• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI TIPOLOGI KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DI KAWASAN TRANSMIGRAS

POTENSI AGRIBISNIS DAN KAWASAN

Pembangunan transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan daerah, sebagai upaya untuk mempercepat pernbangunan terutama di kawasan yang masih terisolir/tertinggal yang sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat sekitar. Kawasan transmigrasi diharapkan dapat berkembang dan menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru. Dalam pengembangan kawasan pemukiman transmigrasi ternyata muncul berbagai permasalahan, baik berupa kendala sumberdaya lahan aktual maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah tingkat aksesibilitas ke lokasi transmigrasi yang umumnya rendah, sarana dan prasarana, kelembagaan sosial ekonomi yang kurang mendukung pengembangan usaha transmigran, serta lahan- lahan yang ada relatif kurang subur, sehingga dalam pengelolaanya membutuhkan masukan yang besar. Hal-hal seperti ini merupakan penyebab tidak berkembangnya kegiatan ekonomi di kawasan transmigrasi, yang berimplikasi pada rendahnya pendapatan para transmigran sehingga perkembangan wilayah menjadi terhambat.

Menurut Widiatmaka et al. (2006) Terkait masalah pengembangan kawasan transmigrasi, program Kota Terpadu Mandiri (KTM), yang merupakan program pembangunan kota di kawasan-kawasan transmigrasi dicetuskan sebagai upaya:

1. Untuk meningkatkan kemudahan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar yang memungkinkan terbukanya kesempatan pertumbuhan sosial - ekonomi daerah transmigrasi.

2. Untuk menciptakan sentra-sentra aktifitas bisnis yang menarik para investor sebagai upaya menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi transmigran dan masyarakat sekitar.

Namun demikian adanya potensi sumberdaya alam (lahan, air, dan sebagainya), sumberdaya buatan (jalan, fasilitas pendidikan, kesehatan, jaringan irigasi, dan sebagainya) dan sumberdaya manusia yang cukup besar untuk dapat dikembangkan baik kualitas maupun kuantitasnya melalui pengelolaan yang tepat, efektif dan efisien. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah dijadikannya

105

Kawasan Transmigrasi Mesuji sebagai salah satu lumbung pangan untuk Kabupaten Tulang Bawang guna mencapai ketahanan pangan Oleh karena itu guna menjawab berbagai permasalahan dan pemanfaatan potensi yang ada guna pencapaian tujuan pembangunan masyarakat diperlukan arahan strategi pengembangan KTM di Kawasa Transmigrasi Mesuji.

Penyusunan arahan strategi pengembangan KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji didasarkan atas beberapa faktor diantaranya hierarki perkembangan desa, potensi pengembangan komoditas unggulan diantaranya kesesuaian lahan, daya saing komoditas dan marjin pemasaran serta tipologi kelembagaan yang relevan mendukung pengembangan KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji.

Sintesis Analisis Identifikasi Penentuan Pusat Aktivitas, Pengembangan Potensi Komoditas Unggulan dan Tipologi Kelembagaan Terhadap

Penyusunan Strategi Pengembangan KTM Mesuji

Kebijakan pembangunan transmigrasi ditempuh melalui pendekatan sektoral saat ini telah berubah menjadi pendekatan kewilayahan. Adanya peran serta Pemerintah Daerah, lintas sektor, stakeholder dan kelompok masyarakat lainnya untuk secara bersama-sama mengembangkan kawasan tersebut. Dalam bidang ekonomi, pembangunan kawasan transmigrasi diarahkan pada terciptanya peningkatan pendapatan transmigran dan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan sumberdaya alam (lahan) dan sumberdaya buatan (fasilitas umum dan infrastruktur) secara optimal, serta pengembangan kelembagaan agribisnis.

Upaya pengembangan kawasan transmigrasi melalui KTM sangat diperlukan dukungan dan dorongan baik dari Pemerintah Daerah, transmigran maupun pihak swasta. Kebijakan pembangunan transmigrasi yang dilakukan melalui pendekatan sektoral saat ini telah berubah menjadi pendekatan kewilayahan. Dengan demikian diharapkan adanya peran serta Pemerintah Daerah, lintas sektor, stakeholder dan kelompok masyarakat lainnya secara bersama-sama mengembangkan kawasan tersebut. Hal ini berarti kegiatan pembangunan transmigrasi tidak hanya terbatas pada lokasi transmigrasi, tetapi juga melibatkan dan mengintegrasikan desa-desa atau pusat-pusat kegiatan yang ada dalam kawasan. Beberapa aspek seperti potensi pengembangan komoditas unggulan (kesesuaian lahan, keunggulan komparatif wilayah), prasarana dan sarana pendukung, serta kelembagaan agribisnis sangat mendukung dalam

106

pengembangan kawasan transmigrasi. Sintesis antara aspek-aspek tersebut berdasarkan hasil analisis disajikan pada Tabel 32 berikut.

Tabel 32 Sintesis hasil analisis aspek-aspek pengembangan KTM Mesuji

Identifikasi Pusat Aktivitas Pelayanan Identifikasi Potensi Pengembangan Komoditas Unggulan Identifikasi Tipologi Kelembagaan Desa Arahan Strategi Pengembangan Hirarki I Pusat Aktivitas Pelayanan Potensial untuk Pengembangan Komoditas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan

Kelembagaan Relatif Sustain

Tanjung Mas Makmur

Sebagai Pusat Aktivitas Pelayanan Pemerintahan, Jasa, Industri dan Perdagangan . Pengembangan Infrastrukur dan Fasilitas Pelayanan dengan Tetap Mengacu pada Masterplan Pengembangan KTM yang Telah Ditetapkan (Ordo I)

Hirarki II Potensial untuk Pengembangan Komoditas Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala

Keseimbangan Pelayanan dan Peran Serta

Marga Jadi Sebagai Pusat Pelayanan Agroindustri dan Agrobisinis spesial Komoditas Perkebunan (Ordo II)

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Tata Kelola

Sidomulyo

Hirarki II Potensial untuk Pengembangan Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Padi Sawah dan Jagung

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala

Keseimbangan Pelayanan dan Peran Serta

Muara Mas Sebagai Pusat Pelayanan

Agroindustri dan Agrobisinis Spesial Komoditas Pertanian Tanaman Pangan (Ordo II)

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Tata Kelola

Wiralaga

Hirarki III Potensial untuk Pengembangan Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Padi Sawah dan Jagung

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala

Keseimbangan Pelayanan dan Peran Serta

Tirta Laga Sebagai Pusat Produksi Pertanian Tanaman Pangan Terutama Lahan Pangan (LU I) (Ordo III) Tanjung Serayan

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Tata Kelola

Tanjung Mas Jaya Tanjung Mas Mulya Pangkal Mas Mulya

Pangkal Mas Jaya Kelembagaan Tidak

Sustain

Mulyo Sari

Hirarki III Potensial untuk Pengembangan Komoditas Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet

Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala

Keseimbangan Pelayanan dan Peran Serta

Talang Batu/T Gunung

Sebagai Pusat Produksi Komoditas Perkebunan (Ordo III)

Sungai Badak Kelembagaan Semi Sustain

dengan Kendala Tata Kelola Tanjung Menang Sungai Cambai Sumber Makmur Kelembagaan Tidak Sustain Nipah Kuning Eka Mulya Wonosari Dwi Karya Mustika

107

Dari hasil analisis terhadap keberadaan infrastrukutr dan fasilitas pelayanan (hierarki wilayah), aspek potensi komoditas unggulan, dan karakteristik kelembagaan agribisnis yang ada di Kawasan Transmigrasi Mesuji, maka dapat diambil suatu arahan struktur ruang pengembangan KTM secara spasial:

Ordo I, berdasarkan identifikasi pusat aktivitas dan aspirasi masyarakat dan pemegang kebijakan merupakan hierarki I; berdasarkan identifikasi kelembagaan, wilayah ini memiliki karakteristik kelembagaan agribisnis yang relatif sustain. Dilihat dari hal tersebut maka wilayah ini dapat dijadikan sebagai Pusat Aktivitas pelayanan jasa, perdagangan dan industri. Desa yang berada pada Ordo I adalah Desa Tanjung Mas Makmur. Dalam pengembangan untuk mencegah terjadinya konversi lahan-lahan pertanian yang ada, pengembangan infrastruktur dan fasilitas pelayanan dan pemukiman tidak boleh melebihi koofisien dasar bangunan (KDB) yaitu maksimal 30% dari luas kawasan.

Ordo IIa, berdasarkan identifikasi pusat aktivitas berada pada hierarki II; berdasarkan identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan, potensial untuk pengembangan komoditas perkebunan kelapa sawit dan karet; wilayah ini memiliki kelembagaan agribisnis yang semi sustain dengan kendala keseimbangan pelayanan - peran serta dan semi sustain dengan kendala tata kelola. Dilihat dari aspek tersebut wilayah ini dapat dikembangkan sebagai pusat agroindustri dan agrobisnis spesial komoditas perkebunan. Desa-desa pada ordo ini adalah Marga Jadi, Sidomulyo, Wonosari, dan Dwi Karya Mustika

Ordo IIb, berdasarkan identifikasi pusat aktivitas berada pada hierarki II; berdasarkan identifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan, potensial untuk pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan padi sawah dan jagung; wilayah ini memiliki kelembagaan yang semi sustain dengan kendala keseimbangan pelayanan - peran serta dan semi sustain dengan kendala tata kelola. Dilihat dari aspek tersebut wilayah ini dapat dikembangkan sebagai pusat agroindustri dan agrobisnis spesial komoditas pertanian tanaman pangan. Desa- desa pada ordo ini adalah Tanjung Mas Mulya, Muara Mas, dan Wiralaga

Ordo IIIa. Orde ketiga atau wilayah hinterland, berfungsi sebagai pusat produksi komoditas pertanian pangan yang dipergunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Berdasarkan identifikasi terhadap aspek potensi pengembangan

108

komoditas unggulan potensial untuk pengembangan komoditas tanaman pangan padi sawah dan jagung, memiliki hierarki III dan karakterstik kelembagaan agribisnis yang relatif tidak sustain. Wilayah ini dapat dijadikan sebagai pusat produksi komoditas padi sawah dan jagung. Disamping itu dengan fungsinya sebagai sumber penghasil pangan hendaknya wilayah ini dapat dipertahankan sebagai sumber pangan wilayah. Desa-desa pada Ordo ini adalah Desa Tirta Laga, Tanjung Serayan, Tanjung Mas Jaya, Pangkal Mas Mulya, Pangkal Mas Jaya, dan Mulyo Sari. Tingginya keuntungan dari pengusahaan komoditas kelapa sawit dan karet, memungkinkan terjadinya konversi terhadap lahan-lahan pertanian pangan, untuk mempertahankan ketahanan pangan kawasan, pada daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan dapat mempertahankan lahan pangan (LUI) dengan memberikan fasilitas insentif kepada petani yang mengusahakanya. Sedangkan untuk LU II dapat dikonversi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan karet.

Ordo IIIb. Berdasarkan identifikasi terhadap aspek potensi pengembangan komoditas unggulan potensial untuk pengembangan komoditas perkebunan kelapa sawit dan karet, memiliki hierarki III dan karakterstik kelembagaan agribisnis yang relatif tidak sustain. Wilayah ini dapat dijadikan sebagai pusat produksi komoditas perkebunan sebagai sumber bahan baku industri pengolahan hasil komoditas kelapa sawit dan karet. Desa-desa pada Ordo ini adalah Desa Tirta Laga, Tanjung Serayan, Tanjung Mas Jaya, Pangkal Mas Mulya, Pangkal Mas Jaya, dan Mulyo Sari

Menurut Depnakertrans (2006) Pengembangan KTM merupakan salah satu konsep pengembangan kawasan agroploitan yang dikembangkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kawasan Transmigrasi. Menurut Rustiadi et al (2005) Pengembangan kawasan agropolitan menekankan hubungan antara kawasan perdesaan dengan perkotaan secara berjenjang, sehingga terbentuk hierarki wilayah. Dalam hal ini antara kawasan pengembangan utama dengan kawasan hinterlandnya. Pengembangan kota-kota kecil dan fasilitas-fasilitas pelayanan dasar dan pasar untuk produk-produk pertanian di kawasan perdesaan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Berkembangnya kota- kota kecil, dalam konteks agropolitan dapat secara positif mendorong

109

perkembangan wilayah hinterlandnya, terutama untuk mentransformasikan pola pertanian perdesaan yang subsiten menjadi pola pertanian industrial dan komersial serta mengintegrasikan ekonomi perkotaan dan perdesaan. Dalam konteks tata ruang, secara umum struktur hierarki desa-desa dalam kawasan agropolitan adalah:

a. Orde Pertama atau desa pusat pertumbuhan utama, berfungsi sebagai kota perdagangan, pusat kegiatan manufaktur final industri pertanian (packing), stok pergudangan dan perdagangan bursa komoditas, pusat kegiatan tersier agrobisnis, jasa perdagangan dan keuangan serta pusat berbagai pelayanan industri pertanian (general agroindustry services).

b. Orde Kedua atau Kawasan Pusat Agropolitan, berfungsi sebagai pusat kegiatan agroindustri berupa pengolahan bahan pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis dan sebagai pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry services).

c. Orde Ketiga atau wilayah hinterland, berfungsi sebagai pusat produksi komoditas pertanian yang dipergunakan sebagai bahan baku industri pertanian.

Arahan struktur pengembangan KTM Mesuji secara spasial sebagaimana disajikan pada Gambar 25.

110

Arahan Strategi Pengembangan Potensi Komoditas Unggulan

Desa-desa yang ada di Kawasan Transmigrasi Mesuji merupakan desa yang dibentuk melalui program transmigrasi yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian yang dikembangkan terdiri dari tanaman pangan dan perkebunan. Tanaman pangan yang dibudidayakan adalah padi sawah dan jagung sedangkan komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa sawit dan karet. Dari telaah terhadap kesesuaian lahan, keunggulan komparatif wilayah dan analisis usaha tani serta marjin pasar diperoleh beberapa informasi yang dapat dijadikan masukkan untuk dijadikan strategi dalam pengembangan potensi komoditas unggulan di kawasan transmigrasi Mesuji.

Berdasarkan analisis kesesuaian lahan di kawasan Transmigrasi Mesuji menunjukkan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan padi sawah di kawasan tersebut sebagian besar adalah S3 sesuai marjinal seluas 76.463,86 Ha (98,55%) yang tersebar hampir diseluruh desa di Kawasan Transmigrasi Mesuji sedangkan untuk kelas kesesuaian N seluas 1.128,836 Ha (1,45%) dengan faktor pembatasnya adalah ketersediaan hara (n), tingkat kemasaman/retensi hara(f), media perakaran (r) dan toxisitas (x). Untuk tanaman jagung sebagian besar adalah S3 sesuai marjinal seluas 73.527,55 Ha (94,761%) dan N tidak sesuai seluas 4.065,144 Ha (5,239%), dengan faktor pembatasnya adalah ketersediaan hara (n), tingkat kemasaman/retensi hara(f), media perakaran (r) dan toxisitas (x). Dengan Usaha perbaikan kelas kesesuaian lahan tersebut dapat diringkatkan menjadi S2. Usaha perbaikan dilakukan dengan pemupukan, pengapuran, perbaikan sistem drainase dan pengaturan sistem tata air tanah. Pengembangan padi sawah dan jagung di Kawasan Transmigrasi Mesuji pada umumnya dilakukan pada lahan yang sama dengan cara bergantian. Pada musim hujan dikembangkan padi sawah, sedangkan pada musim kemarau dilakukan penanaman jagung. Pengusahaan tanaman padi sawah dan jagung dilakukan hampir diseluruh desa-desa di kawasan transmigrasi Mesuji, terutama di bagian timur dan tengah kawasan transmigrasi Mesuji yang mempunyai fisiografi aluvial dan dataran yang terdapat pada bagian timur dan tengah dari Kawasan Transmigrasi Mesuji.

111

Tanaman Padi dan Jagung berdasarkan analisis keunggulan komparatif wilayah merupakan merupakan komoditas basis di Kawasan Transmigrasi Mesuji, hal ini berarti padi dan jagung mempunyai keunggulan komparatif tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di kawasan tersebut, tetapi juga dijual ke luar wilayah. Basis pengembangan padi terdapat di 14 desa yaitu Desa Muara Mas, Mulyosari, Nipah Kuning, Pangkal Mas Jaya, Pangkal Mas Mulia, Sumber Makmur, Sungai badak, Sungai Cambai, Talang Gunung, Tanjung Mas Makmur, Tanjung Mas Mulya, Tanjung Serayan, Tirta Laga, Wiralaga. Desa yang merupakan basis pengembangan jagung yaitu Desa Mulyosari, Pangkal Mas Jaya, Sidomulyo, Sungai Badak, Tanjung Mas jaya, Tanjung Menang, Wiralaga, Wonosari. Desa- desa tersebut terletak di bagian timur dan tengah kawasan transmigrasi Mesuji.

Berdasarkan analisis usahatani dan analisis marjin pasar, komoditas padi dan jagung layak untuk diusahakan memiliki marjin keuntungan yang besar di kawasan transmigrasi Mesuji, namun sebagian besar marjin keuntungan tersebut masih berada di tingkat pedagang sebagai akibat tingginya biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh pedagang untuk mengangkut komoditas tersebut. Disamping itu rendahnya posisi tawar petani dalam penentuan harga komoditi juga berakibat pada rendahnya marjin keuntungan yang dinikmati oleh petani. Hal ini disebabkan karena petani memiliki keterikatan kontrak/perjanjian dengan pedagang. Dimana petani telah mendapatkan pinjaman modal dari pedagang untuk proses produksi pertaniannya. Dengan demikian petani mempunyai kewajiban untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang. Oleh karena itu apabila dapat dilakukan perbaikan sarana dan prasarana transportasi terutama pada daerah-daerah yang potensial, diharapkan dapat mengalihkan marjin keuntungan yang selama ini dinikmati olek pedagang kepada petani. Dengan demikian akan terjadi peningkatan penerimaan petani.

Pengembangan komoditas perkebunan yaitu tanaman kelapa sawit dan berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan sebagian besar memiliki kelas kesesuaian aktualnya adalah N tidak sesuai seluas 32.517,87 Ha (41,91 %) dan S3 sesuai marjinal seluas 45.074,83 Ha (58,09%). Sedangkan tanaman karet berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan sebagian besar memiliki kelas kesesuaian aktual N tidak sesuai seluas 43.204,33 Ha (55,68 %) dan S3 sesuai marjinal seluas 34.388,37 Ha (44,32%). Kelas Kesesuaian Lahan N tidak sesuai

112

hampir terdapat dibagian timur kawasan Transmigrasi Mesuji, sedangkan S3 sesuai marjinal dengan pembatas n, f dan r. Kelas kesesuaian lahan S3nf dan S3nr terdapat terdapat di bagian barat Kawasan Transmigrasi Mesuji (Desa Margojadi, Tanjung Menang, Talang Gunung, Sumber Makmur, Sidomulyo dan sebagian sungai badak serta Nipah Kuning). Kelas kesesuaian lahan S3 dapat ditingkatkan menjadi S2 dengan dilakukan usaha perbaikan yaitu dengan pemupukan, pengapuran dan pembuatan sistem drainase.

Tanaman kelapa sawit dan karet berdasarkan analisis keunggulan komparatif wilayah merupakan merupakan komoditas basis di Kawasan Transmigrasi Mesuji, hal ini berarti kelapa sawit dan karet mempunyai keunggulan komparatif tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di kawasan tersebut, tetapi juga dijual ke luar wilayah. Basis pengembangan kelapa sawit terdapat di 5 desa yang merupakan Basis Pengembangan Kelapa sawit yaitu Desa Dwikarya Mustika, Eka Mulya, Margajadi, Tanjung Menang, dan Wonosari. Sedangkan untuk Komodtas Karet terdapat di Desa Eka Mulya, Margajadi, Sido Mulyo, Tanjug Menang, dan Wonosari. Desa-desa tersebut terletak di bagian Timur Kawasan Transmigrasi Mesuji.

Berdasarkan analisis usahatani dan analisis marjin pasar komoditas kelapa sawit dan karet layak untuk diusahakan dan memiliki marjin keuntungan yang relatif besar. Namun demikian marjin permasalahan transportasi merupakan kendala utama dalam pemasaran komoditas tersebut. Sifat dari Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang mudah rusak membutuhkan kecepatan dalam pengriman produk tersebut ke pabrik. Lamanya waktu pengangkutan berakibat pada penurunan kualitas TBS. Untuk pemasaran karet, kendala jauhnya lokasi pabrik pengolahan hasil karet, memaksa petani untuk menjual hasil karetnya ke pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan karena kepemilikan lahan petani yang relatif sempit, sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan tidak efisein apabila menjual hasil panennya sendiri-sendiri. Hal inilah yang dijadikan alasan dari pedagang untuk meningkatkan marjin keuntungannya, sehingga berakibat pada rendahnya penerimaan petani. Oleh karena itu apabila dapat dilakukan perbaikan sarana dan prasarana transportasi terutama pada daerah-daerah yang potensial dan jalan-jalan kebun di perkebunan sawit sehingga dapat mengefisienkan waktu pengangkutan untuk menjaga kualitas TBS, sehingga berpengaruh positif terhadap

113

harga di tingkat pabrik, dengan demikian diharapkan dapat mengalihkan marjin keuntungan yang selama ini dinikmati olek pedagang kepada petani. Dalam hal permasalahan pemasaran karet diperlukan peran pemerintah untuk memfasilitasi pengadaan industri pengolahan karet dan suatu lembaga masyarakat yang dapat menghimpun hasil produksi karet petani, sehingga marjin keuntungan dari pemasaran karet dapat dinikmati oleh petani. Dengan demikian dapat meningkatkan penerimaan petani.

Dari beberapa pertimbangan tersebut, strategi pengembangan potensi komoditas unggulan di kawasan transmigrasi Mesuji diarahkan untuk:

1. Mengembangkan komoditas unggulan (padi, jagung, kelapa sawit dan karet) pada daerah-daerah yang memiliki karakteristik lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas tersebut.

2. Mengembangkan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif bila diusahakan (padi, jagung, kelapa sawit dan karet). Terutama pada daerah- daerah yang menjadi basis pengembangan komoditas tersebut.

3. Meningkatkan efisiensi pemasaran hasil-hasil komoditas unggulan melalui pembangunan sarana transportasi, industri pengolahan hasil serta meningkatkan peran kelembagaan yang menunjang pemasaran hasil produksi.

Untuk memudahkan pengambilan kebijakan pengembangan potensi komoditas unggulan yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah, dapat dilakukan dengan perwilayah pengembangan komoditas unggulan. Perwilayahan pengembangan komoditas pertanian pada lokasi KTM Msuji adalah sebagai berikut :

a. Wilayah pengembangan pertanian tanaman pangan padi sawah dapat dikembangkan di Desa Ekamulya, Muaramas, Nipah Kuning, Mulyasari, Pangkalmas Jaya, Pangkalmas Mulya, Sumber Makmur, Sungai Badak, Sungai Cambai, Talang Gunung, Tanjung Serayan, Tanjungmas Makmur, Tanjungmas Makmur, Tirtalaga, Wiralaga, Wonosari

b. Wilayah pengembangan pertanian tanaman pangan jagung dapat

dikembangkan di Desa Tanjung Mas Jaya, Mulyasari dan Pangkal Mas Jaya c. Wilayah pengembangan pertanian tanaman perkebunan kelapa sawit dapat

114

Ekamulya, Tanjungmas Makmur, Sungai Badak, Muaramas, Nipah Kuning, Wiralaga, dan Talang Gunung

d. Wilayah Pengembangan pertanian tanaman perkebunan karet dapat dikembangkan di Desa Dwikarya Mustika, Ekamulya, Margo Jadi, Sido Mulyo, Sumber Makmur, Talang Gunung, Tanjung Menang, Wonosari. e. Tingginya keuntungan dari pengusahaan komoditas kelapa sawit dan karet,

memungkinkan terjadinya konversi terhadap lahan-lahan pertanian pangan, untuk mempertahankan ketahanan pangan kawasan, pada daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan dapat mempertahankan lahan pangan (LUI) dengan memberikan fasilitas insentif kepada petani yang mengusahakanya. Sedangkan untuk LU II dapat dikonversi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan karet.

Arahan Strategi Pengembangan Pusat Aktivitas Pelayanan, dan Infrastrukturnya

Berdasarkan analisis penentuan pusat aktivitas pelayanan di Kawasan Transmigrasi Mesuji diperoleh desa dengan hierarki tertinggiyaitu Desa Tanjung Mas Makmur dan Margojadi berada pada hierarki I, hal ini menunjukkan kedua desa tersebut mempunyai indikasi untuk dijadikan pusat pelayanan. Untuk menentukkan desa mana yang menjadi prioritas kebijakan untuk dijadikan pusat pelayanan, berdasarkan analisis terhadap persepsi masyarakat dan pemegegang kebijakan (Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dengan menggunakan AHP diperoleh hasil bahwa Desa Tanjung Mas Makmur menjadi prioritas untuk dikembangkan menjadi Pusat Aktivitas Pelayanan KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji. Dalam Penentuan Pusat Aktivitas Pelayanan ini berdasarkan analisis AHP diperoleh hasil bahwa pertimbangan sumberdaya sosial sisik wilayah yaitu kesetrategisan lokasi menjadi pertimbangan utama dalam penentuan Pusat Aktivitas Pelayanan.

Desa-desa pada hierarki II seperti meliputi Desa Sidomulyo, Wonosari, Muara Mas, Dwi Karya Mustika, Tanjung Mas Mulya (berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan) dan Desa Wonosari, Sidomulyo, Talang Batu/Talang Gunung, Wiralaga I, Sungai Badak (berdasarkan indeks perkembangan desa). Desa-desa ini memiliki indikasi untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan

115

agroindustri berupa pengolahan bahan pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agrobisbis dan sebagai pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry services) pada daerah-daerah tersebut dapat dikembangkan idustri pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO, pabrik pengolahan getah karet dan Pabrik Penggilingan Padi (RMU) dengan kapasitas besar.

Sementara desa-desa lainnya pada hierarki III merupakan wilayah

hinterland. Desa-desa ini berfungsi sebagai pusat produksi komoditas pertanian yang dipergunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Hasil analisis skalogram berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan diperoleh hierarki III yaitu Desa Eka Mulya, Tanjung Menang, Talang Batu/Talang Gunung, Wiralaga I, Pangkal Mas Jaya, Tanjung Mas Jaya, Sungai Badak, Tanjung Serayan, Tirta Laga, Pangkal Mas Mulya, Sumber Makmur, Mulyo Sari, Sungai Cambai, Wiralaga II Nipah Kuning. Sedangkan Hasil Analisis Skalogram berdasarkan

Dokumen terkait