• Tidak ada hasil yang ditemukan

polos ‘n apa adanya

Dalam dokumen 16804489 Ki Hajar Dewantara (Halaman 39-44)

May 2, 2007

Ki Hadjar Dewantara dan Hari pendidikan Nasional

Filed under: wajah-wajah — khuclukz @ 7:55 pm

“TANAH air kita meminta korban. Dari di sinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya… sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan… memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. Akan tetapi percayalah di baliknya masih ada matahari yang bersembunyi… kapan hujan turun dan udara menjadi bersih karenanya?”

(Ki Hadjar Dewantara).

Siapa yang gak kenal sosok tokoh pendidikan Bapak Ki Hadjar

Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Ki

Hadjar yang bernama asli R.M. Suwardi Suryaningrat merupakan tokoh pendidikan nasional. Aktivitasnya dimulai sebagai jurnalis pada

beberapa surat kabar dan bersama EFE Douwes Dekker, mengelola De Expres. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi Oetomo dan Sarikat Islam. Selanjutnya bersama Cipto Mangun Kusumo dan EFE Douwes Dekker — dijuluki ”Tiga Serangkai” — ia mendirikan Indische Partij, sebuah organisasi politik pertama di Indonesia yang dengan tegas menuntut Indonesia merdeka. Pada zaman Jepang, peran Ki Hadjar tetap menonjol. Bersama Soekarno, Hatta, dan Mas Mansur, mereka dijuluki “Empat Serangkai”, memimpin organisasi Putera. Ketika merdeka, Ki Hadjar menjadi Menteri Pengajaran Pertama.

Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut

Wuri Handayani. Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki

ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi bawahan atau anak buahnya.

Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari

kata Ingsun yang aratinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan

bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Banyak pimpinan saat ini yang sikap dan perilakunya kurang mencerminkan sebagai figur seorang pemimpin, sehingga tidak dapat digunakan sebagai panutan bagi anak buahnya. Sama halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso

diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah

seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahanya. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.

Untuk mengenang jasa beliau, maka PERINGATAN Hari Pendidikan Nasional 2 Mei tidak bisa dipisahkan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa

memajukan pendidikan di Indonesia. Semoga kita sebagai generasi muda bisa melanjutkan cita-cita beliau, dan dapat mengamalkan ajaran yang telah diberikan. (Amin)

sumber : pikiran-rakyat, Jay, TNI Comments (10)

10 Comments »

1.

info yang di tampilkan cukup bagus,akan tetapi lebih bagus lagi jika profil tokoh ikut di cantumkan. kritis,idealis dan peduli pendidikan.

ttd

Mahasiswa FIP UNESA

2.

untuk nambahin profilnya ki hajar gw bisa sedikit bantu…: Nama:

Ki Hajar Dewantara Nama Asli:

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat Lahir:

Yogyakarta, 2 Mei 1889 Wafat:

Yogyakarta, 28 April 1959 Pendidikan:

= Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) = STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat = Europeesche Akte, Belanda

= Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957 Karir:

= Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara

= Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922

= Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Organisasi:

= Boedi Oetomo 1908

= Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912

Penghargaan:

Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional Pahlawan Pergerakan Nasional (surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

Comment by andydoanx — April 18, 2008 @ 8:41 am | Reply

3.

oh iya sori gw waktu ninggal komen belum perkenalan… nama gw Andy, mahasiswa FIS UNESA (SURABAYA) terima kasih….

kurang lebihnya saya minta maaf

Comment by andydoanx — April 18, 2008 @ 8:43 am | Reply

4.

TENGKYU YA DEKKKK…

Comment by OnYa — May 7, 2008 @ 1:11 pm | Reply

5.

Thanks zaw….t0ek bntuan u…

Q kan ckrang lgi bkin mading t0ek pondhokq, n temax penddkan, so paz bgt kan??? n nice t0 meet u b0y…..

Comment by vieta — October 30, 2008 @ 9:19 am | Reply

6.

Thanks zaw…toek bntuan u..

Q kan lgi bwat mading toek pondhokq, n temax penddikan, so klop deh q bca blog u… Btw lam knal drq…

Nice to meet u boy…..

Comment by vieta — October 30, 2008 @ 10:32 am | Reply

7.

hebat sangat polos n’ apa adnya

Comment by febe_uw — April 28, 2009 @ 4:24 pm | Reply

8.

Sangat membantu guna menambah referensi kami. salam dan sukses selalu serta diberkati Allah.

Comment by stefanus/giovanni/ntt/kupang — May 1, 2009 @ 7:13 am | Reply

Trimakasih info sejarah perjuangannya,sebagai acuanku untuk memberikan presentasi di depan peserta upacara Hardiknas bsk pagi.

Comment by yang-kung — May 1, 2009 @ 10:32 pm | Reply

10.

Informasi yang bagus. Tersirat bahwa pola pendidikan ideal adalah penanaman motivasi belajar, bukannya penanaman ilmu pengetahuan itu sendiri. Jika badan termotivasi maka belajar terjadi dengan sendirinya.

Dalam dokumen 16804489 Ki Hajar Dewantara (Halaman 39-44)

Dokumen terkait