• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengacu pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang termuat di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2001 – 2005. Sektor manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial

effect, yaitu resiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu

dengan yang lain (Behn et al, 2001; Blay dan Geiger, 2001). Obyek penelitian yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2001 sampai tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan mengkombinasikan antara cross section dan time-series, disebut juga pooling data atau data panel. Data panel akan memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, tingkat kolinieritas antar variabel menjadi lebih rendah (Ghozali,2006)

Perusahaan manufaktur secara panel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 sebanyak 759 perusahaan. Selanjutnya untuk mempermudah dan mempertajam analisis ditentukan kriteria-kriteria perusahaan yang dapat dijadikan anggota sampel. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Menerbitkan laporan keuangan yang lengkap, terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Data yang diperoleh dari neraca meliputi data untuk menghitung rasio aktiva lancar dibagi hutang lancar, rasio hutang jangka panjang dibagi total aktiva, sedangkan dari laporan laba rugi diperoleh data untuk menghitung rasio laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total penjualan. Catatan atas laporan keuangan dapat menyajikan data untuk menunjukkan adanya kegagalan hutang, adanya strategi manajemen untuk menambah modal, menarik pinjaman, menjual aktiva tidak produktif, pengurangan biaya operasi, adanya kerjasama atau kontrak jangka panjang dan pengembangan produk baru atau membuka segmen pasar yang baru. Data laporan keuangan juga digunakan untuk menentukan kriteria sampel dan melihat ukuran perusahaan.

2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2001 – 2005, karena dari laporan auditor dapat diperoleh data tentang opini yang diterima perusahaan dan reputasi auditor yang tercermin dari Kantor Akuntan Publik berafiliasi atau tidak. Opini aditor yang diterima perusahaan digolongkan kedalam opini going concern (OGC), yang meliputi opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat, sedangkan opini non going-concern (ONGC) merupakan pendapat wajar tanpa pengecualian (clean opinion)..

3. Mengalami masalah financial distress, minimal 1 kriteria yang ditetapkan oleh McKeown et al.(1991) dan digunakan kembali oleh Behn et

al.(2001). Alasan menggunakan kriteria financial distress dikarenakan

auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress (McKeown et al., 1991). Perusahaan yang mengalami financial distress ditandai dengan salah satu kondisi berikut: (1) Modal kerja negatif, perusahaan yang memiliki hutang lancar lebih besar dari aktiva lancar menandakan bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini dapat disebabkan antara lain perusahaan dinyatakan dalam kondisi default sehingga kreditur bisa menagih sekaligus pinjamannya diluar ketentuan yang telah disepakati. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan harus mereklasifikasi hutang jangka panjang menjadi hutang jangka pendek. Keterbatasan aktiva lancar yang dimiliki untuk menutup hutang lancarnya, dengan banyaknya tuntutan kreditur jangka pendek dapat menyebabkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, (2) Saldo rugi atau defisit, perusahaan yang memiliki saldo rugi menandakan perusahaan telah mengalami kerugian yang belum dapat ditutup oleh laba tahun berjalan. Apabila jumlah saldo rugi cukup besar dapat menyebabkan perusahaan dalam kondisi defisiensi. Kondisi ini menunjukkan adanya kesulitan keuangan perusahaan karena aktiva yang dimiliki perusahaan tidak mampu untuk menutup kewajiban kepada pihak eksternal atau

kreditur maupun pihak internal atau pemegang saham. Hal tersebut menunjukkan perusahaan dalam kondisi ketidak pastian yang signifikan. Sehubungan dengan adanya isyarat bagi kreditur maupun pemegang saham bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan maka hal ini dapat menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya, (3) Laba operasi tahun berjalan negatif, perusahaan yang mengalami rugi operasi menandakan bahwa pendapatan utama perusahaan tidak dapat menutup biaya operasi akibat perusahaan tidak dapat melakukan efisiensi biaya baik biaya produksi maupun biaya usaha. Kondisi tersebut dapat menimbulkan keraguan auditor akan kredibilitas manajemen dalam mengelola laba perusahaan dan hal tersebut dapat menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup, dan (4) Laba bersih negatif atau perusahaan mengalami kerugian bersih, hal ini menandakan bahwa perusahaan memiliki biaya usaha atau biaya non usaha seperti biaya bunga yang cukup besar sehingga laba kotor yang dihasilkan tidak dapat menutup biaya tersebut. Kondisi ini dapat menimbulkan keraguan auditor terutama jika perusahaan mengalami kerugian non usaha yang sangat besar , yang timbul akibat rugi selisih kurs atau sangat tingginya beban bunga sehingga dapat menimbulkan defisit tahun berjalan.

Dari kriteria tersebut diatas, diperoleh sampel sebanyak 275 perusahaan dengan rincian yang tersaji dalam tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1.

Proses Perhitungan Sampel Penelitian

Tahun

2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Jumlah Jumlah Perush

Manufaktur 157 155 153 150 144 759

Tidak ada data 8 15 34 5 5 67

Data tidak lengkap 16 24 9 8 4 61

Tidak mengalami financial distress 73 65 59 80 79 356 Perush.mengalami financial distress 60 51 51 57 56 275 Sumber : Data yang diolah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2001 sampai tahun 2005 sejumlah 759 perusahaan, dari jumlah tersebut tidak tersedia data sebanyak 67 perusahaan dan data yang tidak lengkap sejumlah 61 perusahaan. Data yang tidak lengkap tersebut karena satu atau beberapa hal berikut (1) tidak menyajikan opini auditor independen, (2) tidak menyajikan neraca, (3) tidak menyajikan laporan laba rugi atau (4) tidak menyajikan catatan atas laporan keuangan. Perusahaan yang tidak mengalami financial distress atau perusahaan yang tidak mengalami salah satu kondisi modal kerja negatif, defisit, rugi usaha atau rugi bersih sebanyak 356 perusahaan, dengan demikian populasi yang memenuhi kriteria sebanyak 275 unit sampel atau sebesar 36,23%.