• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Konsep Program Pembelajaran Bahasa Arab

3. Pola Manajemen Program Pembelajaran di Pondok Pesantren

Pola manajemen Pondok Pesantren yang selama ini dikelola secara

individual dengan nuansa kharismatik dan masih menggunakan pola-pola lama, perlu mempertimbangkan berbagai pesoalan yang muncul sebagai akibat arus globalisasi.

Manajer harus mampu mengoptimalkan lembaga dan sumber daya

manusia serta personalia yang ada. Menurut Shonhadji Sholeh dalam pelaksanaan pengembangan dan peningkatan lembaga, dan Sumber Daya Manusia (SDM), manajer perlu mampertimbangkan faktor-faktor :

a. Faktor internal

Faktor internal mencakup keseluruhan kehidupan pondok pesantren yang dapat dikendalikan oleh manajer/pimpinan, yang meliputi: Visi pondok pesantren, Misi Pondok Pesantren, Tujuan yang ingin dicapai Pondok Pesantren, Perencanaan yang baik, serta implementasi pelaksanaan system program yang tepat dan Strategi yang tepat dalam pencapaian visi, misi, tujuan dengan berbagai alternative yang ada.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan sekitar dimana pondokpesantren berdiri, yang meliputi: Kebijakan pemerintah dari tingkatpusat sampai tingkat daerah, Sosio cultural masyarakat, karena

Pondok Pesantren didirikan untuk kepentingan masyarakat,

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sehingga Pondok Pesantren harus mampu mengikuti dan dapat memilih iptek yang tepat untuk Pondok Pesantrennya

Dengan demikian, seorang manajer (Kyai) sebuah lembaga Pondok Pesantren harus bisa merencanakan, mengelola, memberi pelayanan dan membangun kerjasama yang baik dengan masyarakat, terlebih-lebih wali santri agar bisa mendidik santri-santri yang berkualitas.

Pola manajemen pembelajaran yang terdapat di Pondok Pesantren

pada umumnya masih berbentuk pembelajaran klasikal dan

menggunakan bentuk pembelajaran modern, dengan penerapan beberapa metode pembelajaran yang diantaranya :

1. Metode Sorogan.

Sorogan, berasal dari kata Sorog (Bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau Ustadz/Ustadzah. Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitikberatkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (Individual), diabawah bimbingan seorang kyai atau Ustadz/Ustadzah.

2. Metode Wetonan/bandongan.

Weton/Bandongan, istilah Weton ini berasal dari kata Wektu

(Bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut di berikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu seblum/sesudah melakukan sholat fardlu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai atau Ustdz/Ustadzah yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyiak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya.

Apabila di Jawa Barat, istilah weton ini di sebut dengan

Bandongan, yang merupakan cara penyampaian kitab kuning di mana

seorang kyai atau Ustadz/Ustadzah membacakan dan menjelaskan isi kitab kuning, sementara santri, mendengarkan, memberi mkna dan menerima.

3. Metode Halaqoh

Halaqoh, yang arti bahasanya lingkaran murid atau sekelompok

santri yang belajar di bawah bimbingan seorang Kyai atau Ustadz/Ustadzah, atau belajar bersama dalam satu tempat. Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topic atau masalah tertentuyang ada dalam kitab kuning, dimana, kyai atau ustadz/ustadzah bertindak sebagai “Moderator“. Metode ini bertujuan agar santri aktif dalam belajar. Melalui metode ini, akan tumbuh dan berkembang pemikiranpemikiran kritis, analitis dan logis. 4. Metode Hafalan atau Tahfidz

Metode hafalan yang diterapkan di Pesantren-Pesantren, umumnya dipakai untuk kitab-kitab tertentu, misalnya Alfiyah Ibnu Malik, atau juga sering dipakai untuk menghafal Al-Qur’an, baik suratsuratpendek maupun secara keseluruhan. Biasanya santri diberitugas untuk menghafal bebrapa bait dari kitab Alfiyah, atau ayat ayat Al-Qur’an, dan setelah beberapa hari baru dibacakan di depan kyai atau ustadz/ustadzah.

5. Metode Hiwar/Musyawaroh

Metode hiwar atau disebut juga dengan istilah musyawarah, dilaksanakan dalam rangka pendalan materi atau pengayaan materi-materi yang sudah dikaji santri, yang biasanya antara santri dan kyai atau Ustadz/Ustadzah, terlibat dalam sebuah forum perdebatan untuk

memecahkan masalah yang ada dalam kitab atau yang sedang terjadi saat ini, dan menjadi bahan perbincangan.

6. Metode Bahtsul Masa’il (Mudzakaroh).

Metode bahtsul masa’il atau dalam istilah lain mudzakaroh merupakn pertemuan ilmiah, yang membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah, dan masalah agama pada umumnya, yang mana pesertanya yaitu para Kyai atau Ustadz/Ustadzah dan para santri yang sudah senior. Metode ini dapat dibedakan jadi dua macam yaitu : a) Mudzakaroh yang diadakan sesama kyai atau para Ustadz/Ustadzah.

Tujuanya untuk memecahkan sesuatumasalah agama dan kemasyarakatan yang timbul atau sekedaruntuk memperdalam pengetahuan agama.

b) Mudzakaroh yang diadakan sesama santri senior.

Metode inibiasanya dibimbing oleh Kyai atau

Ustadz/Ustadzah. Tujuannya untuk melatih para santri dalam memecahkan masalah dengan menggunakan rujukan-rujukan yang jelasdan melatih cara berargumentasi dengan menggunakan nalaryang lurus.

7. Metode Fathul Kutub.

Metode fathul kutub biasanya dilaksanakan untuk santri-santri yang sudah senior yang sudah akan menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren. Kegiatan ini merupakan kegiatan latihan membaca kitab, sebagai wahana menguji kemampuan mereka, dengan

diberi tugas membahas persoalan-persoalan tertentu dalam akidah, fiqih, hadits, tafsir, tasawwuf, dan lain-lain, serta kemudian membuat dan meyerahkan laporan tertulis mengenai hasil kajiannya kepada Kyai

atau ustadz/ustadzah pembimbing. Termasuk dalam kegiatan ini adalah Fath al-Mu’jam, yaitu latihan dan ujian membuka kamus berbahasa Arab untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan berbahasa Arab santri, terutama dalam menelusuri dan mencari makna kosa kata.

8. Metode Muqoronah

Metode muqoronah adalah sebuah metode yang terfokus pada kegiatan perbandingan, baik perbandingan materi, paham (Madzhab), metode, maupun perbandingan kitab. Metode Muqoronah kemudian berkembang pada perbandingan ajaran-ajaran agama. Untuk perbandingan materi keagamaan yang biasanya berkembang di bangku Perguruan Tinggi , contohnya Pondok Pesantren Ma’had Ali dikenal dengan istilah Muqoronatul Adyan. Sedangkan perbandingan paham atau aliran dikenal dengan istilah Perbandingan Madzhab (Muqoronatul Madzabi)

9. Metode Muhawaroh/Muhadatsah

Metode ini merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa arab. Aktivitas ini biasanya diwajibkan oleh pondok pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di Pondok

Pesantren. Para santri diwajibkan untuk bercakap-cakap dengan sesama santri, bercakap-cakap dengan Ustadz/Ustadzah maupun kyai dengan menggunakan Bahasa Arab pada waktu-waktu tertentu. Kepada santri diberikan perbendaharaan kata-kata (Kosa Kata) yang sering dipergunakan sedikit demi sedikit sehingga mencapai target yang telah ditentukan untuk jangka waktu tertentu. Setelah para santri telah menguasai banyak kosa kata, kepada mereka diwajibkan untuk menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

Di beberapa Pesantren, bahasa asing yang dipergunakan sebagai alat komunikasi untuk para santri, tidak hanya menggunakan bahasa arab, tetapi juga bahasa inggris. Sehingga percakapan sehari-hari yang dipergunakan santri adalah Bahasa Arab dan bahasa inggris. Beberapa pondok pesantren lain, latihan Muhawaroh atau

Muhadatsah ini tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu

kali atau dua kali dalam seminggu dan digabungkan dengan latihan Pidato (Muhadlaroh/Khitabah). Metode ini bukan merupakan pelajaran pokok, hanyalah pelajaran tambahan/ekstra kurikuler (Complementer), dan juga merupakan salah satu ciri khas Pondok Pesantren Modern.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengasuh pondokpesantren dan Ustadz/Ustadzah, harus bisa memperhatikan beberapaaspek dalam menjalankan dan mengelola Pondok Pesantren, Yaitu :

a) Perencanaan dan evaluasi kurikulum pondok pesantren. b) Pengelolaan dan pengembangan kurikulum.

c) Pengelolaan dan pengembangan proses belajar mengajar.\ d) Pengelolaan ketenagaan.

e) Pengelolaan media dan sumber belajar. f) Pengelolaan keuangan.

g) Pelayanan terhadap santri.

h) Hubungan dengan masyarakat dan wali santri i) Pengelolaan iklim pondok pesantren.