• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penegangan a. Umum

Dalam dokumen MODUL SIB 08 : PEKERJAAN BETON (Halaman 61-66)

PEMASANGAN DAN PENARIKAN KABEL PRATEGANG

2. Prosedur Penegangan a. Umum

Grafik beban perpanjangan dipakai untuk menghitung perpanjangan teoritis di mana untuk strand pre-tension yang melendut ditegangkan pada posisi melendut, dan tendon post-tension harus memasukkan kehilangan akibat gesekan (friction). Kehilangan dapat ditegaskan oleh pengujian lapangan, bilamana mungkin.

Beban tendon biasanya diukur oleh dynamometer atau dongkrak penarik yang telah dikalibrasi dan sistem pengukur tegangan, serta diperiksa dengan membandingkan perpanjangan yang terjadi dengan nilai yang dihitung. Beban pratekan harus diberikan sesuai dengan urutan yang ditentukan, dan sekali dimulai disarankan agar pembebanan dilanjutkan tanpa penundaan sampai komponen sudah seratus persen dibebani. Beban awal harus diberikan pada semua tendon untuk menghilangkan kendor (slack) sebelum penarikan (tensioning). Perhitungan untuk beban ini dapat dibuat dengan menggambarkan grafik nol koreksi (zero correction) atau dengan mengestimasi dan membandingkan perpanjangan antara beban awal dan beban akhir. Jika perpanjangan sebenarnya berbeda lebih 5% dari perhitungan, periksa peralatan dan bahan sebelum melepaskan dan membebani kembali. Ketika membebani kembali, harus diingat bahwa kinerja beban perpanjangan bahan penegangan tidak akan sama dengan pembebanan pertama. Jika kehilangan gesekan dianggap terlalu besar, tendon harus diminyaki dengan hanya menggunakan minyak yang larut dalam air, atau pembebanan dapat diberikan dari kedua ujung.

Semua penegangan harus dicatat pada lembar catatan penegangan yang sesuai bersama-sama dengan semua informasi yang terkait dengan tendon, grout dsb.

b. Penarikan

Kontraktor harus memberikan rincian mengenai tekanan gauge yang akan dipakai pada waktu penarikan, perpanjangan (extension) yang dihitung untuk tendon dari gulungan (coil) khusus, dan kehilangan yang diizinkan pada angker, pengangkat (hold up), penahan (hold down) dan penghubung sambungan (splice connector).

Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa akan dipakai peralatan penarikan yang benar untuk prategangan. Khususnya semua dongkrak penarik dan gauge harus

dongkrak dan gauge yang serupa dapat berbeda kinerjanya.

Sebelum penarikan dimulai, semua dongkrak penarik harus dicoba dengan pemompaan ram ke dalam dan ke luar beberapa kali. Tiap tendon diberi nomor dan pola tendon yang diberi nomor disketsa pada catatan penarikan. Pada waktu tendon mula-mula ditarik melalui pengangkat (hold-up), penahan (hold-down) dan headstock billets, tendon ini akan kendor (slack) dan melendut (sagging). Oleh karena itu, perlu memberi gaya pada tendon untuk menarik kendor (slack) sebelum kegiatan penarikan utama dimulai. Operasi ini disebut "Sag Pull Up" dan tekanan yang dicatat pada gauge ketika ini dilakukan disebut "Sag Pull Up pressure" atau "S.P.U" Nilai dari tekanan ini harus ditentukan dengan memperhatikan tendon pada waktu penarikan berlangsung dan akan merubah pengaturan prategangan dan panjang dasar prategang (prestressing bed). Akan tetapi biasanya tekanan gauge sekitar 7 MPa sudah memadai.

c. Prosedur Penarikan

Tendon pertama harus ditarik hingga tekanan sag-pull-up, seperti ditunjukan oleh gauge tekanan, dan tendon ditandai "1" pada ujung penarikan, seperti terlihat pada Gambar 8.14. Pada waktu yang sama penandaan dilakukan pada semua sambungan (splices) dan pada ujung tendon, seperti terlihat pada Gambar 8.15 dan 8.16. Tanda-tanda ini dipakai untuk rujukan kemudian dalam perhitungan perpanjangan yang diukur sebenarnya. Penting untuk membaca secara tepat tekanan Sag-Pull-Up. Jika terjadi ketidak-tepatan dalam membaca tekanan ini akan terjadi kesalahan pada perpanjangan yang diperlukan pada beban penuh.

Tendon kemudian harus ditarik sampai tekanan dongkrak yang ditentukan, dengan memakai gauge tekanan, dan tendon yang ditandai "2" pada ujung penarikan, seperti terlihat pada Gambar 8.14. Tekanan dongkrak kemudian dilepas untuk memungkinkan tendon dijepit oleh baji pada

terdapat pada tekanan dongkrak penuh disebabkan karena kehilangan di angker headstock setelah penguncian (lock-off). Kehilangan pada angker ini harus dicatat dan dibandingkan dengan nilai perkiraan. Kehilangan pada perpanjangan dari tendon di angker headstock pada saat tendon dijepit oleh baji disebut kehilangan pada angker, dan merupakan kombinasi tergesernya (slip) angker dan masuk angker kedalamnya (draw-in). Proses penarikan harus diulang sampai semua tendon telah ditarik. Dua tendon pertama kemudian ditarik kembali untuk menentukan tekanan pengangkat (lift-off) pada waktu konus terangkat pelat billet. Mungkin perlu menggunakan jembatan detensioning untuk menentukan tekanan lift-off ini. Tekanan lift-off dari tendon harus sedikitnya sama dengan tekanan yang ditentukan, jika tekanan lift off kurang daripada yang ditentukan, ini menandakan bahwa dasar (bed) prategang telah memendek, atau telah terjadi angker tergeser (slip), dan harus dilaporkan pada Engineer. Setelah penarikan selesai, acuan ujung dan tulangan baja harus diperiksa untuk memastikan bahwa tendon tidak merubah bentuknya (fouled).

d. Extension (Perpanjangan)

Perpanjangan "sebenarnya" yang diukur dari tendon adalah perpanjangan yang diukur antara tanda "'1" dan "2" dari Gambar 8.14. dikurangi yang berikut:

(i) Penguncian (Lock off) terukur pada angker pada headstock Gambar 3.1. (ii) Pergeseran (Slippage) pada angker pada ujung mati (dead-end) Gambar 3.2. (iii) Pergeseran (Slippage) total pada baji pada penyambungan (splice) Gambar

3.3.

(iv) Pemendekan dasar pengecoran.

(v) Gerakan setempat pada pelat dead end sandwich dan titik rujukan yang dipakai untuk mengukur perpanjangan pada ujung penarikan.

Butir (iv) dan (v) sangat kecil dan sering diabaikan. Akan tetapi butir tersebut harus selalu diperiksa untuk menentukan apa bila ada pengaruhnya terhadap perpanjangan, khususnya sehubungan dengan dasar prategang yang dibuat dari komponen baja. Perpanjangan sebenarnya yang diukur dan kehilangan angker

dan tidak boleh berbeda dengan nilai tersebut lebih daripada yang diizinkan dalam Spesifikasi Teknik. Suatu cara pemeriksaan untuk menentukan perpanjangan yang sebenarnya adalah dengan menandai panjang tendon 4 m dan mengukur panjang ini sebelum dan sesudah penarikan. Kemungkinan penyebab perbedaan antara perpanjangan sebenarnya yang diukur, dengan perpanjangan yang dihitung adalah:

(i) suatu tekanan sag-pull-up yang salah mungkin telah digunakan. (ii) tekanan dongkrak akhir mungkin salah.

(iii) kalibrasi dari sistem dongkrak mungkin salah.

(iv) Pada tendon mungkin ada tulangan atau membentuk ujung yang kotor. (v) Telah dilakukan pengukuran yang salah.

(vi) Tergesernya (slip) dan masuk ke dalamnya penjangkaran (draw-in) berbeda dari yang diperkirakan.

(vii) Gesekan akibat penahan (hold-down) dan pengangkat (hold-up) mungkin berbeda dengan perkiraan.

(viii) Terjadi pergeseran (slippage) pada tendon yang tidak terduga.

(ix) Sertifikat lilitan kawat baja (strand) dari pemasok mungkin tidak benar.

Gambar 3.2 - Pergeseran (Slippage) Pada Ujung Mati

Gambar 3.3 - Pergeseran (Slippage) Pada Penyambungan

e. Kegagalan Tendon

Kegagalan tendon dapat terjadi karena penjepit atau baji aus, kegagalan tendon setempat karena bahan yang kurang

tegangan berlebih, atau pemanasan tendon. Sebagai langkah pengamanan, tendon yang terbuka harus ditutup terpal atau ditahan dengan penahan (toggle) untuk mencegah pencambukan tendon bila terjadi kegagalan. Jika terjadi kegagalan harus diselidiki penyebabnya sebelum pekerjaan dilanjutkan.

Tendon kemungkinan lepas melalui baji dan bukannya putus. Jika hal ini terjadi, tendon akan lepas keluar pada ujung lain dasar (bed) prategang menurut garis lurus, sampai dihentikan oleh penghalang atau deflector. Dengan alasan ini, penting untuk membiarkan daerah di belakang angker bebas dari benda apapun, dan tidak mengijinkan siapapun berdiri di belakang angker pada waktu tendon ditarik dan terbuka. Baji harus diperiksa untuk memastikan kebenaran ukurannya untuk lilitan kawat (strand) yang digunakan, tidak retak, giginya tidak tumpul atau aus, dan harus bersih serta bebas dari lemak dan debu. Jika penggeseran (slipping) berlebihan terjadi, mesin, toleransi dan kekerasan baji dan kepala angker harus diperiksa. Baji yang biasa dipakai pada post-tension tidak boleh dipakai pada pre-tension karena giginya terlalu halus. Tugas utama Konsultan Supervisi adalah memastikan bahwa semua tindakan pengamanan diperhatikan di pabrik pracetak, dan khususnya semua tanda peringatan keamanan dipasang pada waktu penarikan berlangsung. Bila Kontraktor tidak memenuhi syarat-syarat pengamanan, pekerjaan harus dihentikan, sampai Spesifikasi Teknik tersebut dipenuhi.

Dalam dokumen MODUL SIB 08 : PEKERJAAN BETON (Halaman 61-66)

Dokumen terkait