TINJAUAN PUSTAKA
1 Portofolio Optimal
Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat
dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan
apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan kedalam portofolio optimal tersebut.
Angka tersebut adalah rasio antara akses return dengan beta (excess return to beta
ratio). Portofolio yang optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai
nilai excess return to beta ratio (ERB) yang tinggi. Aktiva-aktiva dengan nilai
rasio ERB yang rendah tidak akan dimasukkan kedalam portofolio optimal.
Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang
menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi (Hartono, 2014:430).
Portofolio optimal secara umum adalah portofolio dititik M di Gambar 2.1.
E(Rp) M E(Rp) π π π΅π΅π π ΞΈ Ξ£p Οp
Gambar 2.1 Portofolio Optimal
Portofolio optimal ini merupakan hasil persinggungan garis lurus dari titik π π π΅π΅π π dengan kurva efficient set. Titik persinggungan M ini merupakan titik
persinggungan antara kurva efficient set dengan garis lurus yang mempunyai sudut atau slope (ΞΈ) terbesar. Slope ini nilainya adalah sebesar return ekspektasian portofolio dikurangi dengan return aktiva bebas risiko dibagi dengan deviasi
standar return dari portofolio.
2.1.5 Model Indeks Tunggal
Pembentukan portofolio pada dasarnya sangat penting bagi para investor
digunakan sebagai dasar dalam melakukan diversifikasi saham agar dapat
membentuk portofolio yang optimal. Ada beberapa cara untuk membentuk
fortofolio optimal, salah satunya dengan menggunakan model indeks tunggal.
Model indeks tunggal dipilih karena lebih sederhana untuk diterapkan,
yaitu dengan menyederhanakan perhitungan di model Markowitz dengan
menyediakan parameter-parameter input yang dibutuhkan dalam perhitungan
model Markowitz (Hartono, 2014:407). Di samping itu, model indeks tunggal
dapat juga digunakan untuk menghitung return ekspektasian dan risiko portofolio.
Single index model adalah sebuah teknik untuk mengukur return dan risiko
sebuah saham atau portofolio (Zubir, 2011:97). Model tersebut mengasumsikan
bahwa pergerakan return saham hanya berhubungan denga pergerakan pasar. Jika
pasar bergerak naik, dalam arti pergerakan terhadap saham meningkat, maka
harga saham di pasar akan naik juga. Sebaliknya, jika pasar bergerak turun, maka
harga saham akan turun juga.
Hartono (2014: 407) mengatakan bahwa model indeks tunggal didasarkan
pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan
mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Hal ini menyatakan
bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi
umum (common response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Dengan
dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum
dapat dituliskan:
π π ππ=ππππ+π½π½ππ.π π ππ+ ππππ di mana:
π π ππ = return sekuritas ke-i
ππππ = ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar π½π½ππ = beta merupakan koefisien yang mengukur perubahan π π ππ akibat dari
Perubahan π π ππ
π π ππ = tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel acak
ππππ = kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai ekspektasiannya sama dengan nol atau E(ππππ) = 0
Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas ke dalam 2
(dua) komponen, yaitu:
1. Komponen return yang unik diwakili oleh alpha(ππππ) yang independen terhadap return pasar
2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh π½π½ππ.π π ππ
Model indeks tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk ekspektasian
return sebagai berikut:
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian
1 Margana dan Artini
(2017) Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks tunggal Pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal
Hasil penelitian ini
menunjukkan dari 45 saham terdapat 9 saham layak masuk portofolio optimal diantaranya: CPIN dengan proporsi 12.45%, INDF dengan proporsi 7.7%, HMSP dengan proporsi 12.63%, GGRM dengan proporsi 20.8%, PTPP dengan proporsi 17.99%, SMGR dengan proporsi 14.98%, AKRA dengan proporsi 7.16%, TELKOM dengan proporsi 3.66%, BBTN dengan proporsi 2.63%. portofolio ini
memberikan expected return 4.87% dengan tingkat risiko 0.01%.
2 Sathyaprijaya
(2016)
Optimum Portfolio Construction Using Sharpe Index Model with Reference to Infrastucture Sector and pharmaceutica Sectorl Sharpe index model
Kinerja saham dari 20 perusahaan infrastruktur dan parmasi, 10 dari masing-masing perusahaan dihitung. Ditemukan bahwa sektor farmasi melakukan 80% lebih baik dari sektor infrastruktur. Dari analisis akhir penelitian ini diketahui Dr Reddy dari sektor Farmasi memiliki saham terbesar yaitu 56%, Cipla 25%, Gmr 7%, Ranbaxy 6%, dan Lupin 5%.
3 Wijaya, et al (2016) Analisis Pembentukan
Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal (Studi Pada Saham Indeks Bisnis 27 Yang Listing di BEI Tahun 2013-2015) Analisis pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 sampel yang terpilih terdapat 3 saham perusahaan pembentuk portofolio optimal, yaitu BSDE, BBRI, dan BBCA. Proporsi dana masing-masing saham pembentuk portofolio adalah BSDE (27.96%), BBRI (64.16%), dan BBCA (17.88%). Berdasarkan portofolio yang terbentuk maka tingkat pengembalian ekspektasi sebesar 1.920.008%)% dan risiko portofolio 4 Qurβanitasari, et al (2016) Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Dalam Meminimalkan Tingkat Risiko Analisis pembentukan portofolio optimal dengan model indeks tunggal
Dari 29 sampel penelitian ,kandidat saham yang termasuk dalam portofolio optimal adalah UNVR, BBRI, ICBP, KLBF, INDF pada tahun 2013 PTBA, BBCA, ICBP,
LanjutanTabel 2.1
No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian
Investasi Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal (Studi Kasus Saham LQ-45 di BEI Periode Jan 2013-Juli 2015)
KLBF, BBNI, GGRM, TLKM, PGAS, JSMR, BBRI, INTP pada tahun 2014 dan AKRA, UNVR, LPKR pada bulan Januari-Juli 2015. Basarnya proporsi dana pembentuk portofolio optimal pada tahun 2013 adalah UNVR (47.56%), BBRI (10.62%), ICBP (24.78%), KLBF (10.70%), INDF (6.34%), tahun 2014 adalah PTBA (4.48 %), BBCA (11.53%), ICBP (4.46%), KLBF (15.87%), BBNI (23.50), GGRM (6.51%), TLKM (5.22%), PGAS (18.42 %), JSMR (4.78 %), BBRI (4.37%), INTP (0.51%) dan bulan Januari-Juli 2015 adalah AKRA (5.98%), UNVR (84.92%) dan LPKR (9.10%). Berdasarkan potofolio optimal yang terbentuk maka return ekspektasi adalah sebesar 2.19 % tahun 2013, 3.3124 % tahun 2014 dan 3.3208% bulan Januari-Juli 2015. Risiko portofolio adalah sebesar 0.1436% tahun 2013, 0.0163% tahun 2014 dan 0.0542% bulan Januari-Juli 2015.
5 Marlina (2015) Formation of Stock
Portofolio Using Single Index Model (Case Study on Banking Shares In The Indonesia Stock Exchange)
Single Index Model SDRA. Dengan proporsi masing-masing saham, yaitu MAYA sebesar 2.77%, MCOR sebesar 12.69%, BACA sebesar 12.85%, BBCA sebesar 70.04%, dan SDRA sebesar 1.64%.
6 Suroto (2015) Analisis Portofolio
Menerut Model Indeks Tunggal (Studi Empiris Pada Saham LQ-45 di BEI Periode Agustus 2012-Juli 2015
Model indeks tunggal
Terdapat 8 saham yang masuk dalam portofolio optimal dengan proporsi masing-masing sahm, yaitu ICBP sebesar 2.32%, GGRM sebesar 2.19%, PTBA sebesar 2.17%, UNVR sebesar 44.59%, EXCL sebesar 1.62%, AALI 1.88%, AKRA sebesar 12.91%, dan BBCA sebesar 32.33%. Portofolio yang dibentuk menjanjikan tingkat pengembalian yang
diharapkan sebesar 2.7% per bulan dengan resiko sebesar 7.75%. investor yang bersikap menghindari risiko lebih menyukai melakukan diversivikasi dari pada investasi sepenuhnya pada saham individual.
7 Mary and Rathika
(2014)
The Single Index Model and The Construction of Optimal Portofolio With CNXPharma
The single index model
Dari analisis empiris dapat disimpulkan bahwa dari 10 perusahaan yang dipilih untuk tujuan investasi atas dasar
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian
8 Nalini (2014) Optimal Portpolio
Construction Using Sharpeβs Single Index Model Study Of Selected Stocks From BSE
Sharpeβs single index model
sampel, hanya 4 perusahaan yang dipilih untuk membentuk portofolio optimal
menggunakan model indeks tunggal. 9 Varadharajan and Ganesh (2012) Construction Of Equity Portfolio Of Large Caps Companies Of Selected Sectors in India With With Reference to The Sharpe Index Model
Sharpe index model
Portofolio yang terbentuk dari 18 (delapan belas)
perusahaan yang dipilih ada lima perusahaan yaitu Jayaprakash Power Ventures 33%, Gujarat Industries Power Corp. 28%, Mercator Lines Ltd 12%, NTPC 23%, dan Patspin Limited 4%. Portofolio yang optimal dibentuk denan sharpe
index model. Sifat uang yang
telah diinvestasikan pada efek ini juga dihitung. Keputusan akhir dari investasi harus dilakukan hanya setelah mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi sekuritas. Ini dapat menjadi faktor makroekonomi ekonomi secara umum yang mengatur gerakan dan tindakan dari efek tersebut dipasar.
10 Eko (2008) Analisis Dan
Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham-saham LQ45
Model indeks tunggal dan model korelasi konstan
Kombinasi saham-saham pembentuk portofolio optimal ditentukan dengan melihat peringkat masing-masing saham berdasarkan nilai ERB (model indeks tunggal) dan ERS (model korelasi konstan). Portofolio optimal yang dibentuk dengan
menggunakan model indeks tunggal maupun model korelasi konstan
mengindikasikan bahwa investor harus mengalokasikan dana terbesarnya pada saham TLKM.
2.3 Kerangka Konseptual
Dalam menentukan keputusan investasi, seorang investor harus melakukan
seleksi saham untuk menentukan saham-saham apa saja yang akan dipilih. Saham
yang dipilih yaitu yang memberikan return maksimal dengan resiko tertentu, atau
return tertentu dengan risiko minimal. Sebagai pedoman dalam menyeleksi
dengan membentuk portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal.
Portofolio yang optimal akan berisi aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio
ERB yang tinggi. Aktiva-aktiva dengan nilai rasio ERB yang rendah tidak akan
dimasukkan kedalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik
pembatas (cut-off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan
tinggi (Hartono, 2014:430).
Investor yang rasional akan memilih saham-saham yang masuk kandidat
portofolio (ERB>πΆπΆβ). Setelah itu investor dapat melakukan penilaian terhadap kinerja portofolionya, baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun
risiko yang ditanggung. Kemudian investor mengetahui proporsi dana untuk
diinvestasikan pada saham yang terpilih.
Gambar 2.2 adalah prosedur pembuatan portofolio optimal berdasarkan
model indeks tunggal.
Menghitung Excess return to beta ratio (ERB)
Gambar 2.2
Prosedur pembuatan portofolio optimal
Menghitung nilai cut of rate (Ci)
Menentukah saham yang masuk dalam portofolio optimal (ERB>πΆπΆβ)
Menghitung proporsi dana
Menghitung expected return dan risiko portofolio optimal saham c
c
c
BAB III