• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA KARENA KEALPAANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN

4.1. POSISI KASUS

4.1.1. Kronologis Kasus

1. Awalnya terdakwa terpilih sebagai Ketua Panitia Kemah Bhakti

Desa dan Temu Akrab (KBDTA) tahun 2013 yang

diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Planologi ITN Malang yang bertanggungjawab atas pembuatan proposal bersama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), merencanakan acara, koordinasi dengan jurusan terkait dengan acara yang akan dilaksanakan, mengawasi pelaksanaan kegiatan Kemah Bhakti

Desa dan Temu Akrab (KBDTA) tahun 2013, dan

bertanggungjawab atas terlaksananya acara.

2. Terdakwa sebagai Ketua Panitia Kemah Bhakti Desa dan Temu Akrab (KBDTA) tahun 2013 membuat dan menandatangani proposal mengenai pelaksanaan Kemah Bhakti Desa dan Temu Akrab (KBDTA) tahun 2013 tetapi ada 2 (dua) proposal yang dikirim yaitu pertama yang diajukan kepada Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang yang salah satunya berisi mengenai waktu pelaksanaan kegiatan tanggal 12 s/d 13

Oktober 2013 sedangkan proposal yang kedua kepada Ketua Jurusan Planologi yang berisi pelaksanaannya pada tanggal 9 Oktober s/d 13 Oktober 2013. Berdasarkan keterangan saksi Natalia Damayanti saksi Arief Setyawan, setelah dilakukan survey

oleh koordinator lapangan (HERRY C. WAKERKWA,

YOHANES CHRISTIAN UDJAN) dan Sekretaris Jurusan (ARIEF SETYAWAN, ST., MT) maka dipilihlah Goa Cina di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan sebagai lokasi KBDTA 2013 sedangkan waktu pelaksanaan selama 5 (lima) hari mulai tanggal 09 Oktober 2013 sampai 13 Oktober 2013.

3. Pada hari Selasa malam, terdakwa beserta beberapa panitia sudah berangkat ke lokasi di Goa Cina sedangkan pada hari Rabu tanggal 09 Oktober 2013 sekira jam 07.00 wib sebagian panitia dan peserta KBDTA 2013 berkumpul di belakang Kampus ITN mendengarkan arahan dari saksi Dr. Ir. IBNU SASONGKO, MT (Ketua Jurusan Planologi) sekaligus pelepasan keberangkatan secara resmi

4. Pada hari Kamis tanggal 10 Oktober 2013 jam 23.00 wib maba istirahat sedangkan panitia yang dipimpin oleh terdakwa melaksanakan briefing mengenai kegiatan yang sudah dilaksanakan dan rencana kegiatan besok dimana pada briefing tersebut disepakati adanya stressing terhadap mahasiswa baru yaitu kewenangan/hak semua panitia untuk memberikan hukuman-

hukuman kepada para peserta yang bentuknya antara lain push up, merayap, mengguling, merayap punggung, dan lain-lain;

5. Pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2013 jam 02.00 wib sampai jam 03.00 wib malam stressing yaitu pendisiplinan ala panitia oleh keamanan dengan cara menghukum jika terjadi kesalahan, selain itu mengatur kekompakan, saling menghargai senior dengan teman-teman yang lain karena setelah mereka aktif di Planologi mereka akan menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa dan Perencanaan Wilayah Kota (HMPWK) dan akan memimpin HMPWK, kemudian sholat subuh, senam pagi, games, maba main bola, makan pagi, jam 09.00 wib ada perataan lahan rencananya sampai jam 12.00 wib namun karena ada insiden yaitu meninggalnya FIKRI DOLAS MANTYA SURYA (korban) maka kegiatan tersebut dihentikan, namun sebelum korban meninggal, terdakwa melihat korban ikut dalam acara pemerataan lahan, setelah 5 (lima) menit berjalan saksi NATALIA DAMAYANTI bertanya apakah sanggup dan dijawab korban sanggup, ketika melewati belokan pertama saksi NATALIA DAMAYANTI berkata kamu naik motor saja namun korban menjawab tidak kak, saat melewati jalan makadam saksi NATALIA DAMAYANTI kembali berkata kamu naik motor saja dan selanjutnya saksi NATALIA DAMAYANTI naik motor FRANSISKUS ROMARIO sampai ke lokasi yang tidak bisa dilewati motor. Pada saat korban

berada di bukit pisang ditemani CANDRA W.P. dan MUHAMAD FAHRUROZI, saat itu korban kecapekan dan meminta istirahat lalu saksi NATALIA DAMAYANTI menyuruhnya istirahat, istirahat dalam posisi berbaring selang beberapa menit kemudian datang terdakwa, GANANG FAJAR dan DWI PRIO, selanjutnya terdakwa yang menemani korban sedangkan GANANG FAJAR meminta bantuan tim SAR, tak lama datang Pak TEGUH dan Pak SOLIKIN menggunakan motor dan selanjutnya Pak SOLIKIN mengambil kelapa lalu oleh Pak TEGUH diminumkan kepada korban bersama air mineral namun tubuh korban tidak dapat menerima atau muntah, selanjutnya korban dinaikkan mobil pick- up menuju tenda kesehatan, sesampainya di sana panitia kesehatan antara lain RISKA OKI PURWANDARI, DIANA M. ASA, NURHASANATUL FAJRIYAH melakukan penanganan kepada korban yaitu melepas baju korban karena basah dan juga sesak untuk melancarkan pernafasan, diberi minyak kayu putih dan air minum, selain itu tim kesehatan juga memeriksa mata, memeriksa nadi korban sebelum akhirnya korban dibawa ke Puskesmas Sitiarjo namun nyawa korban tidak tertolong;

6. Menurut Surat Keputusan Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan Nasional Nomor 38/Dikti/KEP/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 tentang Pengaturan Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi bahwa pengenalan terhadap program dan studi

program pendidikan di Perguruan Tinggi (Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik da Akademi) dilakukan dalam rangka kegiatan akademik dan dilaksanakan oleh pimpinan perguruan tinggi sedangkan menurut Pedoman Pelaksanaan Pengenalan Jurusan Mahasiswa Baru (PJMB) 2013 Institut Teknologi Malang yang ditandatangani oleh Rektor ITN Malang pada intinya mengatur antara lain : Pelaksanaan kegiatan diperbolehkan maksimal selama 2 (dua) hari saja yaitu Sabtu dan Minggu; Lokasi kegiatan dibatasi dengan jarak dari kampus maksimum 25 (dua puluh lima) kilometer; Dalam pelaksanaan kegiatan tidak boleh yang bersifat perpeloncoan; Pungutan kepada Mahasiswa Baru untuk pelaksanaan kegiatan maksimum Rp.100.000 per Mahasiswa Namun pada pelaksanaan Kemah Bhakti Desa dan Temu Akrab banyak hal-hal yang menyimpang dari Surat Keputusan Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan Nasional Nomor 38/Dikti/KEP/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 tentang Pengaturan Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi dan Pedoman Pelaksanaan Pengenalan Jurusan Mahasiswa Baru (PJMB) 2013 Institut Teknologi Malang, yaitu :

7. Kegiatan tersebut tidak dalam rangka kegiatan akademik dan dilaksanakan oleh mahasiswa dan bukan dilaksanakan oleh pimpinan perguruan tinggi;

8. Adanya tindakan perploncoan dengan bukti adanya kegiatan fisik yang berlebihan yaitu para mahasiswa baru (maba) disuruh merayap, menggigit sandal, disuruh berguling-guling di pasir dengan jarak yang panjang, adanya bentuk kekerasan terhadap para maba peserta KBDTA 2013 yaitu saat kegiatan hiburan take me out pada malam hari, yang mana FIKRI DOLAS MANTYA SURYA sempat ditarik ke belakang oleh para bagian keamanan (van dame) sedangkan peserta lainnya dilarang untuk melihat ke belakang akan tetapi saksi HENY ANGGRAINI sempat mendengar suara FIKRI DOLAS MANTYA SURYA yang mengeluh kesakitan, selain itu saksi HENY ANGGRAINI mengetahui dari temannya kalau FIKRI DOLAS MANTYA SURY sempat diinjak, ditendang, dipukul kepalanya memakai botol air mineral, mukanya dikasih air bawang, dikasih odol di bawah matanya selain itu para maba selama 1 (satu) hari memperoleh makan sebanyak 3 (tiga) kali namun sebelum makan harus menggosokkan tangan ke tanah sedang untuk minumnya juga sebanyak 3 (tiga) kali namun 1 (satu) botol air mineral ukuran 1,5 liter dikonsumsi untuk 1 (satu) angkatan yaitu 114 (seratus empat belas) orang, ditambah jika ada kegiatan keluar hot spot maka mendapat jatah 1 (satu) kali minum yaitu 1 (satu) botol air mineral ukuran 1,5 liter dikonsumsi untuk 1 (satu) kelompok yang berjumlah 10 (sepuluh) orang. Hal tersebut berpotensi

menimbulkan akibat kesakitan phisik bagi maba yaitu kekurangan air (dehidrasi) dan kelelahan phisik yang akut, seharusnya terdakwa bisa memprediksi jika para maba melakukan aktifitas yang panjang dan melelahkan maka para maba tersebut membutuhkan cairan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan apabila tidak melakukan aktifitas namun terdakwa malah membatasi jumlah air yang diminum para maba.

9. Pelaksanan kegiatan yang tidak sesuai dengan proposal yang telah mendapat persetujuan yaitu tanggal 12 Oktober 2013 sampai tanggal 13 Oktober 2013 namun faktanya kegiatan dimulai sejak tanggal 09 Oktober 2013 sampai tanggal 13 Oktober 2013.

10.Lokasi kegiatan yang seharusnya tidak boleh lebih dari 25 (dua puluh lima) kilometer dari kampus namun kenyataannya Goa Cina berjarak lebih dari 60 (enam puluh) kilometer dari kampus.

11.Para Mahasiswa Baru diharuskan membayar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah).

4.1.2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut pasal 359 KUHP jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

4.1.3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa PUTRA ARIF BUDI SANTOSA bersalah melakukan tindak pidana “Secara Bersama-Sama Karena Kelalaiannya Menyebabkan Orang Lain Mati” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 359 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP sebagaimana dalam surat dakwaan;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa PUTRA ARIF BUDI SANTOSA dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dengan masa percobaan selama 1 (satu) tahun;

3. Menetapkan supaya Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah).

4.1.4. Fakta-Fakta Hukum

Fakta-fakta hukum sebagai berikut:

1. Bahwa Mahasiswa jurusan Tehnik Planologi ITN Malang telah mengadakan kegiatan kemah Bhakti Desa Temu Akrab (KBDTA) tahun 2013 yang dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 13 Oktober 2013, di Goa Cina Desa Sitiarjo, kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang;

2. Bahwa dalam kegiatan KBDTA tersebut, terdakwa terpilih menjadi Ketua Panitia, yang bertanggung jawab atas pembuatan proposal bersama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMI), yang bertugas merencanakan acara, koordinasi dengan jurusan terkait dengan acara yang akan dilaksanakan, mengawasi pelaksanaan kegiatan KBDTA Tahun 2013 serta bertanggung jawab atas

terlaksananya acara, dan, sebelum acara dilaksanakan semua peserta KBDTA dianjurkan mengumpulkan surat keterangan sehat namun korban Fikri Dolas Mantya Surya tidak pernah menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter kepada panitia sehingga panitia tidak mengetahui sebelum kegiatan korban menderita penyakit atau tidak; 3. Bahwa Terdakwa selaku ketua panitia sudah berkoordinasi dalam menyusun dan menyiapkan acara dan telah dikonsultasikan dengan dosen jurusan, setelah mendapat arahan dan masukan langsung dimintakan persetujuan kepada Ketua Jurusan (Terdakwa Dr. Ir. Ibnu Sasongko/ Terdakwa dalam berkas perkara lain);

4. Bahwa pada hari Rabu, tanggal 9 Oktober 2013 sekira jam 07.00 WIB, semua panitia termasuk Terdakwa juga semua peserta KBDTA berkumpul dibelakang kampus ITN untuk mendengarkan arahan dari Ketua Jurusan sekaligus melepas keberangkatan secara resmi, kemudian sekira jam 10.15 WIB, semua peserta KBDTA dan panitia tiba di Balai Desa Sitiarjo, setelah selesai mendapat arahan dari Kepala Desa Sitiarjo lalu melakukan outbound sampai jam 16.30 WIB, selanjutnya kumpul di hotspot dan Sholat Maghrib, kemudian kegiatan nyanyi-nyanyi, lalu Sholat Isya’ dan makan malam, setelah makan malam semua peserta KBDTA diantar kerumah warga untuk beristirahat;

5. Bahwa pada hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2013, semua peserta bangun pagi untuk melaksanakan kegiatan, sekira jam 12.30 WIB,

peserta KBDTA melakukan kegiatan penanaman mangrove, waktu itu korban Fikri Dolas Mantya Surya juga mengikuti kegiatan tersebut;

6. Bahwa pada hari Jum’at tanggal 11 Oktober 2013 semua Peserta KBDTA melanjutkan kegiatan yaitu Stressing dari keamanan, setelah kegiatan stressing dilakukan sekira jam 19.00 WIB sampai 21.00 WIB diadakan acara take me out, dalam acara tersebut korban Fikri Dolas Mantya Surya juga mengikutinya bahkan korban aktif karena setiap kali ada peserta wanita, korban Fikri selalu maju untuk dipilih namun korban Fikri selalu ditolak oleh peserta wanita yang maju;

7. Bahwa setiap kali selesai mengadakan kegiatan semua panitia termasuk Terdakwa melakukan evaluasi tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan maupun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada esok harinya;

8. Bahwa pada hari kedua kegiatan KBDTA, korban Fikri pernah datang ketenda kesehatan/KSR untuk mendapatkan pertolongan karena mengeluh kakinya sakit, sehingga setiap kali mengikuti kegiatan korban Fikri mendapatkan prioritas pakai pita merah sebagai tanda bahwa korban sakit;

9. Bahwa pada saat kegiatan dibagi per kelompok, setiap kelompok berjumlah 10 orang dengan didampingi oleh dua orang pendamping, sedangkan korban Fikri berada dikelompok V, dalam kegiatan

tersebut oleh panitia setiap kelompok diberi jatah minum 2 botol aqua akan tetapi apabila para maba (mahasiswa baru) masih kurang minum diperbolehkan meminta kepada pendamping masing-masing dan tujuan pembatasan minum tersebut tidak lain hanya untuk kebersamaan diantara kelompok;

10.Bahwa pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2013 korban mengikuti kegiatan KBDTA yaitu kegiatan pemerataan lahan, waktu itu Terdakwa mendapat cerita dari Natalia kalau Natalia sempat menegur korban karena Natalia melihat korban sudah tidak kuat jalan dan menganjurkan kepada korban untuk naik motor dan kembali untuk beristirahat namun korban menolaknya sampai korban beristirahat dibawah pohon pisang dalam posisi terlentang, lalu datang terdakwa bersama dengan Ganang Fajar dan Dwi Prio untuk menemani korban Fikri, selanjutnya saksi ganang Fajar meminta bantuan tim SAR, saat itu korban Fikri sempat diberi minum akan tetapi korban muntah, kemudian korban dinaikkan pick up menuju tenda kesehatan, sesampai di tenda kesehatan, korban diberi minyak kayu putih dan air minum, tim kesehatan juga memeriksa mata dan nadi korban, selain itu juga semua panitia yang mengetahui keadaan Fikri sudah berusaha menolong untuk dibawa ke Puskesmas terdekat, namun korban akhirnya meninggal dunia sehingga kegiatan KBDTA dihentikan, pada sore hari semua peserta KBDTA dan panitia termasuk Terdakwa kembali ke kampus;

11.Bahwa dipersidangan juga telah dibacakan Visum Et Repertum Nomor 13.362/X tanggal 23 Oktober 2013 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Tasmonoheni, Spf, dokter pada RSUD Saiful Anwar Malang, diterangkan bahwa korban didapatkan hidung dan mulut keluar cairan merah kehitaman dan luka babras akibat persentuhan benda tumpul, akan tetapi pada korban tidak dilakukan outupsi sehingga penyebab meninggalnya korban Fikri Dolas Mantya Surya tidak diketahui secara pasti;

4.1.5. Putusan Hakim MENGADILI:

1. Menyatakan terdakwa PUTRA ARIF BUDI SANTOSA tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tunggal ;

2. Membebaskan terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Penuntut Umum:

3. Memulihkan hak-hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya;

4. Menetapkan barang bukti berupa: a. Statuta ITN tahun 2012 – 2017 ;

b. Surat Edaran No. 1016/E/T/2011 tanggal 15 Juli 2011 tentang masa orientasi mahasiswa baru ;

c. Surat Nomor ITN.08.0937/IX/REK/2013 tanggal 30 Agustus 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengenalan Mahasiswa Baru (PJMB) 2013;

d. Surat Nomor ITN.08.0924/IX.REK/2013 tanggal 27 Agustus 2013 tentang Undangan Rapat berikut dafta hadir ;

e. Surat Nomor ITN-472/II.FTSP/2013 tanggal 4 Oktober 2013 tentang Penggunaan Anggaran PJMB Prodi Teknik Planologi (PWK) sebanyak 1 bendel ;

f. Surat Nomor ITN.09.0617/IX.REK/2009 tanggal 9 September 2009 tentang HMJ di lingkungan ITN Malang ;

g. Surat Keputusan Ketua Perkumpulan Pengelola Pendidikan Umum dan teknologi nasional Malang No. 11507/P2PTUN /B/2011 - Kep tanggal 10 Mei 2011 tentang Pengangkatan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ITN Malang Priode 2011 – 2015 ;

h. Proposal KBDTA 2013 ; 4.2. ANALISIS PUTUSAN

Terdakwa selaku Ketua Panitia Kemah Bhakti Desa dan Temu Akrab (KBDTA) tahun 2013, Kegiatan tersebut tidak dalam rangka kegiatan akademik dan dilaksanakan oleh mahasiswa dan bukan dilaksanakan oleh pimpinan perguruan tinggi. Tindakan perpeloncoan dengan bukti adanya kegiatan fisik yang berlebihan yaitu para mahasiswa baru (maba) disuruh merayap, menggigit sandal, disuruh berguling-guling di pasir dengan jarak yang panjang, adanya bentuk

kekerasan terhadap para maba peserta KBDTA 2013 yaitu saat kegiatan hiburan take me out pada malam hari, yang mana FIKRI DOLAS MANTYA SURYA sempat ditarik ke belakang oleh para bagian keamanan (van dame) sedangkan peserta lainnya dilarang untuk melihat ke belakang akan tetapi saksi HENY ANGGRAINI sempat mendengar suara FIKRI DOLAS MANTYA SURYA yang mengeluh kesakitan, selain itu saksi HENY ANGGRAINI mengetahui dari temannya kalau FIKRI DOLAS MANTYA SURY sempat diinjak, ditendang, dipukul kepalanya memakai botol air mineral, mukanya dikasih air bawang, dikasih odol di bawah matanya selain itu para maba selama 1 (satu) hari memperoleh makan sebanyak 3 (tiga) kali namun sebelum makan harus menggosokkan tangan ke tanah sedang untuk minumnya juga sebanyak 3 (tiga) kali namun 1 (satu) botol air mineral ukuran 1,5 liter dikonsumsi untuk 1 (satu) angkatan yaitu 114 (seratus empat belas) orang, ditambah jika ada kegiatan keluar hot spot maka mendapat jatah 1 (satu) kali minum yaitu 1 (satu) botol air mineral ukuran 1,5 liter dikonsumsi untuk 1 (satu) kelompok yang berjumlah 10 (sepuluh) orang. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan akibat kesakitan phisik bagi maba yaitu kekurangan air (dehidrasi) dan kelelahan phisik yang akut, seharusnya terdakwa bisa memprediksi jika para maba melakukan aktifitas yang panjang dan melelahkan maka para maba tersebut membutuhkan cairan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan apabila tidak melakukan aktifitas namun terdakwa malah membatasi jumlah air yang diminum para maba.

Pelaksanan kegiatan yang tidak sesuai dengan proposal yang telah mendapat persetujuan yaitu tanggal 12 Oktober 2013 sampai tanggal 13 Oktober

2013 namun faktanya kegiatan dimulai sejak tanggal 09 Oktober 2013 sampai tanggal 13 Oktober 2013. Lokasi kegiatan yang seharusnya tidak boleh lebih dari 25 (dua puluh lima) kilometer dari kampus namun kenyataannya Goa Cina berjarak lebih dari 60 (enam puluh) kilometer dari kampus. Para Mahasiswa Baru diharuskan membayar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah).

Hari kedua kegiatan KBDTA, korban Fikri pernah datang ketenda kesehatan/KSR untuk mendapatkan pertolongan karena mengeluh kakinya sakit, sehingga setiap kali mengikuti kegiatan korban Fikri mendapatkan prioritas pakai pita merah sebagai tanda bahwa korban sakit. Saat kegiatan dibagi per kelompok, setiap kelompok berjumlah 10 orang dengan didampingi oleh dua orang pendamping, sedangkan korban Fikri berada dikelompok V, dalam kegiatan tersebut oleh panitia setiap kelompok diberi jatah minum 2 botol aqua akan tetapi apabila para maba (mahasiswa baru) masih kurang minum diperbolehkan meminta kepada pendamping masing-masing dan tujuan pembatasan minum tersebut tidak lain hanya untuk kebersamaan diantara kelompok.

Hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2013 korban mengikuti kegiatan KBDTA yaitu kegiatan pemerataan lahan, waktu itu Terdakwa mendapat cerita dari Natalia kalau Natalia sempat menegur korban karena Natalia melihat korban sudah tidak kuat jalan dan menganjurkan kepada korban untuk naik motor dan kembali untuk beristirahat namun korban menolaknya sampai korban beristirahat dibawah pohon pisang dalam posisi terlentang, lalu datang terdakwa bersama dengan Ganang Fajar dan Dwi Prio untuk menemani korban Fikri, selanjutnya saksi ganang Fajar meminta bantuan tim SAR, saat itu korban Fikri sempat diberi minum akan tetapi

korban muntah, kemudian korban dinaikkan pick up menuju tenda kesehatan, sesampai di tenda kesehatan, korban diberi minyak kayu putih dan air minum, tim kesehatan juga memeriksa mata dan nadi korban, selain itu juga semua panitia yang mengetahui keadaan Fikri sudah berusaha menolong untuk dibawa ke Puskesmas terdekat, namun korban akhirnya meninggal dunia sehingga kegiatan KBDTA dihentikan, pada sore hari semua peserta KBDTA dan panitia termasuk Terdakwa kembali ke kampus.

Dipersidangan telah dibacakan Visum Et Repertum Nomor 13.362/X tanggal 23 Oktober 2013 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Tasmonoheni,Spf, dokter pada RSUD Saiful Anwar Malang, diterangkan bahwa korban didapatkan hidung dan mulut keluar cairan merah kehitaman dan luka babras akibat persentuhan benda tumpul, akan tetapi pada korban tidak dilakukan outupsi sehingga penyebab meninggalnya korban Fikri Dolas Mantya Surya tidak diketahui secara pasti. Isi putusan hakim dirasakan kurang tepat, yang membebaskan terdakwa dari segala tuntutan karena tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. Kinerja dari penyidik adalah kekurangan penegak hukum dalam proses penegakan hukum. Kasus kematian korban Fikri yang dianggap tidak wajar, penyidik kurang tegas melaksanakan wewenangnya untuk mengungkap apakah kematian tersebut ada hubungannya dengan tindak pidana atau bukan.

Surat kabar online memuat berita, alasan penyidik tidak melakukan otopsi adalah karena keluarga tidak setuju diadakannya otopsi. Seperti yang telah

dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, bahwa apabila keluarga tidak setuju, penyidik harus menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya otopsi sampai keluarga korban memahaminya. Dua hari keluarga tetap tidak menyetujui, maka penyidik berwenang melaksanaakn otopsi dengan meminta bantuan kepada kedokteran forensik. Nyatanya penyidik tidak melaksanakan hal tersebut dengan hanya mendengarkan penolakan dari keluarga, seperti yang dinyatakan dalam latar belakang bahwa banya kasus yang menolak diadakannya otopsi pada peristiwa kematian tidak wajar sehingga para terdakwa bebas dari dakwaan JPU. Pengaturan Visum et Repertum dalam KUHAP serta di dalam ilmu kedokteran forensik. Para penegak hukum supaya menjalankan wewenangnya sesuai prosedur yang berlaku, agar proses peradilan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Peranan otopsi dalam proses penyidikan sangatlah kuat, sebagaimana dalam kasus ini, meski dikeluarkan Visum et Repertum pada kasusnya, nyatanya tidak memberikan jawaban yang jelas tentang apa sebenarnya penyebab kematian tersebut, apakah kelalaian terdakwa ataukah merupakan kematian yang wajar. Sejauh yang diketahui dan dibaca dari surat kabar online, memang sangat banyak keluarga yang melarang dilakukannya otopsi, dan bahkan sering menuntut penyidik karena melaksanakan otopsi tanpa ijin keluarga. Tuntutan tersebut bahkan ditanggapi dengan baik oleh penyidik atau kepolisian, karena apa yang mereka lakukan sesuai dengan prosedur yang ada.

Kasus yang baru-baru ini yang menjadi sangat popular yaitu kasus kopi sianida, dimana terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh penuntut umum

mendapat kritikan yang sangat pedas dari masyarakat baik dari kalangan aktivis. Otopsi pada jenazah korban Wayan Mirna Salihin yang batal dilakukan karena larangan keras dari pihak keluarga membuat perkara ini nampaknya memiliki banyak keraguan akan hasil putusan majelis hakim. Proses pembuktiannya belum terang sehingga putusan hakim menimbulkan keraguan. Pentingnya otopsi demi kepentingan peradilan begitu sangat dirasakan dalam proses pembuktian tindak pidana dewasa ini.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk menemukan Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-

Dokumen terkait