• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Pola Sebaran dan Intensitas Cahaya Lampu Berpenutup

Fungsi cahaya dalam perikanan tangkap adalah sebagai alat bantu penangkapan ikan. Cahaya merupakan penarik bagi jenis organisma yang memiliki sifat fototaksis positif. Ayodhyoa (1981) menjelaskan bahwa ikan-ikan fototaksis positif akan memberikan respon terhadap rangsang cahaya. Penggunaan

Tabel 2 Spesifikasi konstruksi reflector

No Bagian Reflektor

αr 23,3°

Reflektor αr 32,6°

1 Tinggi pemantul dengan arah penyinaran (Tn) 480 cm 192 cm 2 Tinggi badan lampu dengan reflektor (Tp) 9,25 cm 6,2 cm

3 Sudut bukaan reflektor (αr) 23,3o 32,6o

4 Panjang sisi miring reflektor (R) 50,39 cm 37,1 cm

5 Tinggi reflektor (T) 37 cm 25 cm

6 Diameter bagian luar reflektor (Øb) 74,2 cm 74,2 cm

7 Diameter mulut reflektor (Øk) 40 cm 40 cm

Gambar 8 Konstruksi dan dimensi reflektor αr 23,3o (a) danαr 32,6o (b) (b) αrα32,6°

(a) αr23,3° Digambar oleh: Supriono Ahmad

cahaya pada penangkapan ikan dengan bagan akan mengundang ikan-ikan kecil untuk mendekat ke area penangkapan di bawah bagan, sehingga nelayan lebih mudah untuk menangkapnya.

Sebaran cahaya yang tidak terfokus pada area penangkapan ikan akan berdampak pada hasil tangkapan yang tidak maksimal. Hal ini karena sebaran cahaya yang semakin luas akan membuat keberadaan ikan fototaksis positif juga tersebar luas di perairan. Akibatnya, jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan hanya sedikit yang terjangkau oleh jaring.

Pancaran cahaya pada lampu yang tidak diberi penutup tersebar ke sekeliling lampu. Oleh karena itu, lampu perlu diberi perlakuan agar cahaya yang menyebar dapat diarahkan ke area yang di inginkan. Perlakuannya berupa pemasangan penutup yang juga difungsikan sebagai reflektor. Pancaran cahaya lampu dan pantulan dinding penutup akan mengarah pada suatu area penangkapan ikan yang telah ditentukan dengan intensitas cahaya yang relatif lebih tinggi. 3.3.1 Lampu Bertudung

Intensitas cahaya dan pola sebaran cahaya lampu bertudung pada medium udara disajikan pada Gambar 9. Intensitas cahaya pada = 0°-135° dan 225°-345° terdeteksi dengan nilai yang sangat rendah, yaitu 1 lux. Ini diakibatkan oleh pembiasan cahaya yang menembus dinding tudung yang terbuat dari plastik putih. Intesitas cahaya mulai meningkat pada  = 135o–180o, yaitu antara 135-258 lux. Hal yang sama juga terjadi pada  =195o, 210o dan 225o. Adanya penutup menyebabkan sebaran cahaya lampu bertudung membentuk sudut 60o ( =150o- 210o). Hasil pengukuran intensitas cahaya lampu dan konstruksi tudung standar disajikan pada Lampiran 2 dan 4.

3.3.2 Lampu bereflektor αr23,3o

Intensitas cahaya lampu bereflektor αr23,3o tertinggi terdapat pada  = 180o sebesar 1.561 lux. Adapun intensitas terendahnya pada  = 150o (657 lux).

Gambar 9 Pola sebaran dan intensitas cahaya lampu bertudung Digambar oleh: Supriono Ahmad

Intensitas cahaya pada  = 0o-135o tidak dapat terekam dengan sensor luxmeter, karena cahaya terhalang oleh dinding reflektor.

Peningkatan intensitas cahaya mulai terjadi pada = 150o-180o dengan nilai intensitas 657 lux (150o), 1.118 lux (165o), dan 1.561 lux (180o). Intensitas yang sama terdapat pada  = 180o-210o. Dengan demikian sebaran cahaya lampu bereflektor membentuk sudut 60o. Hasil pengukuran intensitas cahaya (Lampran 4) dan sebaran cahaya lampu bereflektor αr23,3o ditunjukkan pada Gambar 10.

3.3.3 Lampu bereflektor αr32,6o

Digambar oleh: Supriono Ahmad

Gambar 10 Pola sebaran dan intensitas cahaya lampu bereflektor α23,3o

Gambar 11 Pola sebaran dan intensitas cahaya lampu bereflektor αr32,6o Digambar oleh: Supriono Ahmad

Gambar 11 menunjukkan intensitas dan pola sebaran cahaya lampu bereflektor αr32,6o. Pola sebaran lampu bereflektor αr32,6o berada pada = 120o- 240o membentuk sudut 120o. Intensitas cahaya lampu dengan reflektor αr32,6o pada  = 0o-105o dan 225o-345o tidak dapat diukur karena cahaya lampu terhalang oleh dinding reflektor. Pengukuran intensitas baru dapat dimulai dari 

= 120o dengan nilai 534 lux. Hasil pengukuran intensitas cahaya lampu bereflektor αr32,6o disajikan pada Lampiran 4.

Peningkatan intensitas cahaya secara signifikan terjadi pada  = 135o dan terus meningkat hingga  = 180o. Adapun nilai intensitas yang diperoleh adalah 135o (691 lux), 150o (841 lux), 165o (1.154 lux) dan 180o (1.278 lux).

3.3.4 Perbandingan Intensitas dan Pola Sebaran Cahaya antara Lampu Bertudung dan Bereflektor

Lampu bereflektor αr23,3o menghasilkan intensitas cahaya tertinggi, yaitu1.561 lux. Urutan berikutnya adalah lampu bereflektor αr32,6o dengan intensitas cahaya 1.278 lux. Adapun intensitas lampu bertudung hanya 961 lux. Intensitas cahaya lampu bereflektor αr23,3o dan αr32,6o yang tinggi diakibatkan oleh konstruksi reflektor yang berbeda dengan tudung lampu. Permukaan dinding dalam reflektor dilapisis dengan kertas perak, sehingga intensitas cahaya pantulnya semakin tinggi. Adapun tudung lampu hanya terbuat dari tabung plastik tanpa kertas perak. Sebagian besar cahaya lampu dibiaskan oleh dinding tabung. Intensitas cahaya yang dipantulkan juga cenderung lemah, karena bagian dalam dinding memiliki daya pantul yang rendah.

Perbedaan intensitas cahaya pada lampu bereflektor αr32,6o dan αr23,3o lebih disebabkan oleh perbedaan sudut bukaan reflektor. Konstruksi reflektor αr32,6o lebih besar dan lebih pendek, sedangkan konstruksi reflektor αr23,3o lebih mengerucut dan lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan nilai intensitas cahaya lampu bereflektor αr32,6o lebih rendah dibandingkan dengan reflektor αr23,3o. Konstruksi yang sempit pada reflektor αr23,3 berdampak pada penetrasi cahaya lampu ke dalam air yang dihasilkannya juga lebih tinggi.

Konstruksi tudung dan reflektor yang berbeda mempengaruhi pola sebaran cahaya yang dihasilkan. Semakin kecil bukaan mulut reflektor atau tudung akan diikuti dengan pola sebaran cahaya yang semakin sempit. Hal sebaliknya terjadi jika bukaan mulut reflektor atau tudung semakin besar, maka pola sebaran cahaya juga semakin meluas.

Pola sebaran cahaya paling kecil diperoleh lampu bertudung dan bereflektor αr23,3o. Keduanya menjadikan lampu memiliki pola sebaran cahaya membentuk sudut 60o. Perbedaan konstruksi tudung dan reflektor menyebabkan pola sebaran cahayanya juga berbeda. Konstruksi tudung berbentuk silinder menghasilkan sebaran cahaya membentuk kolom selinder secara vertikal. Penambahan atau pengurangan jarak penyinaran tidak mempengaruhi pola sebaran cahayanya. Ini berbeda dengan reflektor αr23,3o. Konstruksi reflektor yang berbentuk kerucut menyebabkan setiap penambahan jarak penyinaran akan memperluas sebaran cahaya.

Perbedaan pola sebaran cahaya juga terjadi pada lampu bereflektor αr23,3o dan αr32,6o. Kedua reflektor ini memiliki konstruksi berbentuk kerucut dengan sudut bukaan yang berbeda. Akibatnya, pola sebaran cahaya yang dihasilkan lampu bereflektor αr32,6o membentuk sudut 1200 atau lebih luas jika

dibandingkan dengan αr23,3o. Ilustrasi arah penyinaran cahaya di perairan bawah bagan dari lampu bertudung dan bereflektor disajikan pada Gambar 12.

Dokumen terkait