• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kualitatif

Dalam dokumen Analisis Data Kualitatif (Halaman 51-55)

POPULASI DAN SAMPEL

E. Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kualitatif

Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa pada peneltian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi seperti pada penelitian kuantitatif akan tetapi dinamakan situasi sosial yang terdiri atas komponen tempat, pelaku, dan aktivitas. Namun demikian, sebenarnya objek penelitian kualitatif bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elementersebut, tetapi juga berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sebagainya (Sugiyono, 2016).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena pada penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari/diteliti. Begitupula sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, akan tetapi informan, narasumber, partisipan, guru, teman dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sebagai sampel statistik, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori dan bukan membuktikan teori.

Dalam konteks penelitian kualitatif, penentuan sampel lebih tepat tidak didasarkan pada teknik penarikan sampel peluang (probability sampling), hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif melihat proses sampling sebagai parameter populasi yang dinamis. Hal ini dapat dipahami karena kekuatan dari penelitian kualitatif terletak pada kekayaan informasi yang dimiliki oleh responden, dari kasus yang diteliti, dan kemampuan analitis peneliti. Artinya dalam penelitian kualitatif, masalah yang dihadapi dalam penarikan sampel, ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan peneliti, berkaitan dengan perlunya memperoleh informasi yang lengkap dan mencukupi, sesuai dengan tujuan atau masalah penelitian.

Dengan demikian, logika ukuran sampel (banyak sedikitnya ukuran sampel) dibatasi/dihubungkan dengan tujuan penelitian, masalah penelitian, teknik pengumpulan data, dan keberadaan kasus yang kaya akan informasi (atau oleh kecukupan informasi yang diperoleh).

Alasan lain lebih tepatnya sampling nonprobability dalam penelitian kualitatif adalah, adanya ukuran populasi (parameter) yang tidak dapat dihitung (populasi tak terhingga/infinite population), yaitu

ukuran populasi yang sudah sedemikian besarnya/tidak diketahui dimana keberadaanya/ kondisi karakteristik elemen populasinya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, sehingga sudah dan atau tidak bisa dihitung (uncountable).

Oleh karena itu probability sampling, yang mensyaratkan pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan secara objektif, dalam arti tidak didasarkan semata-mata pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan tertentu untuk terpilih sebagai sampel, kurang relevan atau kurang tepat dilakukan dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat tepat dijika didasarkan pada tujuan atau masalah penelitian, yang menggunakan pertimbangkan-pertimbangan dari peneliti itu sendiri, dalam rangka memperoleh ketepatan dan kecukupan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan atau masalah yang dikaji.

Jenis teknik penentuan sampel yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif khususnya peneliti pemula adalah penarikan sampel berdasarkan tujuan (purposive sampling) dan snowball sampling. Penentuan sampel berdasarkan tujuan seperti diuraikan sebelumnya, adalah memilih kasus yang kaya informasi untuk diteliti secara mendalam. Ketika seseorang ingin memahami sesuatu tentang kasus tersebut tanpa harus melakukan generalisasi terhadap semua kasus yang sama. Penentuan sampel berdasarkan tujuan dilakukan untuk meningkatkan kegunaan informasi yang didapat dari sampel yang kecil. Penentuan sampel berdasarkan tujuan mengharuskan bahwa informasi yang didapat tentang variasi diantara subunit sebelum sampel dipilih. Penelitian kemudian mencari orang, kelompok, tempat, kejadian untuk diteliti yang dapat memberikan banyak informasi. Dengan kata lain, peneliti memilih sampel yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti.

Tipe-tipe penentuan sampel yang termasuk dalam purposive sampling diantaranya pemilihan lokasi, sampling komprehensif, sampling network, dan sampling berdasarkan jenis kasus. Hal yang juga perlu diperhatikan dalam menentukan sampel penelitian kualitatif adalah pemilihan lokasi, yang merupakan lokasi untuk menempatkan orang dalam sebuah kegiatan, dipilih ketika peneliti berfokus pada mikro proses yang kompleks. Definisi tentang kriteria lokasi sangatlah esensial. Kriteria tersebut harus sesuai dengan tujuan dan masalah

penelitian. Sebagai contoh, jika masalah yang diteliti adalah untuk menggambarkan dan menganalisa pembuatan kebijakan guru dalam pelaksanaan pengajaran, atau perspektif dan strategi siswa terhadap managemen kelas, atau konsep guru sekolah dasar tentang karir, kemudian lokasi penelitian ditentukan yang mempunyai hubungan dimana pemahaman dan perilaku dimaksud disampaikan dan dipelajari.

Ada beberapa bentuk sampling dalam penelitian kualitatif diuraikan sebagai berikut:

1. Sampling komprehensif, dimana partisipan, kelompok, setting, kejadian, atau informasi yang relevan diteliti, merupakan strategi sampling yang dipilih. Setiap subunit dapat diatur dalam bentuk dan sangat bervariasi sehingga seseorang tidak ingin kehilangan variasi yang mungkin. Sebagai contoh, penelitian tentang anak yang mengalami autis di suatu sekolah mengharuskan penelitian pada semua anak yang autis. Andaikan siswa sekolah tinggi yang berada dalam program eksternal dengan lokasi yang berbeda. Setiap setting sangat bervariasi klinik di rumah sakit, koran komunitas, persatuan buruh, dua kantor perwakilan, tempat perlindungan binatang, dan yang lainnya pemilihan secara komprehensif akan sangat penting. Karena kelompok cendrung kecil dan sumber yang sedikit, peneliti menggunakan strategi sampling yang lainnya.

2. Sampling variasi maksimum atau pemilihan kuota merupakan sebuah strategi untuk menjelaskan aspek-aspek yang berbeda dari masalah penelitian. Sebagai contoh, peneliti membagi populasi yang terdiri dari guru sekolah dasar ke dalam tiga kelompok berdasarkan masa pengabdian. Kemudian dipilih perwakilan untuk diteliti perkembangan karirnya. Ini merupakan sampel yang representatif karena peneliti kualiatif hanya menggunakan strategi ini untuk menggambarkan secara detail pemaknaan yang berbeda tentang perkembangan karir seorang guru berdasarkan masa pengabdiannya.

3. Network sampling, yang juga disebut sampling snowball, merupakan strategi dimana setiap partisipan yang terus menerus atau kelompok dinamai berdasarkan kelompok dan individu yang ada. Masalah partisipan adalah dasar dalam memilih sampel. Peniliti membentuk profil tentang kedudukan atau ciri-ciri yang dicari dan menanyakan setiap partisipan untuk menyarankan yang lain yang sesuai dengan profil yang dibuat atau mempunyai sifat-sifat

yang diinginkan. Strategi ini dilakukan ketika partisipan yang diinginkan tidak terkumpul dalam satu grup tapi tersebar dari berbagai populasi. Sampling network sering digunakan untuk penelitian dengan wawancara mendalam dibandingkan dengan penelitian dengan observasi.

4. Strategi sampling yang lainnya digunakan ketika sebuah penelitian mengharuskan pemerikasaan terhadap jenis kasus tertentu. Ingat, ‘kasus’ adalah analisa mendalam terhadap sebuah fenomena dan bukannya sejumlah orang yang menjadi sample. Contoh dari sampling berdasarkan jenis kasus adalah extreme-case, intensive-case, typical intensive-case, unique-intensive-case, reputational-intensive-case, critical-intensive-case, dan concept/theory-based sampling. Seorang peneliti memilih kombinasi tipe kasus sesuai keinginan dan kebutuhan, khususnya penelitian dalam skala yang luas dan penelitian dengan proses yang panjang.

5. Strategi sampling berdasarkan tujuan dalam sebuah penelitian diidentifikasi dari informasi utama dan dilaporkan dalam penelitian untuk meningkatkan kualitas data. Dengan kata lain, orang atau kelompok yang berpartisipasi dalam penelitian dilaporkan secara khusus untuk menjaga kerahasiaan data. Peneliti historikal dan legal menspesifikasi arsip dan koleksi pribadi yang digunakan dan sering merujuk pada setiap dokumen atau kasus peradilan dalam catatan kaki sebagai penjelasan. Dalam hal ini, peneliti yang menggunakan teknik noninteraktif untuk meneliti kejadian yang lalu mengurangi ancaman untuk mendesain validitas.

Ukuran sampling dalam peneliti kualitatif melihat proses sampling sebagai parameter populasi yang dinamis, khusus, phasic dibandingkan statis atau apriori. Ketika ada aturan statistik tentang probabilitas ukuran sampel, hanya ada petunjuk untuk ukuran sample berdasarkan tujuan. Sampel berdasarkan konsep ini dapat berkisar antara n = 1 sampai n = 40 atau lebih. Ukuran sampel kualitatif relatif kecil dibandingkan ukuran sampel untuk penelitian menggunakan perwakilan untuk meningkatkan populasi sampel.

Logika ukuran sampel dihubungkan dengan tujuan penelitian, masalah penelitian, teknik pengumpulan data, dan keberadaan kasus yang kaya akan informasi. Pengetahuan dari penelitian kualitatif tergantung pada kekayaan informasi dari kasus dan kemampuan analitis peneliti dibandingkan ukuran sample.

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan oleh peneliti kualitatif untuk menentukan ukuran sampel, diantaranya:

1. Apa tujuan penelitian? Case study yang deskriptif eksplanasi tidak membutuhkan banyak kasus seperti yang dibutuhkan penelitian self-contained yang tujuannya pada pemberian gambaran atau penjelasan. Selanjutnya, studi fenologikal biasanya mempunyai sedikit informan dibandingkan jumlah yang dibutuhkan oleh teori mendasar untuk menghasilkan konsep.

2. Apa yang menjadi fokus dari penelitian? Penelitian yang berfokus pada proses tergantung pada lamanya proses secara natural dan sering mempunyai sedikit partisipan, sedangkan penelitian dengan fokus wawancara dengan informan yang telah dipilih tergantung akses pada informan tersebut.

3. Cara seperti apa yang menjadi strategi pengumpulan data? Para peneliti kualitatif sering membicarakan tentang hari dalam pelaksanaan penelitian, apakah untuk observasi atau wawancara. Sejumlah penelitian mempunyai ukuran sample yang kecil, tetapi peneiti akan datang terus menerus untuk mengkonfirmasi data. 4. Bagaimana keberadaan informan? Beberapa kasus jarang dan sulit

untuk ditempatkan; beberapa yang lain mudah untuk diidentifikasi dan ditempatkan.

5. Apakah informasi yang ada jadi berlebihan? Apakah akan menambah informasi atau kembali ke lapangan untuk mendapatkan wawasan baru?

6. Peneliti mengumpulkan ukuran sample yang didapatkan untuk menelaah review dan penilaian. Kebanyakan peneliti kualitatif mengajukan ukuran sampel yang paling minimum dan kemudian melanjutkan dengan menambahkan sample ketika penelitian terjadi.

BAB IV

Dalam dokumen Analisis Data Kualitatif (Halaman 51-55)