• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Political Marketing : Caya Baru Dalam Komunikasi Politik

Seperti sudah disinggung, ilmu marketing memegang peranan penting

dalam aktivitas yang dilakukan institusi-institusi politik. Tujuan marketing

dalam politik adalah membantu partai politik untuk menjadi lebih baik dalam

mengenal masyarakat yang diwakili atau yang menjadi target, kemudian

mereka, dan mampu berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat. Dalam

marketing politik produk adalah partai politik.

Inti dan seluruh proses komunikasi pemasaran politik adalah

kemampuan partai politik untuk meningkatkan image (dalam bahasa marketing

disebut ekuitas merek) yang melekat pada partai politik itu. Peningkatan ekuitas

merek ini tentunya bergantung pada kesesuaian bauran unsur pemasaran yang

terdiri dan product (produk atau jasa yang ditawarkan). place (tempat dimana

produk atau jasa itu ditawarkan}, promotion (promosi yang dilakukan untuk

produk atau jasa tersebut) dan price (harga dan produk atau jasa yang

ditawarkan).

Ekuitas merek atau dalam bahasa politik = ekuitas politik yang

berhubungan dengan masalah bauran pemasaran (politik) akan menghasilkan

dampak pada pengelolaan ekuitas merek tersebut yang terdiri dari masalah

apakah konsumen sudah kenal dan memahami merek tersebut dengan cara

memperkuat membuat konsumen menyukai dan membuat unik merek di dalam

benak konsumen.

Dalam keseluruhan konteks proses komunikasi pemasaran yang

dilakukan. salah satu proses pengelolaan merek terletak pada sejauh mana para

pelaku industri produk dan jasa tersebut mampu mengelola lingkungan

pemasarannya. Keberhasilan proses komunikasi pemasaran. salah satu

indikatornya adalah sejauh mana proses tersebut mampu berorientasi jauh pada

perilaku konsumen yang ada. Tentunya muara dari proses komunikasi

untuk menggunakan atau mempercayai program kerja partai politik dalam

seluruh proses komunikasi pemasaran yang ada.

Aktualitas pada perilaku konsumen menuntut pemahaman bahwa latar

belakang konsumen berpengaruh pada tingkat pemahaman atau pengenalan

daya tarik produk yang ditawarkan. Dengan demikian. pemahaman atau

pengenalan daya tarik produk tersebut mempengaruhi keputusan untuk memilih

dan mengkonsumsi pilihan produk tersebut Proses pemahaman atau pengenalan

daya tarik produk atau jasa tentunya perlu memperhatikan beberapa faktor yang

ada dalam konsumen berikut perilakunya. Pada bagian selanjutnya kita

membahas tentang perilaku konsumen itu sendiri.

2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Politik

Setidaknya ada beberapa hal yang mempengaruhi orentasi memilih

(terutama memilih pemula) dalam sebuah proses politik. Faktor-faktor itu

adalah preferensi sosial ekonomi, faktor politik, faktor individu atau

lingkungan, faktor budaya. Manifestasi dari apa yang dipikirkan dan diinginkan

oleh manusia biasanya akan diwujudkannya dalam bentuk perilaku. Dalam

konteks pehlaku politik, hal yang dipikirkan dan diinginkan tersebut berkaitan

erat dengan orientasi politik yakni kekuasaan dimana kekuasaan itu

diperolehnya dengan suatu proses memilihan. Walaupun secara teoritis,

penjelasan tentang perilaku yang muncul dari perbedaan sikap sudah terlihat

jelas, mamun sikap bukan sesuatu yang bisa begitu saja terjadi. Sikap terbentuk

Melalui proses sosialisasi inilah kemudian berkembang ikatan

psikologis yang kuat antara seseorang dengan organisasi kemasyarakatan atau

partai politik yang berupa simpati. Sementara menurut V.O Key,(2001:36)

pendekatan perilaku sangat memperhitungkan faktor sosialisasi politik, yaitu

cara mendalami nilai-nilai dan kepercayaan yang berlaku dan cara

memperhitungkan perubahan yang terjadi. Dalam menjelaskan pola sosialisasi

ini. Paham perilaku beranggapan bahwa interaksi manusia antara satu dengan

yang lainnya adalah sebagai pelaku (subyek) dan membentuk adanya proses

politik.

2.9Proses Pengambilan Keputusan

2.9.1 Pengertian Keputusan

Keputusan merupakan pernyataan mental konsumen untuk

merefleksikan rencana tertentu. Pengetahuan akan keputusan sangat diperlukan

para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun

untuk memprediksi perilaku konsumen di masa mendatang (Setiadi, 2003:167).

2.9.2 Tahap-Tahap Keputusan

Sebelum melakukan pembelian biasanya konsumen melewati

tahapan-tahapan sebagai berikut :

Tahap awal dimana seseorang memiliki kebutuhan dan keinginannya

yang harus dipenuhi. Perasaan ini bisa dipicu dari dalam diri sendiri

atau dari luar diri. Seperti : teman-teman dan keluarga

2. Mencari Informasi

Tahap dimana konsumen akan mencari informasi yang berkaitan

dengan produk yang akan dibeli. Informasi ini ada yang didapat dari

pengalaman sendiri atau dari jalur komersial. Seperti : iklan—iklan di

koran dan majalah

3. Evaluasi Alternatif

Setelah memiliki informasi yang cukup konsumen dapat mengevaluasi

alternatif pilihan mana yang paling menguntungkan dari segi harga,

kualitas atau merek produk yang akan dibeli.

4. Keputusan

Tahap dimana konsumen melakukan pembelian terhadap produk yang

telah dievaluasi sebelumnya.

5. Perilaku setelah Keputusan

Menyangkut puas tidaknya konsumen terhadap produk yang telah

dibeli, jika konsumen merasa puas maka dapat diprediksi dia akan

mengkonsumsi lagi produk tersebut atau jika konsumen merasa tidak

puas maka ia cenderung akan beralih pada produk pesaing.

2.9.3 Teori Pengambilan Keputusan

Teori pengambilan keputusan dapat diaplikasikan bukan hanya ditataran

kehidupan sehari-hari. Setiap manusfa dalam kehidupannya akan mengalami

keadaan atau situasi dimana ia harus mengambil keputusan.Proses pengambilan

keputusan seorang manusia dilakukan sejak masih kecil.

Entah berapa banyak keputusan dengan berbagai macam materi

permasalahan yang beragam yang pernah diambil oleh seseorang. Hal yang

biasa kita temui misalnya: dalam situasi yang berbeda kita di hadapkan harus

mengambil keputusan dalam memilih menu makanan, atau memilih baju yang

hendak dipakai. Atau masalah yang lebih kompleks lagi, misalnya; pemerintah

yang hendak memutuskan apakah harga BBM akan dinaikkan atau tidak. Siapa

pun, apa pun masalah dan pilihannya sebuah keputusan harus dijalankan sesuai

dengan keputusan itu.

Mengambil keputusan berarti memilih alternatif terbaik dari

alternatif-alternatif yang ada. Menurut (Stoner, 2002) keputusan adalah pemilihan

berbagai alternatif-alternatif yang ada, dari deflnisi tersebut terdapat tiga

pengertian, yaitu:

a) Dalam keputusan ada pilihan yang di dasari oleh

pertimbangart-pertimbangari atau atas dasar logika tertentu.

b) Keputusan adalah alternatif yang dipilih, yang dianggap lebih baik dari

alternatif yang lainnya.

c) Keputusan berkaitan dengan suatu tujuan yang hendak dicapai. Dengan

adanya keputusan tersebut akan memudahkan untuk mendekati atau

Agar keputusan yang diambil dari alternatif yang ada tidak salah , tidak

mengakibatan dampak yang buruk dikemudian hari, alangkah baiknya kita

mempelajari unsur atau komponen-komponen dalam teori pengambilan

keputusan. Menurut (Terry, 2001) terdapat lima dasar dalam pengambilan

keputusan, yaitu:

1. Intuisi yaitu pengambilan keputusan berdasarkan perasaan dan bersifat

subjektif. Pengambilan keputusan dengan menggunakan perasaan atau

intuisi dapat dilakukan dengan cepat, namun tidak jarang hasilnya relatif

tidak maksimal karena tidak dibarengi dengan pertimbangan-pertimbangan

yang matang.

2. Pengalaman yaitu pengalaman dalam pengambilan keputusan memberikan

manfaat secara praktiskarena ia akan lebih mengetahui

pertimbangan-pertimbangan baik berupa untung ruginya, baik buruknya dalam keputusan.

3. Wewenang yaitu pengambilan keputusan karena wewenang biasanya

dilakukan oleh seseorng yang lebih tinggi kedudukannya, misalkan

pimpinan kepada bawahannya. Bisa berupa peraturan yang harus dilakukan.

4. Fakta yaitu pengambilan keptusan berdasarkan fakta dapat memberikan

hasil yang efektif. Karena dengan adanya data yang akurat, orang akan

menerima keputusan dengan rasa percaya.

5. Rasional yaitu pengambilan keputusan berdasarkan fakta adalah

pengambilan keputusan dengan objektivitas, dan lebih bersifat logis serta

transparan dan konsisten. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan

akan ditargetkan, memunculkan pengetahuan alternatif, dan hasil yang

maksimal

2.9.4 Teori Pengambil Keputusan Rasionai Komprehensif

Teori pengambilan keputusan ini meliputi unsur-unsur utama, yaitu:

1. Dalam teori pengambilan keputusan rasional komprehensif. Seseorang

yang hendak mengambil keputusan pada saat dimana ia dihadapkan

oleh masalah tertentu yang jenis masalahnya dapat dibedakan dengan

jenis masalah yang lain, dalam artian masalah tersebut dapat

dibandingkan dengan masalah-masalah yang lainnya.

2. Tujuan. Nilai dan sasaran yang menjadi pedoman dalam pengambilan

keputusan pada teori ini sangat jelas dan dapat ditetapkan nilainya

sesuai dengan kepentingannya.

3. Dalam teori pengambilan keputusan ini, alternatif yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah dapat diteliti dan diamati.

4. Dari berbagai macam alternatif yang ada, diteliti pula hal yang

berhubungan dengan point-point tersebut, misalkan; biaya, manfaat,

dampak dan sebagainya.

5. Sesudah jelas, pengambil keputusan akan memilih alternatif yang sesuai

denaan pilihannya, vanp dapat memaksimalkan. yang sudah menjadi

tujuan pencapaian.

Teori pengambilan keputusan rasional komprehensif mendapatkan

kritikan dari para ahli, salah satu contohnya oleh Charles lindblom seorang ahli

pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak sedang berhadapan dengan

masalah yang sedang terjadi. Menurutnya, pembuat keputusan kemungkinan

akan dihadapkan dengan kesulitan untukmemilih nilai, tujuan yang ada dalam

dirinya dengan nitai yang ada dimasyarakat.

Sedangkan menurut pakar yang lain, (Milne, 2000) teori pengambilan

keputusan ini tidak mudah diterapkan oleh negara-negara yang sedang

berkembang, karena beberapa hal seperti: tidak adanya data yang memadai baik

data berupa informasi maupun data statistik, adanya ketidaksingkronan

birokrasi atau sitem budaya pembuatan keputusan membuat kebijakan akan

lemah dan tidak sanggup memasukkan unsur-unsur yang rasional pada waktu

hendak mengambil keputusan. Teori Pengambilan Keputusan Inkremental

Teori pengambiian keputusan inkremental adalah teori yang mencoba

menghindari masalah yang hams dipertimbangkan seperti yang ada pada

pengambilan keputusan rasional komprehensif. Teori pengambilan keputusan

ini banyak digunakan oleh pemerintah untuk mengambil suatu kebijakan dan

banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,

Berikut ini uraian mengenai teori pengambilan keputusan inkremental:

1. Dalam teori ini pemilihan tujuan atau sasaran dipandang sebagai suatu

yang saling berkaitan dengan analisis tindakan empiris.

2. Seseorang atau sekelompok orang yang mengambil keputusan dianggap

hanya akan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang memiliki

dipandang secara inkremental dibandingkan dengan keputusan yang

ada.

3. Yang akan dijadikan evaluasi hanyalah sebagian alternatif-alternatif

yang berhubungan dengan akibat-akibat yang mendasari masalah yang

berkaitan.

4. Masalah-masalah yang sedang dihadapi akan didefinisikan secara

teratur, ini adanya pandangan yang inkrumentalisme yang memberikan

kemungkinan untuk dapat mempertimbangkan dan menyesuaikan

dengan tujuan-tujuan sehingga memungkinkan masalah yang ada dapat

diselesaikan.

5. Tidak ada keputusan dan pemecahan masalah yang tepat untuk

menyelesaikan suatu masalah, namun kunci dari teori pengambilan

keputusan ini terletak pada keyakinan bagaimana alternatif dan analisis

pada akhirnya akan disepakati walaupun tanpa adanya persetujuan dan

itu menjadi hal yang tepat untuk menncapai tujuan atau menyelesaikan

suatu masalah.

6. Pada teori pengambilan keputusan inkremental pada dasarnya hanya

bersifat memperbaiki hal-hal yang kecil yang lebih diutamakan pada

perbaikan dan upaya-upaya yang kongkrit dalam mengatasi sebuah

masalah. Misalnya: untuk mengatasi masalah sosial

2.9.5 Teori Pengambilan Keputusan Terpadu

Teori pengambilan keputusan terpadu atau mixed scanning theory

kritik-kritik terhadap teori inkremental yang dikaitkan dengan teori

pengambilan keputusan rasional komorehensif

Teori inkremental dalam pengambilan kebijakkan hanya mencerminkan

kepada kepentingan-kepentingan dari kelompok yang kuat. Sedangkan

kepentingan dari kelompok yang lemah yang secara politisi dianggap tidak

mampu melakukan pengorganisasian yang praktis sehingga diabaikan.

Pada teori pengambilan keputusan inkremental hanya memperhatikan

rencana yang sifatnya sementara atau hanya dalam jangka yang pendekdan

hanya mempertimbangkan dari kebijakkan yang ada pada waktu keputusan

tersebut akan di buat, sehingga menutup peluang-peluang yang ada.

Sedangkan menurut (Dror, 1968) teori pengambilan keputusan

inkremental cenderung menghasilkan keputusan yang lamban, dan akan

banyakterjadi status-quo yang akan mempersulit dalam pengambilan

keputusan.

Teori ini dianggap tidak cocok dalam pengambilan kebijakan

pemerintahan, terutama dipakai di negara-negara yang sedang berkembang

karena pengambilan teori pengambilan keputusan ini hanya akan membawa

perubahan dan dampak yang kecil saja, sedangkan dalam suatu negara

perubahan dalam perbaikan diusahakan harus menjadi perbaikan secara

besar-besaran.

Pada teori pengambil keputusan terpadu memperhitungkan kemampuan

para pengambil keputusan, secara umum teori ini berpendapat semakin besar

memobilisasikan kekuasaannya yang berguna untuk mengimplementasikan

keputusan-keputusan yang dibuat oleh mereka sehingga proses scanning akan

lebih luas dan besar dan inilah yang akan menjadikannya lebih efektif.

Pada dasarnya pengambilan keputusan terpadu adalah penggabungan

antara teori pengambilan keputusan rasional komprehensif dengan pengambilan

keputusan inkremental dalam upaya pengambilan keputusan. Dari ketiga

paparan teori pengambilan keputusan diatas, maka bisa diketahui unsur-unsur

apakah yang diperlukan agar keputusan dapat dilakukan dengan lebih fokus dan

terarah. Kita perlu mengetahui tujuan dari pengambilan keputusan, mengetahui

alternatif dan identifikasi pada setiap alternatif-alternatif yang ada, melakukan

perhitungan mengenai faktor-faktor lain yang tidak akan disadari atau diketahui

sebelumnya, atau mengenai hal-hal yang tidak akan diduga, didukung oleh

sarana atau perlengkapan agar hasil dari pengambilan keputusan dapat

dievaluasi dan diukur hasilnya.

Jika sudah memahami unsur tersebut, kita akan lebih menaetahui teori

pengambilan keputusan apakah yang pantas atau cocok untuk diaplikasikan

dalam kegiatan pengambilan keputusan yang sesuai dengan konteks

permasalahan.

2.10 Penelitian Terdahulu

1. Prayogi (2012) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keputusan MemilihPartai Nasional Demokrat (Studi Kasus:

penelitian, Secara serempak (simultan) terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel-variabel independen (produk, promosi, harga, dan

penempatan) terhadap Keputusan Memilihpartai Nasdem studi kasus

mahasiswa Fakultas Ekonomi USU. Variabel kualitas produk berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap keputusan memilih, hal ini terlihat

dari nilai signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05 dan nilai thitung (3.933) > ttabel,

artinya sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di tingkatkan variabel

produk dalam pemasaran politik maka Keputusan Memilihpartai NASDEM

akan meningkat 0.267 .

2. Pasaribu (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Bauran

Pemasaran Isi Extra Produk Shampoo Sunsilk Sachet Isi Extra terhadap

keputusan beli konsumen pada Swalayan Maju Bersama Jl. Mangkubumi

Medan”. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditunjukkan bahwa keputusan

beli dapat dijelaskan oleh kualitas produk, harga, dan isi extra yang

dijelaskan sebesar 53,7% serta sisanya 46,3% dijelaskan oleh faktor-faktor

lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian tersebut.

2.11 Kerangka Konseptual

Menggunakan 4Ps marketing dalam dunia politik menjadikan

marketing politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif.

Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi atau penjabat daerah ketika

menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan

masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik (Firmanzah,

2007: 211).

Sehingga kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

2.12 Hipotesis

Hipotesis yang disusun berdasarkan kerangka pemikiran dan model

analisis tersebut adalah bahwa :

1. Variabel produk, harga, promosi, penempatan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Keputusan Memilih Gus Irawan sebagai Calon

Gubernur SUMUT.

Faktor Penempatan

(Place) (X4)

Faktor Promosi

(Promotion) (X3)

Faktor Harga (Price) (X2)

Keputusan Memilih Gus Irawan

Faktor Penempatan

(Place) (X4)

Gambar 2.2 Model Konseptual

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) sudah diambang pintu

Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

demokrasi, merupakan suatu hal yang amat penting dan merupakan salah satu

wujud dari pengamalan demokrasi. Melalui pemilu, rakyat mengamalkan

persyaratan demokrasi yaitu partisipasi politik, yang merupakan hak politik

rakyat yang berasal dari martabat yang melekat dalam diri manusia. Dalam

masyarakat maju, yang rata-rata memiliki pendidikan yang memadai, dengan

tingkat kehidupan sosial ekonomi yang mayoritas dapat digolongkan sebagai

“kelas menengah” (middle class), keikutsertaan mereka dalam proses pemilu,

didorong oleh kesadaran dan keyakinan bahwa sebagai warga masyarakat

berharap kepentingannya dapat ditampung (accommodated) atau

sekurang-kurangnya diperhatikan oleh partai politik dan pemerintah yang mereka pilih.

Dalam Memilihan Kepala Daerah, kandidat sangat perlu untuk

mensosialisasikan diri dan atribut yang disandangnya kepada masyarakat

(memilih). Baik kandidat tersebut sebagai pribadi, sebagai bagian dari

masyarakat, latar belakang pendidikan maupun keluarga maupun track record

partai politik pengusung kandidat. Dalam hal ini, maka pemasaran politik

(political marketing)sebagai bagian dari strategi pemenangan kandidat mutlak

Masyarakat Indonesia yang sadar dan paham arti pemilu, masih terbatas

jumlahnya. Kalangan masyarakat bawah (grassroots), ikut-serta dalam proses

pemilu dianggap sebagai kewajiban bukan hak. Keikut-sertaan mereka dalam

pemilu, umumnya disebabkan karena dimobilisasi (mobilized participation)

dan pengaruh politik uang.

Sukses konsolidasi menghadapi pemilu, tidak berarti menghilangkan

praktik politik uang (money politics) dalam pemilu. Pemilu bagi masyarakat

miskin, mesti disertai bantuan sembako dan uang. Mereka ikut kampanye, lebih

didorong oleh kepentingan untuk mendapat uang makan dan transport. Itu

sebabnya sangat sukar dihilangkan praktik “serangan fajar” menjelang hari

pencoblosan pemilu dengan membagikan uang dan pangan (sembako) di setiap

rumah orang miskin. Tujuan politik uang dalam pemilu ialah untuk

memperoleh sokongan suara rakyat yang besar dalam pemilu. Dengan

memperoleh sokongan suara yang besar dalam pemilu, maka partai itu akan

mendapat kursi yang banyak di legislatif (DPR/DPRD), sehingga dapat

memainkan peranan penting di legislatif. Hal itu terjadi karena praktik politik

uang dalam pemilu, masih merupakan cara yang paling efektif untuk

mempengaruhi dan merubah pilihan masyarakat miskin.

Tetapi konsep pelaksanaan didalam politik tetap harus di laksanakan

konsep pemasaran (marketing) yang tidak hanya pada institusi bisnis saja,

tetapi mulai merambah pada aplikasi ilmu marketing diluar konteks organisasi

presiden untuk membangun hubungan dengan memilih. Penerapan metode dan

konsep marketing dalam dunia politik disebut sebagai marketing politik.

Firmanzah (2003:35) menambahkan bahwa salah satu peran marketing yang

penting adalah dalam bidang sosial.

Konsep pemasaran atau marketing yang selama ini dikenal dengan

bauran pemasaran secara umum menurut McCarthyn (1957) dalam (Firmanzah,

2008: 211), yaitu terdiri komponen ‘4-Ps’ (product, promotion, price and

place), kini sekaligus mempopulerkan salah satu pelaksanaan kegiatan bidang

pemasaran politik atau yang disebut dengan political marketing. Pengembangan

selanjutnya mengenai konsep pemasaran tersebut ke bidang lainnya secara

lebih aplikatif, kreatif dan inovatif kepada pasar sasaran yang diinginkan.

Mahasiswa merupakan pasar yang sangat potensial bagi kandidat Partai

Politik untuk mendapatkan suara. Dalam hal ini, jumlah mahasiswa yang cukup

besar untuk kota Medan memberikan tantangan tersendiri bagi kandidat.

Memilih mahasiswa juga cenderung obyektif dalam memandang kapabilitas

dan potensi kandidat. Sehingga memilih mahasiswa akan dapat terpengaruh

oleh isu negatif maupun positif yang berasal dari kandidat. Selain itu, sebagian

dari memilih mahasiswa merupakan memilih pemula yang sebelumnya belum

pernah memilih dalam Memilihan Presiden (www.suaramerdeka.com). Hal ini

menjadi tantangan baru bagi kandidat untuk dapat memasarkan 'dirinya secara

menarik dan kreatif. Sehingga memilih mahasiswa memiliki alasan untuk

Memilihan Gubernur SUMUT yang akan dilaksanakan pada Tanggal 7

Maret menjadi tantangan tersendiri para kandidat calon Gubernur untuk

menerapkan political marketing. Gus Irawan pria kelahiran Padang Sidempuan

31 Juli 1964 ini. Dia jagoan beberapa cabang olahraga, ahli manajemen, bankir

visioner. Bankir berumur 46 tahun ini secara individu juga sudah akrab dengan

berbagai prestasi olahraga, begitu pula tarik suara. Alumni SMA 1 Medan, S1

Fakultas Ekonomi Universitas Syah Kuala dan Pasca Sarjana USU itu antara

lain Juara I Bankers Idol pada Porseni Perbankan Sumut 2007, juara berbagai

turnamen golf, dan runner-up Marathon 1200 CC Open pada Kejuaraan

Nasional Jetski di Danau Toba 2004. Direktur Utama PT Bank Sumut itu

berhasil membawa Sumatera Utara meraih Juara Umum untuk kali pertama

dalam ajang Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) se – Sumatera 2007 yang

diadakan empat tahun sekali.

Sukses itu diraih bukan hanya karena kepiawaian manajerial semata,

namun juga karena kecintaannya terhadap dunia olah-raga. Ayah dari satu putri

dan dua putra ini merupakan atlet eksekutif cabang olahraga golf, futsal,

sepakbola, tenis, jetski, boling, dan banyak lainnya. Gus Irawan juga sudah

menerima banyak penghargaan, di antaranya Piala Sang Graha Krida atas

kepedulian terhadap pembinaan olahraga Sumut dari Presiden RI Megawati

Soekarno Putri (2003), Tokoh Olahraga yang memunculkan atlet berprestasi

dari Pemprovsu (2007) dan Tokoh Peduli Pendidikan dari PGRI Sumut (2007).

Pentingnya analisis bauran pemasaran yang tepat dilakukan oleh

kandidat-kandidat Partai politik yang akan bertarung dalam Pilkada Langsung

Kota Medan 2013 serta terbatasnya penelitian tentang ilmu pemasaran politik,

terutama dalam realitas perpolitikan daerah, rnendasari peneliti mengangkat

judul "Pengaruh Bauran Pemasaran Politik Terhadap Keputusan Memilih

Gus Irawan Pasaribu Sebagai Calon Gubernur Sumatera Utara”.

Dokumen terkait