BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal digunakan untuk memberikan atau menambah kecepatan pada cairan, kemudian merubahnya menjadi energi tekanan. Cairan dipaksa masuk ke sebuah impeller, dengan daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller yang ada berada dalam cairan tadi. Apabila impeler berputar, maka zat cair yang ada dalam impeller akan ikut berputar akibat dorongan sudu – sudu pada impeller. Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impeller menuju keluar melalui saluran diantara sudu – sudu dengan kecepatan tinggi (Faisal, M., 2016).
Zat cair yang meninggalkan impeller tersebut dikumpulkan di dalam rumah pompa yang berbentuk spiral atau biasanya disebut volut yang tugasnya mengumpulkan cairan dari impeller dan mengarahkan ke discharge nozzel (Faisal, M, 2016). Discharge nozzel berbentuk seperti kerucut sehingga kecepatan aliran yang tinggi dari impeller bertahap turun, bentuk kerucut ini disebut diffuser. Pada waktu penurunan kecepatan di dalam diffuser diubah menjadi energi tekanan. Jadi impeller pompa berfungsi memberikan kerja pada zat cair sehingga energi yang dikandungnya akan menjadi lebih besar (Faisal, M., 2016), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Pompa Sentrifugal (Sumber :Faisal, M., 2016) 2.8 Relay
Relay adalah sakelar mekanik yang dikendalikan atau dikontrol secara elektronik (elektro magnetik). Sakelar pada relay akan terjadi perubahan posisi off ke on pada saat diberikan energi elektro magnetik pada armature relay tersebut. Relay pada dasarnya terdiri dari 2 bagian utama yaitu sakelar mekanik dan sistem pembangkit elektromagnetik (induktor inti besi) (Irjan, L., 2013). Sakelar dikendalikan menggunakan tegangan listrik yang diberikan ke induktor pembangkit magnet, kemudian digunakan untuk menarik armature tuas saklar atau kontaktor relay, seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Bagian relay elektromagnetik (Sumber :Irjan, L., 2013)
Relay dibutuhkan dalam rangkaian elektronika sebagai eksekutor sekaligus interface antara beban dan sistem kendali elektronik yang berbeda sistem power supply-nya. Secara fisik antara sakelar dengan elektromagnetik relay terpisah sehingga antara beban dan sistem kontrol akan terpisah. Bagian utama relay elektro mekanik adalah sebagai berikut :
1. Kumparan elektromagnet.
2. Sakelar.
3. Armature Spring (Pegas).
Dari konstruksi relay elektro mekanik dapat diuraikan sistem kerja atau proses relay bekerja. Pada saat elektromagnet tidak diberikan sumber tegangan, maka tidak ada medan magnet yang menarik armature, sehingga skalar relay tetap terhubung ke terminal Normally Close (NC). Kemudian pada saat elektromagnet diberikan sumber tegangan, maka terdapat medan magnet yang menarik armature, sehingga saklar relay terhubung ke terminal Normally Open (NO) (Irjan, L, 2013).
Relay elektro mekanik memiliki kondisi sakelar dalam 3 posisi. Ketiga posisi sakelar relay ini akan berubah pada saat relay mendapat tegangan sumber pada elektromagnetnya.
Ketiga posisi saklar relay tersbut yaitu : 1. Normaly On
Kondisi awal sakelar tertutup (On) dan akan terbuka (Off) jika relay diaktifkan dengan cara memberi arus yang sesuai pada kumparan atau koil relay. Istilah lain kondisi ini adalah Normaly Close (NC) seperti dalam Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Relay normaly close (NC).
(Sumber :Irjan, L., 2013)
2. Normaly Off
Kondisi awal sakelar terbuka (Off) dan akan tertutup jika relay diaktifkan dengan cara memberi arus yang sesuai pada kumparan atau koil relay. Istilah lain kondisi ini adalah Normaly Open (NO) seperti dalam Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Relay normaly open (NO).
(Sumber :Irjan, L., 2013)
3. Change-Over (CO) atau Double-Throw (DT)
Relay jenis ini memiliki dua pasang terminal dengan dua kondisi yaitu Normaly Open (NO) dan Normaly Close (NC). Relay juga dibedakan berdasar pole dan throw yang dimilikinya. Pole adalah banyaknya kontak yang dimiliki oleh relay. Sedangkan throw adalah banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki sakelar (Effendi, A., 2013). Berikut ini penggolongan relay berdasar jumlah pole dan throw atau disebut juga sebagai simbol relay, yaitu :
1. Single Pole Single Throw (SPST)
Relay ini memiliki empat terminal yaitu, dua terminal kumparan atau koil dan dua terminal saklar (A dan B) yang dapat terhubung dan terputus seperti dalam Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Single Pole Single Throw (SPST) (Sumber : Effendi, A., 2013)
2. Single Pole Double Pole (SPDT)
Relay ini memiliki lima terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil dan tiga terminal saklar (A,B, dan C) yang dapat terhubung dan terputus dengan satu terminal pusat.
Jika suatu saat terminal (misal A) terputus dengan terminal pusat (C) maka terminal lain (B) terhubung dengan terminal pusat tersebut (C), demikian juga sebaliknya seperti dalam Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Single Pole Double Pole (SPDT) (Sumber : Effendi, A., 2013)
3. Double Pole Single Throw (DPST)
Relay ini mempunyai enam terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil dan empat terminal, merupakan dua pasang sakelar yang dapat terhubung dan terputus (A1 dan B1 serta A2 dan B2) seperti dalam Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Double Pole Single Throw (DPST) (Sumber : Effendi, A., 2013)
4. Double pole Double Throw (DPDT)
Relay ini mempunyai delapan terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil, enam terminal merupakan dua saklar yang dapat terputus dan terhubung (A1,B1,C1 dan A2, B2, C2) seperti dalam Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Double pole Double Throw (DPDT) (Sumber : Effendi, A., 2013)
5. Quadruple Pole Double Throw (QPDT)
QPDT sering disebut sebagai Quad Pole Double Throw atau Four Pole Double Throw (4PDT). Relay ini setara dengan empat buah saklar atau relay SPDT atau dua buah relay DPDT dan terdiri dari empat belas pin (termasuk 2 buah untuk koil) seperti dalam Gambar 2.16.
Gambar 2.16 Quadruple Pole Double Throw (QPDT) (Sumber : Effendi, A., 2013)
Selain itu terdapat jenis-jenis relay lainnya. Relay juga diaplikasikan untuk berbagai keperluan, sehingga dianggap relay tersebut memiliki fungsi khusus, seperti contoh berikut :
a. Timming Relay
Relay yang bekerja untuk sebuah pewaktuan, dimana koil relay akan dianggap on, jika memenuhi beberapa waktu tertentu (misal 5 detik). Timing relay adalah jenis relay yang khusus. Cara kerjanya yaitu jika koil dari timing relay on, maka beberapa detik kemudian baru kontak relay akan on atau off (sesuai jenis NO/NC contact) seperti dalam Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Timming Relay (Sumber : Effendi, A., 2013) b. Latching Relay
Relay ini dipergunakan untuk latching atau mempertahankan kondisi aktif input sekalipun input sebenarnya sudah mati. Cara kerjanya yaitu jika latch coil diaktifkan, maka latch coil tidak akan bisa dimatikan kecuali unlatch coil diaktifkan seperti dalam Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Latching Relay (Sumber : Effendi, A., 2013) c. Reed Relay
Relay ini memiliki seperangkat kontak di dalam vakum atau gas inert untuk mengisi tabung gelas yang melindungi kontak terhadap korosi atmosfer. Kontak tertutup oleh medan magnet yang dihasilkan ketika arus mengalir melalui kumparan di sekeliling tabung gelas. Reed relay mampu mengubah kecepatan lebih cepat daripada jenis relay yang lebih besar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan skripsi ini merupakan perencanaan dan pembuatan sistem otomatisasi pada motor pompa air DC yang menjadi sebuah alat Pump Plant control dengan menggunakan DCS Yokogawa Centum VP. Langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk merealisasikan alat yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
1. Perancangan Perangkat Keras.
2. Perancangan Diagram Alir.
3. Perancangan Kerja.
4. Spesifikasi Alat.
5. Pembuatan diagram state.
6. Pengujian software dan hardware.
7. Pembuatan Trend.
8. Pembuatan Graphic.
9. Pengambilan kesimpulan.
3.1 Perancangan Perangkat Keras
Untuk merealisasikan alat dan sistem yang telah dirancang, maka yang perlu diperhatikan beberapa tahapan dalam pembuatan alat adalah perancangan alat. Perancangan alat ini diakukan sebagai langkah awal sebelum terbentuknya suatu sistem beserta rangkaian elektronik pendukungnya, hal ini dimaksudkan agar sistem otomatisasi pump plant control tersebut dapat berjalan dengan baik dan perancangan sistem yang dilakukan telah meliputi penjelasan mengenai alat miniatur pump plant control.
Pump plant control adalah alat yang dibuat dari bahan plastik bening. Bahan yang dibuat berukuran 18 cm x 18 cm dengan tinggi 20 cm. Pada alat tersebut terdapat 5 pompa yang berfungsi sebagai penyedot air, agar air dapat berpindah dari satu wadah ke wadah lainnya.
Dari 5 pompa terdapat 2 kondisi input yaitu kondisi pertama yaitu 2 pompa dipicu oleh timer selama 30 detik, dan kondisi terakhir yaitu 3 pompa dipicu oleh output sensor level yang apabila ketinggian air mencapai ketinggian yang diinginkan akan mencatu Vcc dengan Vcc
yang telah di pasang sesuai ketinggian level air yang diinginkan, seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Pump plant control dibuat sama karena tegangan pada DCS Yokogawa Centum VP adalah 24 volt, yang dimana DCS hanya akan bekerja dengan sensor dan aktuator yang memiliki tegangan input sebesar 24 volt.
3.2 Perangcangan Diagram alir sistem
Ada perancangan alat diperlukan perancangan diagram alir sistem yang dapat menjelaskan sistem secara garis besar dan diharapkan alat dapat bekerja sesuai dengan desain yang diinginkan. Diagram alir sistem dapat dilihat dalam Gambar 3.2.
START Gambar 3.2 Diagram alir keseluruhan
3.3 Perancangan Kerja
Pump plant control terdiri dari wadah plastik berbentuk persegi dengan ukuran 18 cm x 18 cm x 20cm, motor pompa yang digunakan motor pompa air DC 24v, dan sensor level switch. Untuk mengaktifkan alat secara keseluruhan, maka diperlukannya input on-off yang akan mengaktifkan dan mematian keseluran sistem. Jika ingin mengaktifkan keseluruhan sistem, maka sakelar on-off haruslah berlogika 1 dan apabila saklar on-off berlogika 0 maka sistem keseluruhan akan mati.
Timer digunakan untuk menentukan lamanya waktu menyala pada motor pompa. Setelah alat aktif atau berlogika 1, maka akan mengaktifkan M1, kemudian timer menghitung selama 30 detik dan kemudian memberhentikan M1. Kemudian ketika M1 berhenti menyala, maka akan mengaktifkan M2, sama halnya seperti logika sebelumnya timer menghitung selama 30 detik dan akan memberhentikan M2 dan setelah timer aktif selama 30 detik, M1 akan aktif kembali. Jika M2 berhenti menyala, maka akan mengaktifkan M1. Terus menerus berulang hingga alat di berhentikan (S0 berlogika 0).
M3 dan M4 akan menyala jika LS1 aktif, LS1 akan aktif atau berlogika 1 jika air naik melewati sensor ≥ 12 cm dari dasar wadah dan menggabungkan Vcc dengan Vcc pada sensor.
LS1 akan mati jika ketinggian air < 12 cm. Jika LS1 mati maka M3 dan M4 akan berhenti menyala. M5 akan menyala jika LS2 aktif. LS2 aktif atau berlogika 1 jika air naik melewati sensor ≥ 15 cm dari dasar wadah dan menggabungkan Vcc dengan Vcc pada sensor. LS2 akan mati jika ketinggian air < 15 cm. Jika LS2 mati maka M5 akan berhenti menyala. Siklus ini juga terus berkelanjutan seperti teori sistem kontrol sekuensial.
3.4 Spesifikasi Alat
3.3.1 Yokogawa DCS Centum VP (Vigilant Plant)
DCS (Distributed Control System) merupakan pengembangan sistem kontrol dengan menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya agar didapat suatu pengontrolan satu atau lebih dari satu loop sistem. DCS juga mampu mengontrol sistem yang komplek dan bekerja secara real time. Secara garis besar komponen penyusun DCS Centum VP terdiri atas:
1. HIS (Human Interface Station)
Unit ini dipergunakan untuk memonitor dan mengoperasikan suatu proses termasuk menampilkan proses variabel, parameter kontrol dan alarm yang diperlukan oleh pengguna untuk mengetahui kondisi operasi serta status dalam plant.
2. FCS (Field Control Station)
Field Control Station berfungsi sebagai peralatan controller (control station & monitoring station) terdiri dari modul – modul CPU (Processor), I/O Module, Communication Module dan Power Supply Module, dll.
3. ENG (Engineering Station)
ENG atau dikenal sebagai EWS (Engineering Work Station) ialah sebuah komputer yang digunakan untuk konfigurasi dan pemeliharaan sistem. Sebuah computer dapat difungsikan secara bersamaan sebagai HIS maupun ENG. Pada EWS, engineer dapat melakukan fungsi rekayasa, simulasi dan pengembangan sistem tanpa menggagu proses yang berada di lapangan.
Gambar 3.3 Komponen penyusun DCS Centum VP
Seperti pada gambar 3.3 Spesifikasi DCS Centum VP mampu melakukan monitoring terhadap 8.000 tags (inisialisasi proses) dan mampu dihubungkan hingga 256 station.
Centum VP bekerja secara redundant. Sistem redundant ialah dua buah perangkat sistem yang bekerja secara bersama - sama untuk menjaga kinerja sistem dilakukan oleh perangkat yang bekerja normal tanpa menggangu proses. Terdapat perangkat yang bekerja sebagai master dan back-up pada sistem ini atau dengan kata lain DCS ini memiliki masing – masing dua buah Power Supply, baterai, komunikasi bus.
3.3.2 Rangkaian Modul I/O DCS
Modul I/O merupakan perangkat yang terpasang pada FCS di DCS Centum VP. Terdapat 8 slot I/O pada DCS yang dapat dikonfigurasi dengam modul analog maupun modul digital.
Pada penyusunan skripsi ini, hanya menggunakan input modul digital dan analog serta output digital, yaitu:
1. Modul Analog AAI143
Modul Analog AAI143 merupakan modul input analog dengan 16 slot masukan dengan spesifikasi masukan berupa variabel resistor ataupun 4 – 20 mA. Pada perancangan sistem digunakan 1 slot masukan yakni slot masukan limit swicth level sensor.
2. Modul Input Digital ADV151
Modul Digital ADV151 Merupakan modul input digital dengan 32 kontak input dengan nilai keluaran saat bernilai “1” ialah 0 volt, sedangkan saat bernilai “0” ialah 24 Vdc dengan arus 4,1 mA. Pada perancangan sistem digunakan tiga buah kontak input digital untuk starting sistem, batas atas dan batas bawah.
3. Modul Output Digital ADV551
Merupakan modul output digital dengan 32 kontak output dengan nilai keluaran saat bernilai “1” ialah 24 Vdc dengan arus 100 mA, sedangkan saat bernilai “0” ialah 0 volt. Pada perancangan sistem digunakan lima buah kontak output yakni lima pompa yang dihubungkan ke relay.
3.3.3 Level switch
Level Switch ini digunakan untuk memberikan informasi berupa sinyal dengan adanya perubahan ketinggian level air di dalam wadah atau tangki air. Pengukuran ketinggian atau level ini bisa dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan ketinggian dari fluida maupun untuk mengukur ketinggian dari matrial pada titik tertentu.seperti gambar 3.4.
Gambar 3.4 Level switch
3.3.4 Relay
Penggunaan Relay adalah karena output dari sensor level pada taraf tegangan 0 – 5 volt, sedangkan untuk PLC sendiri membutuhkan tegangan untuk kondisi input sebesar 24 volt.
Oleh karena itu dibutuhkan relay untuk mengaktifkan atau memberikan sinyal ke PLC untuk memberikan logika high (24 volt) maupun low (0 volt), seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Relay omron DBDT
3.3.5 Pompa air DC 24 V
Pompa air DC 24 V ini digunakan sebagai aktuator pada sistem ini. Fungsi dari pompa air ini adalah untuk mengalirkan air ke dalam tangki. Pompa air yang digunakan sebagai aktuator ini memiliki tegangan masukan sebesar 24 V. Pompa air 24 V ditunjukkan dalam gambar 3.6.
Gambar 3.6 Pompa Air TIY – 152
3.3.6 Pump plant control
Pump plant control bekerja dengan catu daya 24 volt dan berfungsi sebagai plant pada sistem. Plant ini terdiri atas 5 pompa air yang dikombinasikan dengan 2 kondisi input, yaitu input dari sensor level switch , dan timer. Pump plant control dapat dilihat dalam Gambar 3.7.
Gambar 3.7 plant system
3.5 Perancangan Diagram State
Diagram state digunakan untuk mempermudah dalam memahami sistem kerja alat, dengan didasari sistem kerja alat dan dihasilkan sebuah diagram state yang nantinya dijadikan sebuah acuan dalam pembuatan alat tersebut. Diagram state alat dapat dilihat dalam Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Perancangan diagram state
%Z011111
Hapus semua isi memori (Reset)
1
T mulai menghitung untuk selang 30s
Motor pompa air 1 ON
T1 mulai menghitung untuk selang 30s
M 0
3.6 Pengujian software dan hardware 3.6.1 Pengujian DCS
Tujuan pengujian DCS adalah untuk mengecek input dan output pada DCS dapat berfungsi secara baik atau tidak dan untuk mengecek program yang sudah dibuat pada HIS (Human Interface System) dapat dijalankan oleh FCS (Field Control Station).
Peralatan yang digunakan terdiri atas, yaitu : 1. HIS (Human Interface System).
2. FCS (Field Control Station).
3. Program dengan menggunakan Input dan output digital.
4. Multimeter.
Prosedur pengujian meliputi:
1. Membuat inisialisasi I/O yang akan digunakan pada FCS, tujuannya agar lebih mudah untuk memanggil pada DrawingBuilder.
2. Mendownload I/O yang telah diinisialisasi.
3. Membuatan program pada DrawingBuilder dengan menggunakan I/O yang sudah diinisialisasi.
4. Mendownload program yang telah dibuat.
5. Memanggil faceplate dengan cara mengetikkan nama program yang akan diamati dari menu Name.
6. Mengecek logika serta arus dan tegangan pada I/O DCS.
Tabel 3. 1
Hasil Pengujian I/O DCS
Input Digital Output Digital Tegangan Input Digital
Tegangan Output Digital
OFF OFF 24 V -
ON ON - 24 V
Dari data tabel 3.1 dapat diamati bahwa hasil I/O pada DCS dapat bekerja dengan baik.
3.6.2 Pengujian Timer
Pada pengujian timer ini timer berperan sebagai input digital pada DCS. Pengujian timer bertujuan apakah pemberian logika penyalaan oleh DCS pada motor pompa DC 24 V sudah benar sehingga output digital pada DCS dapat berjalan dengan benar.
Peralatan yang digunakan terdiri atas, yaitu:
1. HIS (Human Interface System).
2. FCS (Field Control Station).
3. Program dengan menggunakan Input dan output digital.
4. 2 Buah motor pompa air DC 24 V.
Prosedur pengujian meliputi:
1. Menyusun rangkaian antara 2 motor pompa air DC 24 V dengan DCS sehingga pompa dapat digunakan sebagai output digital.
2. Membuat inisialisasi I/O digital yang akan digunakan pada FCS. Input digital yang diinisialisasi disesuaikan dengan timer untuk menjalakan pompa air DC 24 V.
3. Mendownload I/O yang telah diinisialisasi.
4. Membuat program pada DrawingBuilder dengan menggunakan I/O yang sudah diinisialisasi.
5. Mendownload program yang telah dibuat.
6. Memanggil faceplate I/O dengan cara mengetikkan nama program yang akan diamati dari menu Name.
Hasil pengujian timer pada motor pompa DC 24 V ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Timer
No Kondisi Pembacaan DCS Output 1 DCS Output 2 DCS
1 Motor Pompa 1 30 s On Off
2 Motor pompa 2 30 s Off On
Dari data Tabel 3.2 dapat diamati bahwa timer motor pompa dapat digunakan sebagai input digital pada DCS dan dapat bekerja dengan baik.
3.6.3 Pengujian Level Switch
Pada pengujian Level switch ini berperan sebagai input digital pada DCS. Pengujian level switch bertujuan apakah pemberian logika penyalaan oleh level switch pada DCS sudah benar sehingga output digital pada DCS dapat berjalan dengan benar.
Peralatan yang digunakan terdiri atas, yaitu:
1. HIS (Human Interface System).
2. FCS (Field Control Station).
3. Program dengan menggunakan Input dan output digital.
4. 3 Buah motor pompa air DC 24 V.
Prosedur pengujian meliputi:
1. Menyusun rangkaian antara level switch dengan DCS sehingga dapat digunakan sebagai input digital.
2. Membuat inisialisasi I/O digital yang akan digunakan pada FCS. Input digital yang diinisialisasi disesuaikan dengan level switch dengan 2 motor pompa DC 24 V.
3. Mendownload I/O yang telah diinisialisasi.
4. Membuat program pada DrawingBuilder dengan menggunakan I/O yang sudah diinisialisasi.
5. Mendownload program yang telah dibuat.
6. Memanggil faceplate I/O dengan cara mengetikkan nama program yang akan diamati dari menu Name.
Hasil pengujian level switch ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Hasil Pengujian Level switch
No Kondisi Pembacaan sensor level ketinggian
Dari data Tabel 3.3 dapat diamati bahwa level switch dapat digunakan sebagai input digital pada DCS dan dapat bekerja dengan baik. Level switch dapat mengirimkan sinyal kepada DCS untuk mengaktifkan dan mematikan output pada DCS.
3.6.4 Pengujian Relay OMRON DPDT (Double Pole Double Throw).
Tujuan pengujian Relay OMRON DPDT adalah untuk mengetahui apakah relay dapat bekerja dengan baik saat diberikan catu daya 24 V. Catu daya 24 V yang diberikan berasal dari output digital pada DCS.
Peralatan yang digunakan terdiri atas, yaitu:
1. Relay OMRON DBPT.
2. Catu daya 24 V.
Prosedur pengujian meliputi:
1. Menyusun rangkaian antara relay dengan output digital DCS.
2. Menghubungkan pin 13 dan 14 pada relay dengan catu daya 24 V yang ada pada output digital DCS.
3. Membuat program pada DCS dengan output digital yang sudah terinisialisasi dengan relay.
4. Melihat kondisi relay dan mengukur tegangan menggukan multimeter.
Hasil pengujian Relay OMRON DBPT Ditunjukan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Hasil Pengujian Relay OMRON DBPT
Output Digital Catu Daya (V) Kondisi Relay
OFF 0 Tidak aktif
ON 24 Aktif
Dari data Tabel 3.4 dapat diamati bahwa relay dapat digunakan sebagai input digital pada DCS dan dapat bekerja dengan baik.
3.7 Pembuatan Trend
Trend adalah software pada DCS centum VP untuk proses sampling data yang kemudian di tampilkan dalam bentuk grafik. Alur pembuatannya seperti terlihat di flowchart dalam gambar 3.9.
Gambar 3.9 Diagram Alir Pembuatan Trend Mulai
Buka system view
Klik menu HIS0164
Klik kanan Windows
Pilih created new
Lakukan format sesuai kebutuhan data
Edit isi nama Graphic yang di buat dengan memasukan tag nama
PV/MV/SV
Selesai
3.8 Pembuatan Graphic
Pembuatan Graphic bertujuan untuk membuat animasi perangkat sesungguhnya pada software, sehingga saat pengontrolan proses yang terjadi pada sistem dan alat dapat diamati pada HIS. Untuk membuat Graphic dalam DCS dapat mengikuti flowchart pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Flowchart pembuatan Graphic Mulai
Buka system view
Klik menu HIS0164
Klik kanan Windows
Pilih created new Windows
Lakukan format sesuai kebutuhan data
Edit dan buat Graphic sesuai alat proses yang digunakan
Selesai
Gambar 3.11 Function Blok keseluruhan sistem
Pada Function Blok diatas terdapat 3 input digital berupa level 1, level 11 dan level 2 yang akan masuk ke dalam blok sequence dan mempengaruhi satu output digital sesuai dengan program yang di tuliskan yang nanti dapat mengaktifkan pompa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 3.12.
Gambar 3.12 Sequence Tables
Pada Sequence Tables di jelaskan bahwa untuk memulai sistem maka harus mengaktifkan tombol ON pada DCS. Ketika tombol ON ditekan makan akan mengaktifkan
timer pompa 1 mengisi wadah selama 30 detik. Selanjutnya timer 2 akan aktif jika timer satu behenti. Timer 2 akan mengaktifkan pompa 2 mengisi wadah selama 30 detik dan akan berulang ulang kembali sampai berlogika 0 (tidak aktif).
3.9 Pengambilan kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian sistem secara keseluruhan. Jika hasil yang didapat telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka sistem kontrol sekuensial tersebut telah berhasil dan memenuhi harapan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan ini dilakukan dengan melakukan pengujian untuk mengetahui keberhasilan alat yang di buaat secara menyeluruh. Pengujian alat dilakukan berdasarkan blok diagram yang dirangkan dengan menggunakan DCS Yokogawa Centum VP. Pengujian pada perangkat lunak ini bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat lunak yang dibuat sesuai dengan blok diagram yang telah di rencanakan.
1. Pengujian DCS Yokogawa Centum VP.
2. Pengujian timer.
2. Pengujian timer.