• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3.3. Postur Kerja

Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik postur kerja berdiri, duduk, mengangkat, maupun mengangkut. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak baik. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan

berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri atau sakit pada bagian tubuh, bahkan dapat mengakibatkan cacat tubuh.

Data postur kerja berguna sebagai data untuk mengetahui hubungan antara fasilitas kerja dan postur kerja yang berguna untuk menganalisis peralatan/fasilitas apa yang perlu diperbaiki. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam postur kerja yaitu :

a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini maka stasiun kerjanya harus dirancang sesuai dengan data anthropometri, agar pekerja dapat bekerja dengan postur kerja tegak dan normal. Ketentuan ini terutama sekali bila pekerjaan-pekerjaan harus dilaksanakan dengan postur kerja berdiri.

b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum. Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal agar postur kerja nyaman. Pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang lebih baik.

c. Pekerja tidak seharusnya bekerja dengan waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam postur miring.

Faktor resiko dari postur adalah penyimpangan postur dari posisi netral. Tubuh manusia pada dasarnya adalah untuk melakukan pergerakan, sehingga tubuh tersebut tidak dapat diam dalam waktu yang lama meskipun hanya duduk misalnya. Postur kerja yang tidak baik adalah akibat dari :

1. Stasiun/area kerja yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Misalnya terlalu luas menyebabkan pemindahan beban terlalu jauh atau terlalu sempit menyebabkan pekerja tidak dapat bergerak degan leluasa.

2. Perancangan peralatan/fasilitas yang tidak sesuai dengan ukuran dimensi tubuh operator, atau pemilihan operator yang dimensi tubuhnya tidak sesuai dengan peralatan/fasilitas yang ada.

3. Kemungkinan pekerja untuk memenuhi target tertentu sehingga bekerja tanpa memperhatikan postur kerja yang baik.

Postur kerja yang tidak baik akan menyebabkan sakit pada bagian tubuh tertentu karena pembebanan yang berat yang terjadi secara tiba-tiba dan cara kerja yang salah. Misalnya sakit pada tulang punggung, sakit pada leher, dan rasa nyeri atau sakit pada sendi-sendi.

Postur kerja duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri karena beban otot saat duduk lebih kecil daripada saat berdiri. Postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat, dan teliti. Energi yang dikeluarkan pada waktu berdiri lebih banyak 10-15 % dibanding dengan duduk.

3.4. Biomekanika

Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek dari gerakan tubuh manusia dan kombinasi antara keilmuan mekanika, antropometri dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Menurut Frankel & Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai

macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Sebagian besar penyebab keluhan dan keterbatasan gerak tuguh dapat ditunjukkan dengan penjabaran yang dikembangkan dengan biomekanika. Jika seseorang mengalami cedera akibat keseleo atau pun terjatuh saat melakukan aktivitas kerja, maka dapat menyebabkan penyakit yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian.

Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dan beban yang ditanggung oleh bagian tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang bebeda pula dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan cara yang lebih baik, yaitu kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cedera yang minimum. Menurut Chaffin dan Anderson, occupational biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja dengan peralatannya, lingkungan kerja, dan lain-lain, untuk meningkatkan ferformansi dan meminimisasi kemungkinan cedera.

Dalam analisis biomekanika, tubuh manusia dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari link (penghubung), dan joint (sambungan). Tiap link mewakili segmen-segmen tubuh tertentu dan tiap joint menggambarkan sendi yang ada.

Pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan dalam analisis biomekanika, yaitu:

1. Single Body Segment Model

Metode ini dilakukan pada gerakan kerja yang statis. Pada metode ini, perhitungan hanya dilakukan pada satu segmen tubuh. Misalnya pada gerakan mengangkat suatu benda, maka perhitungan yang dilakukan hanya pada bagian lengan bawah. Hal ini disebabkan karena gaya yang bekerja hanya pada bagian lengan bawah, yaitu dari siku hingga telapak tangan.

2. Two Body Segment Static Model

Metode ini juga dilakukan pada gerakan yang statis. Pada metode ini, perhitungan dilakukan pada dua segmen tubuh. Misalnya pada gerakan mengangkat dan meletakkan suatu benda, maka perhitungan gaya yang dilakukan adalah pada bagian lengan bawah dan lengan atas. Hal ini disebabkan karena gaya yang bekerja terdapat pada bagian lengan bawah yaitu dari siku hingga telapak tangan dan pada lengan atas yaitu dari siku hingga bahu. Dengan demikian pada metode ini tidak hanya memperhatikan gaya reaksi yang terjadi pada siku tetapi juga gaya reaksi terhadap bahu.

Kedua model di atas hanya dapat digunakan untuk suatu gerakan yang sederhana yang hanya melibatkan 1 dan 2 segmen tubuh pada suatu elemen gerakan. Sedangkan pada gerakan yang lebih kompleks seperti membawa beban, akan bekerja segmen tubuh yang lain. Model ini disebut Multiple-Link Coplanar

beberapa segmen tubuh dalam melakukan satu elemen gerakan kerja. Menurut Chaffin dan Anderson, tubuh manusia terdiri dari enam (6) link, yaitu :

1. Link lengan bawah yang dibatasi oleh joint telapak tangan dan siku.

2. Link lengan atas yang dibatasi oleh joint lengan atas dan bahu.

3. Link pinggul yang dibatasi oleh joint bahu dan pinggul.

4. Link paha yang dibatasi oleh joint pinggul dan lutut.

5. Link betis yang dibatasi oleh joint lutut dan mata kaki.

6. Link kaki yang oleh joint mata kaki dan telapak kaki.

Untuk menghitung gaya yang terjadi pada setiap segmen tubuh, maka digunakan prinsip kesetimbangan. Jika benda dalam keadaan setimbang, maka jumlah gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Suatu gaya pada arah tertentu akan diimbangi oleh gaya yang berlawanan arah dengan gaya tersebut. Perhitungan gaya tersebut dilakukan dengan rumus :

Fx=0

Fy=0

Syarat kesetimbangan selanjutnya adalah berdasarkan momen gaya. Jumlah aljabar momen gaya yang bekerja pada suatu benda ke semua arah adalah sama dengan nol.

τ =0

Usaha adalah kemampuan untuk melakukan suatu kerja/gaya. Secara mekanika, usaha merupakan perubahan energi potensial ataupun perubahan energi kinetik yang dirumuskan dengan persamaan :

W = Epb – Ep W = E

a, dan k2– Ep

Usaha juga dirumuskan sebagai gaya dikalikan dengan perpindahan, dengan persamaan :

1

W = F . ∆x

Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar mekanika tersebut, dapat dilakukan analisis mekanika pada setiap elemen kerja.

Dokumen terkait