• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post Tensioning a. Tendon

Dalam dokumen MODUL SIB 08 : PEKERJAAN BETON (Halaman 74-79)

PEMASANGAN DAN PENARIKAN KABEL PRATEGANG

2. Post Tensioning a. Tendon

Semua gulungan atau bundel tendon akan diambil contoh (sampel), diuji dan disetujui sesuai dengan Spesifikasi Teknik sebelum dimulainya pekerjaan, tanpa memandang adanya sertifikat pabrik.

Tendon harus selalu disimpan tertutup diatas tanah, serta disimpan jauh dari tempat di mana peralatan las atau pemotongan mungkin digunakan. Hal terakhir ini sangat penting karena terdapat kasus-kasus kegagalan tendon yang disebabkan percikan logam panas.

Harus diperhatikan setiap saat pencegahan permukaan tendon terhadap goresan dari benda-benda seperti pengikat keran, penjepit keran, bekas traktor atau pahat baja. Harus berhati-hati pula dalam pembungkusan dan pengangkatan tendon untuk mencegah lilitan atau bengkokan.

b. Operasi Pengecoran

Banyak kesulitan pada operasi post-tensioning ditimbulkan oleh kesalahan pada waktu operasi pengecoran sebelum penarikan tendon.

Saluran (duct) dijaga agar tetap dalam batas toleransi ± 6 mm pada waktu operasi pengecoran. Karena saluran mempunyai kecenderungan "mengapung" pada waktu pengecoran beton dan penggetaran yang berhubungan, penting bahwa saluran ditahan terhadap gerakan keatas selain dari kebawah atau gerakan "melendut". Satu sistem yang cocok diperlihatkan pada Gambar 3.4.

Bocornya adukan ke dalam saluran pada sambungan adalah suatu masalah yang umum dijumpai dalam pekerjaan post-tension. Hal ini sangat lazim terdapat pada bangunan segmental dimana sambungan saluran bertepatan dengan sambungan segmen.

Penyambungan saluran tidak cukup dilakukan dengan pembungkusan ofeh plester. Ujung saluran biasanya tidak dipotong bersih dan tepat, dan plester cenderung terbelah dibawah tekanan penggetaran beton pada waktu pengecoran. Bentuk sambungan yang terbaik adalah pemakaian sebuah potongan pendek dari saluran sebagai socket penghubung.

Gambar 3.4 - Sistim Penempatan Saluran

Panjangkaran harus dipasang tepat siku-siku dalam semua arah terhadap sumbu-sumbu tendon.

Beton dibelakang penjangkaran harus dipadatkan seluruhnya.

c. Penempatan Tendon

Pada jenis konstruksi in-situ, atau pada pengecoran bagian lengkap, tendon harus ditempatkan dalam saluran sebelum pengecoran beton. Tendon dapat membantu menahan saluran secara kaku pada posisinya pada waktu pengecoran beton.

Langsung setelah pengecoran beton, tendon harus digerakkan ke depan dan ke belakang beberapa kali untuk menjamin bebas dari masuknya adukan.

Jika sistem angker ujung mati dan VSL digunakan, harus berhati-hati untuk melindungi strand yang tampak (pada ujung angker) dari karat sebelum pengecoran. Sebagai tambahan perlu diperhatikan bahwa saluran harus cukup karena strand tidak dapat dipindahkan ke belakang dan ke depan pada saluran setelah pengecoran seperti yang dapat terjadi pada balok post-tension yang nominal. Jadi tidak ada cara untuk memeriksa telah terjadinya kebocoran yang dapat menimbulkan masalah pada waktu grouting dilakukan.

d. Operasi Penarikan

Penjangkaran dan peralatan harus diperiksa sebelum dimulainya penarikan. Periksa juga apakah bagian beton itu bebas bergerak secara memanjang.

Jika tendon telah dipasang di dalam saluran setelah bagian itu dicor, saluran perlu dibilas dengan air bersih kemudian ditiup dengan udara bertekanan untuk menghilangkan semua benda asing.

Jika tekanan pengukur kurang dari tekanan yang diharapkan, hal itu berarti bahwa terdapat lebih sedikit gesekan daripada yang diperkirakan. Jika tekanan lebih besar, berarti bahwa terdapat lebih banyak gesekan. Bila tekanan pada pengukur jauh lebih kecil, disarankan bahwa perhitungan perpanjangan harus diperiksa sebelum penjangkaran.

Perhatikan bahwa penarikan/pemberian tegangan tarik diukur oleh perpanjangan, dan bahwa alat pengukur (gauge), dynamometer dan sel beban hanya untuk tujuan pemeriksaan saja.

Bila perpanjangan yang disyaratkan belum dicapai ketika pengukur tekanan menunjukkan bahwa beban tarik telah mencapai 85 persen dari kekuatan tarik ultimate dari tendon, tendon harus di-tension dan masalahnya harus diselidiki.

Hasil-hasil penegangan yang memuaskan terjadi bilamana gaya tendon aktual sesuai dengan gaya tendon yang diperlukan, dalam batas yang diusulkan Engineer. Batas-batas tersebut biasanya adalah:

o Gaya dongkrak maksimum tidak boleh melewati 85% dari kekuatan minimum ultimate tendon yang ditentukan.

o Gaya aktual maksimum tunggal diperbolehkan dalam batas ± 5 persen dari gaya yang ditentukan dengan syarat bahwa gaya untuk bagian itu secara keseluruhan adalah didalam batas ± 2 persen dari gaya total yang diperlukan.

3. Grouting

Saluran harus di grout dengan tekanan dengan campuran grout sesuai yang disetujui dalam batas 48 jam dari selesainya operasi peregangan, kecuali bila ditentukan lain atau disetujui oleh Engineer.

Langsung sebelum grouting, saluran harus dibilas secara menyeluruh dengan air bersih dan semua air sisa harus dihilangkan menggunakan udara bertekanan.

Grout harus diberikan dengan pemompaan terhadap lubang vent terbuka. Grout diberikan secara kontinu dibawah tekanan sedang pada satu ujung saluran sampai semua udara yang sedang pada satu ujung saluran sampai semua udara yang tertahan dipaksa keluar lubang vent pada ujung berlawanan dari saluran. Hal ini diteruskan sampai suatu aliran grout yang tetap, keluar, lubang vent terbuka kemudian ditutup sementara tekanan dipelihara. Tekanan grout dinaikkan bertahap sampai minimum 700 kPa dan dipegang tetap pada tekanan ini kira-kira 1 menit. Lubang tempat masuk grout kemudian ditutup.

Pada balok panjang sering diberikan lubang vent pusat dengan pipa plastik yang melewati badan balok untuk memudahkan pengisian dengan grout.

BAB III ...1 PELAKSANAAN PEMBESIAN, ...1 PEMASANGAN DAN PENARIKAN KABEL PRATEGANG ...1 3.1. UMUM ...1 3.1.1 PENYIMPANAN DAN PENANGANAN ...1 3.1.2 KESIAPAN KERJA...1

3.1.3 MUTU PEKERJAAN DAN PERBAIKAN ATAS PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI

KETENTUAN ...1 3.1.4 PENGGANTIAN UKURAN BATANG ...2 3.1.5 TOLERANSI ...2 3.2. PEMBUATAN DAN PENEMPATAN ...3 3.2.1 PEMBENGKOKAN ...3 3.2.2 PENEMPATAN DAN PENGIKATAN ...3 3.3. BETON PRATEKAN ...5 3.3.1 UMUM ...5 3.3.2 SALURAN (DUCTING) UNTUK TENDON PRATEGANG ...5 3.3.3 TENDON DAN PENJANGKARAN ...6 3.3.4 PENEGANGAN ...8 3.3.5 TINDAKAN PENGAMANAN ...15 3.3.6 GROUTING ...16

3.3.7 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN GELEGAR DAN UNIT LANTAI PRA-TEKAN

PRACETAK ...17 3.3.8 DETAIL-DETAIL PRAKTIS ...18

BAB V

Dalam dokumen MODUL SIB 08 : PEKERJAAN BETON (Halaman 74-79)

Dokumen terkait