• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hutan

3. Posisi Hutan Rakyat dalam SVLK

a. Pengertian Hutan Rakyat

Definisi atau pengertian dari hutan rakyat tidak terdapat atau dinyatakan secara jelas dalam peraturan-perundang-undangan tentang kehutanan namun Penulis menemukan pendapat yang diungkapkan oleh Salim bahwa Hutan Rakyat disebut juga dengan Hutan Milik35, Supriadi juga berpendapat bahwa yang dimaksud “hutan hak” adalah hutan yang berada di luar kawasan hutan dan tumbuh di atas tanah yang dibebani hak atas tanah yang lazim disebut hutan rakyat36.

Hutan milik yaitu hutan yang tumbuh diatas tanah hak milik dan yang dapat memiliki dan menguasai hutan milik adalah orang (baik perorangan maupun bersama-sama dengan orang lain)37, dan atau badan hukum.

Mengenai hutan yang berada diatas tanah yang telah memiliki alas title atau dibebani suatu hak Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1 Angka (5) juga telah memberikan definisinya, yaitu berbunyi:

hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah

yang dibebani hak atas tanah38.

35 Salim, H.S., S.H., M.S., Ibid., hal., 42.

36 Supriadi, S.H., M.Hum., Op.Cit., hal., 369.

37 Penulis juga menyimpulkan bahwa hutan adat sebagai hutan milik, karena hutan adat biasanya dimiliki secara bersama-sama oleh suatu masyarakat adat dan digunakan untuk kepentingan masyarakat adat tersebut. Hutan adat juga bukan merupakan bagian dari hutan negara berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/ PUU-X/2012/ tanggal 16 Mei 2013.

Melihat dari substansi dari bunyi Pasal tersebut jadi Penulis menyimpulkan bahwa hutan yang dimaksud dalam pasal tersebut juga berada di atas tanah yang telah debebani hak39 atau alas title.

Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin atau Pada Hutan Hak Pasal Angka (5) juga memberikan definisi hutan yang diatasnya telah dibebani hak atau alas title, yaitu yang berbunyi:

“hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah

yang telah dibebani hak atas tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas

title atau hak atas tanah40.

Melihat dari substansi Pasal tersebut dapat dilihat bahwa hutan yang dimaksud dalam Pasal tersebut juga merupakan hutan yang berada di atas tanah yang telah dibebani hak atas tanah atau alas title, yang membedakan adalah hutan tersebut bukanlah hutan yang berada dalam kawasan hutan baik itu hutan menurut jenisnya. Juga hak atau alas title tersebut haruslah dapat dibuktikan.

39 Hak-hak tersebut dapat berupa hak milik, hak pakai, hak jasa perkarangan, hak guna usaha, hipotek dan lain-lain. Salim, H.S., S.H., M.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta, Sinar Grafika, 2006, hal., 100-133.

Melihat dari peraturan perundang-undangan tentang kehutanan dan pendapat dari Salim tersebut, Penulis berkesimpulan bahwa Hutan Rakyat dapat disebut juga sebagi hutan milik maupun hutan hak, kemudian Penulis mendefinisikannya sebagai berikut: “Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh

diatas tanah diluar kawasan hutan negara yang telah terbukti dibebani hak atas tanah atau alas title baik oleh orang-perorangan ataupun bersama-sama

(masyarakat) maupun badan hukum”.

b. Potensi Hutan Rakyat dalam Ekspor Kayu dan Produk Kayu

Bukti bahwa hutan rakyat atau hutan hak mulai meningkat perannya terlihat dari produk-produk kayu seperti Bayur, Durian, Jabon, Karet, Kemiri, Sengon, Suren, Sungkai, dll. yang mulai banyak diminati oleh pasar. Sebelumnya kita mengenal kayu hutan rakyat seperti Jati dan Mahoni yang sudah lebih dulu masuk ke pasar internasional. Sebut saja produk plywood telah menggunakan Sengon, Durian, Jabon, Bayur sebagai core, juga untuk finger joint laminating board, barecore, engineering doors, dan packaging boxes. Begitu pula Mahoni, Jati, Karet, dan Kelapa banyak digunakan untuk flooring, furniture, dan housing components. Peningkatan penggunaan bahan baku dari hutan rakyat terlihat dari data BRIK tahun 2004-2006 dimana persentase ekspor produk kayu olahan yang menggunakan bahan baku dari hutan rakyat berkisar antara 38-40%, berarti hampir separuh dari volume ekspor produk kehutanan telah menggunakan bahan baku dari sumber-sumber alternatif.

Kunjungan lapangan ke daerah Magelang, Wonosobo, Banyumas, dan Ciamis yang dilakukan BRIK tampak keinginan masyarakat untuk menanam kayu Afrika, Jati, Mahoni, dan Sengon cukup tinggi karena harga jualnya yang menarik. Sebut saja Ngandong sebuah dusun di lereng Gn. Merapi (Kecamatan Dukuh), rata-rata petani di sana memiliki Sengon seba-nyak 80—100 pohon yang ditanam di lahan pekarangan, pematang sawah atau lahan lainnya walaupun pada luasan yang tidak besar. Memiliki pohon Sengon merupakan investasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sekolah dan memenuhi kebutuhan lainnya. Kayu-kayu yang dipanen langsung ditampung oleh industri Kayu-kayu yang terdapat di sekitar Jogyakarta dan Magelang, dan itupun belum dapat memenuhi kebutuhan industri kayu di dua daerah tersebut sehingga masih harus mendatangkan Sengon dari Jawa Timur. Begitu pula kunjungan ke Ciamis yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi kayu Mahoni41.

Pemanfaatan dan pengusahaan hutan negara selama ini telah menghasilkan kerusakan hutan, yang berakibat pada menurunnya potensi hutan secara drastis, yang akan berdampak pada kontinyuitas penyediaan bahan baku hasil hutan dan peran hutan sebagai penyangga lingkungan.

Rehabilitasi hutan negara masih belum menunjukkan hasil yang memadai, artinya hutan negara belum dapat memberikan jaminan masa depan bagi pemenuhan bahan baku hasil hutan secara kontinyu dan bagi perannya dalam menyangga lingkungan hidup.

41 PT. BRIK Quality Service, HUTAN RAKYAT: PERAN YANG MAKIN NYATA, diakses dari http://www.brikonline.com/index.php?option=com_content&task=view&id=66&Itemid=90 pada tanggal 22 April 2014, pada pukul 14:32.

Hutan Negara masih menghadapi berbagai masalah, utamanya yang berkaitan dengan masalah sosial-kemasyarakatan, misal pencurian, perambahan, sengketa kepemilikan, illegal logging dsb, yang penyelesaiannya belum jelas waktunya.

Hutan rakyat sebagai hutan yang dimiliki secara pribadi oleh masyarakat atau hutan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat atau hutan yang dimiliki oleh masyarakat adat, selama ini menunjukkan kondisi yang relatif utuh, bahkan dibeberapa tempat menunjukkan peningkatan potensinya. Pemanfaatan hutan rakyat selama ini belum optimal, sehingga belum memberikan manfaat yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pemanfaatan hutan rakyat secara benar akan memberikan jaminan kontinyuitas penyediaan bahan baku dan jaminan kontinyuitas dalam menyangga lingkungan hidup42.

Dapat dilihat bahwa hutan rakyat sangat berfungsi dan bermanfaat untuk keberlangsungan bahan baku kayu untuk Negara, kebutuhan pasar yang masih sangat tinggi atas kayu Indonesia membuat Negara membutuhkan alternative bahan baku kayu rakyat untuk memenuhi kebutuhan ekspor kayu yang tidak mungkin hanya jika dihasilkan dari hutan Negara saja.

Kayu rakyat juga sudah sejak lama dimanfaatkan oleh industri mebel, produk yang dihasilkan dari hutan rakyat mudah untuk menembus pasar ekspor karena legalitasnya tak diragukan. Apalagi, produk berbasis kayu rakyat bersaing

42 Dian Pengusahaan Hutan Rakyat, Hutan rakyat untuk Kesejahteraan, diakses dari http://www.dipantara.net/, pada tanggal 22 April 2014, pada pukul 14:45.

dalam hal mutu dan harga dengan produk yang berbasis kayu alam. Konsumen menyukai produk yang berkualitas dengan harga terjangkau. Kualifikasi ini bisa dicapai dengan mudah oleh kayu rakyat..

Saat ini, 100% bahan baku Jawa Furni menggunakan kayu rakyat. Perusahaan mebel itu mampu memproduksi sekitar 20 kontainer produk jadi mebel yang kesemuanya ditujukan untuk pasar ekspor. Dari produk yang diekspor, sekitar 60% ditujukan untuk wilayah Eropa, 20% untuk wilayah Amerika Serikat dan Kanada, 10% pasar Timur Tengah dan 10% sisanya untuk Eropa Timur.

Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap hutan rakyat, pihaknya bersama dengan para pihak terkait mendorong pengelolaan hutan rakyat yang lestari yang dibuktikan dengan sertifikasi.

Pengelolaan hutan rakyat yang lestari sangat menguntungkan bagi masyarakat karena memastikan keseimbangan alam. Hutan rakyat yang lestari juga memastikan masyarakat bisa secara berkelanjutan mendapat nilai ekonomi dari hutan rakyat43.

c. Posisi Hutan Rakyat dalam Skema SVLK

Pada Peraturan menteri kehutanan No. 38/menhut-II/2009 jo Permenhut P.68/Menhut-II/2011 jo Permenhut P.45/Menhut-II/2012, jo Permenhut P.42 /Menhut-II/2013 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan

43 Dinas Kehutanan Provinsi Jawa barat, Kayu Rakyat Ungguli Produksi Perhutani, diakses dari http://dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=&idBerita=1263, pada tanggal 15 Mei 2014, pada pukul 18:59.

Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang izin atau pada Hutan Hak. Hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan hak44, hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang berada diluar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alats titel atau alas hak atas tanah, hasil hutan berupa kayu juga harus dinilai dan diverifikasi oleh LP&VI yang berdasarkan pada standar verifikasi legalitas kayu.

Pemilik hutan hak/hutan rakyat juga diwajibkan untuk memiliki Sertifikat Legalitas Kayu namun kewajiban tersebut tidak diwajibkan untuk pemilik hutan hak/hutan rakyat yang telah memiliki sertifikat PHPL skema sukarela (voluntary), pemilik hutan hak/hutan rakyat dapat mengajukan verifikasi LK secara kelompok (group certification), pembiayaan pendampingan dan verifikasi legalitas kayu periode pertama dibebankan kepada Kementrian Kehutanan bagi pemilik hutan hak/hutan rakyat yang pelaksanaanya dilakukan secara berkelompok (group certification), pemilik hutan hak/hutan rakyat memiliki hak keberatan atas keputusan dalam setiap proses dan atau hasil penilaian dan verifikasi serta melakukan melakukan banding ke LPHL atau LVLK atau juga pemilik hutan hak/ hutan rakyat dapat mengajukan keluhan kepada KAN untuk mendapatkan penyelesaian.

Pemilik hutan hak/hutan rakyat yang telah memiliki Sertifikat LK dapat membubuhkan Tanda V Legal, dalam penilaian dan verifikasi yang dilakukan

44 Pendapat penulis tersebut telah penulis jelaskan pada sub bab 3 Point a Pengertian hutan rakyat. Lihat juga Pada Peraturan menteri kehutanan No. 38/menhut-II/2009 jo Permenhut P.68/Menhut-II/2011 jo Permenhut P.45/Menhut-II/2012, jo Permenhut P.42 /Menhut-II/2013 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang izin atau pada Hutan Hak Pasal 1 Angka 4,5 dan Pasal 2 Ayat (3).

oleh LPHPL atau LVLK akan mendapat laporan dari penilaian dan verifikasi yang disampaikan olah LPHPL atau LVLK pemilik hutan hak/hutan rakyat wajib untuk memiliki Sertifikat LK selambat-lambatnya tanggal 31 desember 2013.

Penilaian dan verfikasi yang berdasarkan pada Standar Verfikasi Legalitas Kayu pada hutan hak/hutan rakyat yang terdapat dalam Lampiran 2.3 Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.8/VI-BPPHH/2012 tanggal 17 Desember 2012 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu berprinsip bahwa kepemilikan kayu dapat dibuktikan keabsahannya yang berkriteria keabsahan hak milik dalam hubungannya dengan areal, kayu dan perdaganganya, yang juga memiliki beberapa indikator yaitu:

1) Pemilik hutan hak mampu menunjukkan keabsahannya verifiernya adalah dokumen kepemilikan/penguasaan lahan yang sah (alas titel/ dokumen yang diakui pejabat yang berwenang. Sedangkan bagi pemegang HGU verifiernya adalah dokumen legalitas pemegang HGU yang sah yang mencakup Akte Perusahaan, SIUP, TDP, NPWP, dokumen lingkungan, dokumen K3 serta KKB/ peraturan perusahaan yang relevan. verifier yang lain adalah peta/sketsa areal hutan hak/hutan rakyat dan batas-batasnya di lapangan. Metode verifikasi untuk verifier dokumen kepemilikan/penguasaan lahan yang sah (alas titel/ dokumen yang diakui pejabat yang berwenang) yaitu dengan memeriksa sertifikat Hak Milik, Leter B, Girik, atau leter C atau sertifikat HGU atau sertifikat Hak Pakai atau surat atau dokumen lainnya yang diakui oleh BPN dengan cara

mengkonfirmasi ke BPN yang kemudian norma penilaiannya, “memenuhi” jika dokumen tersedia, lengkap dan absah, yang dapat berupa: sertifikat hak milik, leter B, Girik, atau leter C atau Sertifikat HGU atau Sertifikat Hak Pakai atau surat atau dokumen lainnya yang diakui oleh BPN dengan cara mengkonfirmasi ke BPN, metode verifikasi untuk verifier dokumen legalitas pemegang HGU yang sah yang mencakup Akte Perusahaan, SIUP, TDP, NPWP, dokumen lingkungan, dokumen K3 serta KKB/ peraturan perusahaan yang relevan adalah periksa keabsahan dan kelengkapan dokumen legalitas pemegang HGU dengan norma penilaiannya “memenuhi” jika kelengkapan dan keabsahan dokumen legalitas pemegan HGU dipenuhi seluruhnya, sedangkan metode verifikasi untuk verifier peta/sketsa areal hutan hak/hutan rakyat dan batas-batasnya di lapangan adalah periksa keberadaan peta/sketsa lokasi dan juga memeriksa kejelasan tanda batas areal hutan. Dan norma penilaiannya “memenuhi” jika tersedia peta/sketsa lokasi serta terdapat tanda-tanda jelas (dapat berupa patok, ataupun pematang, atau tanaman pagar).

2) Unit kelola (baik individu maupun kelompok) mampu membuktikan dokumen angkutan yang sah. Verifiernya adalah dokumen angkutan hasil hutan yang sah dan metode verifikasinya adalah periksa keabsahan dokumen angkutan hasil hutan yang sah dan norma penilaiannya “memenuhi” jika dokumen angkutan hasil hutan yang sah diterbitkan oleh pejabat/petugas yang berwenang.

3) Unit kelola menunjukkan bukti pelunasan pungutan pemerintah sektor kehutanan dalam hal pemungutan atas tegakan yang tumbuh sebelum pengalihan hak atau penguasaan yang verifiernya adalah bukti pembayaran hak Negara berupa PSDH/DR dan pengganti nilai tegakkan dengan metode verifikasi yaitu memerikasa kelengkapan, keabsahan dan keberadaan bukti pembayaran DR dan PSDH serta pengganti nilai tegakan dan norma penilaiannya “memenuhi” jika unit kelola dapat menunjukkan bukti serot PSDH dan DR serta pengganti nilai tegakan sesuai dengan tagihan.

Dokumen terkait