• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi dan Permasalahan Kawasan DTW Taman Bali Raja

BAB II TINJAUAN DTW TAMAN BALI RAJA

H. Preservasi dan Konservasi

2.4 Potensi dan Permasalahan Kawasan DTW Taman Bali Raja

Dawa yang sekarang disebut Sidawa sampai diutara beliau menjumpai tanah yang menyerupai sebuah bukit, dilihatnya tanah tersebut bergerak naik sedikit demi sedikit, karena I Dewa Garba Jata terus memperhatikan tanah tersebut pun berhenti bergerak sehingga diberi nama Bukit Buwung. Dari atas Bukit Buwung I Dewa Garba Jata melihat asap di selatan dan kemudian beliau kembali ke selatan dan bertemulah I Dewa Garba Jata dengan ayahnya di Pura Taman di Pelinggih Pulo. Dari pelinggih inilah I Dewa Garba Jata melihat kepulan asap, sehingga pelinggih ini diberi nama Pelinggih Pulo.

Sang Anom lalu memberi pesan kepada I Dewa Garba Jata untuk kembali pulang dan menjaga ibunya, maka I Dewa Garba Jata kembali pulang ke Jero Puri dan menceritakan semuanya kepada ibunya. Sang Anom Bagus memiliki kesaktian yang luar biasa maka kemudian Sang Anom Bagus mendirikan Kerajaan Tamanbali. Dalam amsa pemerintahannya inilah kemudian Sang Anom mendirikan suatu tempat pemujaan yakni Pura Kawitan Mahagotra Tirta Harum dan juga Taman Narmada Bali Raja (Dwijendra, 2010).

Berdasarkan wawancara dengan Pemangku Pura Taman Narmada Bali Raja pada 08 Oktober 2015, pada tahun 1970 muncul seekor ular berkepala tiga dari tengah taman, pengelingsir Maha Gotra Tirta Harum meyakini hal tersebut merupakan petunjuk dari leluhur untuk tetap memperhatikan Pura Taman Narmada Bali Raja, sehingga pada tahun 1972 Pura Taman Narmada dikembangkan dan dilengkapi dengan natar yang difungsikan untuk tempat persembahyangan yang tepat berada di sebelah timur Pelinggih Pulo. Pada tahun 1974 Karya Agung pertama kali dilaksanakan di Pura Taman Narmada Bali Raja. Dan pada tahun 2006 pemugaran terhadap pelinggih dilakukan melihat kondisi Pelinggihpura yang telah rusak, dan ditambahkan bale gong serta penataan layout pada area pura , sehingga sirkulasi yang nyaman pun tercipta saat Piodalan

dilaksanakan.

2.4Potensi dan Permasalahan Kawasan DTW Taman Bali Raja

Potensi dan permasalahan di Kawasan DTW Taman Bali Raja dapat ditinjau dari aspek fisik dan non fisik diantaranya :

26

A.Tata Guna Lahan

1. Potensi

DTW Taman Bali Raja memiliki potensi tata guna lahan dengan pengelompokan berupa aktifitas, fungsi dan karakter dari lahan. Fungsi yang mendukung aktifitas pada DTW Taman Bali Raja, seperti fungsi komersial, fungsi rekreasi, fungsi service. Dengan adanya pengelompokan dari setiap aktifitas, fungsi, dan karakter lahan akan memudahkan penataan dan perencanaan baik secara makro ataupun mikro. Lahan yang ada akan disesuaikan dengan pengelompokan sesuai aktifitas, fungsi dan karakter lahan, lihat Gambar 2.23

2. Permasalahan

Tidak adanya pengelompokan sesuai aktifitas, fungsi, dan karakter lahan sehingga potensi lahan yang ada pada DTW Taman Bali Raja belum secara optimal.

B.Tata Bangunan

1. Potensi

Penggunaan material dari batu padas hitam yang mendominasi pada pelinggih-pelinggih di area pura, dengan ukiran Arsitektur Tradisional Bali, lihat Gambar 2.24.

Gambar 2.23 Potensi lahan kosong disesuaikan dengan pengelompokan Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

27

2. Permasalahan

Bale Pesandekan sebagai bangunan pendukung yang terdapat di Nista Mandala tidak selaras dalam penggunaan material seperti pelinggih-pelinggih utama yang ada di area Utama Mandala dan Madya Mandala, lihat Gambar 2.25.

C.Sirkulasi dan Parkir

1. Potensi

Komponen sirkulasi (pejalan kaki, kendaraan bermotor, street furniture)

dapat dipisahkan sehingga sirkulasi dan parkir akan menjadi efisien. Sirkulasi untuk civitas kegiatan sakral dan kegiatan propan dapat dipisahkan. Penggunaan

Gambar 2.24 Penggunaan material batu padas dan ukiran Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

Gambar 2.25 Bale Pesandekan yang belum menggunakan batu padas dan ukiran Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

28

jenis parkir dapat berupa parkir di luar jalan (off street parking) yang dalam bentuk parkir terbuka, lihat Gambar 2.26

2. Permasalahan

Komponen sirkulasi (pejalan kaki, kendaraan bermotor, street furniture)

masih menjadi satu sehingga efisiensi dalam sirkulasi tidak tercipta, parkir masih pada badan jalan (on street parkir)

D.Ruang Terbuka

1. Potensi

Ruang terbuka pada DTW Taman Bali Raja menurut penggolongan ruang terbuka menurut kegiatannya dapat dijadikan sebagai ruang terbuka aktif, karena kegiatan didalamnya terkesan mengundang, sehingga akan dijadikan sebagai tempat bermain, tempat rekreasi dan bersantai, lihat Gambar 2.27

Gambar 2.26 Lahan kosong untuk parkir Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

Gambar 2.27 Ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

29

2. Permasalahan

Belum dimanfaatkannya ruang terbuka yang ada pada Taman Bali Raja dari aspek aktifitas yang pernah ada, sehingga fungsi yang ada tidak menjadi optimal, lihat Gambar 2.28.

E.Jalur Pejalan Kaki

1. Potensi

Jalur pejalan kaki pada DTW Taman Bali Raja dapat menggunakan tipe jalur pejalan kaki yaitu jalur pedestrian penuh yang dirancang sepenuhnya untuk pejalan kaki tanpa adanya kendaraan yang melintas, yang nantinya dirancang di dalam kawasan taman. Jalur semi pedestrian pada area parkir dengan kecepatan kendaraan 10 km/jam, lihat gambar 2.29

Gambar 2.28 pemanfaatan yang belum optimal pada ruang terbuka hijau Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

Gambar 2.29 Jalur pedestrian penuh pinggir area persawahan Sumber : Survey Lapangan, 12/12/2015

30

2. Permasalahan

Tidak adanya keseimbangan antara penggunaan jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan, masyarakat sekitar yang mengakses persawahan melalui DTW Taman Bali Raja mengendarai kendaraannya pada jelur pejalan kaki sehingga elemen yang digunakan pada jalur pejalan kaki tersebut mengalami kerusakan dan kesan menarik dan nyaman pun tidak ada, lihat Gambar 2.30

F.Aktifitas Pendukung

1. Potensi

Aktifitas pendukung perlu diadakan di kawasan Pura Taman Narmada Bali Raja,dan untuk menunjang kegiatan komersial di DTW Taman Bali Raja nantinya, sehingga pada saat Piodalan Pengempon ,Pemedek dan pengunjung dapat memanfaatkan semua aktifitas pendukung berupa fasilitas komersial yang ada seperti warung, restoran, art shop. Aktifitas pendukung ini nantinya akan dekat dengan jalur pejalan kaki dan ruang terbuka.

2. Permasalahan

Belum adanya aktifitas pendukung di kawasan pura seperti toilet, warung, bale bengong. Sehingga pengadaan aktifitas pendukung tersebut nantinya akan

sangat bermanfaat bagi Pemedek Pura, Pengempon, dan pengunjung DTW Taman

Bali Raja.

Gambar 2.30 Kondisi jalur pejalan kaki yang sering dilalui kendaraan Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

31

G.Penandaan

1. Potensi

Penandaan pada DTW Taman Bali Raja sesuai kriteria perancangan sistem petanda, penampilan petanda memiliki elemen dekoratif, penyajian lebih dari satu bahasa, penempatan petanda pada dinding bangunan yang telah ada ataupun dengan sendirinya.

2. Permasalahan

Petanda yang penempatannya tidak sesuai dengan faktor lingkungan sekitar dan visual yang terkesan kurang, sehingga tidak terlihat dengan jelas penadaan yang telah ada, lihat Gambar 2.31

Gambar 2.31Kondisi penandaan tapal batas Dusun Sidawa Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015

Dokumen terkait