• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.3. Penyajian dan Analisis Data

4.3.3. Pola Media Parenting Ibu Rumah

Media Parenting dapat diwujudkan melalui cara-cara yang bisa dilakukan ibu rumah tangga dalam mendampingi anaknya saat berdampingan dengan media. Interaksi anak dengan orang tua, anak cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi beberapa perbedaan dalam pendampingan media. Disatu sisi orang tua harus bisa menentukan pendampingan media yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak menjadi seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya (Wahyuning dkk, 2003 : 126).

Dalam mendampingi putra - putrinya menonton televisi, para informan memiliki pola pendampingan yang berbeda - beda. Seperti saat peneliti tanya apakah mereka mengarahkan putra - putrinya saat mendampingi anak menonton televisi, dan berikut tanggapan mereka :

Infor man 1 : Sri Wahyuni, 34 Tahun

"Nggak mas anak - anak nggak pernah nanya... lagian yang kita tonton kan acara humor kayak OVJ atau YKS itu kan acara humor kayaknya nggak perlu diterangkan anak anak juga pasti tau sendiri lah mas."

Infor man 2 : Siti Chotimah, 28 Tahun

"Ya paling dia nanya trus nanti saya jawab. Kan anak nanya ibu menjawab hehheee... Soalnya Naura ini ceriwis mas, nanya terus, lagian anak

sekarang kan kritik - kritis mas. Makanya saya kadang juga khawatir jadi pinter - pinter kita orang tuanya ngarahin aja, ngasi penjelasan, motivasi, kayak lihat di TV ada orang kaya sukses gitu saya bilang "makanya Naura kudu belajar yang pinter biar nanti bisa beli mobil" gitu mas atau liat adegan bertengkar gitu ya saya bilang itu nggak baik, trus kalau ada adegan marah marah ya saya jelasin kalau orang marah pasti ada sebabnya, sama kalau mama marah kan itu berarti Naura nakal, kan nggak mungkin mama marah kalau Naura nggak nakal, gitu mas."

Infor man 3 : Ari Widiar ti, 26 Tahun

"Nggak mas, dia kalau nonton tv ya diem aja tapi kadang ya dia nanya kalau dia nggak tau gambarnya itu apa, kalau ada gajah ya saya bilang gajah kalau ada monyet ya monyet."

Infor man 4 : Sher ly, 30 Tahun

"Ya dia nanya ya saya arahin.... Tapi seringnya ya saya ngasih tau juga...nyeritain apa yang dia lihat jadi kayak di laptop si unyil kunjungan kemana gitu ya kayak manfaat susu itu apa.. kenapa Kayla harus minum susu saya jelasin mas."

Infor man 5 : Retno Fitr ia, 22 Tahun

"Nggak mas, ya udah dia diem aja. Kalau saya sama bapaknya nonton tv gitu ya dia ikut tapi dia diem aja. Kalau dia nggak suka dia sibuk aja mainan game di tab, tapi ya paling dia nanya itu kenapa gitu gitu sih."

Dari tanggapan kelima informan dapat kita lihat bahwa hampir semua informan tidak memberikan arahan kepada putra - putrinya saat menonton televisi bersama. Ketiga informan yaitu ibu Ari Widiarti dan ibu Retno Fitria lebih pasif, dan tidak memberikan arahan maupun penjelasan saat menonton televisi bersama anaknya. Ketiga informan mengaku hanya diam dan hanya menjawab singkat dari apa yang ditanyakan anaknya. Dengan membiarkan dan tidak memberikan arahan maupun penjelasan saat menonton televisi bersama anaknya. Anak - anak akan menginterpretasikan isi pesan tayangan acara televisi sesuai dengan fantasi dan imajinasinya karna daya filterisasi mereka terhadap pesan tayangan acara televisi yang belum benar - benar baik (Siti Aisyah,dkk 2010 : 1.4-1.9). Sementara pengalaman anak - anak masih sedikit dan belum memiliki daya kritis yang tinggi. Jika peran orang tua hanya mendampingi saja tanpa memberikan arahan maka sangat besar kemungkinan anak terkena dampak tayangan acara televisi baik positif maupun negarif.

Berbeda dari ketiga informan yang lain, tanggapan ibu Sherly dan ibu Siti Chotimah melakukan penjelasan dan arahan kepada anaknya sekalipun terkadang harus putra - putrinya yang bertanya terlebih dulu tentang isi, makna pesan dari tayangan acara televisi. Selain melakukan pendampingan dengan cara memberikan penjelasan tentang makna pesan yang ditanyakan televisi baik dalam bentuk positif ataupun negatif keduanya juga melakukan penerapan aturan - aturan.

Ibu Sherly mengatakan sangat membatasi tayangan yang di tonton putra - putrinya. Tayangan yang diperbolehkan dit tonton hanya acara kartun, dan tayangan program acara khusus anak-anak yang mengandung unsur edukatif seperti program acaralaptop si unyil, si Otan, si Dolpin, dunia binatang dan national geographic. Untuk mengantisipasi dampak negatif tayangan acara televisi, ibu Sherly melarang putra - putrinya menonton tayangan sinetron dalam segmen apapun (Sinetron anak - anak, Sinetron remaja, Sinetron dewasa). Ibu Sherly menganggap tayangan sinetron kurang memiliki manfaat dan tidak mendidik bagi tumbuh kembang anak - anak.

Infor man 4 : Sher ly, 30 Tahun

"Kalau film, sinetron buat anak - anak sih sekarang ini saya lihat kurang mendidik ya... terlalu menjanjikan kemewahan, gaya hidup yang wah, trus apa ya... kayaknya memang sih pemainnya banyak anak kecil tapi jalan ceritanya nggak sesuai dengan umur."

Sekalipun orang tua memberi ketegasan pada anak, namun anak tetap saja melanggar. Ibu Sherly mengaku, putrinya pernah melanggar aturan yang telah ditetapkan yaitu dengan nonton sinetron secara diam - diam. Sebagai konsekuensinya secara tegas anak diberikan pilihan mengganti channel atau mematikan televisi.

Infor man 4 : Shery, 30 Tahun

"Iya pernah dia sampe nangis ngambeg tapi ya biyarin ntar kalau dia capek kan diem - diem sendiri."

Sama dengan yang dilakukan Ibu Sherly, Ibu Siti Chotimah juga melakukan interaksi melalui tanya jawab dengan putrinya saat nonton televisi bersama anaknya. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, diantaranya yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, suka berfantasi dan berimajinasi, yang membuat anak memiliki potensi besar untuk belajar (Siti Aisyah,dkk 2010 : 1.4 - 1.9).

Rasa ingin tau yang besar membuat anak lebih kritis melihat apa yang terjadi dengan mengintepretasikan segala sesuuatunya melalui fantasi dan imajinasi. Hal inilah di khawatirkan ibu Siti Chotimah saat melihat putrinya menonton acara yang mengadegankan pertengkaran. menyadari putrinya suka dengan tayangan acara yang bersifat dramatik Ibu Siti Chotimah memberi arahan dengan cara memberikan penjelasan dan motivasi secara positif kepada anak dari poin pesan tayangan yang ditonton. Meskipun sama dengan ibu Sherly yang memberikan ketegasan dalam mengatur anak menonton televisi. Namun, Ibu Siti juga memberikan ketegasan secara berbeda. Kalau ibu Sherly memberikan batasan pada sisi konten program acara, Ibu Siti Chotimah lebih membatasi pada jam menonton anak. Naura putrinya, hanya diperbolehkan menonton televisi pada jam - jam tertentu, yaitu mulai jam empat sore sampai setengah enam dan setelah ia belajar.

Infor man 2 : Siti Chotimah, 28 Tahun

"Pokoknya dia nonton TV jam 4 sampai maghrib terus malam habis belajar."

Ibu Siti Chotimah mengatakan putrinya tidak pernah melanggar aturan yang ditetapkan karena Ibu Siti dan suaminya selalu memberi ketegasan dalam mengasuh anaknya.

Infor man 2 : Siti Chotimah, 28 Tahun

"Soalnya kan dia takut sama ayahnya, ayahnya itu tegas trus suaranya lantang, jadi dia takut gak berani macem-macem. Waktunya belajar ya belajar, tapi kalau hari libur sih bebas Naura mau ngapain aja mau nonton tv atau apa terserah."

Sikap tegas orang tua sebagai orang terdekat anak memiliki fungsi dan peran besar dalam pembentukan kepribadian anak. Ketegasan dalam memberikan dan menerapkan aturan akan membantu tumbuhnya disiplin dalam diri anak sejak dini. Secara otomatis mental dan karakter anak secara perlahan tebentuk menjadi anak yang terbiasa dengan kedisiplinan.

Sebagian orang tua berada pada Cognitive effects concern, dimana pada posisi ini orang tua yang cenderung berkepentingan dengan efek kognitif media, mereka akan mendiskusikan kandungan program dengan anak - anak mereka. Di lain sisi ada orang tua yang lebih cenderung pada Behavioral effects concern,

dalam hal ini orangtua cenderung memediasi dan memfokuskan kontrol mereka dengan cara membatasi kapan dan jenis program yang ditonton (Ableman, 1990).

Dari pola pendampingan anak menonton televisi (media parenting) yang dilakukan para informan, bisa disimpulkan ada tiga pola pendampingan Ibu rumah tangga terhadap anak dalam menonton televisi. Sama seperti yang dingkap Nathnson ( dalam Armando 2010 : 165 ), antara lain :

a. Active, artinya orang tua melakukan komunikasi dengan anak

sesering mungkin untuk memberi penjelasan tentang keuntungan dan kerugian dalam penggunaan media televisi.

b. Reskritif, orang tua membuat aturan-aturan sebagai pedoman anak

dalam menonton program televisi. Contoh : orang tua menentukan program-program televisi yang boleh ditonton. Di samping itu juga, orang tua menentukan jam ideal untuk menonton anaknya dan lamanya anak dalam menikmati media televisi. Bila perlu orang juga memberikan sanksi bagi anak yang melanggar ketentuan yang ada agar anak mematuhinya.

c. Conviewing, orang tua menonton televisi bersama anak tetapi tidak

berusaha untuk memberi komentar positif atau negatif secara sungguh-sungguh dalam memahami pesan isi media televisi.

Dokumen terkait