• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Pendugaan Total Serapan NO 2 oleh Tanaman

4.4.1. Pola Sebaran NO 2

Pola Sebaran NO2 di Tempat Terbuka

Konsentrasi NO2 di tempat terbuka berbeda nyata akibat perbedaan ketinggian dari permukaan tanah (p = 0.02) dan perbedaan jarak dari sumber

emisi (p = 0.0001), namun tidak terdapat interaksi antara tinggi dan jarak dari sumber emisi terhadap konsentrasi NO2 (p = 0.52, Lampiran 21).

Konsentrasi NO2 tertinggi dihasilkan pada jarak 15 m dari sumber emisi dan ketinggian 10 m di atas permukaan tanah (28.60 µg m-3). Konsentrasi NO2 terendah dihasilkan pada jarak 25 m dari sumber emisi dan ketinggian 1.5 m di atas permukaan tanah (12.96 µg m-3, Gambar 27).

.

Gambar 27. Konsentrasi NO2 di tempat terbuka pada berbagai ketinggian dan jarak dari sumber emisi

Pada ketinggian 1.5 m di atas permukaan tanah, kisaran suhu minimum-maksimum pada jarak 5, 15, 25 m secara berurutan adalah 32.4-33.5, 30.0-34.7, dan 29.6-32.6C. Kisaran kelembaban pada jarak 25 m (52-62%), dan 15 m (50.0-60.5%) relatif sama. Kelembaban terendah tercatat pada jarak 5m (44.0-53%) (Lampiran 22). Pada penelitian ini pengukuran kecepatan angin hanya dilakukan pada jarak 5 m dari sumber emisi, masing-masing pada ketinggian 1.5 dan 3 m di atas permukaan tanah. Kecepatan angin pada ketinggian 1.5 m sebesar 0.5-0.9 m/s lebih rendah dibandingkan ketinggian 3m (0.8-1.1m/s). Arah angin yang terukur selama tiga hari pengamatan relatif sama yaitu timur laut (300-330). Kepadatan kendaraan di tempat terbuka yang terukur selama tiga kali pengamatan bervariasi yaitu 3590, 5100, dan 3620 kendaraan/jam.

Berdasarkan ketinggian dari permukaan tanah, konsentrasi NO2 pada ketinggian 1.5 m selalu lebih rendah dibandingkan ketinggian 3 dan 10 m (Tabel 26). Berdasarkan perbedaan jarak dari sumber emisi, rerata konsentrasi NO2 pada jarak 5m lebih rendah dibandingkan jarak 25 m dan 15 m. Rerata konsentrasi

NO2 pada ketinggian 1.5 m lebih rendah dibandingkan ketinggian 3m dan 10 m (Tabel 26).

Tabel 26. Uji lanjut konsentrasi NO2 pada berbagai ketinggian dan jarak dari sumber emisi di tempat terbuka

Faktor pembeda Konsentrasi gas NO2 (µg m-3)

Jarak dari sumber emisi 5m 15m 25m

16.03 b* 26.03 a 18.18 b

Ketinggian 1.5 m 3m 10m

16.87 b 21.64 a 21.85 a

*Angka pada baris yang sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf = 5%

Perbedaan konsentrasi NO2 di tempat terbuka pada ketinggian 1.5, 3, dan 10 m diduga dipengaruhi oleh variasi kecepatan angin. Kecepatan angin pada ketinggian 1.5 m (1m s-1) lebih rendah dibandingkan pada ketinggian 3m ( 1m s-1). Pada jarak 5m dari sumber emisi, arah angin pada dua ketinggian tersebut sama (timur laut). Secara alami NO2 mengalami difusi dan dispersi ke wilayah yang lebih luas sehingga terjadi penurunan konsentrasi. Pada saat terjadi dispersi NO2, sebagian dari NO2 juga bergerak ke lapisan yang lebih tinggi karena turbulensi panas (Canter et al., 2000). Faktor inilah yang diduga menyebabkan konsentrasi NO2 pada ketinggian 3 dan 10 m, lebih tinggi dibandingkan pada ketinggian 1.5m.

Pola Sebaran NO2 di Tempat Bervegetasi

Pengukuran konsentrasi NO2 di tempat bervegetasi dilakukan pada jalur yang dianggap homogen dengan satu jenis tanaman yaitu G. arborea. Pada lokasi pengukuran ditemukan 12 pohon yang menguasai ruang tumbuh sekitar 120 m x 22 m. Pengukuran dilakukan pada tiga hari yang berbeda dengan waktu pengukuran pukul 13.00-14.00. Kepadatan kendaraan pada tiga kali pengukuran masing-masing adalah 5210, 4900, dan 4880 kendaraan/jam.

Suhu selama tiga hari pengamatan berkisar antara 30.4-36.8 C, suhu tertinggi terukur pada hari ke dua yang mencapai 36.8 C. Kelembaban relatif

pada jarak 25 m dari sumber emisi (50.0-56%), lebih tinggi dibandingkan jarak 15 m (46-56%), dan 5 m (49-51%) (Lampiran 23).

Gambar 28. Konsentrasi NO2 pada tempat bervegetasi (G. arborea) pada berbagai ketinggian dan jarak dari sumber emisi.

Konsentrasi NO2 di tempat bervegetasi tidak berbeda nyata akibat perbedaan ketinggian dari permukaan tanah (p = 0.77), tetapi berbeda nyata akibat perbedaan jarak dari sumber emisi (p = 0.0001, Lampiran 24). Konsentrasi NO2 cenderung menurun pada jarak yang semakin jauh dari sumber emisi (Gambar 28). Rerata konsentrasi NO2 pada jarak 5, 15, 25 m dari sumber emisi secara berurutan adalah 36.93, 27.36, dan 20.12 µg m-3 (Tabel 27).

Di tempat bervegetasi, rerata konsentrasi NO2 pada ketinggian 10 m lebih rendah daripada ketinggian 3m dan 1.5m. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi dapat mempengaruhi proses dispersi NO2. Vegetasi dapat mengabsorbsi dan menghambat transmisi NO2, serta mempengaruhi kecepatan angin. Dengan adanya vegetasi, NO2 terdispersi dengan kecepatan yang lebih rendah dibandingkan tanpa vegetasi. Selanjutnya NO2 yang tertahan pada tajuk vegetasi bergerak ke lapisan yang lebih tinggi karena pengaruh turbulensi panas (Canter et al., 2000). Jumlah gas NO2 pada lapisan lebih tinggi (10 m) lebih rendah daripada yang ada di lapisan bawah (1.5 dan 3m) karena sebagian terdispersi di antara tajuk.

Tabel 27. Uji lanjut konsentrasi gas NO2 pada berbagai ketinggian dan jarak dari sumber emisi di tempat bervegetasi

Faktor pembeda Konsentrasi NO2 (µg m-3)

Jarak 5m 15m 25m

36.96 a* 31.47 a 20.12 b

Ketinggian 1.5 m 3m 10m

30.49 a 30.25 a 27.79 b

*Angka pada baris yang sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf = 5%

Kisaran suhu pada ketinggian 1.5 m di tempat terbuka sebesar 29.6-34.7

C, sementara di tempat bervegetasi sebesar 30.4-36.8C. Pada penelitian tidak dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban pada ketinggian 3 dan 10 m, sehingga tidak cukup data untuk membahas perbedaan konsentrasi pada ketinggian yang berbeda sebagai akibat perubahan suhu udara dan kelembaban.

Pada tempat bervegetasi, konsentrasi gas NO2 pada jarak 15 dan 25 m dari sumber emisi lebih rendah dibandingkan jarak 5m. Kondisi ini berlaku pada semua konsentrasi NO2 pada ketinggian 1.5, 3, dan 10 m dari permukaan tanah. Berdasarkan uji lanjut (Tabel 27), konsentrasi gas NO2 pada jarak 5m (36.96 µg m-3) dan 15 m (31.47 µg m-3) tidak berbeda nyata di antara keduanya, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi pada jarak 25m (20.12 µg m-3).

Hasil pengukuran konsentrasi gas NO2 di tempat terbuka dan bervegetasi tidak dapat dibandingkan karena pengukuran pada masing-masing lokasi dilakukan pada waktu yang berbeda. Pengukuran pada tempat terbuka dilakukan pada pukul 10.00-11.00, sedangkan di tempat bervegetasi pada pukul 14.00-15.00. Nilai konsentrasi gas NO2 yang terukur di tempat terbuka lebih rendah dibandingkan pada tempat bervegetasi. Hasil ini diduga dipengaruhi faktor jumlah kendaraan dan waktu pengukuran. Rerata jumlah kendaraan di tempat terbuka adalah 4103 kendaraan/jam, sedangkan di tempat bervegetasi adalah 4997 kendaraan/jam. Waktu pengukuran yang lebih siang di tempat terbuka menghasilkan nilai konsentrasi gas NO2 yang lebih besar karena terjadinya proses akumulasi gas yang lebih lama. Selain pengaruh waktu pengukuran, faktor yang diduga mempengaruhi nilai konsentrasi gas NO2 adalah sifat gas ini sendiri. Gas NO2 mempunyai waktu tinggal di atmosfer antara 5-10 hari (Legge & Krupa,

1990) sehingga akan menghasilkan variasi diurnal. Gas NO2 yang bereaksi dengan uap air juga dapat turun sebagai presipitasi sehingga mengurangi konsentrasi NO2 yang ada di atmofer. Kondisi di tempat terbuka pada saat pengukuran adalah lahan rumput yang cenderung basah diduga akibat hujan pada malam sebelum pengukuran, sementara pada tempat bervegetasi, lahan pada areal pengambilan sampel cenderung selalu kering. Faktor terjadinya hujan ini diduga mempengaruhi nilai konsentrasi gas NO2 yang terukur.

4.4.2. Kemampuan Tanaman Mereduksi Pencemar NO2

Data pendukung yang diukur pada percobaan ini adalah kecepatan dan arah angin, suhu, dan kelembaban udara. Kecepatan angin di tempat terbuka relatif tinggi (0.9-1.6 m s-1) dibandingkan di tempat bervegetasi (0.1-0.5 m s-1). Arah angin di tempat terbuka maupun bervegetasi sama yaitu timur laut. Kisaran suhu minimum-maksimum di tempat terbuka (30.4-37.5C) hampir sama dengan tempat bervegetasi (32.0-37.5C). Kelembaban udara di tempat terbuka (45-62%) relatif lebih tinggi daripada tempat bervegetasi (45-59%, Tabel 28).

Tabel 28. Kisaran suhu dan kelembaban relatif pada lokasi, jarak, dan waktu pengukuran berbeda

Jarak dari sumber emisi

Suhu (C) (Tempat terbuka) 5 m 15 m 25 m

Pagi 31.0 – 37.5 30.4 – 36.9 30.7 – 36.3 Siang 33.8 – 37.4 32.1 – 36.0 32.0 – 35.1 Sore 31.7 – 35.0 31.0 – 34.0 31.4 – 34.2 Tempat Bervegetasi Pagi 32.0 – 37.0 32.0 – 37.0 32.9 – 37.0 Siang 33.0 – 36.5 34.1 – 37.5 32.0 – 37.4 Sore 33.1 – 36.4 32.5 – 37.0 33.0 – 36.3 Kelembaban relatif (%) (Tempat terbuka) Pagi 45.0 – 53.5 47.0 – 60.0 47.0 – 61.0 Siang 45.0 – 52.0 48.0 – 55.0 46.0 – 56.0 Sore 50.0 – 61.0 54.0 – 62.0 50.0 – 61.5 Tempat bervegetasi Pagi 46.0 – 58.0 46.0 – 58.0 48.0 – 59.0 Siang 44.0 – 52.0 45.0 – 50.0 44.0 – 53.0 Sore 49.5 – 58.0 46.0 – 58.0 48.0 – 58.0

Di tempat terbuka, pada jarak 5-22 m dari bahu jalan tidak ditumbuhi oleh tanaman besar (pohon), kecuali beberapa pohon tumbuh pada jarak 25 m dari bahu jalan (Lampiran 1). Di tempat bervegetasi, dominasi oleh G. arborea dalam satu baris penanaman, sedangkan setelah jarak 15 m dari bahu jalan terdapat kebun singkong (Manihot esculenta) (Lampiran 1).

Pengaruh Waktu dan Lokasi terhadap Konsentrasi NO2

Hasil analisis ragam konsentrasi gas NO2 di tempat terbuka dan bervegetasi menunjukkan terdapat interaksi antara waktu dan lokasi (p = 0.019) serta antara jarak dan lokasi (p = 0.0001) terhadap konsentrasi gas NO2 (Lampiran 25).

Gambar 29 (a) memperlihatkan variasi konsentrasi gas NO2 berdasarkan waktu pengukuran pada tempat terbuka. Pengukuran siang hari di tempat terbuka menghasilkan konsentrasi gas NO2 lebih tinggi daripada sore dan pagi hari. Pada tempat bervegetasi, konsentrasi gas NO2 siang dan sore hari saling berimpit dan lebih tinggi daripada konsentrasi NO2 pagi hari (Gambar 29 b).

Hasil uji lanjut interaksi antara waktu dan lokasi memperlihatkan konsentrasi gas NO2 tertinggi dihasilkan pada tempat terbuka siang hari (34.05 µg m-3). Konsentrasi NO2 pada tempat terbuka sore hari (29.49 µg m-3), tempat bervegetasi siang hari (29.15 µg m-3) dan sore hari (28.95 µg m-3) tidak berbeda nyata. Konsentrasi gas NO2 terendah terdapat pada tempat bervegetasi pagi hari (26.08 µg m-3) ( Tabel 29).

Tabel 29. Hasil uji lanjut interaksi lokasi dan waktu terhadap konsentrasi gas NO2

Konsentrasi gas NO2 (µg m-3)

Lokasi Pagi Siang Sore

Tempat terbuka 26.24c* 34.05 a 29.49 b

Tempatbervegetasi 26.08 c 29.15 b 28.95 b

*Angka yang sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf = 5%

a) b)

Gambar 29. Pola sebaran gas NO2 pada berbagai jarak dan waktu pengukuran di tempat terbuka (a) dan bervegetasi (b)

Hasil ini sesuai dengan Larcher (1995) yang menyatakan bahwa puncak konsentrasi bahan pencemar udara terjadi sebelum sore hari, namun berbeda dengan hasil yang diperoleh Delaney dan Dowding (1995) di wilayah Rathmines (Dublin, Irlandia) bahwa konsentrasi gas NO2 tertinggi diperoleh pada pukul 9.00 dan 19.00. Perbedaan ini diduga karena perbedaan aktivitas pada masing-masing wilayah penelitian. Rathmines merupakan wilayah yang berfungsi sebagai koridor utama arus komuter ke pusat kota. Puncak arus kendaraan di wilayah ini terjadi pada pukul 8.00-10.00 dan 16.30-18.30, sehingga puncak konsentrasi NO2 dihasilkan pada pagi dan sore hari. Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini adalah tepi jalan tol Jagorawi dengan puncak arus kendaraan pada sore hari (16.00-18.00). Puncak konsentrasi gas NO2 terjadi pada siang hari sedangkan arus kendaraan pada sore hari lebih besar daripada siang dan pagi hari, baik di tempat terbuka maupun bervegetasi. Volume kendaraan tertingi pada sore hari tidak diikuti oleh puncak konsentrasi NO2. Diduga NO dan NO2 yang diemisikan

pada sore hari meningkatkan konsentrasi NO2 pada malam hari, dan belum teramati pada pengukuran sore hari.

Hasil penelitian ini memperlihatkan puncak konsentrasi gas NO2 lebih dipengaruhi oleh jarak dari sumber emisi dan waktu pengukuran. Di tempat terbuka dengan kecepatan angin 0.9-1.6 m s-1 dibandingkan dengan tempat bervegetasi (0.1-0.5 m s-1) diduga lebih berperan dalam penyebaran gas NO2. Kondisi ini sesuai dengan Vesilind et al. (1994) yang menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi penyebaran pencemar udara. Canter et al., (2000); Schnelle dan Dey (2000) yang menyatakan bahwa dispersi pencemar dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin, turbulensi atmosferik, stabilitas atmosfer, dan efek topografi pada pergerakan udara. Angin horizontal berperan besar dalam transport dan pengenceran pencemar. Jika kecepatan angin meningkat, volume pergerakan udara juga meningkat. Jika laju emisi relatif konstan, kecepatan angin yang meningkat dua kali menyebabkan konsentrasi pencemar terbagi, sehingga konsentrasi pencemar merupakan fungsi kebalikan dari kecepatan angin. Selanjutnya Godish (1991) diacu dalam Liu dan Liptak (2000) menambahkan bahwa dispersi pencemar juga dipengaruhi arah angin. Jika arah angin relatif konstan maka pencemar akan terdispersi dalam wilayah yang luas dengan konsentrasi rendah.

Pengaruh Jarak dan Lokasi Terhadap Konsentrasi NO2

Hasil uji lanjut interaksi antara faktor jarak dan lokasi (Tabel 30) memperlihatkan konsentrasi gas NO2 tertinggi diperoleh pada tempat terbuka dengan jarak 5 m dari sumber emisi (40.27 µg m-3), sementara pada jarak yang sama di tempat bervegetasi konsentrasi gas NO2 lebih rendah (32.06 µg m-3). Pada jarak 15 m dari sumber emisi, konsentrasi gas NO2 pada tempat terbuka (26.69 µg m-3) dan bervegetasi (28.65 µg m-3) tidak berbeda nyata. Pada jarak 25 m dari sumber emisi, konsentrasi gas NO2 pada tempat terbuka (23.07µg m-3) tidak berbeda nyata dengan tempat bervegetasi (23.46 µg m-3).

Di tempat terbuka, perbedaan konsentrasi NO2 berdasarkan jarak dari sumber emisi dipengaruhi oleh proses difusi dan pergerakan angin. Di tempat bervegetasi, perbedaan konsentrasi NO2 berdasarkan jarak dipengaruhi oleh vegetasi dan pergerakan angin. Pada tempat bervegetasi, jarak terdekat dari

sumber emisi (5m dari bahu jalan) sudah berada di bawah tajuk tanaman, sehingga konsentrasi NO2 pada jarak tersebut lebih rendah daripada tempat terbuka.

Tabel 30. Hasil uji lanjut interaksi lokasi dan jarak terhadap konsentrasi gas NO2

Konsentrasi gas NO2 (µg m-3)

Lokasi 5 m 15 m 25 m

Tempat terbuka 40.27 a* 26.69 c 23.07 d

Tempat bervegetasi 32.06 b 28.65 c 23.46 d

*Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji selang bergandaDuncan pada taraf = 5%

Pengaruh Jarak, Waktu, dan Lokasi terhadap Pengurangan Konsentrasi NO2

Kerapatan tajuk sebesar 10 m (jarak 5-15 m dari bahu jalan)) mengurangi konsentrasi NO2 sebesar 10.62 %. Pengurangan konsentrasi NO2 untuk jarak yang sama di tempat terbuka adalah 34.42%. Kerapatan tajuk sebesar 10 m (jarak 15-25 m dari bahu jalan) mengurangi konsentrasi NO2 sebesar 16.94%, sementara pada jarak yang sama di tempat terbuka terjadi pengurangan konsentrasi NO2 sebesar 13.81% (Gambar 30).

Gambar 30. Persentase pengurangan konsentrasi NO2 berdasarkan kerapatan tajuk

Pengurangan konsentrasi NO2 di tempat terbuka (pada jarak 5-15 m dari bahu jalan) yang lebih besar daripada tempat bervegetasi dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan angin. Dengan kecepatan angin yang lebih tinggi, diduga mempercepat proses penyebaran pencemar NO2. Pada jarak 15-25 m dari bahu jalan, pengurangan konsentrasi pencemar NO2 di tempat bervegetasi lebih besar dibandingkan tempat terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi mampu mengurangi konsentrasi NO2 melalui dua mekanisme yaitu mengurangi kecepatan angin, menghambat pergerakan pencemar secara horizontal. Pencemar akan bergerak ke tempat yang lebih tinggi.

Persentase pengurangan konsentrasi gas NO2 di tempat terbuka pada pagi, siang, dan sore hari pada berkisar 34.81 - 40.77%lebih besar jika dibandingkan tempat bervegetasi (15.76-21.12%, Gambar 31). Persentase pengurangan konsentrasi NO2 tidak berbeda nyata pada waktu pengukuran yang berbeda, tetapi berbeda nyata antara tempat terbuka dan bervegetasi (Lampiran 26).

Gambar 31. Persentase pengurangan konsentrasi NO2 pada berbagai waktu pengukuran berbeda

Pengurangan konsentrasi NO2 yang tidak berbeda nyata antar waktu, diduga karena kecepatan dan arah angin yang relatif konstan pada pagi, siang, dan sore hari. Dengan kecepatan dan arah angin yang konstan, proses dispersi NO2 juga konstan.

Dalam penelitian ini kemampuan menyerap NO2 dalam kondisi di lapang tidak dilakukan, tetapi bagian lain dari penelitian ini memperlihatkan bahwa G.

arborea percobaan semilapang mampu menyerap 15N sebesar 1.95 µg dm-2. Hasil percobaan kemampuan tanaman mereduksi NO2 diduga melibatkan dua mekanisme yaitu absorbsi NO2 oleh tajuk dan menghambat dispersi secara horizontal.

4.4.3. Potensi Penggunaan Tanaman untuk Mereduksi Pencemar NO2

akibat Aktivitas Transportasi

Berdasarkan rangkaian percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini, tanaman terbukti mampu menyerap NO2. Kemampuan tanaman menyerap NO2 dipengaruhi oleh bebarapa sifat diantaranya adalah sensitivitas tanaman terhadap intensitas cahaya dan suhu. Tanaman yang lebih tahan terhadap intensitas cahaya dan suhu yang tinggi serta mampu menyerap NO2 berpotensi digunakan sebagai tanaman jalur hijau jalan seperti ditunjukkan oleh D. regia, P. indicus, dan S. macrophylla.

Kemampuan tanaman mendistribusikan nitrogen yang sudah diserap juga dapat digunakan sebagai kriteria dalam menentukan jenis tanaman jalur hijau jalan, karena menggambarkan kemampuan tanaman memanfaatkan nitrogen yang bukan berasal dari tanah. Selain mampu menyerap NO2, tanaman jalur jalan diharapkan juga toleran terhadap pencemar udara secara umum. Hal ini dikaitkan dengan fungsi tanaman jalur hijau jalan yang diharapkan dapat memaksimalkan fungsi ekologi diantaranya menyerap CO2, menyerap beberapa pencemar, dan mengurangi run off. Beberapa fungsi ekologi ini dapat berlangsung baik, jika kondisi pertumbuhan tanaman baik. Dengan demikian, tingkat toleransi tanaman terhadap pencemar udara merupakan syarat yang harus dimiliki tanaman jalur hijau jalan.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka kriteria kemampuan menyerap NO2 dan toleransi terhadap pencemar dapat digunakan untuk menentukan jenis tanaman jalur hijau jalan (Tabel 31). Pada kriteria kemampuan menyerap NO2, tanaman dengan kemampuan serapan 15N 72-200 µg g-1 diberi skor 1, serapan total 200 – 328 µg g-1 diberi skor 2, dan serapan total 328-458 µg g-1 diberi skor 3. Pemberian skor pada kriteria toleransi tanaman berdasarkan modifikasi metode Dahlan (1995), yaitu skor 1 untuk tanaman sensitif (tidak

toleran), skor 2 untuk tanaman dengan toleransi sedang, dan skor 3 untuk tanaman toleran terhadap pencemar udara. Selanjutnya pada kriteria kemampuan serapan 15

N, diberikan pembobotan sebesar 0.6, dan pada kriteria toleransi tanaman diberikan bobot 0.4. Nilai hasil pembobotan ditambahkan dan dihitung sebagai skor total. Berdasarkan urutan skor total tersebut, dilakukan pemeringkatan jenis tanaman yang efektif dan toleran terhadap pencemar NO2.

Tabel 31 memperlihatkankan D. regia merupakan tanaman dengan total skor tertinggi (2.6) sehingga menempati peringkat pertama untuk jenis tanaman jalur hijau jalan. Namun demikian penggunaan D, regia perlu dipertimbangkan karena jenis gugur daun dan sangat sensitif terhadap kecukupan air. Sebagai peringkat ke dua adalah P. indicus. Peringkat ke tiga adalah L. speciosa, peringkat ke empat G. arborea dan M. elengi. Jenis yang menempati peringkat ke lima dan ke enam adalah S. macrophylla dan C. burmanii.

Tabel 31. Pemeringkatan Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan

Jenis Tanaman Skor Kemampuan total serapan 15 N /jam/ tanaman Toleransi tanaman terhadap pencemar udara Total Peringkat P. indicus 2 2 2.0 2 L. speciosa 1 3 1.8 3 D. regia 3 2 2.6 1 G. arborea 2 1 1.6 4 C. burmanii 1 1 1.0 6 S. macrophylla 1 2 1.4 5 M. elengi 2 1 1.6 4

Penelitian ini memperlihatkan bahwa vegetasi dengan kerapatan tajuk sebesar 10 m (pada jarak 5-15 m dari bahu jalan) mampu mengurangi konsentrasi NO2 sebesar 10.62%. Dibandingkan dengan pengurangan konsentrasi NO2 untuk jarak yang sama di tempat terbuka adalah 34.42%. Nilai relatif pengurangan konsentrasi NO2 dengan kerapatan tajuk 10 m tempat bervegetasi dibandingkan tempat terbuka adalah 30.85%. Pengurangan konsentrasi NO2 pada kerapatan

tajuk 10 m (jarak 15-25 m dari bahu jalan) di tempat bervegetasi sebesar 16.94%. Untuk jarak yang sama di tempat terbuka, pengurangan konsentrasi NO2 sebesar 13.81%. Pengurangan konsentrasi NO2 relatif tempat bervegetasi terhadap tempat terbuka sebesar 121.78%. Nilai pengurangan konsentrasi NO2 relatif ini dipengaruhi oleh kerapatan tajuk pada ketinggian 1.5m. Karena pengukuran dilakukan pada tempat yang didominasi pohon (jarak 5-15 m dari bahu jalan), tingkat kerapatan tajuk pada ketinggian 1.5 dpl tidak cukup padat untuk mempengaruhi gerakan NO2, sehingga keefektifan vegetasi menyerap NO2 relatif rendah. Sebaliknya, pada jarak 15-25 m dari bahu jalan, adanya vegetasi meningkatkan keefektifan penyerapan pencemar NO2. Hal ini diduga disebabkan adanya vegetasi M. esculenta yang mendominasi pada jarak tersebut. Rata-rata ketinggian tanaman M. esculenta adalah 1.4-1.5 m, diduga lebih efektif menyerap pencemar NO2. Informasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut di lapang dengan melakukan penelitian terhadap jenis perdu/herba untuk melengkapi data keefektifan jenis perdu/herba dalam mereduksi pencemar NO2.

Selain kemampuan menyerap NO2 dan toleransi terhadap pencemar udara secara umum, faktor yang perlu diperhatikan dalam penempatan tanaman tepi jalan adalah tinggi tanaman, tingkat kerindangan dan bentuk tajuk, kemudahan pemeliharaan, dan kekuatan tanaman (tidak mudah patah). Penelitian mengenai keefektifan dan toleransi jenis tanaman jalur hijau jalan dalam mereduksi pencemar NO2 dapat dikembangkan lebih lanjut dengan aspek bahan pencemar udara yang lain misalnya SO2 dan debu. Informasi yang lebih lengkap mengenai kemampuan tanaman mengurangi berbagai bahan pencemar akan sangat bermanfaat untuk pemilihan jenis tanaman yang tepat sesuai dengan kegiatan/aktivitas yang menjadi sumber pencemar udara tersebut.

Dokumen terkait