• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pompanua Ajangale Skala pelayanan terhadap beberapa kecamatan

15 Lalebbata Lamuru Skala pelayanan terhadap beberapa kecamatan

16 Tujue Tellu Limpoe Skala Pelayanan Kecamatan

17 Bengo Bengo Skala Pelayanan Kecamatan

18 Taccipi Ulaweng Skala pelayanan terhadap beberapa kecamatan

19 Passippo Palakka Skala Pelayanan Kecamatan

20 Componge Awangpone Skala pelayanan terhadap beberapa kecamatan

21 Tokaseng Tellu Siattinge Skala Pelayanan Kecamatan

22 Taretta Amali Skala Pelayanan Kecamatan

23 Pompanua Ajangale Skala pelayanan terhadap beberapa kecamatan

24 Uloe Dua Boccoe Skala Pelayanan Kecamatan

25 Ujung Tanah Cenrana Skala Pelayanan Kecamatan

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

2. Sistem Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Pengembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Bone dilakukan dengan mempertimbangkan rencana struktur ruang (hirarki dan sistem pusat pelayanan) wilayah kabupaten yang meliputi rencana sistem pusat-pusat permukiman dan rencana sistem prasarana wilayah Kabupaten Bone. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka di wilayah Kabupaten Bo ne ditetapkan setiap kecamatan akan dikembangkan minimal satu pusat kawasan sebagai pusat pelayanan (dijadikan sebagai kawasan perkotaan walaupun belum memenuhi kriteria sebagai kawasan perkotaan). Pengelolaan kawasan perkotaan tersebut diselenggarakan seb agai bagian penataan ruang wilayah dengan mempertimbangkan aspek pengelolaan secara terpadu, potensi berbagai sumber daya, fungsi dan perannya, estetika lingkungan, dan kualitas ruang yang menampung aspirasi pemerintah dan masyarakat secara menyeluruh sesuai dengan dinamika pemanfaatan ruang kawasan perkotaan saat ini dan masa yang akan datang.

A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Dalam struktur ruang secara nasional dan regional (RTRWN dan RTRWP Sulawesi Selatan), kawasan perkotaan Watampone ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

di Sulawesi Selatan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa fungsi Kota Watampone, selain sebagai pusat pelayanan terhadap wilayah Kabupaten Bone (ibukota Kabupaten) juga memberikan fungsi pelayanan terhadap wilayah disekitarnya, ataupun mampu saling berinteraksi dalam sistem pelayanan yang saling terkait terhadap beberapa wilayah sekitar. Sedangkan dalam sistem kewilayahan, diharapkan fungsi Kawasan Perkotaan Watampone dapat mendorong pertumbuhan wilayah sekitar, terkait dengan sistem distribusi dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah. Dengan demikian, setidaknya mampu memberikan interaksi dalam sistem perdagangan dan sistem transportasi sehingga pemenuhan kebutuhan dapat terwujud dalam sistem desentraslisasi, yang sesuai dengan fungsi ruang kawasan perkotaan sebagai PKW. Kawasan Perkotaan Watampone sebagai PKW, memiliki peran dan fungsi yang diberikan sesuai dengan potensi dan kemampuan wilayah, yang meliputi :

 Sistem transportasi regional terpadu (darat, laut dan udara)

 Pusat pelayanan Pemerintahan dan pendidikan

 Pelayanan Jasa sosial dan ekonomi

 Pusat pelayanan Jasa kepariwisataan

 Pusat Permukiman

 Pusat pelayanan umum

 Pusat kegiatan Agroindustri dan agrobisnis

B. Pusat Kegiatan Lokal Primer (PKLp)

Selain fungsi Kawasan Perkotaan Watampone sebagai PKW, sistem perkotaan di Kabupaten Bone juga terdapat beberapa fungsi kawasan perkotaan dalam hirarki yang lebih rendah yaitu PKLp, PPK dan PPL. Pusat Pegiatan Lokal (PKL), pada dasarnya ditetapkan secara nasional dan regional (RTRWN dan RTRWP Sulsel). Namun demikian terdapat kawasan perkotaan yang secara fungsional dan sistem pelayanan yang ada, dapat diarahkan sebagai PKL, sehingga dalam RTRW ini ditetapkan Pusat Pegiatan Lokal Promosi (PKLp). Kawasan perkotaan yang dimaksud, adalah Kota Palattae di Kecamatan Kahu, memiliki fungsi pelayanan terhadap beberapa kawasan disekitarnya, sehingga diarahkan sebagai PKLp. Peran dan fungsi PKLp Palattae, antara lain:

 Perdagangan antar kawasan

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

 Jasa kepariwisataan

 Permukiman

 Hasil pertanian perkebunan dan perikanan

C. Pusat Pelayanan Kawasan Pusat (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Peran dan fungsi kawasn perkotaan PPK dan PPL di Kabupaten Bone diarahkan pengembangannya dengan peranan sebagai berikut :

 Pusat kegiatan industri kecil rakyat

 Sentra dan pusat pengolahan hasil-hasil pertanian dan perkebunan

 Jasa kepariwisataan

 Permukiman

 Sentra dan pusat pengolahan hasil-hasil perikanan darat dan laut

Berdasarkan rumusan RTRW Kabupaten Bone, menunjukkan kawasan perkotaan yang merupakan PKW (Watampone), PKlp (Palattae), PPK terdapat sekitar 7 Kawasan perkotaan, dan PPL terdapat sekitar 16 kawasan perkotaan, secara rinci diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 3.8. Sistem Perkotaan (Pusat-Pusat Pelayanan) di Kabupaten Bone HIRARKI/ORDE SISTEM PELAYANAN PERAN FUNGSI UTAMA PERAN FUNGSI PENUNJANG IST RERATA Kawasan Perkotaan Watampone (Kec. Tanete Riattang;

Kec. Tanete Riattang Timur; dan Kec. Tanete Riattang

Barat)

PKW

 Kota Kabupaten

 Pusat Pemerintahan Kabupaten

 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kabupaten  Perdagangan Regional  Sistem Transportasi Regional  Industri Jasa  Jasa Kepariwisataan  Permukiman  Agroindustri dan Agrobisnis 2.000 Kawasan Perkotaan Palattae (Kecamatan Kahu)

PKLp  Pusat Pelayanan beberapa kecamatan

 Perdagangan

 Simpul Transportasi

 Agro bisnis

1.300 Pattiro Bajo (Kec.

Sibulue) Taccipi (Ulaweng) Camming (Libureng) Matango (Lappariaja) Lalebbata (Lamuru) Componge (Awangpone) Pompanua (Ajangale) PPK  Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan

 Pusat Pelayanan Kepelabuhan-Pariwisata

 Perdagangan Lokal

 Transportasi Lokal dan Jalur Trans Sulawesi

 Jasa Kepariwisataan  Perikanan Laut  Jasa Kepelabuhanan  Permukiman  Hasil Pertanian 800

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Bulu-Bulu (Tonra) Kadai (Mare) Tanete Harapan (Cina)

Appala (Barebbo) Lonrong (Ponre) Passippo (Palakka) Kahu (Bontocani) Bojo (Kajuara) Manera (Salomekko) Latobang (Patimpeng)

Tujue (Tellu Limpoe) Bengo (Bengo) Tokaseng (Tellu

Siattinge) Taretta (Amali) Uloe (Dua Boccoe) Ujung Tanah (Cenrana)

PPL

 Pusat Pemerintahan Kecamatan

 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan

 Pusat Industri Rakyat

 Industri Kecil Rakyat

 Hasil-hasil Pertanian

 Hasil-Hasil Perkebunan

 Jasa Kepariwisataan

 Permukiman

 Perikanan darat & laut

350

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

Untuk membentuk sistem pusat-pusat permukiman di kawasan perkotaan, maka diperlukan penyediaan berbagai fasilitas sosial, budaya dan ekonomi untuk mendukungnya. Sebaran fasilitas tersebut yang perlu disediakan atau penambahan di Kabupaten Bone, antara lain :

a. Fasilitas pendidikan, berupa; taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA/SMU/SMK) b. Fasilitas kesehatan, berupa; puskesmas dan balai pengobatan, puskesmas pembantu,

apotik dan toko obat, serta klinik dan praktek dokter

c. Fasilitas Peribadatan, berupa; Mesjid di Kecamatan, Mushalla

d. Fasilitas perekonomian, berupa; Pertokoan dan warung, Pasar, serta pusat perbelanjaan.

3. Sistem Perdesaan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian dari kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan kriteria dan pertimbangan tersebut, maka delineasi kawasan perdesaan tersebar pada 24 kecamatan (diluar kawasan perkotaan Watampone/ Kecamatan Tanete Riattang, Tanete Riattang Timur, Tanete Riattang Barat) di wilayah Kabupaten Bone yang tidak ditetapkan sebagai kawasan perkotaan. Sehingga kawasan perdesaan ini sifatnya menyebar di hampir seluruh kecamatan di wilayah ini.

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

4. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

A. Sistem Jaringan Persampahan

Pengolahan persampahan di Kabupaten Bone umumnya masih dikelolah secara konvensional yaitu dengan cara dikumpul, timbun dan bakar. Sedangkan pada kawasan perkotaan Watampone (ibukota Kabupaten) telah melalui pengolahan melalui penyediaan tempat pembuangan sementara, dan pengangkutan ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA).

Pengelolaan lingkungan melalui penanganan sampah merupakan bagian program pemerintah dalam menjaga kesehatan lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Melihat keterbatasan pengelolaan sampah di Kabupaten Bone maka pengelolaannya diarahkan pada peningkatan dan perluasan jangkauan pelayanan sampah serta diselaraskan peningkatan budaya bersih masyarakat dan pengelolaan sampah oleh masyarakat yang dapat termanfaatkan untuk kepentingan usaha pertanian dan perkebunan yang berkembang di wilayah ini. Sistem pengelolaan sampah yang akan diterapkan di Kabupaten Bone, yaitu masyarakat membuang sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan selanjutnya oleh Pemerintah/Swasta sampah yang ada di TPS diangkut menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Guna mendukung sistem ini diperlukan :

 Setiap bangunan rumah tangga disediakan pewadahan/bak sampah;

 Pelayanan disediakan perwadahan yang disesuaikan d engan volume sampah;

 Penyediaan gerobak pengangkut sampah guna mengangkut sampah ke TPS yang dilakukan oleh masyarakat;

 Penyediaan Dump Truck untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA yang dikelolah oleh Pemerintah atau Swasta.

Pengembangan sistem persampahan secara intensif diarahkan pada pusat-pusat pelayanan, sedangkan bagian-bagian wilayah lebih diarahkan pada cara pengelolaan sampah yang ramah terhadap lingkungan. Untuk mengetahui tingkat produksi timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten Bone dengan berdasarkan pada hasil proyeksi jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan (2031), diperkirakan jumlah timbulan sampah mencapai 3.168,93 M3/hari, dengan rincian secara bertahap pada tabel 3.9 dan 3.10.

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Tabel 3.9. Perkiraan Timbulan Sampah di Kabupaten Bone Tahun 2012 – 2031

No Kecamatan Perkiraan Timbulan Sampah (M3)

2012 2016 2021 2026 2031 1 Bontocani 51,02 53,89 57,47 61,05 64,63 2 Kahu 124,45 130,59 138,26 145,93 153,60 3 Kajuara 116,94 126,86 139,26 151,66 164,07 4 Salomekko 49,81 53,71 58,58 63,45 68,32 5 Tonra 43,90 48,77 54,85 60,93 67,02 6 Patimpeng 52,75 56,68 61,59 66,50 71,41 7 Libureng 94,96 95,24 95,59 95,94 96,28 8 Mare 84,66 91,40 99,82 108,24 116,66 9 Sibulue 109,81 117,71 127,58 137,46 147,33 10 Cina 83,45 85,17 87,32 89,47 91,62 11 Barebbo 87,87 92,42 98,10 103,78 109,46 12 Ponre 43,28 44,03 44,97 45,90 46,84 13 Lappariaja 76,71 79,62 83,27 86,92 90,56 14 Lamuru 80,61 84,74 89,91 95,07 100,24 15 Tellu Limpoe 46,06 48,94 52,55 56,15 59,75 16 Bengo 84,38 89,14 95,10 101,06 107,03 17 Ulaweng 82,28 87,68 94,43 101,18 107,93 18 Palakka 73,01 75,57 78,76 81,95 85,14 19 Awangpone 95,88 101,76 109,12 116,47 123,83 20 Tellu Siattinge 133,48 143,00 154,90 166,80 178,70 21 Amali 69,41 74,64 81,17 87,71 94,24 22 Ajangale 90,14 94,37 99,67 104,96 110,25 23 Dua Boccoe 99,20 102,71 107,09 111,48 115,86 24 Cenrana 77,33 79,85 83,00 86,15 89,30

25 Tanete Riattang Barat 151,84 175,07 204,12 233,16 262,21

26 Tanete Riattang 166,37 185,52 209,45 233,39 257,32

27 Tanete Riattang Timur 136,37 147,52 161,46 175,39 189,33

Jumlah 2.405,97 2.566,59 2.767,37 2.968,15 3.168,93 Pertumbuhan Rerata (%) - 6,68 7,82 7,26 6,76

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

Tabel 3.10. Kebutuhan Sarana Persampahan di Kabupaten Bone Tahun 2012 - 2031 No Kecamatan

Perkiraan Kebutuhan Sarana Persampahan (Unit)

TPS (Unit) Dump Truck Gerobak Sampah

2012 2016 2021 2026 2031 2012 2016 2021 2026 2031 2012 2016 2021 2026 2031 1 Bontocani 9 9 10 10 11 3 3 3 3 4 17 18 19 20 22 2 Kahu 21 22 23 24 26 7 7 8 8 9 41 44 46 49 51 3 Kajuara 19 21 23 25 27 6 7 8 8 9 39 42 46 51 55 4 Salomekko 8 9 10 11 11 3 3 3 4 4 17 18 20 21 23 5 Tonra 7 8 9 10 11 2 3 3 3 4 15 16 18 20 22 6 Patimpeng 9 9 10 11 12 3 3 3 4 4 18 19 21 22 24 7 Libureng 16 16 16 16 16 5 5 5 5 5 32 32 32 32 32 8 Mare 14 15 17 18 19 5 5 6 6 6 28 30 33 36 39 9 Sibulue 18 20 21 23 25 6 7 7 8 8 37 39 43 46 49

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

10 Cina 14 14 15 15 15 5 5 5 5 5 28 28 29 30 31 11 Barebbo 15 15 16 17 18 5 5 5 6 6 29 31 33 35 36 12 Ponre 7 7 7 8 8 2 2 2 3 3 14 15 15 15 16 13 Lappariaja 13 13 14 14 15 4 4 5 5 5 26 27 28 29 30 14 Lamuru 13 14 15 16 17 4 5 5 5 6 27 28 30 32 33 15 Tellu Limpoe 8 8 9 9 10 3 3 3 3 3 15 16 18 19 20 16 Bengo 14 15 16 17 18 5 5 5 6 6 28 30 32 34 36 17 Ulaweng 14 15 16 17 18 5 5 5 6 6 27 29 31 34 36 18 Palakka 12 13 13 14 14 4 4 4 5 5 24 25 26 27 28 19 Awangpone 16 17 18 19 21 5 6 6 6 7 32 34 36 39 41 20 Tellu Siattinge 22 24 26 28 30 7 8 9 9 10 44 48 52 56 60 21 Amali 12 12 14 15 16 4 4 5 5 5 23 25 27 29 31 22 Ajangale 15 16 17 17 18 5 5 6 6 6 30 31 33 35 37 23 Dua Boccoe 17 17 18 19 19 6 6 6 6 6 33 34 36 37 39 24 Cenrana 13 13 14 14 15 4 4 5 5 5 26 27 28 29 30 25 T. Riattang Barat 25 29 34 39 44 8 10 11 13 15 51 58 68 78 87 26 T.Riattang 28 31 35 39 43 9 10 12 13 14 55 62 70 78 86 27 T. Riattang Timur 23 25 27 29 32 8 8 9 10 11 45 49 54 58 63 Jumlah 401 428 461 495 528 134 143 154 165 176 802 856 922 989 1.056

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

B. Sistem Jaringan Pembuangan Limbah

Sistem jaringan limbah di Kabupaten Bone dapat dibedakan atas limbah cair dan limbah padat. Penanganan limbah cair erat kaitannya dengan usaha kegiatan masyarakat terutama pada kawasan perkotaan dan kegiatan-kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan dampak. Pada dasarnya potensi timbulnya limbah di Kabupaten Bone lebih dominan pada kegiatan- kegiatan pada kawasan perkotaan seperti rumah sakit, pasar, industri rumah tangga, dan aktivitas permukiman lainnya. Sedangkan pada kawasan perkotaan di Kabupaten Bone, penanganan limbah diarahkan pada peningkatan sistem sanitasi dan penanganan limbah rumah tangga yang sering menjadi polemik untuk dilakukan penanganan lebih dini, terutama kaitannya dengan penanganan limbah tinja.

Untuk mencegah dan menghindari terjadinya dampak-dampak yang merugikan tersebut diatas, maka upaya untuk mengantisipasi sistem pembuangan air limbah dan lumpur tinja secara baik dan higienis melalui proses introduksi teknologi sanitasi yang aplikatif, baik secara sistem setempat (on-site sanitation) maupun secara sistem terpusat (off-site sanitation).

1. Sistem sanitasi setempat (on-site):

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

 Sistem sanitasi dengan IPLT terdiri dari tangki septik, truk tinja dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

2. Sistem sanitasi setempat terpusat (off-site):

Sistem sanitasi terpusat (off-site) modular, yang terdiri dari sambungan rumah, jaringan pipa perpipaan/sistem saluran interceptor, dan unit pengolahan air limbah dalam bentuk paket (IPAL). Sistem sanitasi terpusat perkotaan, terdiri dari sambungan rumah, jaringan perpipaan beserta perlengkapannya (unit pompa, bangunan penggelontor, manhole) dan unit pengolah air limbah (IPAL).

Sementara itu untuk memprediksi timbulan lumpur tinja/air limbah yang akan dikelola di daerah perencanaan dapat diketahu dengan mengunakan formula sebagai berikut :

Timbulan pelayanan (Q) = 65 liter/org/tahun x jumlah penduduk terlayani Dimana : 65 liter/orang/tahun = standar timbulan lumpur tinja

1 tahun = 365 hari

Berdasarkan pada formulasi tersebut, maka estimasi timbulan limbah di Kabupaten Bone diuraikan pada tabel 3.11 dan Gambar 3.12.

Tabel 3.11. Timbulan Limbah di Kabupaten Bone Tahun 2012 - 2031

No Kecamatan Standar Timbulan Ltr/Org/th Pela- yanan % Timbulan (M3/hari) 2012 2016 2021 2026 2031 1 Bontocani 65 50 510 539 575 610 646 2 Kahu 65 65 1.618 1.698 1.797 1.897 1.997 3 Kajuara 65 50 1.169 1.269 1.393 1.517 1.641 4 Salomekko 65 50 498 537 586 634 683 5 Tonra 65 50 439 488 549 609 670 6 Patimpeng 65 50 528 567 616 665 714 7 Libureng 65 50 950 952 956 959 963 8 Mare 65 50 847 914 998 1.082 1.167 9 Sibulue 65 50 1.098 1.177 1.276 1.375 1.473 10 Cina 65 50 834 852 873 895 916 11 Barebbo 65 50 879 924 981 1.038 1.095 12 Ponre 65 50 433 440 450 459 468 13 Lappariaja 65 50 767 796 833 869 906 14 Lamuru 65 50 806 847 899 951 1.002 15 Tellu Limpoe 65 50 461 489 525 561 598 16 Bengo 65 50 844 891 951 1.011 1.070 17 Ulaweng 65 50 823 877 944 1.012 1.079 18 Palakka 65 50 730 756 788 819 851

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

19 Awangpone 65 50 959 1.018 1.091 1.165 1.238 20 Tellu Siattinge 65 50 1.335 1.430 1.549 1.668 1.787 21 Amali 65 50 694 746 812 877 942 22 Ajangale 65 50 901 944 997 1.050 1.103 23 Dua Boccoe 65 50 992 1.027 1.071 1.115 1.159 24 Cenrana 65 50 773 798 830 861 893

25 Tanete Riattang Barat 65 80 2.429 2.801 3.266 3.731 4.195

26 Tanete Riattang 65 80 2.662 2.968 3.351 3.734 4.117

27 Tanete Riattang Timur 65 80 2.182 2.360 2.583 2.806 3.029

Jumlah 27.160 29.106 31.539 33.971 36.403

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PEMBUANGAN

AKHIR

TANGKI SEPTIK TRUK TINJA IPLT BADAN AIR

PENERIMA

Gambar 3.12. Skematik Pengelolaan Air Limbah

Sistem pengelolaan limbah di Kabupaten Bone, meliputi :

 Perpipaan Air Limbah diarahkan ke sistem kluster yang berada di Kota Sengkang, Ibukota Kecamatan Lainnya dan pada kawasan industri PLTG Gilireng;

 Rencana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kabupaten diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Perkotaan;

 Rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) diarahkan ke sistem kluster yang berada di ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan

 Rencana sistem pengolahan limbah khusus pada kawasan industri dan rumah sakit.

C. Sistem Jaringan Air Minum

Pemenuhan air bersih di Kabupaten Bone hingga kini belum sepenuhnya dapat terpenuhi, terdapat pada beberapa kawasan yang hanya memanfaatkan air tanah dan mata air sebagai

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

sumber air bersih, terutama pada kawasan pesisir, pulau-pulau dan kawasan perdesaan umumnya belum terlayani melalui sistem perpipaan dengan standar sanitasi dan kesehatan untuk layak konsumsi, sehingga perlunya penigkatan pelayanan kebutuhan air bersih di wilayah Kabupaten Bone. Perlunya pemanfaatan sumber air baku yang ada dengan menggunakan sistem distribusi melalui pemasangan jaringan perpipaan ke kelompok permukiman penduduk melalui sistem gravitasi yang dapat dimanfaatkan berdasarkan kondisi wilayah yang bertopografi. Ini mengingat kebutuhan air bersih menjadi kebutuhan vital bagi masy arakat.

Untuk melakukan pengembangan air bersih di wilayah ini, maka perlu dilakukan studi terlebih dahulu untuk mengetahui berbagai sumber air yang potensial. Berbagai sumber air baku yang berpotensi di Kabupaten Bone ini dapat berupa mata air, air tanah, maupun air permukaan (sungai). Sumber-sumber air yang akan digunakan harus memiliki kapasitas yang memenuhi kebutuhan air hingga tahun 2031.

Sistem penyediaan air bersih yang akan dikembangkan untuk wilayah/kawasan yang belum terlayani sistem air bersih, meliputi : (1) Investigasi terhadap berbagai sumber air bersih yang potensial dan layak untuk dieksploitasi baik secara ekonomi maupun pelaksanaannya, (2) Pembangunan IPA kapasitas 80 L/det, (3) Pembangunan Broncaptering kapasitas 40 L/det, (4) Pembangunan (Renovasi) Kantor PDAM, (5) Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi, (6) Pengadaan dan pemasangan pipa distribusi, (7) Pengadaan dan pemasangan meter induk dan meter pelanggan, (8) Pengadaan mobil tangki air, (9) Pengadaan/penggantian meter induk, (10) Penggantian meter Sambungan Rumah (baru), (11) Pembuatan DED, (12) O & P, dan (13) Studi kehilangan air.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air bersih pun akan semakin meningkat. Dengan asumsi kebutuhan air bersih penduduk adalah 60 liter/ org/hari untuk sambungan rumah dan 30 liter/orang/hari untuk hidrant umum, maka dapat dihitung kebutuhan air bersih untuk masa mendatang.

Rencana tingkat pelayanan air bersih sampai akhir tahun perencanaan dibagi menjadi 4 tahap yaitu 25% pelayanan penduduk yang ada sampai tahun 2016, tingkat pelayanan 25% pada akhir tahun perencanaan tahun 2021, tingkat pelayanan 25% pada akhir tahun perencanaan tahun 2026, kemudian 25% pada akhir tahun 2031.

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Jumlah kebutuhan air bersih di wilayah Kabupaten Bone hingga tahun 2031 sebanyak 32.704 M3/detik untuk memenuhi kebutuhan penduduk sebanyak 975.057 jiwa. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sebanyak 32.704 M3/detik di tahun 2031 dapat memanfaatkan air permukaan dan air dalam. Bahasan selengkapnya akan diuraikan dalam sesi laporan buku rencana kebutuhan sistem air bersih di Kabupaten Bone. Adapun hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Bone, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.12. Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih untuk Rumah Tangga (Domestik) di Kabupaten Bone Hingga Tahun 2031

No Kecamatan Tahun Perkembangan

2012 2016 2021 2026 2031 1 Bontocani 215 252 299 345 392 2 Kahu 418 452 494 536 578 3 Kajuara 190 214 244 274 303 4 Salomekko 341 400 472 545 617 5 Tonra 189 227 275 323 370 6 Patimpeng 306 309 313 317 321 7 Libureng 191 207 226 246 265 8 Mare 474 504 540 577 614 9 Sibulue 282 303 329 355 380 10 Cina 704 725 751 778 804 11 Barebbo 513 556 610 664 718 12 Ponre 422 443 469 494 520 13 Lappariaja 260 298 346 394 442 14 Lamuru 414 461 520 579 638 15 Tellu Limpoe 749 846 968 1.090 1.211 16 Bengo 463 507 563 618 673 17 Ulaweng 372 414 466 518 570 18 Palakka 665 751 859 966 1.074 19 Awangpone 1.260 1.415 1.608 1.800 1.993 20 Tellu Siattinge 581 645 724 804 884 21 Amali 1.241 1.331 1.445 1.558 1.672 22 Ajangale 308 343 386 429 472 23 Dua Boccoe 493 535 588 641 693 24 Cenrana 1.475 1.710 2.005 2.299 2.594

25 Tanete Riattang Barat 373 394 420 446 472

26 Tanete Riattang 935 1.079 1.260 1.440 1.621

27 Tanete Riattang Timur 146 159 174 190 205

Jumlah Kebutuhan Air (M3) 13.981 15.479 17.353 19.226 21.100 Perkembangan (M3) - 1.499 1.873 1.873 1.873

Prosentase - 10,72 12,10 10,80 9,74

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

Penyediaan air bersih di wilayah Kabupaten Bone dapat memanfaatkan mata air dan sungai terdekat disekitarnya dengan menggunakan sistem perpipaan dan penggunaan pilar hidrant.

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Pengelolaan air bersih dan lokasi instalasi pengolahan air bersih harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, antara lain :

 Ketersediaan air baku cukup dan kontinyu

 Sumber air baku tidak tercemar olah bahan kimia dan mikrorganisme

 Air baku layak untuk dikonsumsi

 Tingkat kehilangan/kebocoran dibawah 25% dari jumlah produksi

 Kesesuaian teknologi ringan dan mudah pemakaian sistem perpipaan Tujuan pengembangan prasarana penyediaan air bersih adalah :

 Melayani wilayah perkotaan dan produksi tinggi.

 Menciptakan tarikan perkembangan wilayah.

 Melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak mencukupi kebutuhan).

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan aktivitas yang ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih di Kabupaten Bone dikembangkan pada wilayah-wilayah permukiman perkotaan dan perdesaan. Rencana penyediaan air bersih untuk Kabupaten Bone adalah sebagai berikut :

 Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan melayani kawasan

perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi kawasan perkotaan yang tersebar di kecamatan- kecamatan di Kabupaten Bone.

 Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari PDAM,

direncanakan melayani daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini meliputi daerah- daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotaan Kabupaten Bone. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM sendiri atau di serahkan kepada masyarakat setempat dengan membentuk kelompok pemakai air.

Rencana sistem pengembangan air minum di Kabupaten Bone dapat memanfaatkan beberapa sumber air baku, antara lain : Aliran Sungai Walanae, Cenrana, Palakka, Jaling, Bulubulu, Salomekko, Tobunne dan Sungai Lekoballo. Masing-masing aliran sungai terebut, dapat

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

dimanfaatkan untuk penehuna kebutuhan air bersih pada beberapa kecamatan terdekat yang dilaluia oleh aliran sungai dengan menyediakan instalasi pengolahan.

Tabel 3.13. Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Bone Hingga Tahun 2031

No Pelayanan Tahun Perkembangan

2012 2016 2021 2026 2031

1 Domestik (Permukiman) 13.981 15.479 17.353 19.226 21.100

2 Fasos dan Fasum 5.592 6.192 6.941 7.690 8.440

3 Tingkat Kehilangan Air (15% ) 2.097 2.322 2.603 2.884 3.165

Jumlah 21.670 23.993 26.897 29.801 32.704 Pertumbuhan Rerata (%) - 10,72 12,10 10,80 9,74

Sumber : RTRW Kab. Bone tahun 2011-2031

D. Sistem Jaringan Drainase

Jaringan drainase, selain berfungsi sebagai saluran air hujan juga berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga, oleh karenanya, infrastruktur drainase merupakan komponen utama dalam penanganan masalah genangan dan banjir. Pendekatan perencanaan sistem drainase di Kabupaten Bone adalah jumlah curah hujan dan topografi lahan, serta geografis wilayah sebagai wilayah pesisir yang sangat berpotensial terjadinya genangan. Beberapa permasalahan mengenai sistem drainase yang terdapat di wilayah Kabupaten Bone adalah secara kuantitas jaringan drainase yang ada masih belum merata, beberapa kawasan potensial terjadinya genangan khususnya pada sekitar pesisir pesisir pantai, beberapa tempat dengan topografi datar sehingga memudahkan terjadinya genangan. Beberapa titik lokasi yang merupakan kawasan rawan banjir terutama pada kawasan perkotaan dan sekitar DAS, selain dipengaruhi oleh faktor kelandaian kawasan juga dipengaruhi oleh tidak berfungsinya sistem saluran pembuangan. Diperlukan pembentukan sistem jaringan drainase, dengan memperhatikan arah aliran air (kontur lahan), sistem jaringan (fungsi pembuangan), dimensi saluran, konstruksi dan daya tampung yang berkaitan debit aliran air.

Sebagian wilayah Kabupaten Bone merupakan kawasan peisir pantai yang menjadi muara aliran beberapa sungai besar, dan sungai-sungai kecil. Pengembangan sistem drainase diarahkan ke potensi sungai-sungai yang ada untuk memudahkan proses pengaliran, karena hambatan pengaliran sangat ditentukan ketersediaan dan kualitas bangunan infrastruktur

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

drainase yang disediakan. Sistem drainase de ngan konsep berhirarki dengan mengikuti pola jaringan jalan sesuai dengan dimensi disesuaikan dengan fungsional jalan.

Pengembangan jaringan drainase akan diarahkan pada kawasan-kawasan permukiman atau kawasan terbangun untuk menghindari terjadinya genangan air khususnya pada kawasan permukiman penduduk dan kawasan perkotaan. Sistem prasarana drainase yang dikembangkan adalah sistem terbuka yang dapat difungsikan sebagai tempat pengaliran air hujan dan air limbah rumah tangga, selain itu sistem drainase terbuka ini juga memudahkan pengawasan dan pemeliharaan.

Khususnya pada kawasan Perkotaan Watampone terletak pada dataran, dan beberapa kawasan permukiman pada disekitarnya, sebagian besar aliran jaringan drainase diarahkan untuk bermuara pada Sungai Walanae dan Sungai Cenranae dengan memanfaatkan Sungai Walanae dan Sungai Cenrana sebagai jaringan drainase primer, serta beberapa aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bone. Rawan banjir perkotaan sering jadi polemik pada suatu wilayah atau kawasan, demikian halnya pada kawasan perkotaan Watampone. Penanganan yang diperlukan adalah merehabilitasi secara terpadu antara daerah hulu dan hilir, serta

Dokumen terkait