• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan di Kawasan Transmigrasi Mesuji Kabupaten Tulang Bawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan di Kawasan Transmigrasi Mesuji Kabupaten Tulang Bawang"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGEMBANGAN KOTA TERPADU MANDIRI

(KTM) BERBASIS POTENSI AGRIBISNIS MASYARAKAT

DAN KAWASAN DI KAWASAN TRANSMIGRASI MESUJI

KABUPATEN TULANG BAWANG

BUDI SUTOMO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

STUDI PENGEMBANGAN KOTA TERPADU MANDIRI

(KTM) BERBASIS POTENSI AGRIBISNIS MASYARAKAT

DAN KAWASAN DI KAWASAN TRANSMIGRASI MESUJI

KABUPATEN TULANG BAWANG

BUDI SUTOMO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan di Kawasan Transmigrasi Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008

Budi Sutomo

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas ridho-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2007 ini adalah Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan Di Kawasan Transmigrasi Mesuji Kabupaten Tulang Bawang Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA, Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Dr. Setia Hadi, MS selaku komisi pembimbing.

2. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, beserta segenap staf pengajar dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah.

3. Dr. Ir. Atang Sutandi, MSc selaku dosen penguji luar komisi.

4. Abdurrachman Sarbini, SH, MH, MM selaku Bupati Tulang Bawang dan Drs. Agus Mardihartono, MM selaku Wakil Bupati Tulang Bawang dan Ir. Fakhruddin SP,MS selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang telah memberikan ijin dan bimbingan serta segala bentuk dukungan yang selalu diberikan.

5. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat PWL kelas khusus angkatan 2006 atas segala dukungan dan kerjasamanya.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Akhirnya, diucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan, doa dan pengertian dari istri, anak dan orang tua tercinta.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2008

(5)

Judul Tesis : Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan di Kawasan Transmigrasi Mesuji Kabupaten Tulang Bawang

Nama : Budi Sutomo

NIM : A 353060404

Disetujui Komisi pembimbing

Dr. Ir. Widiatmaka, DAA Ketua

Dr. Setia Hadi, M.S. Anggota

Ir. Fredian Tonny, M.S. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 20 Mei 1976 sebagai anak kedua dari pasangan Drs Subolo dan Sumirah. Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri Poncowati (Lampung) dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikannya pada Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung Penulis menamatkan pendidikan pada Agustus Tahun 1997

(7)

RINGKASAN

BUDI SUTOMO. Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan di Kawasan Transmigrasi Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang. Dibimbing oleh WIDIATMAKA, FREDIAN TONNY dan SETIA HADI.

Pembangunan Transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan daerah sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan di daerah tertinggal dan pemerataan penduduk. Hal ini tertuang dalam Undang-undang nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, yang menyebutkan bahwa tujuan pembangunan transmigrasi adalah (a) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, (b) peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah, dan (c) memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integritas di pemukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan transmigrasi, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006 mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di kawasan-kawasan transmigrasi.

Pengembangan KTM dilaksanakan dengan harapan dapat mengatasi berbagai permasalahan di kawasan transmigrasi, seperti permasalahan produksi, pascapanen, distribusi, dan pemasaran hasil produksi transmigran, sebagai akibat lemahnya dukungan pasar, sarana dan prasarana, fasilitas pelayanan, dan kelembagaan agribisnis. Hal ini berakibat pada kegagalan mewujudkan sistem agribisnis yang baik, sehingga upaya pencapaian tujuan pembangunan transmigrasi tidak dapat terwujud. Oleh karena itu, dukungan sarana dan prasarana pertanian perlu untuk dikembangkan dalam suatu rancang bangun pengembangan yang komprehensif.

Tujuan umum penelitian ini adalah menyusun arahan strategi pengembangan masyarakat melalui pengembangan komoditas unggulan, pusat aktivitas wilayah, dan pengembangan kelembagaan di kawasan pengembangan KTM pada Kawasan Transmigrasi Mesuji berbasis potensi agribisnis masyarakat dan kawasan. Bila dijabarkan lebih lanjut, tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi potensi pengembangan komoditas unggulan di kawasan transmigrasi, (2) Mengidentifikasi pusat petumbuhan dan aktivitas pelayanan kawasan transmigrasi berdasarkan jumlah dan jenis infrastrukturnya serta aspirasi masyarakat dan kelembagaan yang mendukung, (3) Mengidentifikasi tipologi kelembagaan agribisnis yang berkembang di kawasan transmigrasi

(8)

kesesuaian lahan, analisis keunggulan komparatif wilayah (LQ), analisis usaha tani, analisis efisiensi marjin pemasaran, analisis skalogram, analisis AHP, dan analisis kelembagaan.

Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan di Kawasan Transmigrasi Mesuji sesuai untuk pengembangan padi sawah, jagung, kelapa sawit dan karet. Lahan yang sesuai untuk pengembangan padi sawah seluas 76.463,86 Ha (98,55%) dan jagung 73.527,55 Ha (94,761%). Lahan tersebut terdapat di sebagian besar Kawasan Transmigrasi Mesuji terutama bagian timur kawasan. Lahan yang sesuai untuk pengembangan kelapa sawit seluas 45.074,83 Ha (58,09%) dan karet seluas 34.388,37 Ha (44,32%) sebagian besar terdapat di bagian barat kawasan. Komoditas padi sawah, jagung, kelapa sawit dan karet merupakan komoditas basis yang mempunyai keunggulan komparatif wilayah. Basis pengusahaan komoditas padi dan jagung berada di desa-desa di bagian timur kawasan, pengusahaan kelapa sawit dan karet di desa-desa di bagian barat kawasan.

Berdasarkan hasil analisis usaha tani dan marjin pemasaran, komoditas padi, jagung, kelapa sawit dan karet menguntungkan untuk dikembangkan di Kawasan Transmigrasi Mesuji. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya keuntungan yang diperoleh di tingkat petani maupun pedagang. Namun demikian masih terdapat kendala besarnya marjin pengangkutan sebagai akibat buruknya sarana dan prasarana jalan.

Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa desa dengan hierarki I adalah Desa Tanjung Mas Makmur dan Margojadi. Berdasarkan persepsi dan aspirasi masyarakat dan kelembagaan pemegang kebijakan, Desa Tanjung Mas Makmur yang terpilih untuk ditetapkan sebagai Pusat Aktivitas Pelayanan.

Analisis kelembagaan terhadap kelembagaan agribisnis yang ada di Kawasan Transmigrasi Mesuji memberikan hasil bahwa berdasarkan tipologi kelembagaan agribisnis, sebanyak 22,22 persen dikategorikan sebagai kelembagaan yang sustain (berkelanjutan), sebanyak 6,67 persen merupakan kelembagaan yang semi sustain dengan kendala rendahnya keseimbangan pelayanan – peranserta, sebanyak 60 persen merupakan kelambagaan yang tidak

sustain serta 11,11 persen dikategorikan ke dalam tipe kelembagaan semi-sustain

dengan kendala tata kelola yang buruk.

(9)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tesis tanpa mencantumkan nama atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanan

Bogor

(10)
(11)

ABSTRACT

BUDI SUTOMO. Study of Independent Integrated City (KTM) Development

Base on the Agribusiness Potencies of Society and Area in Mesuji

Transmigration Area, Tulang Bawang District. Under direction of

WIDIATMAKA, FREDIAN TONNY and SETIA HADI

Transmigration development has been done to increase the capability and productivity of transmigration community, develop self-reliance, and perform the integrity in transmigration settlement, so economically and socio-culturally could arise and grow sustainably. One of the effort to reach that goal is by developing KTM in Transmigration Zone. The objectives of this research are to identify development potency of premier commodities, activity service center, institution characteristics, and finally give the direction of KTM development strategy. Analysis results showed that most parts of transmigration zone are suitable for agricultural commodities. Maize and paddy as food crops commodities are potential to be developed in the Eastern part of Mesuji Transmigration Zone while estate commodities like rubber and oil-palm are potential in the Western part. Activity service center could be developed in Tanjung Mas Makmur village, since it has the highest hierarchy and supported by the more relatively sustain agribusiness institution form.

(12)

ABSTRAK

BUDI SUTOMO. Studi Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Di Kawasan Transmigrasi Mesuji Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Dibimbing oleh WIDIATMAKA, FREDIAN TONNY dan SETIA HADI.

Sasaran pembangunan transmigrasi dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integritas di pemukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Upaya untuk pencapaian sasaran tersebut salah satunya dengan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pengembangan komoditas ungggulan, identifikasi pusat aktivitas pelayanan, identifikasi tiplogi kelembagaan dan memberikan arahan strategi pengembangan KTM. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar kawasan transmigrasi sesuai untuk dikembangkan komoditas pertanian. Komoditas prtanian tanaman pangan yaitu jagung dan padi sawah potensial untuk dikembangkan di bagian timur kawasan transmigrasii Mesuji. Komoditas Perkebunan potensial untuk dikembangkan di bagian barat kawasan transmigrasi Mesuji. Pusat aktivitas pelayanan dapat dikembangkan di desa Tanjung Mas Makmur, dikarenakan desa tersebut memiliki hirarki tertinggi dan didukung dengan bentuk kelembagaan agribisnis yang relatif lebih sustain dibanding desa-desa lainnya.

(13)

DAFTAR ISI

Ruang Lingkup Penelitian... 8

TINJAUAN PUSTAKA... 9

Pengembangan Kawasan Transmigrasi... 9

Pengembangan Transmigrasi dalam Konsep Pengembangan Wilayah... 12

Penentuan Pusat Pertumbuhan Wilayah... 13

Pengembangan Komoditas Unggulan di Kawasan Transmigrasi... 15

Kelembagaan... 17

METODE PENELITIAN... 19

Kerangka Pemikiran... 19

Lokasi dan Waktu Penelitian... 22

Metode Pengumpulan Data... 22

Metode Analisis... 25

Identifikasi Pengembangan Potensi Komoditas Unggulan... 25

A. Analisis Kesesuaian Lahan... 25

B. Analisis Identifikasi Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient Analysis)... 26

C. Analisis Usaha Tani... 27

D. Analisis Efisiensi Margin Pemasaran... 29

Identifikasi Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Pusat Aktivitas Pelayanan (Hierarki Wilayah) ... 31

A. Analisis Skalogram... 31

B. Penggalian Persepsi Masyarakat dengan Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) ... 34

Identifikasi Tipologi Kelembagaan... 36

Analisis Tiplologi Kelembagaan... 36

Matriks Tujuan, Kerangka Analisis Penelitian, Data yang dibutuhkan dan Hasil yang diharapkan. ... 38 KAJIAN UMUM WILAYAH... 41

Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksebilitas... 41

Kondisi Fisik Wilayah... 45

IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN... 49

(14)

Analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Analisis Location Quotient/LQ….. 58

Analisis Usahatani………. 64

Analisis Efisiensi Marjin Pemasaran... 67

Perwilayahan Pengembangan Komoditas Unggulan………... 73

Ikhtisar... 75

IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN AKTIVITAS PELAYANAN... 78

Analisis Hierarki Pusat Pelayanan... 78

Analisis Persepsi Stakeholder ... 85

Ikhtisar... 88

IDENTIFIKASI TIPOLOGI KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DI KAWASAN TRANSMIGRASI... 90

Keragaan dan Dinamika Kelembagaan……… 90

Tipologi kelembagaan... 93

Ikhtisar... 102

ARAHAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA TERPADU MANDIRI (KTM) PADA KAWASAN TRANSMIGRASI MESUJI BERBASIS POTENSI AGRIBISNIS DAN KAWASAN…... 104

Sintesis Analisis Identifikasi Penentuan Pusat Aktivitas, Pengembangan Potensi Komoditas Unggulan dan Tipologi Kelembagaan Terhadap Penyusunan Strategi Pengembangan KTM Mesuji... 105

Arahan Strategi Pengembangan Potensi Komoditas Unggulan... 110

Arahan Strategi Pengembangan Pusat Aktivitas Pelayanan, dan Infrastrukturnya... 114 Arahan Strategi Pengembangan Kelembagaan... 118

SIMPULAN DAN SARAN... 127

Simpulan... 127

Saran... 128

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jenis Data yang Dikumpulkan... 23 2. Aspek yang Diteliti, Variabel, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data... 24 3. Ilustrasi Tabel Penyusunan Jumlah Fasilitas dan Penyebaranya di

Dalam Unit-Unit Desa... 32 4. Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah dan Jenis Sarana dan

Prasarana... 33 5. Tabulasi Silang Tipologi Kelembagaan di Kawasan Transmigrasi

Mesuji... 38 6. Matrik Tujuan, Analisis, Data yang Dibutuhkan dan Hasil yang

Diharapkan………. 39

7. Desa-desa di Lokasi KTM Kabupaten Tulang Bawang... 41 8. Sebaran Lahan Berdasarkan Tingkat Kelerengan di Lokasi KTM

Kawasan Transmigrasi Mesuji... 45 9. Sebaran Lahan Berdasarkan Ketinggian di Lokasi KTM Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 45 10.Formasi Geologi di Lokasi KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 46 11.Curah Hujan Rata-rata dan Iklim Kabupaten Tulang Bawang ... 47 12.Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan di Wilayah Mesuji Tahun

1995... 47 13.Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 51 14.Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 53 15.Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit di

Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 55 16.Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Karet di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 57 17.Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan ... 59 18.Keragaan Pengusahaan Tanaman Perkebunan ... 59 19.Nilai Perhitungan LQ dan LI untuk Komoditas Tanaman Pangan di

Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 60 20.Nilai Perhitungan LQ dan LI untuk Komoditas Tanaman Perkebunan di

Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 61 21.Hasil Analisis LQ Pengusahaan Tanaman Pangan dan Perkebunan

(16)

22.Hasil Perhitungan Analisis Finansial Usahatani Komoditas Padi Sawah dan Jagung di Kawasan Transmigrasi Mesuji... 65 23.Hasil Analisis Finansial Pengusahaan Tanaman Kelapa Sawit dan Karet

di Kawasan Transmigrasi Mesuji... 66 24.Marjin Pemasaran Padi di Kawasan Transmigrasi Mesuji pada Bulan

Juni 2007 untuk Konsumen Akhir di Kota Bandar Lampung dan Metro Propinsi Lampung ... 68 25.Penyebaran Marjin Pemasaran Karet (Slab) di Kawasan Transmigrasi

Mesuji untuk Pasokan Pabrik di Palembang dan Bandar Lampung Pada Bulan Juni 2007 ... 70 26.Marjin Pemasaran Jagung di Kawasan Transmigrasi Mesuji pada Bulan

Juni 2007 untuk Konsumen Akhir di Kota Bandar Lampung ... 72 27.Penyebaran Marjin Pemasaran Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit

di Kawasan Transmigrasi Mesuji untuk Pasokan di Pabrik CPO PT SIP di Kecamatan Tanjung Raya Pada Bulan Juni 2007 ... 73 28.Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah dan Jenis Fasilitas

Pelayanan. ... 80 29.Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Indeks Perkembangan Desa

Terstandarisasi ... 81 30. Jumlah dan Persentase Tipologi Kelembagaan Menurut Hierarki

Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 96 31.Jumlah dan Persentase Kelembagaan di KTM Kawasan Transmigrasi

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir Rencana Penelitian... 21 2. Struktur AHP Terhadap Penentuan Pusat Aktivitas Pelayanan KTM... 36 3. Bagan Alir Rencana Kegiatan Penelitian... 40 4. Peta Administrasi Wilayah Penelitian di Wilayah Perencanaan KTM

Kawasan Transmigrasi Mesuji Kabupaten Tulang Bawang Lampung ... 42 5. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah

di Kawasan Transmigrasi Mesuji... 52 6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Pengembangan Tanaman Jagung di

Kawasan Transmigrasi Mesuji... 54 7. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Pengembangan Tanaman Kelapa

Sawit di Kawasan Transmigrasi Mesuji... 56 8. Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Pengembangan Tanaman karet di

Kawasan Transmigrasi Mesuji... 58 9. Peta Hasil Analisis LQ Pengusahaan Tanaman Padi di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 62 10.Peta Hasil Analisis LQ Pengusahaan Tanaman Jagung di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 63 11.Peta Hasil Analisis LQ Pengusahaan Kelapa Sawit di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 63 12.Peta Hasil Analisis LQ Pengusahaan Tanaman Karet di Kawasan

Transmigrasi Mesuji ... 64 13. Peta Perwilayahan Potensi Pengembangan Komoditas Pertanian di Lokasi

KTM Mesuji... 74 14.Peta Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji Berdasarkan

Indeks Perkembangan Desa ... 84 15.Peta Hiearki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji Berdasarkan Jumlah

dan Jenis Fasilitas Pelayanan ... 85 16.Pasar di Desa Tanjung Mas Makmur yang Menjadi Tempat Transaksi

Ekonomi Bagi Desa-desa di Sekitar Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 85 17.Hasil AHP Terhadap Penentuan Pusat Aktivitas Pelayanan KTM... 86 18.Peta Menunjukkan Kesetrategisan Lokasi Desa Tanjung Mas Makmur... 87 19.Tipologi Kelembagaan Agribisnis Menurut Hierarki Wilayah di Kawasan

Transmigrasi Mesuji 97

21. Tipologi Kelembagaan Agribisnis di Kawasan Transmigrasi Mesuji……… 97 22. Peta Tipologi Kelembagaan Sustain Menurut Hierarki Wilayah di Kawasan

(18)

23. Peta Tipologi Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Rendahnya Peran Serta Menurut Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji... 98 24. Peta Tipologi Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Tata Kelola

(Governance) Menurut Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji... 99 25. Peta Tipologi Kelembagaan Tidak Sustain Menurut Hierarki Wilayah di

Kawasan Transmigrasi Mesuji... 99 26. Peta Arahan Pengembangan Pengembangan KTM Mesuji ...

109 27. Kondisi Jalan di kawasan Transmigrasi pada Musim Hujan ... 116 28. Peta Jaringan Transportasi di Kawasan Transmigrasi Mesuji ... 117

29.Model Kelembagaan yang Mendukung Pengembangan Kawasan

Tranmigrasi Mesuji ... 121 30.Lahan untuk Pola Tanam Sonor Rawa Kering yang Digunakan oleh

(19)

Tata Kelola yang baik

Keseimbangan Pelayanan Peran Serta Keseimbangan Pelayanan Peran Serta

Hierarki I 46,67 Hierarki I 6,67 Hierarki II 70,83 Hierarki II 12,50 Hierarki III 50,00 Hierarki III 16,67

Total 60,00 Total 11,11

Tipe3 Tipe4

Tata Kelola yang buruk

Gambar 22 Tipologi Kelembagaan Agribisnis menurut Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji

Tabel 30 Jumlah dan Persentase Kelembagaan di KTM Kawasan Transmigrasi Mesuji menurut Jenis dan Tipologi Kelembagaanya

Kelembagaan Tipe 1 Tipe2 Tipe 3 Tipe 4 Total

Keseimbangan Pelayanan Peran Serta Keseimbangan Pelayanan Peran Serta

Tipe 3 Tipe 4

Kelompok Tani 52,78 Kelompok Tani 13,89

P3A 100 P3A 0

Koperasi 75 Koperasi 0

Total 60 Total 11,11

Bad Governance Keterangan :

Tipe 1. Merupakan Kelelmbagaan yang Sustain dimana terjadi keseimbangan Peran Serta dan Pelayanan yang tinggi

(20)

Tipe 3. Merupakan kelembagaan Yang tidak Sustain dengan kendala Rendahnya Keseimbangan Peranserta dan Pelayanan dan rendahnya good governance

Gambar 23 Tipologi Kelembagaan Agribisnis di Kawasan Transmigrasi Mesuji

(21)

Gambar 25 Peta Tipologi Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Rendahnya Peran Serta menurut Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji

(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skalogram Hireraki Desa-desa di Kawasan Transmigrasi Mesuji

Berdasarkan Jenis dan Jumlah Fasilitas Pelayanan ………... 133

2. Skalogram Hireraki Desa-desa di Kawasan Transmigrasi Mesuji

Berdasarkan Indeks Perkembangan Desa ... 139

3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman

Kehutanan... 145

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan daerah sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan, terutama di kawasan yang masih terisolir atau tertinggal. Program ini sekaligus diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat sekitarnya. Hal ini tertuang dalam Undang-undang nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, yang menyebutkan bahwa tujuan pembangunan transmigrasi adalah (a) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, (b) peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah, dan (c) memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integritas di pemukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan

Transmigrasi sebagai salah satu program pembangunan terutama diarahkan kepada pembangunan pertanian, yaitu peningkatan produktivitas pertanian. Peningkatan produktivitas pertanian diharapkan akan dapat mendukung peningkatan pendapatan, kesejahteraan dan pemerataan hasil pembangunan. Menurut Utomo (2005), untuk mewujudkan hal tersebut maka di wilayah-wilayah transmigrasi perlu dikembangkan pusat-pusat agroindustri pedesaan yang dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan dan akan memacu pertumbuhan wilayah. Untuk itu perlu dibangun infrastruktur dan akses pasar, sehingga akan terjadi harmonisasi pembangunan wilayah.

(25)

2

wilayah pengembangan kawasan agropolitan, yaitu terintegrasinya kota pertanian dan desa-desa sentra produksi yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha-usaha agribisnis-agroindustri.

Kegiatan ekonomi di kawasan transmigrasi diharapkan terus meningkat sehingga mampu menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan secara mandiri dan terpadu dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten (Direktorat Jendral Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi, 2006). Priyono (2004) menyatakan bahwa pengembangan wilayah transmigrasi merupakan usaha menumbuh kembangkan wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam dengan keunggulan komoditas tertentu yang dikelola secara terpadu dengan mengisi kekurangan sumberdaya manusia melalui program transmigrasi.

Salah satu komponen penting yang berkaitan dengan keberhasilan pengembangan kawasan transmigrasi adalah seberapa besar masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Seringkali dalam pelaksanaan program, keterlibatan masyarakat kurang diperhatikan karena pihak pemerintah masih merasa yang paling mengetahui apa yang harus dilakukan oleh masyarakat perdesaan. Anwar (2005) menyatakan kebijakan yang sering menseragamkan keadaan wilayah pedesaan akan mengarah kepada kegagalan.

Pengembangan kawasan transmigrasi pada dasarnya harus dilandaskan pada pembangunan kapasitas sumber daya manusia di dalam kawasan tersebut. Hal ini tidak akan pernah terwujud jika masyarakat hanya dijadikan objek pembangunan. Oleh karena itu konsep pendekatan pembangunan partisipatif menjadi penting untuk diperhatikan dalam pengembangan kawasan transmigrasi.

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan daerah sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan, terutama di kawasan yang masih terisolir atau tertinggal. Program ini sekaligus diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat sekitarnya. Hal ini tertuang dalam Undang-undang nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, yang menyebutkan bahwa tujuan pembangunan transmigrasi adalah (a) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, (b) peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah, dan (c) memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integritas di pemukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan

Transmigrasi sebagai salah satu program pembangunan terutama diarahkan kepada pembangunan pertanian, yaitu peningkatan produktivitas pertanian. Peningkatan produktivitas pertanian diharapkan akan dapat mendukung peningkatan pendapatan, kesejahteraan dan pemerataan hasil pembangunan. Menurut Utomo (2005), untuk mewujudkan hal tersebut maka di wilayah-wilayah transmigrasi perlu dikembangkan pusat-pusat agroindustri pedesaan yang dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan dan akan memacu pertumbuhan wilayah. Untuk itu perlu dibangun infrastruktur dan akses pasar, sehingga akan terjadi harmonisasi pembangunan wilayah.

(27)

2

wilayah pengembangan kawasan agropolitan, yaitu terintegrasinya kota pertanian dan desa-desa sentra produksi yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha-usaha agribisnis-agroindustri.

Kegiatan ekonomi di kawasan transmigrasi diharapkan terus meningkat sehingga mampu menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan secara mandiri dan terpadu dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten (Direktorat Jendral Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi, 2006). Priyono (2004) menyatakan bahwa pengembangan wilayah transmigrasi merupakan usaha menumbuh kembangkan wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam dengan keunggulan komoditas tertentu yang dikelola secara terpadu dengan mengisi kekurangan sumberdaya manusia melalui program transmigrasi.

Salah satu komponen penting yang berkaitan dengan keberhasilan pengembangan kawasan transmigrasi adalah seberapa besar masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Seringkali dalam pelaksanaan program, keterlibatan masyarakat kurang diperhatikan karena pihak pemerintah masih merasa yang paling mengetahui apa yang harus dilakukan oleh masyarakat perdesaan. Anwar (2005) menyatakan kebijakan yang sering menseragamkan keadaan wilayah pedesaan akan mengarah kepada kegagalan.

Pengembangan kawasan transmigrasi pada dasarnya harus dilandaskan pada pembangunan kapasitas sumber daya manusia di dalam kawasan tersebut. Hal ini tidak akan pernah terwujud jika masyarakat hanya dijadikan objek pembangunan. Oleh karena itu konsep pendekatan pembangunan partisipatif menjadi penting untuk diperhatikan dalam pengembangan kawasan transmigrasi.

(28)

3

Sejalan dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengembangan kawasan transmigrasi hendaknya terintegrasi dengan kepentingan pembangunan daerah yang tertuang dalam Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten/Kota, kepentingan serta aspirasi masyarakat setempat, ketersediaan sumberdaya alam, yang berpengaruh pada kemampuan daerah untuk menerima dan mendukung program pengembangan kawasan.

Tujuan dasar pengembangan wilayah dan penyusunan tata ruang transmigrasi adalah untuk membentuk suatu sistem pemukiman yang secara fungsional merupakan suatu wadah yang dapat meramu berbagai masukan (input) dan teknologi yang tepat sehingga memungkinkan terwujudnya kehidupan transmigrasi yang mandiri. Sistem pemukiman tersebut diharapkan sejak awal mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan selanjutnya mampu berkembang untuk mencapai tingkat kesejahteraan sekurang-kurangnya di atas subsisten. Sesuai konsep tata ruang, pemukiman transmigrasi haruslah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pengembangan wilayah (Muchdie, 1986). Lebih lanjut dikatakan, dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah, upaya untuk mempercepat pengembangan wilayah transmigrasi dapat dilakukan melalui pengembangan pertanian yang diikuti dengan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian.

Pengembangan transmigrasi pada masa mendatang perlu memperhatikan dua hal. Pertama, persoalan proses mencapai kemandirian, dan kedua mengutamakan pemberdayaan masyarakat yang bermula dalam satuan komunitas. Dalam pengembangan kawasan transmigrasi yang bersandar pada kemandirian, prosesnya tidak hanya didasarkan pada perundangan dan pendekatan administrasi birokrasi dalam satuan kerja satu atau lebih departemen terpusat, tetapi perlu dilakukan melalui pembaharuan tata kelola pengembangan transmigrasi melalui kemitraan (partnerships) dengan pemangku-pemangku kepentingan yang berkaitan dengan pembangunan daerah yang berbasis komunitas (Kolopaking, 2006).

(29)

4

yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang mempunyai fungsi sebagai berikut (1) Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis; (2) Pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry services), dan pemuliaan tanaman unggul; (3) Pusat pendidikan, pelatihan di sektor pertanian, industri dan jasa; (4) Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis. KTM dibangun dengan konsep agropolitan (Depnakertrans, 2006). Menurut Anwar (2006) Pembangunan kota kecil dilingkungan pertanian merupakan pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-kota kecil mencakup pula perlengkapan infrastruktur fasilitas publik perkotaan.

Menurut Suparno (2006) KTM akan dikembangkan di delapan kawasan transmigrasi yang ditunjuk sebagai pilot proyek Kota Terpadu Mandiri (KTM). Adapun kedelapan kawasab tersebut yaitu Pulau Rupat di Provinsi Riau, Mesuji (Kabupaten Tulang Bawang, Lampung), Kaliorang dan Rantau Pulung (Kalimantan Timur), Mandastana (Kalimantan Selatan), Rasau Jaya dan Terentang (Kalimantan Barat), dan Pulau Morotai (Maluku Utara).

Menurut Depnakertrans (2006) Kawasan Transmigrasi Mesuji di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung dipilih sebagai pilot proyek pengembangan KTM dengan pertimbangan karena letaknya yang setrategis. Kawasan Transmigrasi Mesuji berada di antara Jalan Lintas Timur Trans Sumatera yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dan Kota Palembang. Kawasan itu memiliki 50 satuan pemukiman dan telah dihuni sekitar 25 ribu kepala keluarga transmigran dari Jawa serta transmigran lokal dari sejumlah wilayah di Provinsi Lampung sejak awal 1980-an.

(30)

5

Di wilayah KTM Mesuji, sektor perkebunan dan pertanian tanaman pangan merupakan sektor prioritas yang akan dikembangkan, dengan komoditi unggulan kelapa sawit, karet, padi irigasi, jagung dan singkong. Selanjutnya dalam pengembangan industri, indutri yang perlu dikembangkan adalah industri pengolahan komoditi unggulan tersebut, dengan arahan agar dapat memberikan nilai tambah (Dirjen P2MKT Depnakertrans, 2006).

Namun demikian, permasalahan produksi, pascapanen, distribusi, dan pemasaran masih sering terjadi. Hal ini sebagai akibat lemahnya dukungan sarana dan prasarana pertanian, sehingga kurang berhasil mewujudkan sistem agribisnis yang baik - yang pada gilirannya gagal menaikkan pendapatan petani sebagai pelaku utama proses produksi pertanian. Oleh karena itu, dukungan sarana dan prasarana pertanian perlu untuk dikembangkan dalam suatu rancang bangun pengembangan yang komprehensif. Kegiatan tersebut diharapkan dapat memberi dampak kepada penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi defisit perdagangan, serta meningkatkan keunggulan kompetitif produk-produk pertanian.

Disamping itu untuk memposisikan sektor pertanian melalui pendekatan agribisnis sebagai basis pengembangan kawasan transmigrasi akan dapat berhasil apabila permasalahan kegagalan kelembagaan yang dihadapi sektor pertanian selama ini dapat segera diatasi. Langkah awal yang diperlukan antara lain adalah dengan mempelajari jenis dan dinamika berbagai kelembagaan, faktor-faktor penentu kemajuan/kekagalan suatu kelembagaan yang terkait dengan pengembangan agribisnis dan kawasan.

(31)

6

Perumusan Masalah

Transmigrasi merupakan salah satu program pembangunan yang terutama diarahkan kepada pembangunan sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian diharapkan akan dapat mendukung peningkatan pendapatan, kesejahteraan dan pemerataan hasil pembangunan di kawasan transmigrasi. Keberhasilan Pembangunan Kawasan Transmigrasi akan sangat ditentukan oleh kemampuan strategi kebijaksanaan pertanian dalam meningkatkan keunggulan kompetitif produk-produk pertanian melalui pengembangan pusat-pusat agroindustri perdesaan. Program pengembangan KTM diharapkan dapat memacu pertumbuhan wilayah di dalam maupun di sekitar kawasan transmigrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan sebuah strategi pengembangan kewilayahan yang berbasis potensi agribisnis masyarakat dan kawasan.

Pembukaan kawasan transmigrasi pada awalnya ditujukan untuk menghasilkan produk pertanian. Peningkatan produksi pertanian diharapkan dari waktu ke waktu semakin meningkat dan dapat meningkatkan perekonomian desa-desa dan masyarakat di kawasan transmigrasi. Untuk mewujudkannya maka pengembangan kawasan transmigrasi hendaknya dilakukan dengan berbasis pada potensi agribisnis.

Pengembangan KTM yang berbasis agribisnis perlu didukung oleh sumberdaya lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditi pertanian pilihan, selain peningkatan efisiensi kegiatan budidaya pertanian, pemasaran hasil produksi, peningkatan nilai tambah kepada petani, maupun peningkatan daya saing komoditas pertanian. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi potensi pengembangan komoditas pilihan berupa sumberdaya fisik lahan dalam hal kesesuaiannya, potensi pasar maupun keunggulan komoditas pilihan.

(32)

7

dengan aksesbilitas yang rendah, serta berada di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau. Melalui paradigma baru pembangunan ketransmigrasian yang diimplementasikan dalam bentuk KTM, diharapkan akan dapat diwujudkan pembangunan kawasan transmigrasi yang lebih terintegrasi dengan kawasan sekitarnya.

Selain pertimbangan fisik, pengembangan sarana dan prasarana pelayanan hendaknya memperhatikan pertimbangan sosiologis yang disesuaikan dengan aspirasi masyarakat yang didukung oleh sistem kelembagaan yang memadai. Oleh karena itu pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas KTM perlu diidentifikasi, baik berdasarkan jumlah dan jenis infrastrukturnya maupun aspirasi masyarakat dan dukungan kelembagaan.

(33)

8

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi potensi pengembangan komoditas pilihan di kawasan

transmigrasi.

(2) Mengidentifikasi pusat petumbuhan dan aktivitas pelayanan kawasan transmigrasi berdasarkan jumlah dan jenis infrastrukturnya serta aspirasi masyarakat dan kelembagaan yang mendukung.

(3) Mengidentifikasi tipologi kelembagaan agribisnis yang berkembang di kawasan transmigrasi

(4) Menyusun arahan strategi pengembangan KTM melalui pengembangan pusat aktivitas wilayah, pengembangan komoditas pertanian dan kelembagaan agribisnis di kawasan pengembangan KTM pada kawasan transmigrasi Mesuji.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah perencanaan pengembangan KTM Mesuji di Kawasan Transmigrasi Mesuji yang meliputi Kecamatan Mesuji Timur dan Mesuji. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang cukup menarik untuk dijadikan studi pengembangan KTM.

(34)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 tahun 1997, transmigrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk secara sukarela dan berencana untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi pemukiman transmigrasi. Sasaran kegiatan transmigrasi adalah untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigran, membangun kemandirian dan mewujudkan integrasi di pemukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Tiga jenis transmigrasi yang telah dikembangkan Pemerintah adalah :

1. Transmigrasi umum, yaitu jenis transmigrasi yang sepenuhnya

diselenggarakan oleh pemerintah.

2. Transmigrasi swakarsa berbantuan, yaitu jenis transmigrasi yang dirancang oleh pemerintah bekerjasama dengan badan usaha sebagai mitra usaha transmigran.

3. Transmigrasi swakarsa mandiri yaitu jenis transmigrasi yang sepenuhnya merupakan prakarsa transmigran yang dilakukan baik melalui kerjasama dengan badan usaha maupun sepenuhnya dikembangkan transmigran atas arahan pemerintah.

(35)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Pembukaan kawasan transmigrasi pada awalnya ditujukan untuk menghasilkan produk pertanian. Peningkatan produksi pertanian diharapkan dari waktu ke waktu semakin meningkat dan dapat meningkatkan perekonomian desa-desa dan masyarakat di kawasan transmigrasi. Untuk mewujudkannya maka pengembangan kawasan transmigrasi yang berbasis pada potensi agribisnis perlu dilakukan dengan pengembangan dan peningkatan nilai tambah komoditas pilihan. Untuk itu, sumberdaya lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditi pertanian tertentu perlu diperhatikan, disamping potensi pemasaran hasil pertanian, ketersedian industri dan pengolahan hasil pertanian, maupun daya saing komoditas pertaniannya.

Fasilitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari sistem suatu daerah yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan di daerah tersebut. Fasilitas pelayanan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan transmigran. Fasilitas pelayanan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraanya.

(36)

20

Pusat-pusat aktivitas suatu wilayah sangat terkait dengan hierarki wilayah. Hierarki wilayah dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing wilayah. Fasilitas kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas itu mungkin harus ada di seluruh wilayah, tetapi kapasitas dan kualitas palayanannya harus berbeda. Makin maju suatu wilayah, semakin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya (Tarigan, 2005).

Sebagai bagian dari pengembangan wilayah, pembangunan transmigrasi hendaknya menjadi satu rangkaian aktivitas yang saling mendukung dan memberikan manfaaat yang menguntungkan dan berkeadilan. Hal tersebut dapat terwujud apabila didukung dengan adanya pengembangan kelembagaan. Pengembangan kelembagaan adalah proses dimana anggota-anggota masyarakat meningkatkan kapasitas kelembagaannya untuk memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesua dengan aspirasinya Oleh karena itu, dalam perkembangannya, kelembagaan dapat dilacak berdasarkan aspek historis atau riwayat (proses atau dinamikanya) dan keberlanjutan kelembagaan tersebut (institutional sustainability).

(37)
(38)

Pusat-Pusat Pertumbuhan dan

(39)

KAJIAN UMUM WILAYAH

Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Depnakertrans (2006) dalam hal ini pengembangan KTM menggunakan konsep Agropolitan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTM diantaranya luas kawasan transmigrasi, memiliki produk unggulan, skala ekonomi, akses, dan tingkat kepadatan penduduk yang relatif rendah. Disamping itu unit-unit permukiman transmigrasi yang telah ada diarahkan menjadi KTM harus memenuhi beberapa persayaratan diantaranya ketersediaan lahan, potensi sumber daya alam dan manusia, serta kelembagaan masyarakat yang mendukung.

Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

Kabupaten Tulang Bawang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.02 Tahun 1997, yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Utara. Luas wilayah Kabupaten Tulangbawang adalah 7.770,84 Km2 dan merupakan Kabupaten terluas di Propinsi Lampung, kurang lebih 22% dari luas wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang dipilih sebagai salah satu lokasi KTM karena memiliki potensi yang sangat besar sebagai kawasan pengembangan pertanian pangan dan perkebunan seperti padi, jagung, karet dan kelapa sawit.

Kawasan Transmigrasi Mesuji dipilih sebagai lokasi KTM karena letaknya yang strategis. Kawasan Transmigrasi Mesuji terletak di sekitar Jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan antara Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dan Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

(40)

42

Tulang Bawang ini adalah 46.559,94 Ha. Batas-batas lokasi ini adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Sebelah Selatan : Kecamatan Rawajitu Utara, dan

Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Raya.

Kecamatan Mesuji Timur dan Mesuji Lampung terdiri dari 22 desa, sebagaimana disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 4.

Tabel 7. Desa-desa di Lokasi KTM Kabupaten Tulang Bawang

No Nama Desa Lokasi Penempatan Tahun Penempatan

Kecamatan Keterangan

1 Tanjung Mas Makmur

Mesuji Atas SP6 1995-1996 Mesuji Timur Transmigrasi

2 Pangkal Mas Jaya Mesuji Atas UPT II 1993-1994 Mesuji Timur Transmigrasi 3 Pangkal Mas

Mulya

Mesuji Atas SP SP4 1994-1995 Mesuji Timur Transmigrasi

4 Muara Mas Mesuji Atas SP5 1994-1995 Mesuji Timur Transmigrasi 5 Tanjung Mas Jaya Mesuji Atas SP7 1995-1996 Mesuji Timur Transmigrasi 6 Tanjung Mas

Mulya

Mesuji Atas SP8 1995-1996 Mesuji Timur Transmigrasi

7 Eka Mulya Mesuji F SP1 1992-1993 Mesuji Timur Transmigrasi 8 Dwi Karya

Mustika

Mesuji F SP2 1993-1994 Mesuji Timur Transmigrasi

9 Wonosari Mesuji F SP3 1992-1993 Mesuji Timur Transmigrasi 10 Sungai Cambai Kampung Asli - Mesuji Timur Kampung Asli 11 Tanjung Meneng Mesuji I SP2 1983-1984 Mesuji Timur Transmigrasi 12 Talang Batu Kampung Asli - Mesuji Timur Kampung Asli 13 Margojadi Mesuji F SP1 1983-1984 Mesuji Timur Transmigrasi

14 Wiralaga I Kampung Asli - Mesuji

19 Mulyasari Mesuji Atas SP11 1997-1999 Mesuji Lampung

Transmigrasi

20 Sumber Makmur Mesuji Atas SP12 1997-1999 Mesuji Lampung

(41)

43

Ibukota Kecamatan Mesuji Lampung adalah Wiralaga, sedangkan Ibukota Kecamatan Mesuji Timur adalah Tanjung Mas Makmur. Jarak tempuh dari Wiralaga ke ibukota Kabupaten adalah 102 km, sedangkan jarak tempuh dari Tanjung Mas Makmur ke Ibukota Kabupaten adalah 117 km.

Berdasarkan studi Widiatmaka et al. (2006) rencana pusat Kota Transmigrasi Mandiri adalah Desa Tanjung Mas Makmur (Mesuji Atas SP.6). Jumlah transmigran yang telah dimukimkan di Desa Tanjung Mas Makmur adalah 500 Kepala Keluarga dan Penempatannya dilaksanakan pada Tahun 1995/1996. Secara administratif pembinaan warga transmigran di Desa Tanjung Mas makmur telah diserahkan kepada Pemda Kabupaten Tulangbawang pada Tahun 1999/2000.

Sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah tersebut adalah jalan dan jembatan yang dibangun pada awal penempatan transmigran, sehingga kedua sarana dan prasarana tersebut kondisinya sudah memprihatinkan. Di musim kemarau jalan masih dapat dilalui, namun pada saat musim hujan kendaraan roda empat tidak dapat melintas di jalan tersebut.

Ruas jalan yang terdapat pada wilayah KTM Mesuji adalah ruas jalan Simpang Pematang – Wiralaga sepanjang 40 Km dan ruas jalan Wiralaga – Mesuji Atas sepanjang 14 Km. Kondisi kedua ruas jalan ini dalam keadaan rusak berat. Ruas jalan ini juga merupakan jalan utama menuju ke Unit Pemukiman Transmigrasi binaan dan memiliki nilai aspek ekonomis untuk mendukung kegiatan ekonomi terhadap wilayah pemukiman transmigrasi disekitarnya.

(42)
(43)
(44)

45

Kondisi Fisik Wilayah

Kawasan Transmigrasi Mesuji merupakan wilayah dataran. Lokasi KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji, lahannya didominasi oleh kelas lereng <3 %, yaitu dengan luas lahan 46.411,68 hektar atau 97,95 % dari luas calon KTM Tulang Bawang. Di areal calon lokasi KTM tidak terdapat lahan yang memiliki kelas lereng >25 %. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah calon KTM sebagian besar memiliki kelas ketinggian <10 m dpl, yaitu dengan luas mencapai 87,86 % dari luas wilayah atau 41.631,83 hektar (Widiatmaka et al., 2006). Sebaran lahan berdasarlakan lereng dan ketinggian disajikan pada Tabel 8 dan 9

Tabel 8 Sebaran Lahan Berdasarkan Tingkat Kelerengan di Lokasi KTM

Jumlah 47.383,96 100,00

Tabel 9. Sebaran Lahan Berdasarkan Ketinggian di Lokasi KTM Kawasan

Jumlah 47.383,96 100,00

(45)

46

(USDA, 1987) Kanhapludults, Hapludox, dan Tropohumods. Kelompok tanah dengan ciri hidromorfik diantaranya adalah dari ordo Dystropepts, Fluvaquents, Sulfaquents, Quartzipsamments dan Psammaquents. Kelompok tanah pertama terutama menempati areal lahan kering di bagian barat areal studi, sementara kelompok tanah lahan basah berada di bagian timur, di sepanjang aliran Sungai Mesuji. Kelompok tanah gambut, yaitu dari ordo Tropohemists dan Sulfihemists hanya ada dalam jumlah sangat sedikit.

Cakupan formasi geologi di di Lokasi KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji terdiri atas Formasi Aluvium, Endapan Rawa, dan Muaraenim. Formasi Aluvium tersebar di sepanjang Sungai Mesuji yang merupakan batas dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan cakupan areal sebesar 10.914,40 hektar atau 23,44 % luas wilayah calon KTM Tulang Bawang. Formasi geologi lainnya adalah Endapan Rawa, yaitu mencakup 27.589,62 hektar (59,26 %). Formasi ini merupakan formasi yang memiliki luasan terbesar di wilayah calon lokasi KTM Mesuji. Formasi Muaraenim merupakan formasi yang paling kecil di wilayah calon KTM, cakupannya hanya sebesar 17,30 % dari luas calon KTM atau sebesar 8.055,92 hektar. Sebaran formasi geologi ini berada di bagian barat sampai ke selatan Lokasi calon KTM (Widiatmaka et al. 2006). Sebaran formasi geologi selengkapnya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Formasi Geologi di Lokasi KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji

No Geologi Luas

(46)

47

disajikan pada pada Tabel 11 dan 12. Suhu udara rata-rata maksimum adalah sebesar 31 oC.

Bila diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi iklim Oldeman, wilayah Kabupaten Tulang Bawang termasuk tipe iklim D4 yaitu tipe iklim dengan bulan basah 3-4 bulan berturut-turut, dan bulan keringnya >6 bulan berturut-turut. Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson, wilayah ini termasuk tipe iklim C, karena perbandingan antara bulan kering (<60 mm) dengan bulan basah (>100 mm) terdapat pada selang 33,3-60 %.

Tabel 11. Curah Hujan Rata-rata dan Iklim Kabupaten Tulang Bawang

No Bulan

Sumber : Database Perkebunan dan Kehutanan, 2005 dan Depnakertrans (2006)

Tabel 12 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan di Wilayah Mesuji Tahun 1995

(47)

48

(48)

IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN AKTIVITAS

PELAYANAN

Analisis Hierarki Pusat Wilayah

Pusat pelayanan mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah, yaitu sebagai kerangka untuk memahami struktur ruang wilayah. Dalam teori lokasi yang dikembangkan oleh Johann Heinrich von Thunen pada abad 19, diasumsikan daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi suatu pusat tertentu. Jenis pertanian yang diusahakan merupakan fungsi dari harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan antar lokasi budidaya dengan daerah perkotaan. Selanjutnya dikembangkan teori lokasi yang berorientasi pada keseimbangan spasial oleh Christaller dengan teorinya Central Place Theory, bahwa setiap produsen mempunyai skala ekonomi yang berbeda sehingga aktivitasnya akan menjadi efisien apabila jumlah konsumennya mencukupi. Oleh karena itu secara lokasional aktivitas dari suatu produsen ditujukan untuk melayani wilayah konsumen yang berada dalam suatu jarak atau range tertentu. Sehingga terdapat suatu hirarki dalam suatu wilayah untuk melakukan pelayanan agar menjadi optimal. Terdapat hierarki dari pusat pelayanan yang rendah yang berada di tingkat desa sampai ke pelayanan tingkat tinggi yang berada di kota besar.

Menurut Prakoso (2005) dalam Baskoro (2007) menyatakan bahwa perkembangan hierarki wilayah dan sistem kota tergantung pada tahapan pembangunan di suatu wilayah atau negara. Terdapat tiga tahapan perkembangan sistem kota, yaitu :

a. Sistem kota pada tahap pra-industrialisasi, yang terdiri hanya satu kota individual (urban nuckleus);

b. Sistem kota pada tahap industrialisasi, yang ditandai oleh terjadinya proses perkembangan pesat kota tunggal secara fisikal sebagai akibat urbanisasi

c. Sistem kota pada tahap post industrialisasi, yang ditandai oleh terbentuknya kota-kota regional.

Tahap post industrialisasi ditandai dengan adanya fenomena

(49)

79

fungsional di dalam wilayah ini memiliki kondisi yang khas berupa menurunnya fungsi kota utama dan mulai menyebarnya fungsi kota utama relatif ke kota-kota yang lebih kecil di wilayah pengaruhnya. Pada tahap akhir sistem perkotaan tersebut adalah beberapa kota kecil mengalami perkembangan ekonomi yang signifikan dan berkecenderungan menjadi kota menengah/secondary city, yang selanjutnya menyebabkan terbentuknya kota-kota kecil di wilayah perdesaan. Pembentukan kota-kota kecil di perdesaan juga berkaitan dengan hubungan fungsional yang erat diantara sistem perkotaan tersebut. Penataan sistem perkotaan yang memiliki hierarki dan keterkaitan merupakan elemen utama dalam penciptaan sistem tata ruang yang integratif, yaitu jenjang kota-kota yang meliputi pusat regional, pusat distrik, pusat sub distrik dan pusat lokal

Kunci bagi pertumbuhan sekaligus pemerataan suatu wilayah adalah melalui penciptaan hubungan (keterkaitan) yang saling menguntungkan antar pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan dengan wilayah pengaruhnya atau hinterland. Integrasi spasial di suatu wilayah dapat dilakukan dengan pengembangan pemukiman atau sistem kota-kota yang memiliki hierarki dan menciptakan suatu keterkaitan antar kota atau dengan mengintegrasikan pembangunan perkotaan dengan perdesaan, yaiu dengan membentuk jaringan produksi, distribusi dan pertukaran yang mantap mulai dari desa dan kota kecil. Dengan demikian diharapkan pusat-pusat tersebut dapat memacu perkembangan wilayah. Adanya hierarki dan spesialisasi fungsi kota-kota diharapkan terjadi keterkaitan secara fisik, ekonomi, mobilitas penduduk, teknologi, sosial, pelayanan jasa, interaksi sosial dan administrasi serta politik yang dapat

mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang dapat memacu

perkembangan wilayah.

(50)

80

secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain akan mempunyai hierarki paling tinggi dan akan menjadi pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Sebaliknya, suatu wilayah dengan jumlah dan jenis fasilitas umum serta sarana dan prasarana dengan kuantitas dan kualitas paling rendah merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain.

Kawasan Transmigrasi Mesuji terdiri dari 22 desa yang mempunyai karakteristik, fasilitas umum serta sarana dan prasarana yang beragam. Untuk menunjukkan hierarki atau tingkat perkembangan desa pada Kawasan Transmigrasi Mesuji disusun menurut urutan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan yang ada, serta indeks perkembangan desa. Semakin besar jumlah dan jenis fasilitas pelayanan dan indeks perkembangan desa maka semakin kuat peranan (dominasi) dan tingkat keutamaan suatu desa terhadap desa lain atau wilayah pada jenjang dibawahnya. Desa yang berhierarki tinggi berpotensi untuk menjadi pusat pertumbuhan dan pusat aktivitas pelayanan bagi wilayah tersebut. Berdasarkan analisis skalogram terhadap desa-desa dalam Kawasan Transmigrasi Mesuji, diperoleh hierarki desa-desa dalam Kawasan Transmigrasi Mesuji, disajikan pada Tabel 28 dan 29

Tabel 28 Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah Dan Jenis Fasilitas Pelayanan.

No Nama Desa Kecamatan Jumlah jenis Fasilitas

Jumlah Fasilitas Hirarki Wilayah

(51)

81

Tabel 29 Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Indeks Perkembangan Desa Terstandarisasi

No Desa Kecamatan Indeks Perkembangan

Desa

16 Tanjung Serayan Mesuji Lampung 25,20 III

17 Tirta Laga Mesuji Lampung 24,27 III pada hierarki I, 5 (lima) desa berada pada hierarki II dan 15 (lima belas) desa pada hierarki III. Desa-desa pada hierarki I mempunyai potensi yang lebih besar dikembangkan sebagai inti yang merupakan pusat pertumbuhan atau desa pusat aktivitas pelayanan pada kawasan KTM karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas pendukung perkembangan wilayah yang lebih lengkap.

Desa-desa yang berada pada hierarki I meliputi Tanjung Mas Makmur dan Margojadi. Sedangkan 20 desa lainnya termasuk pada hierarki II dan III, yang merupakan desa hinterland atau desa penyokong. Desa hierarki II meliputi Desa Sidomulyo, Wonosari, Muara Mas, Dwi Karya Mustika, Tanjung Mas Mulya (berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan) dan Desa Wonosari, Sidomulyo, Talang Batu/T Gunung, Wiralaga I, Sungai Badak (berdasarkan Indeks Perkembangan Desa)

Menurut Rustiadi et al. (2004) inti adalah pusat-pusat

pelayanan/pemukiman sedangkan plasma adalah daerah belakang

(52)

82

berfungsi sebagai kawasan produksi yang bisa menjadi wilayah suplai bagi wilayah inti.

Asumsi dasar penentuan pusat pelayanan adalah bahwa wilayah yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap atau memiliki ranking hierarki paling tinggi, semakin besar pula potensinya untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan. Berdasarkan hierarki desa-desa dari analisis skalogram berbasis sarana dan pra sarana serta indeks perkembangan desa, maka Desa Tanjung Mas Makmur lebih layak untuk dijadikan sebagai pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan di wilayah KTM Kawasan Transmigrasi Mesuji. Hal ini karena Desa Tanjung Mas Makmur memiliki jumlah sarana, prasarana dan indeks perkembangan desa yang paling tinggi sehingga berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan. Desa Tanjung Mas Makmur merupakan pusat pelayanan Kecamatan Mesuji Timur yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Mesuji yang pada tahun 2006 telah dimekarkan menjadi Kecamatan Mesuji Lampung dan Kecamatan Mesuji Timur.

Disamping itu berdasarkan pengamatan, Desa Tanjung Mas Makmur selain merupakan pusat kecamatan yang didukung dengan fasilitas-fasilitas pelayanan seperti kantor kecamatan, puskesmas, KUA, pos polisi, juga terdapat pasar yang merupakan tempat transaksi ekonomi bagi penduduk di desa-desa kawasan sekitarnya, baik desa-desa dalam kawasan transmigrasi Mesuji maupun desa-desa di kawasan sekitarnya seperti dari Kecamatan Rawajitu, Tanjung Raya, Simpang Pematang dan desa-desa lain yang ada di Kawasan Transmigrasi Propinsi Sumatera Selatan yang letaknya bersebelahan, sehingga menjadi tempat berkumpulnya penduduk untuk membeli dan menjual berbagai kebutuhan hidup dan hasil produksi pertanian. Hal ini dikarenakan secara geografis, lokasi Desa Tanjung Mas Makmur terletak persis di tengah-tengah Kawasan Transmigrasi Mesuji.

(53)

83

karena didukung oleh ketersediaan sarana, pra sarana yang ada, kesetrategisan lokasi dan adanya dukungan kebijakan baik dari pemerintah maupun masyarakat setempat

Desa-desa pada hierarki II seperti Desa Sidomulyo, Wonosari, Muara Mas, Dwi Karya Mustika, Tanjung Mas Mulya (berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan), dan Desa Wonosari, Sidomulyo, Talang Batu/Talang Gunung, Wiralaga I, Sungai Badak (berdasarkan indeks perkembangan desa). Desa-desa tersebut dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan agroindustri berupa pengolahan bahan pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis dan sebagai pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry services). Pada daerah-daerah tersebut dapat dikembangkan industri pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO, pabrik pengolahan getah karet dan pabrik penggilingan padi (RMU) dengan kapasitas besar.

Desa-desa pada hierarki III merupakan wilayah hinterland, berfungsi sebagai pusat produksi komoditas pertanian yang dipergunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Hasil analisis skalogram berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan menunjukkan desa-desa Hierarki III terdiri dari Desa Eka Mulya, Tanjung Menang, Talang Batu/Talang Gunung, Wiralaga I, Pangkal Mas Jaya, Tanjung Mas Jaya, Sungai Badak, Tanjung Serayan, Tirta Laga, Pangkal Mas Mulya, Sumber Makmur, Mulyo Sari, Sungai Cambai, Wiralaga II Nipah Kuning. Sedangkan Hasil Analisis Skalogram berdasarkan Indeks Perkembangan Desa diperoleh desa-desa Hierarki III yaitu Desa Tanjung Menang, Eka Mulya, Muara Mas, Wiralaga II Sumber Makmur, Dwi Karya Mustika, Tanjung Mas Mulya, Pangkal Mas Jaya, Tanjung Serayan, Tirta Laga, Nipah Kuning, Mulyo Sari, Pangkal Mas Mulya, Tanjung Mas Jaya, Sungai Cambai.

Menurut Rustiadi et al. (2005) dalam konteks tata ruang, secara umum struktur hierarki desa-desa dalam kawasan agropolitan adalah:

(54)

84

b. Orde Kedua atau Kawasan Pusat Agropolitan, berfungsi sebagai pusat kegiatan agroindustri berupa pengolahan bahan pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agrobisnis dan sebagai pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry services).

c. Orde Ketiga atau wilayah hinterland, berfungsi sebagai pusat produksi komoditas pertanian yang dipergunakan sebagai bahan baku industri pertanian.

Gambaran Hierarki desa-desa berdasarkan indeks perkembangan desa, jumlah dan jenis fasilitas pelayanan serta gambaran aktivitas pasar di Desa Tanjung Mas Makmur seperti disajikan pada Gambar 14, 15 dan 16

(55)

85

Gambar 15 Peta Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji berdasarkan Jumlah dan Jenis Fasilitas Pelayanan

Gambar 16 Pasar di Desa Tanjung Mas Makmur yang menjadi tempat transaksi ekonomi bagi desa-desa di sekitar Kawasan Transmigrasi Mesuji

Analisis Persepsi Stakeholder

(56)

86

dengan analisis proses hierarki analitik (Analytical hierarchy process/AHP). Analisis ini menyediakan prosedur yang efektif untuk mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks, serta memeriksa konsistensi dalam penilaian oleh tim sehingga mengurangi bias pengambilan keputusan.

Dalam penentuan pusat aktivitas pelayanan terdapat dua alternatif pusat aktivitas yaitu Desa Tanjung Mas Makmur dan Desa Margojadi, yang berdasarkan analisis skalogram merupakan desa dengan hierarki I. Berdasarkan analisis AHP, ternyata Desa Tanjung Mas Makmur menunjukkan dapat dijadikan sebagai pusat aktivitas pelayanan KTM. Presentase skor untuk Desa Tanjung Mas Makmur mencapai 85,6% dengan nilai inkonsistensi sebesar 0,02. Nilai ini berada di bawah 0,1 yang berarti bahwa responden telah memenuhi syarat kekonsistenan dalam memberikan bobot nilai pada setiap aspek dan kriteria. Hal ini disajikan pada Gambar 16 berikut.

Goal Kriteria Alternatif

Gambar 17 Hasil AHP terhadap penentuan pusat aktivitas pelayanan KTM

(57)

87

Hasil AHP menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi prioritas kebijakan penentuan pusat aktivitas pelayanan KTM sebagai berikut : 1. Alternatif kebijakan yang dipilih oleh para responden dapat diketahui bahwa

Desa Tanjung Mas Makmur lebih prioritas untuk dijadikan pusat aktivitas pelayanan dibandingkan Desa Margojadi, dengan perbandingan skor 0,856 untuk Desa Tanjung Mas makmur dan 0,144 untuk Desa Margojadi

2. Bila dilihat dari kriteria kebijakan penentuan Desa Tanjung Mas Makmur sebagai pusat aktivitas pelayanan antara faktor sumberdaya wilayah, sosial fisik wilayah dan perekonomian wilayah. Faktor sosial fisik wilayah menjadi pertimbangan utama responden dengan skor 0,449, pertimbangan berikutnya sumberdaya wilayah dengan skor 0,301, dan perekonomian wilayah dengan skor 0,251.

3. Pada sub kriteria sosial fisik wilayah, antara faktor kependudukan dan kesetrategisan lokasi, maka faktor kesetrategisan lokasi menjadi pertimbangan yang lebih diprioritaskan dalam penentuan pusat aktivitas pelayanan dengan skor 0,690 dibandingkan dengan faktor kependudukan dengan skor 0,310. Kesetrategisan lokasi Desa Tanjung Mas Makmur seperti disajikan pada peta Gambar 18 berikut.

(58)

88

Ikhtisar

Penentuan pusat aktivitas pelayanan melalui pendekatan kuantitatif yang diukur dengan menggunakan analisis skalogram berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan dan indeks perkembangan desa, menunjukkan bahwa Desa Tanjung Mas Makmur dan Margojadi berada pada Hierarki I, hal ini menunjukkan kedua desa tersebut dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan. Untuk menentukan desa mana yang menjadi prioritas kebijakan untuk dijadikan pusat pelayanan, berdasarkan analisis terhadap persepsi masyarakat dan pemegang kebijakan (Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dengan menggunakan AHP diperoleh hasil bahwa Desa Tanjung Mas Makmur menjadi prioritas untuk dikembangkan menjadi Pusat Aktivitas Pelayanan KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji. Berdasarkan hasil analisis AHP, Faktor Sumberdaya Sosial Fisik Wilayah yaitu kesetrategisan lokasi menjadi bahan pertimbangan utama dalam penentuan Pusat Aktivitas Pelayanan.

Desa-desa pada hierarki II seperti meliputi Desa Sidomulyo, Wonosari, Muara Mas, Dwi Karya Mustika, Tanjung Mas Mulya (berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan) dan Desa Wonosari, Sidomulyo, Talang Batu/Talang Gunung, Wiralaga I, Sungai Badak (berdasarkan indek perkembangan desa). Desa-desa ini dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan agroindustri berupa pengolahan bahan pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agrobisnis dan sebagai pusat pelayanan agroindustri khusus (special agroindustry services) pada daerah-daerah tersebut dapat dikembangkan industri pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO, pabrik pengolahan getah karet dan Pabrik Penggilingan Padi (RMU) dengan kapasitas besar.

(59)

89

Gambar

Gambar 24 Peta Tipologi Kelembagaan Sustain Menurut Hierarki Wilayah di Kawasan
Gambar 26 Peta Tipologi Kelembagaan Semi Sustain dengan Kendala Tata Kelola (Governance)  menurut Hierarki Wilayah di Kawasan Transmigrasi Mesuji
Gambar 27 Peta Tipologi Kelembagaan tidak sustain menurut Hierarki Wilayah di
Gambar 1.  Bagan Kerangka Pikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Baitul Maal Wattamwil (BMT) bersifat komersial berdasarkan akad perjanjian, simpan pinjam wadiah, simpan mudharabah dan penyertaan ( syirkah ) kepada masyarakat

Berdasarkan pendidikan, lulusan SMP/SMA 1,2 kali lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok dibandingkan dengan yang lulusan SD/Tidak Sekolah, untuk usia, responden yang

Dengan persaingan-persaingan itu maka terbentuklah persekutuan militer (aliansi). Ada dua persekutuan, yakni Triple Alliantie yang kemudian dikenal dengan “Blok Sentral”

revolusi diam-diam, yang sedang terjadi dalam kompetisi antar partai di Indonesia, yang dicerminkan oleh munculnya televisi sebagai medium utama penyebaran informasi politik

Apabila terdapat keberatan terhadap hasil evaluasi dokumen prakualifikasi dapat mengajukan sanggahan secara elektronik kepada Pokja Unit Layanan Pengadaan Barang/ Jasa

Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari kelima ekstraksi memperlihatkan hanya ekstrak A.chromis dan C.aerizusa yang aktif terhadap bakteri B.megaterium dengan nilai

8/11/DPbs tanggal 7 Maret 2006 perihal Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan serta Laporan tertentu dari Bank yang disampaikan kepada Bank

Kemudian yang menjadi latar sosial antara pria dan wanita dalam novel ini adalah saat berhubungan percintaan dalam sosial masyarakat modern di jepang yang