 2 3 1

5 2 3 1 3 1 1 1 3 1 0 15 3 1 3 1 0 0 0 0 4 2 4 2 4 2

5 2 3 1 4 2 1 1 2 1 0 15 3 1 3 1 0 0 0 0 4 2 5 2 5 2

5 2 2 1 3 1 0 0 0 0 0 10 2 1 3 1 1 1 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 3 1 5 2 2 1 0 0 0 15 3 1 4 2 2 1 0 0 3 1 4 2 5 2

5 2 4 2 3 1 1 1 2 1 0 15 3 1 3 1 2 1 2 1 5 2 5 2 5 2

5 2 2 1 4 2 1 1 4 2 0 16 5 2 3 1 3 1 0 0 4 2 4 2 4 2

5 2 3 1 2 1 1 1 1 1 0 12 5 2 2 1 1 1 1 1 5 2 5 2 5 2

5 2 1 1 5 2 2 1 3 1 0 16 4 2 3 1 3 1 2 1 4 2 3 1 3 1

5 2 3 1 3 1 1 1 3 1 0 15 3 1 4 2 4 2 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 2 1 4 2 1 1 3 1 0 15 4 2 2 1 4 2 2 1 4 2 3 1 3 1

5 2 2 1 4 2 0 0 3 1 0 14 0 0 0 0 5 2 4 2 4 2 3 1 4 2

5 2 3 1 4 2 1 1 0 0 0 13 5 2 4 2 4 2 0 0 5 2 3 1 5 2

(12)

5 2 3 1 3 1 0 0 0 0 0 11 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1

5 2 4 2 3 1 1 1 1 1 0 14 3 1 4 2 2 1 0 0 4 2 3 1 3 1

5 2 3 1 3 1 1 1 2 1 0 14 2 1 3 1 2 1 0 0 4 2 4 2 3 1

5 2 3 1 2 1 1 1 2 1 0 13 2 1 3 1 1 1 0 0 3 1 5 2 3 1

(13)
(14)

0 3 1 3 1 3 1 0 0 2 1 2 1 3 1 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 3 1 0 0

0 0 0 3 1 0 0 0 0 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 3 1 3 1 3 1 3 1

0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 0 3 1 3 1 3 1 3 1

0 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 2 1 2 1 3 1 2 1

0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

0 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 3 1 3 1 3 1 3 1

0 3 1 3 1 3 1 3 1 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

0 3 1 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 3 1 3 1 3 1 3 1 0 3 1 1 1 0 0 0 0

0 3 1 3 1 3 1 2 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 3 1 3 1 3 1 3 1

0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 3 1 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0 0 0 0

0 3 1 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 3 1 0 0 0 0 0 3 1 0 0

0 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 0 1 1 0 3 1 3 1 0 0 0 0

0 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 0 3 1 3 1 3 1 1 1

0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1 0 0 3 1 3 1 0 3 1 3 1 0 0 0 0

0 3 1 2 1 3 1 0 0 3 1 3 1 3 1 0 0 0 0 3 1 0 3 1 3 1 3 1 3 1

0 4 2 0 0 0 0 0 0 3 1 3 1 5 2 0 0 5 2 5 2 0 3 1 3 1 3 1 3 1

0 3 1 4 2 3 1 2 1 1 1 5 2 5 2 0 0 3 1 3 1 0 3 1 2 1 3 1 2 1

0 4 2 3 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 0 0 2 1 3 1 0 3 1 3 1 3 1 2 1

0 5 2 4 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 5 2 3 1 0 3 1 2 1 4 2 4 2

0 2 1 3 1 3 1 2 1 3 1 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 0 3 1 2 1 3 1 3 1

0 3 1 3 1 2 1 1 1 4 2 3 1 1 1 0 0 4 2 0 0 0 4 2 5 2 2 1 3 1

0 5 2 3 1 3 1 2 1 4 2 3 1 3 1 0 0 2 1 2 1 0 4 2 3 1 3 1 3 1

0 4 2 4 2 4 2 1 1 4 2 4 2 4 2 2 1 2 1 1 1 0 3 1 2 1 2 1 3 1

0 4 2 3 1 2 1 0 0 3 1 1 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 3 1 3 1 1 1 3 1

0 4 2 3 1 3 1 2 1 2 1 2 1 4 2 0 0 2 1 0 0 0 5 2 1 1 1 1 3 1

0 3 1 3 1 3 1 1 1 2 1 0 0 2 1 0 0 3 1 0 0 0 5 2 3 1 1 1 3 1

0 2 1 4 2 4 2 3 1 4 2 3 1 4 2 1 1 3 1 3 1 0 4 2 4 2 3 1 2 1

(15)

0 2 1 3 1 2 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 0 3 1 2 1 2 1 2 1

0 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 0 0 3 1 2 1 0 3 1 2 1 1 1 1 1

(16)
(17)

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 2 0 0 0 0 32 1 13 0

0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 3 4 2 0 0 0 0 32 1 17 1

3 1 2 1 2 1 2 1 2 1 0 4 2 0 0 0 0 39 1 21 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 36 1 16 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 21 0 16 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 2 0 0 3 1 24 0 15 1

1 1 1 1 0 0 1 1 3 1 0 4 2 0 0 2 1 36 1 10 0

0 0 3 1 3 1 0 0 1 1 0 4 2 0 0 1 1 33 1 20 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 41 1 15 1

3 1 3 1 3 1 0 0 0 0 0 4 2 0 0 3 1 36 1 22 1

3 1 2 1 1 1 5 2 2 1 0 4 2 0 0 0 0 46 1 19 1

0 0 2 1 2 1 4 2 0 0 0 4 2 0 0 0 0 40 1 20 1

0 0 2 1 2 1 4 2 0 0 0 5 2 0 0 0 0 35 1 19 1

0 0 0 0 2 1 4 2 2 1 0 5 2 1 1 0 0 37 1 26 1

1 1 2 1 1 1 4 2 1 1 0 4 2 0 0 0 0 30 1 19 1

0 0 0 0 1 1 4 2 1 1 0 4 2 0 0 3 1 40 1 22 1

0 2 1 2 1 4 2 1 1 0 5 2 0 0 0 0 70 1 24 1

2 1 2 1 2 1 3 1 0 0 0 5 2 1 1 0 0 42 1 22 1

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 0 0 0 0 36 1 17 1

1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 2 0 0 4 2 35 1 20 1

0 0 1 1 1 1 4 2 1 1 0 4 2 3 1 0 0 32 1 20 1

1 1 3 1 3 1 1 1 0 0 0 5 2 0 0 3 1 46 1 19 1

0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 3 1 0 0 0 0 32 1 16 1

0 0 3 1 3 1 2 1 0 0 5 0 0 4 2 0 37 1 21 1

1 1 2 1 1 1 3 1 2 1 0 4 2 0 0 2 1 40 1 23 1

1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 0 4 2 0 0 4 2 30 1 22 1

(18)

1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 0 4 2 0 0 0 0 33 1 17 1

1 1 2 1 3 1 3 1 2 1 0 3 1 0 0 0 0 31 1 14 0

(19)

Lampiran 5

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S1 4 6,7 6,7 6,7

Riwayat Konsumsi Tablet Fe Selama Hamil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(20)

Pengeluaran untuk makanan

Frequen

cy Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid >Rp500.000- Rp1.000.000 49 81,7 81,7 81,7

>Rp1.000.000 11 18,3 18,3 100,0

(21)

KARAKTERISTIK BAYI

Jenis Kelamin Bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-lak 32 53,3 53,3 53,3

Perempua 28 46,7 46,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

umur bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 2 3.3 3.3 3.3

2 7 11.7 11.7 15.0

3 7 11.7 11.7 26.7

4 16 26.7 26.7 53.3

5 28 46.7 46.7 100.0

(22)

KONSUMSI RESPONDEN

Jenis konsumsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Konsumsi Tinggi Besi 3 5,0 5,0 5,0

Konsumsi Rendah Besi 57 95,0 95,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Lauk Ikan Basah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 1 1,7 1,7 1,7

Jarang 26 43,3 43,3 45,0

Sering 33 55,0 55,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Lauk Ikan Kering

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 3 5,0 5,0 5,0

Jarang 48 80,0 80,0 85,0

Sering 9 15,0 15,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Lauk Ayam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 4 6,7 6,7 6,7

Jarang 52 86,7 86,7 93,3

Sering 4 6,7 6,7 100,0

(23)

Kategori Lauk Daging

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 42 70,0 70,0 70,0

Jarang 17 28,3 28,3 98,3

Sering 1 1,7 1,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Lauk Telur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 4 6,7 6,7 6,7

Jarang 23 38,3 38,3 45,0

Sering 33 55,0 55,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Lauk Tahu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 4 6,7 6,7 6,7

Jarang 30 50,0 50,0 56,7

Sering 26 43,3 43,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Tempe

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 4 6,7 6,7 6,7

Jarang 31 51,7 51,7 58,3

Sering 25 41,7 41,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Daun Ubi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 1 1,7 1,7 1,7

Jarang 42 70,0 70,0 71,7

Sering 17 28,3 28,3 100,0

(24)

Kategori Konsumsi Bayam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 1 1,7 1,7 1,7

Jarang 48 80,0 80,0 81,7

Sering 11 18,3 18,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Kangkung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 2 3,3 3,3 3,3

Jarang 54 90,0 90,0 93,3

Sering 4 6,7 6,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Kacang Panjang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 3 5,0 5,0 5,0

Jarang 51 85,0 85,0 90,0

Sering 6 10,0 10,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Buncis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 14 23,3 23,3 23,3

Jarang 43 71,7 71,7 95,0

Sering 3 5,0 5,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Wortel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 14 23,3 23,3 23,3

Jarang 39 65,0 65,0 88,3

Sering 7 11,7 11,7 100,0

(25)

Kategori Konsumsi Jipang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 13 21,7 21,7 21,7

Jarang 44 73,3 73,3 95,0

Sering 3 5,0 5,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Pisang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 12 20,0 20,0 20,0

Jarang 38 63,3 63,3 83,3

Sering 10 16,7 16,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Jeruk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 8 13,3 13,3 13,3

Jarang 47 78,3 78,3 91,7

Sering 5 8,3 8,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Pepaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 8 13,3 13,3 13,3

Jarang 44 73,3 73,3 86,7

Sering 8 13,3 13,3 100,0

(26)

Kategori Konsumsi Semangka

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 12 20,0 20,0 20,0

Jarang 44 73,3 73,3 93,3

Sering 4 6,7 6,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori konsumsi nenas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 28 46,7 46,7 46,7

Jarang 32 53,3 53,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Pangan Mie

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Jarang 58 96,7 96,7 96,7

Sering 2 3,3 3,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

Kategori Konsumsi Roti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 2 3,3 3,3 3,3

Jarang 26 43,3 43,3 46,7

Sering 32 53,3 53,3 100,0

(27)

AKG Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <80% 38 63.3 63.3 63.3

80%-110% 14 23.3 23.3 86.7

>110% 8 13.3 13.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Tingkat Kecukupan Zat Besi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <32mg 53 88.3 88.3 88.3

>32mg 7 11.7 11.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Anemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Anemia 21 35.0 35.0 35.0

Tidak Anemia 39 65.0 65.0 100.0

(28)

Anemia * AKG Ibu

Crosstabulation

AKG Ibu

Total <80% 80%-110% >110%

Anemia Anemia Count 17 3 1 21

% within Anemia 81.0% 14.3% 4.8% 100.0%

% within AKG Ibu 44.7% 21.4% 12.5% 35.0%

% of Total 28.3% 5.0% 1.7% 35.0%

Tidak Anemia Count 21 11 7 39

% within Anemia 53.8% 28.2% 17.9% 100.0%

% within AKG Ibu 55.3% 78.6% 87.5% 65.0%

% of Total 35.0% 18.3% 11.7% 65.0%

Total Count 38 14 8 60

% within Anemia 63.3% 23.3% 13.3% 100.0%

% within AKG Ibu 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 63.3% 23.3% 13.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 4.497a 2 .106

Likelihood Ratio 4.860 2 .088

Linear-by-Linear Association 4.218 1 .040

N of Valid Cases 60

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

(29)

Tingkat Kecukupan Zat Besi * Anemia

Anemia * Tingkat Kecukupan Zat Besi Crosstabulation

Tingkat Kecukupan Zat Besi

Continuity Correctionb .642 1 .423

Likelihood Ratio 1.700 1 .192

Fisher's Exact Test .404 .217

Linear-by-Linear Association 1.470 1 .225

N of Valid Cases 60

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.45.

(30)

Lampiran 6

(31)

(32)

Ali, Arshad R. 2011. Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi. Tersedia: https://arali2008.wordpress.com/2011/10/23/kadar-hemoglobin-untuk-penentuan-status-anemia-gizi-besi/.[23 Oktober 2011]. Bina Gizi. Jakarta.

Almatsier, S, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet. 3. Gramedia. Jakarta.

. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta. Arisman, 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta. , 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Cet. I. EGC. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2014. Data Demografi Kependudukan Kota Binjai Tahun 2014. Binjai: BPS.

Baliwati, Yayuk Farida, Khomsan, Ali, Dwiriani, Meti, 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Borg, W.R.& Gall, M.D. 1979. Educational Research: An introduction. Longman. New York & London.

Budianto, H, Agus Krisno, 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Sumatera Utara: Dinas Kesehatan. Depkes RI, 2009. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Balita. Dit. Bina Gizi.

Jakarta.

Depkes, 2013. Diakses dari http://gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/ PMK%2075-2013. pdf, diakses pada 3 Maret 2016.

Dinkes Binjai, 2016. Profil Kesehatan Kota Binjai Tahun 2016. Binjai. Goi, Misrawatie, 2013. Gizi Bayi. Jurnal Health and Sport, Vol. 07, No. 01.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/view/1090. Diakses 1 Maret 2013.

(33)

Maret 2007.

Idionline. 2010. Zat Besi. Diakses 10 April 2010 di

http://nutrisibali.com/details.php?aid=6&catid=1&inpage=articles Khanifah, 2010. Hubungan Konsumsi Energi dan Protein Ibu Menyusui serta

Frekuensi Pemberian ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 0-4 Bulan di Posyandu Sumber Sehat Desa Pepedan Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Tesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Kemenkes RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Kristiyanasari, Seni. 2011. ASI, Menyusui dan Sadari. Muha Medika. Yogyakarta. Lemeshow, S, 1977. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan).

Gadjahmada University Press. Yogyakarta Mg, Anes, 2014. Tablet Fe Zat Besi. Tersedia:

https://anesmg.wordpress.com/2014/05/10/tablet-fe-zat-besi/. [10 mei 2014].

Nadimin, 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Ibu Menyusui Wilayah Kerja Puskesmas Moncobalang Kabupaten Gowa. Media Gizi Pangan,Vol.IX.

https://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.com/2012/03/9-faktor- faktor-yang-berhubungan-dengan-status-gizi-ibu-menyusui-wilayah-kerja-puskesmas-moncobalang-kabupaten-gowa.pdf. Diakses Juni 2010.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta. Jakarta

Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi 4. FK UI. Jakarta. Rahrai, Budi, 2013. Menghitung Angka Kecukpan Gizi.

http://budirahrai.blogspot.co.id/2013/09/menghitung-angka-kecukupan-gizi.html. [23 September 2013].

Santoso dan Ranti, A., 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Saptyaningtiyas, Nugraheni, 2013. Hubungan Kejadian Anemia pada Ibu

Menyusui dengan Status Gizi Bayi Usia 7 – 12 bulan. Artikel Penelitian, Vol. 2. No. 4. http://ejournal-s1.undip.ac.id. Diakses 20 September 2013. Sediaoetama, A. D., 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Dian

(34)

Siagian, A., 2010. Epidemilogi Gizi. Jakarta: Erlangga.

Soebroto, Ikhsan. 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Bangkit. Yogyakarta.

Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Cet. I. EGC. Jakarta. Supranto, J, 2000. Tehnik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. PT.Rineka

Cipta. Jakarta.

Syafdin, 2011. Prosedur Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan Alat Hemocue. Tersedia : http://informasimanfaatdonordarah.blogspot.co.id/. Diakses 07 Juni 2011.

Wirawan, 2009. Anemia. www.unair.co.id, diakses tanggal 10 Januari 2011. Wong, Donna L. 2003. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Volume. 2. EGC.

Jakarta.

,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume I. Edisi 6. EGC. Jakarta.

Yuli B. 2006. ASI Eksklusif investasi terbesar bagi bayi. www.balipost.co.id(diakses 22 Nopember 2008). Yulia, Cica, 2013. Gizi Seimbang Ibu Menyusui. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KE LUARGA/198007012005012CICA_YULIA/gizi_seimbang_ibu_menyusu i.pdf. [15 Maret 2013].

(35)

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan jenis rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi ibu menyusui dengan kejadian anemia pada bayi di Kota Binjai.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi di Binjai yaitu di karenakan kurangnya survei data mengenai kejadian anemia yang ditemukan di masyarakat. Kejadian anemia sendiri terakhir sekali survei dilakukan pada tahun 2005. Hasil survei menunjukkan bahwa 40,5 % wanita hamil masih menderita anemia.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukanpada bulan Mei – Agustus 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(36)

3.3.2 Sampel

Besar sampel minimal ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

n =

Z21−α

2 p 1−p N d2 N1 + Z2

1−α

2 p 1−p N

Keterangan :

n : jumlah sampel minimal yang diperlukan d : limit dari error atau presisi absolute = 0,15 Z21α

2

: nilai distribusi normal baku (tabel Z) = 1.96 Sehingga :

n =

(1,96)

2.0,5 10,5 1967

(0,15)2 1967−1 + (1,96)2.0,5 1−0,5

n = 41,78 ≈42

(37)

sampel keluarahan yang sudah dipilih beradasrkan jumlah ibu dan bayi yang terbanyak dengan menetukan titik kluster. Titik kluster digunakan untuk mulai bergerak memilih ibu yang menyusui eksklusif sebagai sampel awal untuk menentukan sampel berikutnya. Titik kluster ini bisa di mesjid, sekolah,pasar, rumah lurah dan lain-lain ( Depkes, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi titik klusternya yaitu rumah kader posyandu. Dari rumah kader posyandu akan di pilih ibu mana saja yang termasuk dalam karakteristik sampel mulai dari yang terdekat hingga terjauh dari titik rumah kader tersebut.

Cara pemilihan sampel sebanyak 60 orang dengan kluster ialah : Kecamatan

Kelurahan

Ibu

n=20 n=20 n=20

Gambar 3.1 Cara Pemilihan Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi ibu menyusui yang memiliki kriteria :

1. Ibu dan bayi yang berada di wilayah Kota Binjai 2. Ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan

3. Ibu yang memberikan ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif

K 4 K 5 K 6 K 7 K 8 K 9

7 7 6 7 7 6

Lokasi Lokasi Lokasi

K 1 K 2 K 3

(38)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari pengumpulan data secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran. Data primer pada penelitian ini adalah kadar Hb bayi, jenis, frekuensi makanan pada ibu yang menyusui, kecukupan energi dan zat besi serta riwayat konsumsi tablet Fe selama hamil. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan cara pengumpulan data yang diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah ibu menyusui dan jumlah bayi dan serta profil kesehatan Kota Binjai sebagai tempat penelitian. 3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer yang terdiri dari tingkat jenis dan frekuensi makanan ibu diperoleh melalui wawancara, pengisian formulir food frequency dan food recall 24 jam, dan untuk data kadar hemoglobin diperoleh melalui pengukuran langsung oleh petugas kesehatan dengan menggunakan alat pengukur Hb digital bersamaan dengan wawancara dan pengisian kuesioner berlangsung.

(39)

laboratorium yang standar. Alat ini juga stabil dan tahan lasak walaupun digunakan dalam jangka masa yang lama (Hamill, 2010)

Pengambilan darah dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih. Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Batasan pada anak-anak umur 6 bulan -5 tahun apabila kadar hemoglobinnya <11 g/dl, maka dapat dikatakan bayi tersebut menderita anemia.

3.5 Definisi Operasional

1. Kejadian anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal (<11 g/dl).

2. Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan

frekuensi pangan rata-rata per orang per hari yang umum di konsumsi dalam

jangka waktu tertentu.

3. Jenis makanan sumber zat besi adalah berbagai macam pangan sumber zat besi yang dikonsumsi dalam sehari.

4. Tingkat kecukupan energi adalah banyaknya energi yang harus di penuhi dalam sehari dari makanan yang dikonsumsi untuk kebutuhan tubuh.

5. Tingkat kecukupan zat besi adalah banyaknya zat besi yang harus dipenuhi per hari.

6. Frekuensi makanan sumber zat besi adalah berapa kali setiap jenis pangan yang tinggi zat besi dikonsumsi dalam waktu tertentu.

(40)

hamil dimana minimal mengonsumsi 90 tablet selama 90 hari. 3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Kejadian Anemia pada Bayi

Metode pengukuran kadar hemoglobin yakni dengan alat pengukur Hb digital/Hemoglobinometer digital. Menurut Syafdin (2011), prosedur kerja dengan alat pengukur Hb digital yaitu :

1. Pastikan code card sudah terpasang pada alat hemometer digital. 2. Pasang strip pada ujung alat.

3. Bersihkan ujung jari pada bagian yang akan diambil darahnya.

4. Setelah darah yang keluar pada ujung jari sudah cukup, dekatkan sampel darah pada ujung jari tersebut ke satu mulut strip supaya diserap langsung oleh ujung mulut strip.

5. Tunggu hasilnya selama 15 detik

6. Alat Hb akan menunjukan angka (nilai kadar Hb dalam gr/dl)

WHO mendefinisikan anemia sebagai keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal. Berikut kadar Hb normal untuk anak ditentukan umur : Tabel 3.1 Batas Normal kadar Hb berdasarkan umur menurut WHO

Kategori Umur Hemoglobin (g/dl)

Anak-anak Baru lahir 17(13,7 – 20,1)

2 minggu 16.5(13,0 – 20,0) 1 bulan 15(10,1 – 20,0) 3 bulan 12(9,5 – 14,5) 6 bulan – 59 bulan 11(10,5 – 14,0)

5 – 11 tahun 11.5(11,0 – 16,0)

12 – 14 tahun 12

Dewasa Wanita > 14 tahun 12(12,0 – 16,0)

Wanita hamil 11

(41)

3.6.2 Konsumsi Makanan 1. Jenis dan Frekuensi Makanan

Pengukuran ini dilakukan untuk melihat jenis dan frekuensi makanan yang mengandung zat besi.

Jenis makanan dikategorikan sebagai berikut:

1) Makanan tinggi zat besi, yaitu sayuran (tomat, kentang, wortel, dll), buah-buahan (pisang, jeruk, nenas, dll), ikan air tawar, kacang tanah, daging sapi, hati, dsb.

2) Makanan rendah zat besi, yaitu makanan tinggi kolesterol (daging kambing), makanan tinggi natrium, makanan yang diawetkan (ikan asin, telur asin), dsb.

Jenis makanan tinggi dan rendah zat besi tersebut diukur bersamaan dengan mengukur frekuensi makanan, sehingga dapat diketahui seberapa sering atau frekuensi masyarakat mengonsumsi makanan-makanan tersebut sehari-harinya.

Frekuensi makanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) > 1 kali/hari

(42)

Kategori:

a) Sering, jika frekuensi konsumsi makanan >1 kali/hari, 1 kali/hari dan 4-6 kali/minggu

b) Jarang, jika frekuensi konsumsi makanan 1-3 kali/minggu, 1 kali/bulan dan 1 kali/tahun

c) Tidak pernah

2. Tingkat Konsumsi Makanan

Pengukuran tingkat konsumsi makanan yaitu dengan cara menghitung jumlah rata-rata konsumsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin yang didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall 24 jam.

Langkah-langkah metode pengukurannya adalah sebagai berikut:

1) Setelah data konsumsi diperoleh, maka dilakukan konversi dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam Ukuran berat (gram) atau dari satuan berat.

2) Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang dikonsumsi oleh responden, maka dilakukan perhitungan nilai gizi dan bahan makanan tersebut. Analisis kandungan zat gizi dilakukan dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau dengan bantuan software nutrisurvey

3) Lalu hasil tiap zat gizi dihitung rata-ratanya dari kedua pengukuran (hari pertama dan hari kedua) dan dibandingkan dengan nilai % AKG menggunakan rumus sebagai berikut:

Konsumsi zat gizi makanan per hari

(43)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada ibu menyusui 6 bulan pertama dapat dilihat seperti dalam tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Angka Kecukupan Gizi Ibu menyusui

Umur (tahun) Energi (kkal) Besi

(mg) Menyusui(+an) 2550(+330) 26(+6) Sumber : Permenkes RI No 75Ttahun 2013

Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi diperoleh dalam bentuk persen, hasil persen tersebut lalu dikategorikan sebagai berikut (WNPG, 2004):

a. Lebih : > 110 % AKG b. Baik : 80-110 % AKG c. Kurang : < 80 % AKG

3.7 Metode Penyajian dan Analisis Data 3.7.1 Metode Penyajian Data

Metode penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Data (editing)

Editing dimaksudkan agar sebelum diolah, data sudah tertata dan terinci dengan baik. Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data yang dikumpulkan dari kuesioner dibaca dan diperbaiki, apabila terdapat hal-hal yang salah atau meragukan.

(44)

Pemberian kode pada setiap atribut dari setiap variabel yang diteliti untuk mempermudah waktu saat mengadakan tabulasi dan analisis.

c. Entry Data

Melakukan pemindahan atau pemasukan data dari formulir dan hasil pengukuran ke dalam komputer untuk diproses. Data yang didapat dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan nutrisurvey dan program SPSS untuk dianalisis.

d. Cleaning Data

Memeriksa kembali data yang telah masuk dalam komputer, apakah ada kesalahan-kesalahan yang terjadi didalamnya, pemeriksaan data tetap diperlukan dan harus dilakukan meskipun dalam memasukkan data telah menggunakan atau memperhatikan kaidah-kaidah yang benar.

3.7.2 Analisis Data

(45)

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Kota. Hal yang akan digambarkan adalah kondisi demografi, yaitu keadaan atau kondisi penduduk di suatu daerah tertentu. 4.1.1 Kondisi Demografi

Kecamatan Binjai Timur merupakan salah satu kecamatan dari Kota Binjai yang terbagi atas 7 kelurahan dan memilki jumlah penduduk sekitar 35.482 jiwa/13.647 KK. Adapun jumlah wanita usia subur sebanyak 1.596 jiwa. Jumlah ibu yang menyusui sebanyak 606 jiwa, sedangkan jumlah bayi berusia 0 – 6 bulan sebanyak 606 jiwa. Kecamatan Binjai Utara terbagi atas 3 kelurahan. Adapun jumlah ibu yang menyusui sebanyak 785 jiwa, sedangkan jumlah bayi 0 – 6 bulan sebanyak 785 jiwa. Binjai Kota terbagi atas 7 kelurahan, dimana jumlah ibu menyusui sebanyak 306 jiwa dan jumlah bayi juga 306 jiwa.

Sebagian besar pekerjaan responden di 3 Kecamatan ini adalah tidak bekerja (93,3%), Pegawai Negeri Sipil (2%), karyawan (1,7%) dan buruh (1,7%).

4.2 Karakteristik Responden

(46)

4.2.1 Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil penelitian beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden yaitu terdiri dari Tidak bekerja, Pegawai Negeri Sipil dan buruh.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Pekerjaan n %

Tidak bekerja 56 93,3

Pegawai Negeri Sipil 2 3,3

Buruh 1 1,7

Karyawan 1 1,7

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 56 orang (93,3%). Dan yang paling sedikit adalah sebagai Buruh dan Karyawan yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (1,7%). Adapun jenis pekerjaan yang tergolong dalam kategori buruh pada masyarakat di 3 Kecamatan ini yaitu buruh cuci pakaian, dan kategori karyawan yaitu karyawan pada salah satu perusahaan swasta.

4.2.2 Pendidikan Terakhir

Menurut hasil penelitian ini pendidikan terakhir responden terdiri dari SD, SMP, SMA/SMK, dan S1.

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Pendidikan Terakhir n %

SD 2 3,3

SMP 22 36,7

SMA/SMK 32 53,3

S1 4 6,7

(47)

Tabel diatas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang terbanyak adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 32 orang (53,3%). Dan yang paling sedikit adalah SD yaitu sebanyak 2 orang (3,3%).

4.2.3 Pendapatan

Pendapatan UMK Binjai yaitu Rp.1.700.000, maka hasil penelitian pendapatan keluarga responden terbagi atas 2 yaitu <Rp.1.700.000 dan >Rp.1.700.000.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Pendapatan Keluarga n %

<Rp.1.700.00 41 68,3

>Rp.1.700.000 19 31,7

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan besarnya pendapatan keluarga yang terbanyak yaitu <Rp.1.700.000) sebanyak 41 orang (68,3%). Dan paling sedikit adalah >Rp.1.700.000 sebanyak 19 orang (31,7%).

4.2.4 Riwayat Konsumsi Tablet Fe

(48)

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Konsumsi

Tablet Fe selama Hamil di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan

Binjai Kota Riwayat Konsumsi

Tablet

n %

50 6 10

70 6 10

75 3 5

80 4 6,7

85 3 5

90 38 63,3

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa riwayat konsumsi tablet Fe responden selama hamil yang terbanyak adalah 90x yaitu sebanyak 38 orang (63,3%). Dan yang paling sedikit adalah 75x dan 85x yaitu masing- masing sebanyak 3 orang (5%). 4.2.5 Pengeluaran untuk Makanan

Menurut hasil penelitian pengeluaran keluarga untuk makanan terbagi atas Rp.500.000 – Rp.1.000.000 dan >Rp.1.000.000.

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran untuk

Makanan di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Pengeluaran n %

Rp.500.000 – Rp.1.000.000 49 81,7

>Rp.1.000.000 11 18,3

Total 60 100,0

(49)

4.2.6 Jenis Kelamin Bayi Responden

Adapun banyaknya bayi sesuai dengan jenis kelamin yang terdapat di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Jenis Kelamin Bayi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Jenis Kelamin n %

Laki-Laki 32 53,3

Perempuan 28 46,7

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa anak bayi di 3 Kecamatan ini berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebnayak 32 orang (53,3%), daripada anak bayi yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 orang (46,7%).

4.2.7 Umur Bayi Responden

Berdasarkan hasil penelitian umur bayi sesuai dengan umurnya yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Umur Bayi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Umur (Hari) n %

0 - 1 2 3,3

2 – 14 7 11,7

15 – 30 7 11,7

31 – 90 16 26,7

91 - 180 28 46,7

Total 60 100,0

(50)

4.2.8 Kejadian Anemia berdasarkan umur bayi

Berdasarkan hasil penelitian banyaknya kejadian anemia sesuai dengan umurnya yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Anemia beradasrkan umur bayi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Umur bayi (hari)

Kejadian Anemia

Total

P Anemia Tidak Anemia

n % n % N %

0 – 1 0 0 2 3,3 2 3,3

0,022

2 – 14 3 5 4 6,7 7 11,7

15 – 30 2 3,3 5 8,3 7 11,7

31 – 90 1 1,7 15 25 16 26,7

91 - 180 15 25 13 21,7 28 46,7

Tabel diatas menunjukkan bahwa kejadian anemia berdasarkan umur bayi berada di kategori umur 5 (91-180 hari) yaitu sebanyak 15 orang (25%) dan pada kategori umur 1 (0-1 hari) tidak terdapat kejadian anemia (0%).

4.3 Konsumsi Makanan Responden

Beberapa hal terkait konsumsi makanan tinggi zat besi dan rendah besi yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu jenis makanan tinggi zat besi, frekuensi konsumsi makanan tinggi zat besi .

4.3.1 Jenis Makanan yang dikonsumsi Responden

(51)

Tabel 4.9 Distribusi Jenis Makanan yang dikonsumsi Responden di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Jenis Makanan n %

Makanan tinggi zat besi 3 5

Makanan rendah zat besi 57 95

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi ibu yang terbanyak adalah makanan rendah besi yaitu sebanyak 57 orang (95%). Dan yang paling sedikit adalah makanan tinggi besi yaitu sebanyak 3 orang (5%).

4.3.2 Frekuensi Makanan yang dikonsumsi Responden

(52)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makanan yang dikonsumsi Responden di

(53)

semangka sebanyak 12 orang (20%). Dan yang tidak pernah dikonsumsi yaitu mie sebanyak 58 orang (96,7%).

4.3.3 Tingkat Kecukupan Energi

Pengkategorian tingkat kecukupan energi bersumber dari Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Tingkat kontribusi energi diklasifikasi sesuai dengan tingkat konsumsi energi menurut WNPG (2004), yang mana dikategorikan kurang apabila < 80%, baik 80-110%, dan lebih >110%.

Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Tingkat Kecukupan Energi (gram)

n %

Kurang 38 63,3

Baik 14 23,3

Lebih 8 13,3

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa lebih banyak ibu yang kecukupan energi per harinya kurang tercukupi, yaitu sebanyak 38 orang (63,3%) daripada ibu yang kecukupan energi per harinya tercukupi, yaitu sebanyak 8 orang (13,3%).

4.3.4 Tingkat Kecukupan Zat Besi

(54)

Tabel 4.12 Distribusi Tingkat Kecukupan Zat Besi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota

Tingkat Kecukupan Zat Besi

n %

Kurang 53 88,3

Cukup 7 11,7

Total 60 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa lebih banyak ibu yang kecukupan zat besi per harinya kurang tercukupi, yaitu sebanyak 53 orang (88,3%) daripada ibu yang kecukupan zat besi per harinya tercukupi, yaitu sebanyak 7 orang (11,7%).

4.4 Hubungan Pola Konsumsi Ibu dengan Kejadian Anemia pada Bayi Adapun indikator dari pola konsumsi yang akan dihubungkan dengan kejadian anemia pada bayi pada penelitian ini adalah tingkat kecukupan energi ibu.

4.4.1 Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Kejadian Anemia pada Bayi

(55)

Tabel 4.13 Distribusi Kejadian Anemia pada Bayi berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Kota dan Binjai Utara

Kejadian Anemia

Tingkat Kecukupan Energi

Total

p

Kurang Baik Lebih

n % n % n % N %

Anemia 17 81 3 14,3 1 4,8 21 35

0,106 Tidak Anemia 21 53,8 11 28,2 7 17,9 39 65

Pengkategorian kecukupan energi disesuaikan dengan rata-rata yang dikonsumsi per harinya oleh ibu di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Kota dan Binjai Utara. Dikategorikan kurang apabila energi yang dikonsumsi kurang dari kecukupan energi per harinya. Sebaliknya, dikategorikan baik apabila energi yang dikonsumsi cukup dari energi yang diperlukan per hari dan apabila lebih jika energi yang dikonsumsi lebih dari jumlah energi yang diperlukan per harinya di ke 3 Kecamatan tersebut.

Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam kejadian anemia pada bayi berdasarkan tingkat kecukupan energi, diperoleh persentase tertinggi berasal dari kejadian anemia dengan kecukupan energinya yang kurang, yaitu sebanyak 17 orang (81%). Sedangkan persentase terkecil adalah berasal dari kejadian anemia dengan kecukupan energi yang lebih, yaitu sebanyak 1 orang (4,8%).

(56)

4.4.2 Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Bayi

Berikut hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi ibu per harinya dengan kejadian anemia pada bayi.

Tabel 4.14 Distribusi Kejadian Anemia pada Bayi berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Kota dan Binjai Utara

Kejadian Anemia

Tingkat Kecukupan Zat Besi

Total

p

Kurang Cukup

n % n % N %

Anemia 20 95,2 1 4,8 21 35

0,222

Tidak Anemia 33 84,6 6 15,4 39 65

Pengkategorian kecukupan Zat Besi disesuaikan dengan rata-rata yang dikonsumsi per harinya oleh ibu di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Kota dan Binjai Utara. Dikategorikan kurang apabila zat besi yang dikonsumsi kurang dari kecukupan zat besi per harinya. Sebaliknya, dikategorikan cukup apabila zat besi yang dikonsumsi cukup dari zat besi yang diperlukan per hari . Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam kejadian anemia pada bayi berdasarkan tingkat kecukupan zat besi, diperoleh persentase tertinggi berasal dari kejadian anemia dengan kecukupan zat besi yang kurang, yaitu sebanyak 20 orang (95,2%). Sedangkan persentase terkecil adalah berasal dari kejadian anemia dengan kecukupan zat besi yang cukup, yaitu sebanyak 1 orang (4,8%).

(57)

Berdasarkan survei kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah sekitar 26,5% dan wanita usia subur (WUS) bekisar 40%. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan angka kejadian anemia defisiensi besi pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil 50%, Wanita Usia Subur (15-44 tahun) 39,5%, dan anak-anak (usia 10-14 tahun) 57,1%. Sementara survei di DKI Jakarta tahun 2004 menunjukan angka prevalensi anemia pada balita sekitar 26,5% dan pada ibu hamil 43,5%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, persentase kejadian anemia pada bayi di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota adalah mengalami anemia sebesar 35% sedangkan yang tidak mengalami anemia sebesar 65%. Prevalensi anemia bayi lebih rendah jika dibandingkan angka yang diperkirakan oleh ACC/SCN untuk wilayah Asia tenggara yang sebesar 60%-70%.

(58)

umur 3 – 6 bulan (91 -180 hari) sebanyak 15 orang (25%) dari keseluruhan yang menderita anemia sebanyak 21 orang.

Umur antara 3 – 6 bulan kadar Hb secara normal <11 g/dl. Namun pada penelitian ini, umur yang berada di rentang anatar 3 sampai 6 bulan justru kadar Hb pada bayi lebih banyak di bawah kadar normal. Memang pada kenyataannya, tidak semua bayi yang dilahirkan kadar Hb selalu tinggi, namun terkadang ada juga yang memilki kadar Hb yang rendah. Ini bisa di sebabkan oleh beberapa faktor. Dan apabila ini terjadi, faktor terbesar yang menyebabkannya adalah pada saat hamil ibu yang menderita anemia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Helmyati (2007), tidak semua bayi yang baru lahir memiliki kadar Hb yang lumayan tinggi jika di bandingkan dengan bayi yang sudah berumur misalnya saja 3 atau 4 bulan ke atas. Bayi yang baru lahir memang ada sebagian yang kadar Hb nya tinggi, tetapi tidak semua seperti itu. Di karenakan pada saat ibu hamil dan ternyata menderita anemia, bayi yang dilahirkan mempunyai cadangan besi yang rendah, ini dapat dikatakan bahwa bayi tersebut cenderung menderita anemia. Sehingga pada saat dilahirkan dan berumur <1 bulan, setelah dilakukan pengecekan kadar Hb bayinya rendah, ini cenderung bahwa anak tersebut menderita anemia dikarenakan ibu yang juga sudah menderita anemia.

(59)

tersebut, maka asupan makanan yang di dapat bayi adalah berasal dari apa yang di konsumsi oleh ibu. Hal ini di dukung berdasarkan hasil uji antara konsumsi ibu dengan kejadian anemia pada bayi terdapat hubungan yang signifikan.

Tetapi tidak semua bayi yang dilahirkan, setelah dilakukan pengecekan ternyata kadar Hbnya kurang dari batas normal dikarenakan ibu yang menderita anemia. Ini bisa disebabkan karena konsumsi ibu yang kurang tercukupi. Asupan makanan bayi berasal dari asi yang diberikan ibu. Maka apa yang menjadi makanan akan diserap oleh bayi pada saat menyusui.

Kebutuhan makanan yang semakin meningkat juga menjdi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya anemia. Kebutuhan besi yang seharusnya tidak dapat dipenuhi oleh karena makanan ibu yang kurang bervariasi atau kandungan besi dari makanan tersebut sedikit. Pendapatan keluarga (<68,3%) dan pengeluaran terutama untuk makanan (<81,7%) juga menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia. Semakin rendah pendapatan dan semakin sedikit pengeluaran, tentu makanan yang disediakan dan dikonsumsi oleh ibu juga semakin berkurang/ tidak bervariasi.

(60)

5.2 Pola Konsumsi Ibu Menyusui dan Kejadian Anemia pada Bayi

Tingginya prevalensi kejadian anemia pada bayi pada penelitian ini dipengaruhi oleh konsumsi ibu per harinya. Setelah dilakukan penelitian, terlihat bahwa tidak adanya hubungan antara kecukupan energi dengan kejadian anemia pada bayi dimana hasil uji statistik p = 0,106 (p = < 0.05). Begitu juga berdasarkan hasil uji, tidak terdapat hubungan anatara kecukupan zat besi dengan kejadian anemia pada bayi dimana hasil uji statistik p = 0,222 (p = < 0.05)

Ibu menyusui merupakan kelompok yang rentan terhadap situasi apapun. Kebutuhan ibu pada saat menyusui akan lebih meningkat di banding dengan kebutuhan pada saat tidak menyusui.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, riwayat konsumsi tablet Fe selama hamil yang dikonsumsi oleh ibu masih ada sebagian besar yang belum sepenuhnya dalam mengonsumsitablet tersebut. Tablet Fe merupakan tablet penambah darah yang digunakan ketika ibu selama hamil agar ibu tidak menderita anemia. Ketika seorang ibu menderita anemia selama hamil, besar kemungkinan akan berakibat terhadap bayinya. Berdasarkan hasil penelitian ini, riwayat konsumsi tablet Fe selama ibu hamil sudah dikategorikan baik. Sebanyak 63,3% ibu yang mengonsumsi tablet Fe selama 90 hari secara teratur. Berdasarkan hal ini, riwayat konsumsi tablet Fe ibu selama hamil besar kemungkinan tidak berpengaruh terhadap kejadian anemia pada bayi. Karena sebagian besar ibu sudah mengonsumsi tablet penambah darah ini di kategorikan baik.

(61)

berdasarkan hal ini, ketika ibu mengonsumsi ikan ataupun sumber makanan tinggi zat besi lainnya dalam kategori sering, akan tetapi apabila di lihat jenis dan jumlahnya, ibu masih dalam kategori kurang. Ketika ibu sering mengonsumsi makanan tersebut, akan tetapi apabila jumlah yang seharusnya di penuhi, namun tidaklah di cukupi oleh ibu setiap harinya.

Sebagian besar ibu menyusui lebih banyak mengkonsumsi sumber hewani setiap harinya seperti ikan, telur dan juga sumber nabati lainnya seperti tahu, tempe dan sayur yang jenisnya hanya itu- itu saja. Banyak ibu yang menganggap bahwa tahu, tempe atau telur dan sayur saja sudah cukup. Namun sumber nabati ketersediannya di dalam tubuh lebih rendah dari sumber hewani, sehingga sumber zat besi dari hewani lebih cepat diserap oleh tubuh.

(62)

Kebutuhan zat besi ibu pada saat menyusui tentu lebih besar jika di bandingkan pada saat hamil atau tidak hamil. Karena zat besi yang dibutuhkan oleh bayi ketika si bayi hanya mendapat asupan makanan dari ASI, tentu dari kandungan yang ada di dalam ASI. Ketidakcukupan asupan sumber zat besi pada ibu menyusui berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan keluarga (daya beli) dan kurangnya variasi makanan yang dikonsumsi.

Pendapatan keluarga pada penelitian ini sebanyak 68.3% masih di bawah UMK Binjai yaitu sebesar Rp1.700.000, sehingga untuk asupan makanan ibu tentu masih belum terpenuhi. Untuk pengeluaran makanan saja antara rentang Rp.500.000 – Rp.1.000.000 lah yang terbanyak sekitar 81,7%. Hal ini tentu sangat berkaitan, dimana pada saat pendapatan yang semakin rendah dan pengeluaran yang juga rendah, tentu akan berakibat terhadap makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Apa yang cukup untuk membeli suatu bahan menjadi makanan, itulah yang akan di konsumsi oleh ibu tanpa memikirkan kecukupan, baik energi dan zat besi yang di haruskan terpenuhi setiap harinya untuk si ibu ketika menyusui.

(63)
(64)

6.1 Kesimpulan

1. Kejadian anemia berdasarkan umur bayi berada di kategori umur 5 (91-180 hari) yaitu sebanyak 15 orang (25%) dan pada kategori umur 1 (0-1 hari) tidak terdapat kejadian anemia (0%).

2. Tingkat kecukupan energi ibu per harinya kurang tercukupi, yaitu sebanyak 38 orang (63.3%) daripada ibu yang kecukupan energi per harinya tercukupi, yaitu sebanyak 8 orang (11.3%)

2. Tingkat kecukupan zat besi ibu per harinya kurang tercukupi, yaitu sebanyak 53 orang (88.3%) daripada ibu yang kecukupan zat besi per harinya tercukupi, yaitu sebanyak 7 orang (11.7%)

3. Tidak terdapat hubungan antara kejadan anemia pada bayi dengan kecukupan energi ibu di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Selatan ,dimana persentase tertinggi berasal dari kejadian anemia dengan kecukupan energinya yang kurang, yaitu sebanyak 17 orang (81%), dimana hasil uji statistik p = 0,106 (p = < 0.05)

4. Tidak terdapat hubungan antara kejadian anemia pada bayi dengan kecukupan zat besi ibu di Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Selatan, dimana hasil uji statistik p = 0,222 (p = < 0.05).

(65)

6.2 Saran

1. Ibu menyusui agar lebih meningkatkan konsumsi energi dan zat besi dengan memanfaatkan sumber zat besi yang beraneka ragam karena apa yang di konsumsi ibu akan juga di konsumsi oleh bayi. Dan variasi makanan/ keanekaragaman makanan juga harus di perhatikan dalam menu makanan yang dibuat setiap harinya.

(66)

2.1 Kejadian Anemia pada Bayi

Kejadian anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari jantung yang diperoleh dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Kejadian anemia pada bayi adalah keadaan jumlah sel dara merah dalam tubuh bayi di bawah <11 g/dl. Penyebab anemia pada bayi adalah kurangnya asupan zat besi dari asi ibu yang di konsumsi bayi sehingga pembentukan sel darah merah menjadi kurang (hematopoiesis yang tidak efektif). Jumlah Hemoglobin (Hb) dalam darah normal kurang lebih 15 gram setiap 100 ml

darah dan jumlah ini biasa di sebut “100 persen “. Dalam berbagai bentuk anemia

jumlah Hb dalam darah berkurang. Dalam bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30% atau 4,5 gram per 100 ml (Arshad, 2011).

(67)

Batasan Anemia secara individu menurut WHO berdasarkan kadar hemoglobin (Hb) yang diperiksa per 100 gram per milliliter (gr/mL) atau gram per desiliter (gr/dL) adalah :

1. Anak pra sekolah : Hb 11 (gr/dL) 2. Anak sekolah : Hb 12 (gr/dL) 3. Laki-laki dewasa : Hb 13 (gr/dL) 4. Perempuan dewasa : Hb 12 (gr/dL) 5. Ibu hamil : Hb 11 (gr/dL) 6. Ibu menyusui : Hb 12 (gr/dL)

Perkembangan anemia (kurang besi) menurut Depkes RI 2004 penyebabnya salah satu atau lebih dari keadaan berikut :

1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan 2. Meningkatnya kebutuhan tubuh

3. Pendarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria dan lain-lain

Makanan yang kaya kandungan zat besinya adalah makanan sumber hewani dengan penyerapan zat besi kedalam tubuh kurang lebih diatas 15%, sedangkan sumber nabati walaupun kaya akan zat besi tetapi tidak dapat diserap dengan baik dalam tubuh sehingga hanya sedikit sekali yang dapat digunakan dalam tubuh, dengan penyerapan zat besi ke adalam tubuh hanya dibawah 3%.

(68)

wilayah dan dalam jangka waktu tertentu per konstanta 100 individu untuk menyatakan prevalensinya adalah :

1. <15% dikatakan mempunyai Prevalensi rendah dan diinterpretasikan sebagai kelompok masyarakat yang tidak bermasalah dengan anemia.

2. 15-40% dikatakan mempunyai Prevalensi sedang dan diinterpretasikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai masalah (ringan – sedang) dengan anemia.

3. > 40% dikatakan mempunyai Prevalensi tinggi dan diinterpretasikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai masalah berat dengan anemia.

2.2 Tumbuh Kembang Bayi

Bayi merupakan individu yang berusia 0-11 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).

(69)

Kemudian memasuki fase perkembangan fisik, pada bayi perkembangan fisik dikategorikan dalam beberapa usia antara lain yaitu dimana usia 4 bulan, bayi mulai mengences, refleks Moro, leher tonik dan rooting sudah hilang. Usia 5 bulan, adanya tanda pertumbuhan gigi, begitu juga dengan berat badan menjadi dua kali lipat dari berat badan lahir. Usia 6 bulan, kecepatan pertumbuhan mulai menurun, terjadi pertambahan berat badan 90-150 mg perminggu selama enam bulan kemudian, pertambahan tinggi badan 1,25 cm per bulan selama enam bulan kemudian, mulai tumbuh gigi dengan munculnya dua gigi seri di sentral bawah serta bayi mulai dapat mengunyah dan menggigit. Di Usia 7 bulan, mulai tumbuh gigi seri di sentral atas serta memperlihatkan pola teratur dalam pola eliminasi urine dan feces di Usia 8 bulan (Wong, 2008 ).

Kemudian perkembangan motorik, perkembangan motorik bayi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Dimana motorik kasar terdiri dari, kepala tidak terjuntai ketika ditarik keposisi duduk dan dapat menyeimbangkan kepala dengan baik, punggung kurang membulat, lengkung hanya di daerah lumbal, mampu duduk tegak bila ditegakkan, mampu menaikan kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90 derajat, melakukan posisi simetris yang dominan seperti berguling dari posisi telentang ke miring.

(70)

tangan namun terlalu jauh, bermain dengan kerincingan dan jari kaki, dapat membawa benda kemulut.

Selanjutnya perkembangan bahasa ,komunikasi verbal bermakna bayi pertama kali adalah menangis, untuk mengekspresikan ketidaksenangannya, mengeluarkan suara yang parau, kecil dan nyaman selama pemberian makan, berteriak kuat untuk memperlihatkan kesenangan, “berbicara” cukup banyak ketika di ajak bicara. Selanjutnya menghasilkan suara vocal dan merangkai suku kata, berbicara ketika orang lain berbicara, mendengarkan secara selektif kata-kata yang dikenal, mengucapkan tanda penekanan dan emosi serta menggabungkan suku kata sepertidada, namun tidak ada maksud di dalamnya.

Perkembangan sosial, perkembangan sosial bayi pada awalnya dipengaruhi oleh refleksinya, seperti menggenggam dan pada akhirnya bergantung terutama pada interaksi antara mereka dengan pemberian asuhan utama. Kelekatan orang tua dan anak yang dimulai sebelum kelahiran, sangat penting disaat kelahiran. Menangis dan perilaku refleksi adalah metode untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam periode neonatal dan senyum social merupakan langkah awal dalam komunikasi social.

Bermain juga menjadi agen sosialisasi utama dan memberikan stimulus yang diperlukan untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungan (Wong, 2008). 2.2.1 Kebutuhan Gizi Bayi

(71)

pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) sampai berumur 2 tahun, dimana sampai 6 bulan pertama hanya ASI tanpa disertai makanan atau minuman lain (ASI ekslusif). Mulai umur 6 sampai 24 bulan pemberian ASI harus disertai makanan lain (MPASI) karena kualitas dan kuantitas ASI tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan bayi yang terus tumbuh. Jumlah kebutuhan ASI bagi bayi tidak dibatasi, kapan bayi mau menyusui harus diberikan (Afi, 2015). Pada bayi sehat :

Kalori bayi usia 0-3 bulan : 116 kkal/kg dari berat badan perhari. Kalori bayi usia 3-12 bulan : 100 kkal/kg dari berat badan perhari.

Berikut ini daftar standar kebutuhan gizi bayi untuk memenuhi angka kecukupan kalori tersebut:

1. Karbohidrat yang diperlukan tubuh bayi berkisar antara 40% dari kebutuhan kalori tadi.

2. Protein yang diperlukan sebesar 10% dari jumlah kebutuhan kalori bayi per hari.

(72)

usia 7 sampai 12 bulan terhadap vitamin dan mineral yang direkomendasikan oleh

The George Mateljan Foundation for The World’s Healthiest Foods :

1. Vitamin D : 5 mg 2. Vitamin E : 5 mg 3. Vitamin K : 2,5 mg 4. Vitamin B6 : 0,3 mg 5. Folat : 80 mg 6. Vitamin B12 : 0,5 mg 7. Kolin : 150 mg 8. Vitamin C :50 mg 9. Kalsium : 570 mg 10. Fosfor : 275 mg 11. Magnesium : 75 mg 12. Zat besi : 11 mg

13. Zinc : 3 mg (Afi, 2015).

2.3 Pola Konsumsi Ibu Menyusui

(73)

psikologis, budaya dan social. Sedangkan menurut Khanifah (2010), pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai frekuensi, jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu.

Pola makan di Indonesia rata-rata susunan hidangannya meliputi: bahan makanan pokok, bahan makanan lauk pauk, bahan makanan sayur mayor, bahan makanan buah, serta susu dan telur. Susu dan telur dikelompokkan sendiri karena merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi yang mudah dicerna, protein ini sangat dianjurkan untuk pada kelompok rentan gizi termasuk ibu menyusui.

Secara umum pola makan memiliki 3 komponen penting yaitu jenis, frekuensi dan jumlah. Jenis yang ada dimasyarakat meliputi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati sayur dan buah. Sedangkan frekuensi yang sangat tergantung pada kelompok umur tetapi secara keseluruhan frekuensi yang berlaku adalah 3 kali makan menu utama dan 2 kali makan makanan selingan (Manjilala, 2013).

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, 2009).

(74)

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.

2. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan serap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan rasa bosan, sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan sehat memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi. 2.3.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Konsumsi Ibu Menyusui

Ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumsi ibu selama menyusui yaitu :

1. Pantangan dan Tabu

(75)

ancaman terhadap orang yang melanggarnya. Diketahui bahwa tidak semua makanan pantangan dan tabu itu merugikan bagi kondisi dan lingkungan.

Pantangan atau tabu dapat dikategorikan; tabu yang jelas merugikan kondisi gizi dan kesehatan sebaiknya dikurangi atau dihapuskan misalnya bagi ibu menyusui tidak boleh makan ikan laut karena ASInya akan menjadi amis, tabu yang memang menguntungkan bagi keadaan gizi dan kesehatan diusahakan untuk memperkuat dan melestarikan serta tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kondisi dan kesehatan sebaiknya dihilangkan.

2. Nilai Sosial Bahan Pangan dan Makanan

Dalam masyarakat berbagai jenis makanan dan bahan makanan itu mempunyai nilai sosial tertentu, karena itu masyarakat akan mengonsumsibahan makanan yang mempunyai nilai social yang dianggap sesuai dengan tingkat naluri pangan yang terdapat pada masyarakat. Tetapi sering nilai social ini tidak dengan gizi makanan. Makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi diberi nilai sosila yang rendah atau sebaliknya, misalnya beras pecah kulit mempunyai nilai gizi tinggi, tetapi dianggap mempunyai nilai social lebih rendah dengan beras giling sempurna.

3. Sosial Ekonomi Keluarga

(76)

keluarganya, sehingga anggota keluarganya menjadi rawan masalah gizi. Golongan ibu menyusui merupakan kelompok sangat rawan terhadap masalah kekurangan gizi (Yuli, 2006).

Meskipun suatu keluarga memiliki pendapatan yang cukup atau kemampuan ekonomi yang memadai, tidak serta-merta akan menjamin pemenuhan kebutuhan gizi suatu keluarga. Tidak sedikit masalah gizi ditemukan pada anggota keluarga yang mapan secara ekonomi. Keluarga yang memiliki finansial yang cukup tanpa dibarengi dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang memadai memiliki risiko untuk menderita masalah gizi. Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu menyusui memiliki peran yang penting dalam praktek pemilihan, pengolahan dan pengaturan makanan ibu sehari-hari (Nadimin, 2010).

2.3.2 Anjuran Makanan Seimbang Bagi Ibu Menyusui

Meningkatkan kualitas hidup,setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali tubuh. Kemudian bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi disebut triguna makanan yang terdiri dari makanan sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, kentang, ubi kayu, sagu, roti dan mie.

(77)

Zat pembangun ini berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan seseorang, dan kemudian makanan sumberr zat pengatur yaitu semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk memperlancar bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

Ibu yang menyusui makanan harus lebih banyak dalam porsi dan dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui. Syarat makanan untuk ibu menyusui yaitu :

1. Makanan mudah dicerna 2. Tidak belemak banyak

3. Tidak terlalu merangsang (pedas, asam, dll) 4. Pengaturan porsi kecil tapi sering

5. Cukup cairan, 6-8 gelas per hari (Khanifah, 2010). 2.3.3 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Asupan makanan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Menilai status gizi dapat dilakukan penilaian konsumsi makanan di masyarakat.

Beberapa cara untuk mendapatkan data konsumsi masyarakat adalah sebagai berikut:

1.Food recall 24 jam

Gambar

Gambar 3.1 Cara Pemilihan Sampel
Tabel 3.1 Batas Normal kadar Hb berdasarkan umur menurut WHO Kategori Umur Hemoglobin (g/dl)
Tabel 3.2 Angka Kecukupan Gizi Ibu menyusui
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di        Kecamatan Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Untuk mengetahui dan mengkaji implementasi fungsi Badan Permusyawaratan Desa Pasal 55 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa Harjokuncaran Kecamatan

Selain pengaruh dari setiap item pada masing- masing variabel, penyebab variabel kebutuhan prestasi, kebutuhan kekuasaan, dan kebutuhan afiliasi secara parsial tidak

• Peringkat 65 di PISA vs Prestasi individual (tren Olympiade Matematika, Fisika,

penelitian yang akan saya lakukan yaitu pada variabel terikat yaitu kecerdasan emosional sedangkan perbedaannya terdapat pada variable bebas yaitu tingkat

Pada hari ini Senin tanggal Dua puluh tiga bulan Mei tahun Dua ribu enam belas , kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja ULPD Kementerian Keuangan Wilayah Kalimantan

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu

Sehubungan dengan hal tersebut agar Saudara/Saudari membawa dokumen atau data asli serta salinannya sesuai dengan persyaratan kualifikasi yang kami tetapkan pada aplikasi

Selain untuk menjadi tolak ukur dalam penerapan sistem, kedua komponen ini juga menjadi elemen penting bagi sistem itu sendiri untuk menghasilkan bentuk penilaian