• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

5.3 Karakteristik Petani Resp

6.1.4 Pola Saluran Pemasaran IV

Pola saluran pemasaran IV digunakan oleh 2 orang petani responden atau sebesar 3,01 persen. Pola saluran pemasaran ini digunakan oleh petani yang memiliki skala usaha kecil dengan luas lahan kurang dari 0,25 hektar. Melalui pola saluran pemasaran ini, petani dapat memasarkan 3.400 kilogram bawang merah. Karena petani tersebut hanya menghasilkan sedikit hasil panen, maka petani lebih memilih untuk memasarkan hasil panennya di pasar lokal dengan menjual hasil panennya ke pedagang pengecer yang memiliki kios di Pasar Bawang Klampok. Hal ini dilakukan petani untuk mempermudah memasarkan hasil panennya yang berjumlah kecil. Sistem penentuan harga antara petani dengan pedagang pengecer pada saluran ini adalah dengan sistem tawar menawar hingga mencapai kesepakatan harga. Baik petani dan pedagang pengecer mendapatkan informasi harga dari harga yang berlaku di pasar.

6.2. Fungsi Lembaga Pemasaran

Setiap lembaga pemasaran yang berkontribusi dalam pemasaran bawang merah hingga ke tangan konsumen memiliki fungsi-fungsi yang berbeda. Fungsi lembaga pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, dapat dilihat di Tabel 11.

Tabel 9 Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran bawang Merah di Kelurahan Brebes Saluran dan Lembaga Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Penju alan Pembe lian Pengang kutan Penyim panan Pengol ahan Standa risasi, Grading Penang gungan Risiko Pembi ayaan Info Pasar

Pola Saluran Pemasaran I

− Petani D - - - - - D D D

− P. Pengumpul D  D  D D - - D  D  D

− P. Pengirim D  D  - D  - - D  D  D 

− P. Besar D  D  D  D  D  D  D  D  D 

− P. Pengecer4 D D D D - - D D D

Pola Saluran Pemasaran II

− Petani D - - - - - D  D  D

− P. Pengumpul D  D  D D D - D  D  D

− P. Pengirim D  D  - D - - D  D  D

− P. Besar D  D  D D - D D  D  D

− P. Pengecer5 D D D D - - D D D

Pola Saluran Pemasaran III

− Petani D  - D D D - D  D  D

− P. Besar D  D  - D - D D  D  D

− P. Pengecer D  D  D D - - D  D  D

Pola Saluran Pemasaran IV

− Petani D  - D D D - D  D  D

− P. Pengecer D  D  D D - D D  D  D

Sumber : Data Primer diolah, 2011

Keterangan : D Melakukan fungsi pemasaran - Tidak melakukan fungsi pemasaran

1. Petani

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh sebagian besar petani responden hanyalah fungsi pertukaran berupa penjualan dan fungsi fasilitas berupa fungsi, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan

4

Data diperoleh dari hasil wawancara melalui telepon dengan Bapak Indra Wijaya pada tanggal 25 Februari 2011

5

Data diperoleh dari hasil wawancara melalui telepon dengan Bapak Alam pada tanggal 28 Februari 2011

dan fungsi informasi pasar. Hal tersebut  karena sebagian besar petani responden yaitu petani responden pada saluran pemasaran I dan II menjual hasil panennya dengan cara tebasan atau cabutan. Sistem penjualan dengan cara tebasan atau cabutan merupakan sistem penjualan dimana petani menjual hasil panennya sebelum melakukan kegiatan pemanenan. Dalam sistem penjualan ini petani tidak melakukan fungsi fisik seperti fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan dan fungsi penyimpanan serta kegiatan pasca panen lainnya. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan oleh pedagang pengumpul yang membeli hasil panen petani.

Dari 30 orang petani responden, sebanyak 25 orang petani responden melakukan penjualan hasil panennya dengan sistem tebasan, yaitu petani pada pola saluran pemasaran I dan II. Bagi petani yang menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul dengan sistem tebasan atau cabutan, dalam penentuan harga petani melakukan kegiatan tawar menawar harga dengan pedagang pengumpul hingga tercapai harga yang disepakati oleh kedua belah pihak. Kegiatan tawar menawar harga bawang merah ini dilakukan oleh petani dan pedagang pengumpul ketika tanaman bawang merah mendekati masa panen. Pedagang pengumpul yang akan membeli bawang merah hasil panen petani akan mendatangi petani untuk meminta persetujuan pembelian. Setelah petani menyetujui sistem pembelian yang diajukan oleh pedagang pengumpul, maka pedagang pengumpul akan mendatangi lahan petani untuk memperkirakan jumlah bawang merah yang akan dipanen oleh petani.

Dalam melakukan perkiraan, selain melihat kondisi tanaman dan melakukan pengambilan sampel pada beberapa tanaman bawang, pedagang pengumpul membutuhkan data-data hasil panen petani pada periode tanam sebelumnya. Biasanya jumlah produksi yang diperkirakan oleh pedagang pengumpul lebih rendah dari hasil sebenarnya, namun sering pula jumlah produksi lebih sedikit dari jumlah yang diperkirakan oleh pedagang pengumpul. Dalam kasus tersebut petani akan diuntungkan karena menerima hasil pembayaran yang lebih tinggi dari pedagang

pengumpul. Setelah melakukan perkiraan, pedagang pengumpul akan melakukan tawar menawar harga dengan petani hingga tercapai harga kesepakatan. Untuk lahan seluas 0,5 hektar, pedagang pengumpul memperkirakan bawang merah yang dihasilkan sebanyak 4.000 kilogram. Harga kesepakatan yang dicapai dari kegiatan tawar menawar tersebut adalah Rp 39.200,000. Setelah tercapai kesepakatan, pedagang pengumpul akan membayar uang muka kepada petani sebesar Rp 2.000,000.

Sebagian besar petani memilih menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul agar tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan fungsi fisik dan kegiatan pasca panen lainnya. Seluruh kegiatan pasca panen, fungsi pengolahan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan akan dilakukan oleh pedagang pengumpul hingga bawang merah siap diangkut ke gudang penyimpanan pedagang pengumpul. Semua biaya panen dan kegiatan pasca panen lainnya hingga fungsi fisik ditanggung oleh pedagang pengumpul.

Harga jual bawang merah dengan sistem tebasan atau cabutan akan lebih rendah dari harga jual bawang merah langsung ke pedagang besar, hal itu disebabkan oleh banyaknya biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pedagang pengumpul seperti biaya pekerja pemanenan, biaya penanganan pasca panen, biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya penyimpanan dan biaya penyusutan bobot bawang merah. Jika petani melakukan sendiri kegiatan pemanenan, maka petani yang menanggung sendiri biaya-biaya tersebut.

Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan petani adalah fungsi penanggungan risiko gagal panen akibat bencana alam dan hama, penanggungan risiko jika harga yang dibayarkan pedagang pengumpul jauh lebih rendah daripada harga yang terjadi di pasar, serta penanggungan risiko jika harga jual bawang merah lebih rendah daripada biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman bawang merah.

Sebanyak 5 orang petani responden atau sebesar 16,67 persen melakukan kegiatan panen, pasca panen dan fungsi pertukaran berupa

penjualan serta fungsi fisik lainnya seperti fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan dan fungsi penyimpanan. Petani responden yang melakukan fungsi tersebut adalah petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang besar lokal yaitu petani responden yang menggunakan pola saluran pemasaran III dan petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang pengecer lokal yaitu petani responden yang menggunakan pola saluran pemasaran IV.

Setelah waktu panen tiba, petani yang melakukan kegiatan panen dan pasca panennya, membayar pekerja untuk melakukan kegiatan pemanenan di lahan miliknya. Proses pemanenan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mencabut umbi bawang dengan tangan dari dalam tanah. Setelah umbi dipanen, maka akan dilakukan kegiatan pengikatan dan pembersihan. Pembersihan umbi dilakukan bersamaan dengan proses pengikatan daun dari beberapa rumpun tanaman bawang merah. Proses pembersihan bawang merah dilakukan dengan cara menggerak-gerakkan ikatan hingga tanah yang menempel pada umbi berjatuhan.

Setelah dibersihkan, bawang merah yang telah diikat dijemur di lahan-lahan bekas penanaman hingga kering. Setelah kering, bawang merah dibersihkan dari daun-daun yang melekat dan kemudian dikemas ke dalam karung yang anyamannya jarang, untuk selanjutnya dibawa ke gudang penyimpanan milik petani dengan menggunakan mobil pick up dengan kapasitas 2 ton untuk satu kali angkut.

Dalam melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, petani responden pada pola saluran pemasaran III menawarkan hasil panennya kepada pedagang besar lokal yang ada di Kelurahan Brebes. Bila pedagang besar lokal setuju untuk membeli bawang merah yang ditawarkan oleh petani, maka pedagang besar lokal dan petani akan tawar menawar mengenai harga jual dan harga beli bawang merah milik petani hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah harga kesepakatan tercapai dan pedagang besar membayar bawang merah yang telah dibeli, maka petani akan mengangkut bawang merah ke gudang milik pedagang besar.

Pada pola saluran pemasaran IV, dalam melakukan fungsi penjualan petani responden menawarkan hasil panennya kepada pedagang pengecer. Jika pedagang pengecer setuju untuk membeli hasil panen petani, pedagang pengecer dan petani akan melakukan tawar menawar harga hingga tercapai harga kesepakatan.

Pada pola saluran pemasaran I, petani menjual bawang merah ke pedagang pengumpul dengan harga Rp 9.800 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II petani juga menjual bawang merah ke pedagang pengumpul Rp 9.800 per kilogram, sedangkan pada pola saluran pemasaran III petani menjual hasil panennya ke pedagang besar lokal dengan harga sebesar Rp 10.300 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran IV petani menjual hasil panennya ke pedagang pengecer lokal dengan harga Rp 10.850 per kilogram.

Dengan demikian petani yang menjual hasil panennya dengan sistem tebasan seperti pada saluran pemasaran I dan II hanya melakukan fungsi pertukaran, yaitu kegiatan penjualan dan fungsi fasilitas berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Sedangkan petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang besar lokal seperti pada saluran pemasaran III dan ke pedagang pengecer lokal seperti pada pola saluran pemasaran IV melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani sama dengan petani pada saluran pemasaran I dan II yaitu fungsi penjualan. Fungsi fisik yang dilakukan oleh petani meliputi fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengolahan. Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.

2. Pedagang Pengumpul

Dalam melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian, pedagang pengumpul pada pola saluran pemasaran I dan II mendatangi petani yang memiliki tanaman bawang merah mendekati masa panen untuk melakukan negosiasi mengenai sistem pembelian yang akan

dilakukannya. Setelah mencapai kesepakatan mengenai sistem pembelian yang akan dilakukan, kemudian pedagang pengumpul mendatangi lahan petani untuk memperkirakan berapa hasil panen yang akan diperoleh petani pada musim panen tersebut. Perkiraan hasil yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dilakukan dengan cara melihat data hasil panen pada musim tanam sebelumnya dan melihat kondisi umbi bawang dengan mengambil sampel pada beberapa tanaman bawang merah untuk dapat memperkirakan hasil yang diperoleh dari keseluruhan luas lahan milik petani. Setelah perkiraan ditentukan oleh pedagang pengumpul akan kembali melakukan tawar menawar dengan petani mengenai harga yang akan dibayarkan, hingga tercapai harga kesepakatan.

Setelah waktu panen tiba, pedagang pengumpul yang telah membeli bawang merah petani dengan sistem tebasan atau cabutan akan datang ke lahan petani untuk melakukan pemanenan, dengan membawa 7 orang pekerja pemanenan untuk mengerjakan pemanenan di lahan seluas 0,5 hektar. Pemanenan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara pencabutan umbi bawang dengan tangan dari dalam tanah. Setelah umbi dipanen, maka akan dilakukan kegiatan pengikatan dan pembersihan. Pembersihan umbi dilakukan bersamaan dengan proses pengikatan daun dari beberapa rumpun tanaman bawang merah. Proses pembersihan bawang merah dilakukan dengan cara menggerak-gerakkan ikatan hingga tanah yang menempel pada umbi berjatuhan.

Setelah dibersihkan, kemudian bawang merah yang telah diikat dikeringkan dengan cara dijemur. Proses penjemuran dilakukan di lahan bekas penanaman. Proses penjemuran dilakukan selama satu hari di lahan bekas penanaman, dan sisanya yaitu selama kurang lebih dua hari dilakukan di halaman gudang milik pedagang pengumpul. Setelah dijemur bawang merah dibawa ke gudang penyimpanan milik pedagang pengumpul dengan menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram untuk satu kali pengangkutan.

Kegiatan sortasi dilakukan setelah bawang merah kering. Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi bawang merah yang baik dengan yang

cacat, busuk, terkena hama penyakit atau kerusakan lainnya. Untuk pedagang pengumpul pada saluran pemasaran II, setelah dilakukan sortasi bawang merah kemudian dibersihkan dari daun-daun yang melekat. Untuk kegiatan pembersihan dilakukan oleh 5 orang tenaga kerja dengan upah Rp 13.000 per karung berkapasitas 50 kg.

Selanjutnya dilakukan kegiatan pengemasan untuk memudahkan dalam penyimpanan bawang merah di gudang penyimpanan, penimbangan dan pengangkutan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung yang anyamannya jarang, agar sirkulasi udara tetap terjaga dan mencegah bawang merah busuk. Setelah dikemas dan ditimbang, kemudian bawang merah disimpan di gudang milik pedagang pengumpul.

Dalam melakukan fungsi penjualan, pedagang pengumpul menunggu pesanan dari pedagang pengirim. Untuk dapat memenuhi pesanan pedagang pengirim yang berjumlah besar, pedagang pengumpul bekerjasama dengan beberapa petani. Setelah pedagang pengirim mengajukan pesanan dan pedagang pengumpul menyatakan sanggup untuk memenuhi pesanan bawang merah pedagang pengirim, maka pedagang pengumpul dan pedagang pengirim akan melakukan tawar- menawar mengenai harga yang akan dibayarkan dan waktu pengiriman hingga mencapai kesepakatan. Pada saat waktu pengiriman tiba, pedagang pengumpul mengirimkan bawang merah ke gudang milik pedagang pengirim dengan menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram untuk satu kali pengangkutan.

Pedagang pengumpul memiliki modal yang besar untuk dapat menyimpan bawang merah hasil panen petani. Pada saat harga bawang merah rendah, yaitu ketika musim panen bawang merah pedagang pengumpul akan menyimpan hasil panen petani untuk jangka waktu tertentu hingga harga bawang merah kembali stabil yaitu hingga harga jual bawang merah lebih besar daripada harga yang dibayarkan pedagang pengumpul kepada petani. Hal ini dilakukan pedagang pengumpul untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah penanggungan risiko jika harga jual bawang merah ke pedagang pengirim lebih rendah dari harga beli bawang merah dari petani, risiko kerusakan bawang merah pada saat penyimpanan, risiko penyusutan bawang merah jika disimpan untuk waktu yang relatif lama, dan risiko umbi bawang terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur akibat tempat penyimpanan yang lembab.

Pada pola saluran pemasaran I, bawang merah diual pedagang pengumpul kepada pedagang pengirim dengan harga sebesar Rp 12.500 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II bawang merah dijual pedagang pengumpul kepada pedagang pengirim juga dengan harga sebesar Rp 12.500 per kg.

Dengan demikian pedagang pengumpul pada pola saluran pemasaran I melakukan fungsi pertukaran, yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik yaitu fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan, serta fungsi fasilitas berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Pedagang pengumpul pada pola saluran pemasaran II melakukan fungsi pertukaran, yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik yaitu fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan dan fungsi penyimpanan, serta fungsi fasilitas berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.

3. Pedagang Pengirim

Pedagang pengirim bekerjasama dengan beberapa pedagang pengumpul untuk dapat memenuhi permintaan dari pedagang besar yang berjumlah relatif besar. Dalam melakukan pembelian, pedagang pengirim memesan jumlah yang dibutuhkan pada pedagang pengumpul. Sistem penentuan harga diakukan dengan sistem tawar menawar harga antara pedagang pengirim dengan pedagang pengumpul hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan, pedagang pengumpul mengantarkan bawang merah yang telah dikemas ke dalam karung ke

gudang milik pedagang pengirim dengan menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram untuk satu kali pengangkutan.

Dalam melakukan fungsi penjualan pedagang pengirim menunggu adanya pesanan dari pedagang besar non lokal. Sistem penentuan harga antara pedagang pengirim dengan pedagang besar non lokal baik pada pola saluran pemasaran I maupun pola saluran pemasaran II dilakukan dengan sistem tawar menawar harga hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah harga kesepakatan tercapai, maka pedagang besar akan menentukan waktu pengiriman dan mekanisme pengiriman. Sistem pembayaran yang berlaku adalah sistem pembayaran yang disepakati oleh kedua pihak, yaitu dibayar dengan sistem sebagian pada saat bawang merah akan dikirim oleh pedagang pengirim dan sebagian pada saat bawang merah telah tiba di daerah tujuan pengiriman.

Untuk pedagang pengirim pada pola saluran pemasaran I, untuk tetap menjaga kepercayaan pedagang penerima, bawang merah yang telah diterima dari pedagang pengumpul ditimbang kembali dan dihitung jumlah ikatannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman pedagang besar di daerah tujuan pengiriman akibat banyaknya bobot bawang merah yang menyusut selama pengiriman. Setelah ditimbang dan dihitung jumlah ikatannya, bawang merah dikemas ulang ke dalam karung berkapasitas 50 kilogram dan disimpan ke gudang milik pedagang pengirim hingga waktu pengiriman yang disepakati tiba.

Pada saat waktu pengiriman yang telah disepakati tiba, bawang merah dimasukkan ke dalam truk-truk pengangkut yang telah dikirimkan oleh pedagang besar non lokal. Untuk menaikkan bawang merah ke dalam truk, pedagang pengirim mempekerjakan satu orang pekerja pengangkutan untuk satu buah truk yang berkapasitas 7.000 kilogram bawang merah.

Untuk pengiriman ke wilayah Sumatra, pedagang pengirim memberlakukan sistem pemberian bonus sebagai pengganti bawang merah yang menyusut selama perjalanan, yaitu 6 kilogram untuk setiap 100 kilogram bawang merah yang dikirim. Selain itu, untuk memastikan jumlah ikatan bawang merah yang dikirim sama dengan jumlah ikatan

bawang merah yang sampai di daerah tujuan pengiriman, pedagang pengirim mempekerjakan satu orang yang bertugas melakukan pencatatan untuk satu buah truk. Lama pengiriman untuk daerah Sumatera seperti Palembang dan Jambi, berkisar antara 2 hingga 3 hari, sedangkan pengiriman untuk daerah di Jawa Barat seperti Cirebon, dan Majalengka seperti pada pola saluranpemasaran II berkisar antara 4 hingga 5 jam.

Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang pengirim adalah penanggungan risiko penyusutan bawang merah yang terjadi selama perjalanan dan risiko kerusakan dan penyakit bawang merah selama masa penyimpanan.

Pada pola saluran pemasaran I, bawang merah diual pedagang pengirim kepada pedagang besar non lokal (Sumatra) dengan harga sebesar Rp 13.500 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II bawang merah dijual pedagang pengirim kepada pedagang besar non lokal (Jawa) juga dengan harga sebesar Rp 13.500 per kg.

Dengan demikian fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengirim pada saluran pemasaran I dan II adalah fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik berupa fungsi penyimpanan serta fungsi fasilitas berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.

4. Pedagang Besar

Dalam melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian, pedagang besar bekerjasama dengan satu orang pedagang pengirim yang berlokasi di Kelurahan Brebes. Dalam kegiatan pembelian, pedagang besar memesan jumlah yang dibutuhkan pada pedagang pengirim. Sistem penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar harga dan pemberian bonus antara pedagang besar dengan pedagang pengirim hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan dan waktu pengiriman telah ditentukan, maka pedagang besar akan akan menyiapkan truk-truk pengangkut untuk dikirim ke gudang milik pedagang pengirim. Truk yang dikirim berkapasitas 7.000 kilogram bawang merah, dilengkapi

dengan penutup berupa terpal untuk menghindari kerusakan bawang merah akibat terkena air hujan.

Untuk pengiriman ke daerah Sumatra seperti Palembang dan Jambi, seperti pada pola saluran pemasaran I truk diberangkatkan pada sore hari. Sedangkan untuk pengiriman ke daerah di Jawa Barat seperti Cirebon dan Majalengka, seperti pada pola saluran pemasaran II truk diberangkatkan pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penyusutan bobot bawang merah akibat terjemur selama perjalanan.

Pada pola saluran pemasaran I, setelah bawang merah sampai di gudang milik pedagang besar non lokal (Sumatra), maka dilakukan pembersihan bawang merah dari daun-daun yang masih melekat, sehingga dihasilkan bawang merah tanpa daun siap jual. Kegiatan pembersihan dilakukan bersamaan dengan kegiatan standarisasi dan grading. Tidak ada ukuran baku untuk standarisasi dan grading bawang merah. Kegiatan standarisasi dan grading hanya dilakukan untuk memisahkan bawang merah berukuran besar dengan bawang merah berukuran kecil berdasarkan penglihatan pekerja. Pembersihan dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja dengan sistem pembayaran Rp 13.000 untuk setiap satu karung bawang merah dengan berat 50 kilogram. Setelah pembersihan selesai, bawang merah kembali ditimbang dan dikemas ke dalam karung untuk kemudian disimpan di gudang milik pedagang besar.

Pada pola saluran pemasaran II, setelah bawang merah sampai di gudang milik pedagang besar non lokal (Jawa), hanya dilakukan kegiatan standarisasi dan grading untuk memisahkan bawang merah yang berukuran besar dengan bawang merah yang berukuran kecil, karena bawang merah yang dikirim sudah dalam bentuk bawang merah tanpa daun. Standarisasi dan grading dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja dengan upah Rp 5.000 untuk setiap karung berkapasitas 50 kg bawang merah.

Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang besar adalah penanggungan risiko adanya kecelakaan selama pengangkutan bawang merah hingga tiba di daerah tujuan, adanya keterlambatan waktu

pengiriman akibat kemacetan yang mengakibatkan penyusutan bobot bawang merah bertambah, dan risiko kerusakan dan penyakit bawang merah selama masa penyimpanan.

Pada pola saluran pemasaran III, dalam kegiatan pembelian, pedagang besar lokal membeli hasil panen dari petani yang sudah dikeringkan dan dibersihkan dari daun yang melekat. Pedagang besar lokal memesan jumlah yang dibutuhkan pada petani. Sistem penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar harga antara pedagang besar lokal dengan petani hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan petani akan mengirimkan bawang merah ke gudang

Dokumen terkait