Postural Drainage (PD) adalah tehnik pengaturan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi pulmonari pada area tertentu dari lobus paru dengan pengaruh grafitasi. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan bagian khusus dari pohon trakeabronkial – bidang paru atas, tenga,
34
atau bawah ke dalam trakhea. Batuk atau penghisapan kemudian mendapat membuang sekret dari trakea.
B.1 Tujuan :
a) Untuk mengeluarkan secret yang terampung
b) Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis c) Mencegah dan mengeluarkan secret
B.2 Indikasi
a) Mencegah penumpukan secret b) Mobilisasi secret yang tertahan
B.3Kontra Indikasi
a) Tension pneumotoraks b) Hemoptisis
c) Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotnsi, infark miokard d) Edema paru
e) Efusi pleura yang luas
B.4 Posisi untuk postural drainase
a) Bronkus apikal anterior lobus atas
Untuk mengurngi lendir dengan nyaman dikursi atau sisi tempat tidur dengan membungkuk, lengan menggantung, menghadap bantal. Terapis menepuk dan menggetarkan dengan kedua tangan di atas punggung diatas area otot antar tulang selangka dan sangat bagian atas tulang belikat (daerah di arsir dari diagram) dikedua sisi selama 3 sampai 5 menit. Dorong pasien untuk mengambill nafas dalam – dalam dan batuk selama perkusi untuk membantuk membersikan saluran pernafasan.
35
b) Bronkus apikal posterior lobus kanan
Posisi pasien duduk dengan nyaman dikursi atau di sisi tempat tidur dan membungkuk, lengan menggantung menghadap bantal. Terapis menempuk dan menggetarkan dengan kedua tangan diatas punggung atas pada kedua sisi kanan dan kiri
c) Bronkus lobus atas anterior
Pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan bantal dibawah kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Terapis menepuk dan menggetarkan sisi kanan dan kiri bagian depan dada, antar tulang selangka dan putting
d) Bronkus lobus tengah kanan
Pasien berbaring miring kiri dan ditinggikan kaki tempat tidur sekitar 30cm. Tempatkan bantal dibelakang punggung pasien dan gulingkan klien seperempat putaran bantal. Terapis menepuk dan menggetarkan daerah putting.
B.5 Batuk Efektif
Merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
B.5.1 Tujuan
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan : Merangsang terbukanya system kolateral, Meningkatkan distribusi ventilasi, Meningkatkan volume paru, Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins, 1996 ).
36 B.5.2 Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :
1) Kolaps saluran nafas 2) Ruptur dinding alveoli 3) Pneumothoraks
B.5.3 Indikasi
Dilakukan pada pasien seperti : COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post operasi
B.5.4 MENGAJARKAN TEKNIK BATUK EFEKTIF
1. Evaluasi batuk pasien baik yang voluntary atau refleks
2. Tempatkan pasien pada posisi yang rileks dan comfortable untuk melakukan deep breathing dan coughing
3. Ajarkan pasien untuk mengontrol deep diaphragmatic breathing 4. Tunjukkan teknik batuk yang tepat dan dalam (double cough)
5. Tunjukkan otot yang berkontraksi ketika melakukan coughing ( abdominals muscles ) 6. Minta pasien menempatkan tangan pada abdomen dan melakukan huffing dengan
expirasi untuk merasakan kontraksi pada abdominal muscles
7. Minta pasien untuk menyebutkan huruf K untuk merasakan pengencangan pada pita suara dan penutupan glottis
8. Ketika pasien melakukan hal tersebut secara bersamaan, minta untuk melakukan secara dalam tetapi dengan inspirasi rileks yang diikuti dengan double cough yang tepat
Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada pasien menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema atau cystic fibrosis
37 Penatalaksaan :
Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secara perlahan selama 3 – 4 detik.
- Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-paru.
- Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
- Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan
mempermudah pengeluaran mucus.
- Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
- Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan - Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/daha
C.ROM Exercise
Latihan aktif ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan aktif ROM dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien.
C.1 Tujuan
1. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian. 3. Untuk merangsang sirkulasi darah.
38
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
C.2 Langkah-langkah Latihan Aktif ROM
Latihan I:
Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan dorsal ekstensi pada ankle
Latihan II:
Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder, ekstensi shoulder, abduksi shoulder dan adduksi shoulder
C.3 Active assisted axercise
Latihan dilakukan dapat secara aktif sendiri dan dengan bantuan minimal dari terapi atau active assisted exercise . Active assisted exercise dilakukan untuk membantu pasien untuk bergerak dengan bantuan minimal dari terapis .
Latihan I :
Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan plantar fleksi pada ankle . Atau menggerakkan pergelangan kaki untuk naik dan turun sesuai instruksi terapis . Bantuan minimal di berikan pada telapak kaki pasien .
Latihan II :
Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder (mengangakat bahunya kea rah atas depan), ekstensi shoulder (menggerakkan bahunya kearah belakang), abduksi shoulder (menggerakkan bahun dan tangannya kearah samping ) dan adduksi shoulder (menggerakkan bahunya kea rah dalam) . bantuan minimal diberikan pada lengan bawah atau dapat diberikan pada lengan atas distal .
D.Chest Mobility
Chest mobility adalah suatu terapi latihan untuk meningkatkan ekspansi thoraks dengan melakukan pergerakkan anggota tubuh .
39 Latihan leher dan kepala
1. Menengok kekiri dan kekanan ( head side to side ) 2. Memutar kepala ( head rolling )
Latihan punggung ( spine )untuk koreksi posture
1. Berdiri membelakangi tembok ( stand against a wall ) Latihan bahu ( shoulder )untuk upper & middle chest
1. Mengangkat bahu ( shoulder shrugs ) 2. Memutar bahu (shoulder circling ) 3. Memutar siku ( elbow circling )
4. Peregangan otot pectoralis ( stretching pectoralis muscles )
Latihan dada ( chest )untuk middle dan lower chest 1. Badan membungkuk ( forward bending ) 2. Badan kesamping ( side bending )
3. Mengembangkan salah satu samping dada / segmental ( to mobilize one side of the chest )
4. Badan memutar ( chest twist )
5. Menggeser pantat kesamping ( pelvic side to side ) 6. Memutar lutut ( knee rolling )
Penatalaksanaan :
Latihan leher dan kepala 1. Menengok kekiri dan kekanan
Prosedur :
◦ Menengok kekiri sambil hembuskan napas ◦ Lalu tarik napas dalam posisi tsb.
40
◦ Masing masing gerakan diulang 5 x ( toleransi ) 2. Memutar kepala
◦ Kepala miring kekiri lalu putar kebelakang sambil tarik napas ◦ Lalu putar kekanan dan kedepan sambil hembuskan napas ◦ Masing masing gerakan diulang 3 X ( toleransi )
Latihan punggung
1. Berdiri membelakangi tembok
◦ Pasien berdiri membelakangi tembok
◦ Jarak kaki dengan tembok kira-kira 10 -15 cm ◦ Hembuskan napas sambil membungkuk pelan-pelan
◦ Tarik napas sambil tegak dengan menekan tembok ( dari pinggang lalu bahu dan leher)
◦ Gerakan diulang 5 x ( toleransi) Latihan bahu
1. Latihan mengangkat bahu
◦ Bahu diangkat kearah telinga sambil tarik napas ◦ Lalu turun sambil hembus napas
◦ Gerakan diulang 5 – 10 x 2. Latihan memutar bahu
◦ Memutar ke dua bahu kedepan lalu keatas sambil tarik napas
◦ Kemudian kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya ◦ Masing -masing gerakan diulang 5 – 10 x
41
◦ Ujung Jari-jari tangan pasien menyetuh bahu nya
◦ Gerakan memutar siku kedepan lalu keatas sambil tarik napas
◦ Kemudian ke kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya
◦ Masing-masing gerakan diulang 5 – 10 x ( toleransi ) 4. Gerakan peregangan otot pectoralis
◦ Posisi duduk kedua tangan di belakang kepala.
◦ Kepala tegak, lengan dibuka sambil tarik napas dan stretching m.pectoralis ◦ Kembali ke posisi semula sambil hembuskan napas
◦ Bisa dilakukan dengan posisi tidur terlentang. ◦ Gerakan diulang sebanyak 5-10 x ( toleransi )
E. Massage
Prosedur :
Posisikan pasien rileks atau half lying Posisi terapis di samping pasien Penatalaksanaan :
Siapkan peraltan yang dibutuhkan seperti baby oil
Buka area yang akan di massage dari baju atau kain yang menghalangi
Lakukan teknik stroking pada daerah Upper trapezius kanan sampai baby oil rata Dilanjutkan dengan teknik efflurage di area upper trapezius kanan
Selanjutnya di bagian otot deltoid lateral dilakukan teknik stroking , eflurage dan friction di m. deltoid lateral
42 Pengertian teknik massage :
Stroking adalah sejenis usapan atau membelai lembut ringan dan arahnya tidak menentu yang tujuannya membuat pra kondisi pasien agar pasien atau klien dalam keadaan rileks tidak tegang biasanya dilakukan sambil meratakan bahan pelican atau baby oil .
Efflurage adalah gosokan yang lebih mantap , cukup keras dan dalam yang tujuannya untuk memperlancar aliran vena dan limfe oleh karena itu arahnya tertentu dari distal ke proksimal atau dari insertion dan origo suatu otot (searah serabut otot ).
Friction adalah tekanan lebih keras dan dalam menggunakan ujung jari atau ibu jari pada ujung otot atau tendon atau pun ligament di dekat sendi bias dilakukan transversal dan longitudinal untuk sirkulasi . tujuan : untuk menhancurkan perlengketan jaringan serta membuat inflasi baru agar proses penyembuhan lebih cepat
43
BAB III
LAPORAN KASUS
Universitas Pembangunan Nasional ‘’Veteran‘’ Jakarta Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Program D-III Fisioterapi
LAPORAN KASUS A. Assesment
1. Data Pasien
Nama Lengkap : Tn.T
Tempat tanggal lahir : 1 Agustus 1945
Usia : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Bintaro jaya sector IX , Tangerang Agama : Islam
Pekerjaan : Konsultan Hoby / Kebiasaan : jalan-jalan
Diagnosa Medis : Post OP CABG e.c CAD Nama Mahasiswa :
Nrp :
Lahan Praktik : RSPAD GATOT SUBROTO Fisioterapis : Hanidar AmpH.Spd.S.S.T.Fis
Yadi Siswanto AMd.Ft
Peminatan : FT. D No Registrasi : 23. 71. 52.
Ruangan : ICU & Rawat Inap Tanggal Periksa : 6 Maret 2014
44
B. Riwayat Penyakit ( Autoanamnesa 2 Mei 2014)
1. Keluhan Utama
-nyeri saat tarik dan buang nafas 2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sudah ±6 bulan lalu pasien mengeluh nyeri dada bila naik dan turun tangga dan berdebar saat menggendong cucu. Tiga bulan terakhir pasien merasa semakin merasa mudah lelah. Pada bulan april OS memeriksakan dirinya kedokter umum di rumah sakit RSPAD Gatot Soebroto, saat diperiksa tidak ada gangguan pada jantung. Seminggu kemudian memeriksakan diri kembali ke dokter spesialis karena keluhan semakin meningkat, saat diperiksa ternyata OS mengalami penyempitan pada arteri coronaria dan diharuskan melakukan pemasangan ring, sebelum pemasangan ring dokter melakukan tindakan kateterisasi untuk mengetahui berapa besar penyempitan pada arteri coronary dengan hasil penyempitan sudah mencapai 80%. Sehingga Tahun 2013 pasien terkena serangan ringan ± 3 kali. Pada selasa, tgl 11 february 20014 os terkena serangan jantung ringan pada tgl 11 february 2014, karena tidak begitu parah , keluarga tidak membawa kerumah sakit. Sudah seminggu keadaan pasien tak kunjung membaik, akhirnya keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Os tiba di RSPAD dan langsung masuk ruang IGD , pada tgl 24 febuary 2014 os dirawat diruang IGD. Dan kelanjutannya os perawatan kepoli jantung direncanakan akan di lakukan operasi CABG . os dirawat untuk persiapan dilakukan operasi CABG. Os operasi pada tgl 4 maret 2014 Dan setelah operasi dibawa ke ICU ruang IMCU pada tgl 5 dan 6 maret kemudian tanggal 7 maret 2014 os dipindah ke ruang bedah jantung lantai 4.
3. Riwayat Penyakit Dahulu Kolesterol
Jantung koroner Hipertensi
45 4. Riwayat Keluarga Kolesterol Hipertensi C. Pemeriksaan Umum 1. Vital Sign a. HR : 83 x/menit b. RR : 18 x/menit c. Tekanan darah : 130/80 mmhg d. BB : 100 kg e. TB : 175 cm IMT = BB/(TB/100)2 = 100kg/ (175cm/100)2 = 30,62kg/cm2 (obesitas) f. Suhu tubuh : 36,5 (afebris)
g. Kesadaran : composmentis
D. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi : Posisi pasien berbaring
Terpasang perban pada sepanjang sternal node sampai xipoid
Tampak perban ke 2 pada tungkai kanan sepanjang middle os femur sampai maleolus medial
Pola nafas : dalam dan lambat Tidak ada gerak cuping hidung Tidak ada sianosis
46 Bentuk dada normal
2. Palpasi :
- Gerak pernafasan Abdominal thorak - Suhu normal
- Tidak ada oedem
- Adanya spasme pada M.Upper Trapezius - Gerakan pengembangan simetris dada
Upper : dada kanan dan dada kiri simetris Middle : dada kanan dan dada kiri simetris - Adanya nyeri tekan pada sekitar insisi 3. Auskultasi :
Adanya sputum pada bagian atas kanan dan kiri bagian depan
E. Pemeriksaan ROM (6 Maret 2014)
No Objek Dextra Sinistra 1 Shoulder S = 0-75 S= 0-160 F = 70-0-10 F= 165-0-15 F. Pemeriksaan MMT (6 Maret 2014)
Fleksi shoulder : nilai 3
Ekstensi shoulder : tidak dilakukan ABD Shoulder : nilai 2
ADD shoulder : nilai 2 Fleksi hip : nilai 3
Ekstensi hip : tidak dilakukan ABD hip : tidak dilakukan
ROM
Ket : 1. Pemeriksaan dilakukan saat posisi pasien tidur terlentang
2. Adanya nyeri gerak dan nyeri tekan pada M upper trapezius , M deltoid lateral dan biceps dextra
47 ADD hip : tidak dilakukan NB : dilakukan pada posisi pasien tidur terlentang
G. Pemeriksaan Nyeri (2 Mei 2014)
Nyeri Tekan nilai 7 (sangat nyeri) Nyeri Gerak nilai 5 (nyeri ringan)
NB: diukur menggunakan skala VAS
H. Pemeriksaan Ekspansi Thoraks ( Tgl 2 Mei 2014 )
No Objek Inspirasi max Ekspirasi max Selisih Normal 1 upper 108 cm 106 cm 2cm 2 – 3 cm 2 middle 106 cm 103 cm 3 cm 3 – 5 cm 3 lower 112 cm 110 cm 2 cm 5 – 7 cm
HB: Penurunan ekspansi thoraks lower
I. Pemeriksaan Fungsional (Tgl 2 Mei 2014)
Os sudah mampu berjalan menghirup udara segar Os mampu duduk selama 15 menit
J. Pemeriksaan Bio-Psikososial
1. Kognitif
Pasien dapat mengikutii intruksi dari terapis 2. Intrapersonal
Motivasi pasien untuk sembuh sangat baik 3. Interpersonal
Pasien mampu berinteraksi dan komunikasi baik dengan terapis dan keluarganya
K. Pemeriksaan Penunjang
Kimia klinik (LAB)
Glukosa darah (sewaktu) 260 < 140Mg/DL Magnesium (mg) 3.60 1,8-3.0 mEq/L
9
48
Radiologi : Radiologi thoraks AP dengan kesan - Kardiomegali
- Pulmo dalam batas normal
L. Daftar Masalah
a. Daftar Masalah - Adanya sputum
- Penurunan ekspansi thoraks lower - Adanya spasme pada M.upper trapezius - Adanya nyeri tekan pada sekitar insisi - Adanya nyeri gerak pada saat respirasi
b. Diagnosa Fisioterapi
- Gangguan fungsional pernafasan karena adanya sputum, adanya nyeri tekan pada sekitar insisi , adanya nyeri gerak pada saat respirasi serta penurunan ekspansi thoraks lower akibat post op CABG.
- Adanya gangguan gerak dan fungsional akibat adanya spasme pada upper trapezius akibat post CABG
M. Program Fisioterapi :
a. Tujuan Fisioterapi :
1. Tujuan Jangka Pendek : 1. Mengurangi sputum
2. Meningkatkan ekspansi thoraks lower 3. Menghilangkan nyeri
4. Menghilangkan spasme
2. Tujuan Jangka Panjang
49
N. Modalitas Fisioterapi :
1. Modalitas alternative : - Ultra sound (US) - Infra red (IR)
- Exercise ( BE,chest mobility,Postural Drainage,ROM exercise, segmental breathing dan angkle pumping)
- Massage
2. Modalitas terpilih : - Breathing exercise - Postural drainage - Segmental Breathing
- ROM exercise shoulder kanan - Angkle pumping
- Chest mobility - Massage
O. Pelaksanaan Program Fisioterapi 1. Pursed Lip Breathing
Dosis : F : 5x/minggu T : 5 – 10 menit I : 8x repetisi
Posisi pasien half lying
Posisi terapis disamping pasien Penatalaksaan :
Tangan terapis diletakkan pada perut pasien untuk mengontrol kontraksi otot perut Pasien diminta untuk mentarik nafas dalam dan pelan melalui hidung lalu ditahan
50 Selama 2 – 3 detik
Kemudian di hembuskan secara perlahan melalui mulut seperti meniup lilin atau seperti bersiul (mulut mencucu)
Perhatikan jangan ada kontraksi otot perut
2. Thorakal Breathing
Dosis : F: 5x /minggu T:5 – 10 menit I : 8x repetisi Posisi pasien half lying
Posisi terapis disamping pasien Penatalaksaan :
Tangan terapis di letakkan di perut pasien untuk mengkontrol kontraksi otot perut Pasien diminta untuk tarik nafas perlahan menggunakan pernafasan dadanya Tarik nafas sesuai toleransi pasien
Kemudian hembuskan melalui mulut secara perlahan Perhatikan jangan ada kontraksi otot perut
3. Segmental Breathing
Dosis : F: 5x/minggu T: 5 – 10 menit I : 8x repetisi
Posisi pasien tidur terlentang dan diganjal bantal di bagian kepala. Tangan fisioterapis berada pada segment paru-paru kanan (upper dan middle), Kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan tangan fisioterapis pada akhir inspirasi diberikan tekanan kearah atas dalam dan saat akhir ekspirasi berikan tekanan ke arah luar bawah.
51 4. Postural Drainage Dosis : F : 5x/minggu T : 5 – 10 menit I : 5x repetisi Penatalaksanaan
Bronkus lobus atas anterior
Pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan bantal dibawah kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Terapis menepuk melakukan clapping dan menggetarkan atau melakukan vibration di sisi kanan atas bagian depan dada pasien.
Mengajarkan batuk efektif
- Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai overventilasi paru-paru.
- Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
- Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan
mempermudah pengeluaran mucus.
- Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
- Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan - Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/daha
5. ROM exercise
Dosis F: 5x /minggu T: 10 – 15 menit I: 5x repetisi
52 Penatalaksanaan =
ROM exercise dengan Free Active pada ekstremitas yang tidak bermasalah ROM exercise dengan Active Assited exercise
Latihan :
Pasien diminta untuk melakukan fleksi shoulder (mengangakat bahunya kearah atas depan), abduksi shoulder (menggerakkan bahunya dan tangannya kearah samping ) dan adduksi shoulder (menggerakkan bahunya kearah dalam) . Bantuan minimal diberikan pada lengan bawah atau dapat diberikan pada lengan atas distal .
Dilanjutkan dengan menekukkan kakinya , dilakukan satu persatu dengan tujuan menjaga persendian pada ekstremitas bawah post op CABG .
6. Ankle Pumping
Dosis : F : 5x/minggu T : 5 – 10 menit I : 5x repetisi Latihan :
Pasien diminta untuk dorsal fleksi dan plantar fleksi pada ankle . atau menaikkan atau menurunkan pergelangan kakinya .
7. Chest Mobility
Dosis F: 5x/minggu T: 5 -10 menit I: 8x repetisi Penatalaksanaan :
Latihan leher dan kepala 1. Menengok kekiri dan kekanan
Prosedur :
◦ Menengok kekiri sambil hembuskan napas ◦ Lalu tarik napas dalam posisi tsb hitungan 3
53
◦ Menengok kekanan sambil hembuskan napas hitungan 4 ◦ Masing masing gerakan diulang 5 x ( toleransi )
2. Memutar kepala
◦ Kepala miring kekiri lalu putar kebelakang sambil tarik napas ◦ Lalu putar kekanan dan kedepan sambil hembuskan napas ◦ Masing masing gerakan diulang 3 X ( toleransi )
Latihan bahu
1. Latihan mengangkat bahu
◦ Bahu diangkat kearah telinga sambil tarik napas ◦ Lalu turun sambil hembus napas
◦ Gerakan diulang 5 x ◦
2. Latihan memutar bahu
◦ Memutar ke dua bahu kedepan lalu keatas sambil tarik napas
◦ Kemudian kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya ◦ Masing -masing gerakan diulang 5 x
8. Massage
Dosis : F: 5x/minggu T: 7 – 10 menit I : 8x repetisi
54
Penatalaksanaan = Buka area yang akan dimassage dari baju / kain yang menutupi sebelumnya siapkan peralatan seperti baby oil. Lakuk an teknik strocki ng pada daerah upper trapezi us kanan sampai baby oil merata dengan teknikfriction dilanjutkan dengan teknik efflurage didaerah upper trapezius kanandan diteruskan pada bagian otot deltoid lateralyang dilakukan dengan teknik strocking untuk meratakan baby oil dilanjutkan dengan teknik efflurage dengan friction di m.deltoid lateral
P. Home Program
- Latihan berjalan sejauh mungkin dengan toleransi kemampuan pasien . - Meneruskan latihan pernafasan yang sudah diajarkan oleh terapis . - Berjemur di bawah matahari pada pagi hari .
Q. Evaluasi setelah 6x terapi
55
E. Prognosa
Quo Ad Vitam : baik Quo Ad Sanam : baik Quo Ad Fungsinam : baik Quo Ad Kosmetikam : baik
1 Sesak Nafas RR : 24 x/menit RR : 20 x/menit
pola nafas : cepat dangkal pola Nafas : Lambat Dalam 2 Sputum Sulit keluar Dapat keluar, kental putih sedikit
Batuk belum efektif Batuk efektif
3 Gerakan Dada kiri lebih mengembang Dada kanan sudah sama dengan pengembangan dari dada kanan pengembangan dada kiri
dada
4 Ekspansi Thoraks Upper : I = 132,5 cm Upper : I = 134 cm
E= 132 cm E = 132 cm
Middle : I = 136 cm Middle : I = 137 cm
E = 134 cm E = 134 cm
5 ROM Dextra : s = -0-75° Dextra = S = 55°-0°-175° F = 70°-0-10° F = 175°-0°-20° Sinestra :S = -0-160° Sinetra : S = 60°-0°-180°
F = 165°-0-15° F = 180°-0°-30° 6 Nyeri Gerak : 9 (Sangat nyeri) Gerak : 0 (Tidak ada nyeri)
Tekan : 2 (nyeri ringan) tekan : 0 (tidak ada nyeri)
7 Kemampuan fungsional
Ket : ruang ICU Tidak dapat duduk, tidak dapat
berdiri dan berjalan
Ket : ruang bedah jantung Dapat duduk dan mampu untuk berdiri tanpa batasan waktu, serta
56
Jakarta , 2014
( )
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Katz MJ. 2010. Coronary artery disease. Atrain Education [serial online] 2010 [cited 2011 Nov 09]; Available from: URL:
http://www.atrainceu.com/pdf/41_Coronary_Artery_Disease_CAD.pdf
2. Bryg RJ. 2009. Coronary artery disease. WebMD [serial online] 2009 [cited 2011 Nov 10]; Available from: URL:
http://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-artery-disease?page=3
3. Deckelbaum L. Heart attacks and Coronary artery disease. Chapter 11. [cited 2011 Nov 10]; Available from:
URL:http://www.med.yale.edu/library/heartbk/11.pdf. p.133.
4. Supriyono M. 2008. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia < 45 tahun (studi kasus di RSUP dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang). Semarang: Undip.
5. Makmun LH, Alwi I & Ranitya R. 2009. Panduan tatalaksana sindrom koroner akut dengan elevasi segmen ST. Jakarta: Interna Publishing.
6. Latif Ch. 2011. Buku panduan pendidikan klinik dokter muda laboratorium ilmu penyakit dalam. Samarinda: Lab. Penyakit Dalam FK UNMUL.
7. Cabin HS. The heart and circulation. Chapter 1. [cited 2011 Nov 12]; Available from: URL: http://www.med.yale.edu/library/heartbk/1.pdf. p.5.
8. DeLuna B. 2006. The heart walls and coronary circulation. Chapter 1. [cited 2011 Nov 12]; Available from: URL:
http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample _chapter/9781405157865/Bayes9781405157865_4_001.pdf
9. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Coronary_arteries.s vg/512px-Coronary_arteries.svg.png
10. Homoud MK. 2008. Coronary artery disease. New England Medical Center. 11. Darmawan A. 2010. Penyakit jantung koroner. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah.
12. Kim MC, Kini AS & Fuster V. 2011. Definitions of acute coronary syndromes. In