BAB III. METODE PENELITIAN
C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam setiap penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah individu yang bisa dikenai generalisasi dari pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari sampel penelitian (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para pensiunan di Kota Medan. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah :
a. Pensiunan yang telah pensiun selama kurang dari 5 tahun.
Septanti (2009) mengungkapkan, bahwa penyesuaian diri pada masa pensiun tergantung pada waktu sejak dimulainya masa pensiun. Menurutnya, saat seorang lansia baru saja menginjak 1-4 tahun usia pensiun, perhatian dari keluarga sangat berarti dan penting, namun saat menginjak tahun ke-5, umumnya lansia sudah mampu menganggap pensiun sebagai suatu hal yang biasa, bukan suatu hal yang istimewa. Dengan kata lain, lansia yang sudah menjalani pensiun lebih dari lima tahun dapat dianggap sudah terbiasa dengan situasi pensiun, karena itu, dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah sampel yang telah pensiun selama kurang dari 5 tahun.
b. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
Menurut Efendi (2008), pegawai swasta umumnya lebih merasa cemas saat menghadapi pensiun dikarenakan jaminan perlindungan di hari tua bagi mereka tidak memadai, mereka tidak memperoleh fasilitas pensiun setiap bulan, dan hanya memperoleh sejumlah uang di akhir masa jabatan. Sementara pada pegawai negeri sipil, keadaannya lebih baik, hal ini dikarenakan mereka tetap memperoleh fasilitas pensiun setiap bulannya (Joeismail, 2009). Oleh karena itu, untuk penyetaraan, pada penelitian ini peneliti hanya mengambil pensiunan pegawai negeri sipil. Hal ini dikarenakan pada pegawai negeri sipil terdapat sistem yang jelas mengenai jumlah gaji pokok yang menjadi penentu jumlah uang pensiun yang diterima oleh seseorang. Sementara pada pegawai swasta, jumlah pesangon yang diterima seseorang tidaklah sama. Hal ini dikarenakan jumlah pesangon tersebut sangat tergantung pada seberapa besar perusahaan menggaji pegawainya. Oleh sebab itu, dikarenakan tidak adanya sistem yang sama dalam hal penggajian di perusahaan-perusahaan swasta (kecuali bahwa jumlah gaji haruslah sesuai standar UMR), maka peneliti tidak mengambil sampel dari kalangan pensiunan pegawai swasta. c. Memiliki Penghasilan atau Pendapatan Minimal Rp.1.100.000; / bulan
Menurut Hurlock (1994), status ekonomi yang baik akan memungkinkan seseorang untuk hidup dengan nyaman dan dapat menikmati hidupnya. Karena itu, status ekonomi merupakan salah satu hal yang penting untuk penyesuaian yang baik pada masa pensiun. Menurut Santrock (2001),
status ekonomi adalah kedudukan sosial ekonomi secara umum dari seseorang dalam masyarakat (dilihat dari pendapatan keluarga, pekerjaan, dan tingkat pendidikan). Dimana status ekonomi seseorang akan menentukan layak atau tidaknya kehidupan yang dijalaninya. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 88, setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dimana untuk memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan tersebut diperlukanlah adanya suatu kebijakan yang menetapkan besarnya upah minimum yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan hidup layak yang sesuai dengan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/24/KPTS/Tahun 2010 tentang Upah Minimum Sektor Kota Medan mengacu pada Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 561/5492/K/2009 ditetapkan upah minimum di Kota Medan sebesar Rp.1.100.00; (dalam www.analisadaily.com). Karena itu, dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah subjek yang memiliki pendapatan minimal Rp.1.100.000;/bulan, dengan pertimbangan besaran pendapatan tersebut merupakan standar pendapatan minimal yang harus dimiliki seseorang untuk hidup secara layak di Kota Medan.
d. Tidak sedang mengalami penyakit kronis
Menurut Hurlock (1994), kesehatan yang buruk pada waktu pensiun memudahkan penyesuaian sedangkan orang sehat mungkin cenderung
melawan untuk melakukan penyesuaian diri. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini subjek yang diambil adalah subjek yang berada dalam kondisi sehat dan tidak sedang mengalami penyakit kronis tertentu. Selain pertimbangan penyetaraan kondisi subjek, pertimbangan lainnya adalah untuk kemudahan pengambilan data. Subjek yang tengah mengalami sakit kronis tertentu dikhawatirkan akan mengalami kesulitan dalam memberikan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.
e. Berdomisili di Kota Medan
Menurut Hurlock (1994), tempat tinggal seseorang mempengaruhi penyesuaian terhadap masa pensiun, semakin besar masyarakat menawarkan berbagai kekompakan dan pelbagai kegiatan bagi orang usia lanjut, semakin lebih baik penyesuaian seseorang di masa pensiun. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian terhadap subjek yang berdomisili di Kota Medan. Selain pertimbangan agar subjek tinggal di lingkungan yang sama, pertimbangan lainnya mengacu pada upah minimum yang harus dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan pasal 89 disebutkan bahwa upah minimum yang menjamin penghidupan layak bagi individu adalah berbeda berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
2. Metode pengambilan sampel
Penelitian sampel dilakukan dengan menggeneralisasikan sampel dan menarik kesimpulan penelitian sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Azwar, 2006). Menurut Hadi (2000), sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat dan ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi. Sampel juga harus memiliki sedikitnya satu sifat sama agar dapat dilakukan generalisasi.
Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik non probability sampling secara
incidental, dimana setiap anggota populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kesediaan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Nasir (2006) mengungkapkan bahwa
incidental sampling dapat digunakan jika populasi penelitian tidak diketahui jumlahnya. Oleh sebab itu, karena di dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengetahui secara tepat jumlah populasi penelitian yang terdiri dari seluruh pensiunan baik swasta maupun negeri, maka peneliti memutuskan untuk memakai teknik incidental.
Menurut Azwar (2006), jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel, maka jumlah yang direncanakan dalam penelitian ini kira-kira sebanyak
120 orang, dimana 60 orang sampel akan dilibatkan dalam proses try out, dan 60 lainnya adalah sampel yang digunakan untuk penelitian.