IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Kajian Pengembangan Produk4.1.Kajian Pengembangan Produk
4.1.1. Potensi bahan baku
Pengembangan produk kayu manis di daerah Sumatera Barat menjadi beberapa produk lanjutan yaitu bubuk kayu manis dan minyak atsiri kayu manis perlu ditunjang oleh adanya bahan baku kayu manis yang mencukupi dan tersedia secara terus menerus. Untuk itu perlu diketahui kondisi produksi kayu manis di beberapa daerah Sumatera Barat dan perkiraan produksinya untuk beberapa tahun yang akan datang.
Daerah Sumatera Barat merupakan pusat produksi tanaman kayu manis di Indonesia. Produksi tanaman kayu manis di daerah selama sepuluh tahun terakhir ini cenderung mengalami peningkatan, namun peningkatan produksi tidak begitu besar. Pertumbuhan produksi kulit kayu manis kering dapat dilihat pada Tabel 6.
Kecilnya peningkatan produksi kayu manis setiap tahun disebabkan oleh pengaruh harga pasaran produk kulit kayu manis yang juga tidak mengalami peningkatan yang berarti terutama di tingkat petani. Kondisi tersebut menyebabkan petani melakukan panen kayu manis hanya pada saat membutuhkan uang atau pada saat harga pasaran kayu manis membaik. Pada saat harga kulit kayu manis di pasaran cukup tinggi maka petani akan meningkatkan produksi tanaman kayu manisnya, sebaliknya bila harga kulit kayu manis di pasaran rendah, maka petani menunda untuk memanen tanaman kayu manisnya.
Tabel 6. Pertumbuhan produksi kayu manis di Sumatera Barat
Tahun Produksi (ton) Pertumbuhan (%)
1999 20.499 -11,73 2000 18.093 -5,079 2001 17.174 24.46 2002 21.375 97,65 2003 42.248 2,70 2004 43.389 5,708 2005 45.866 -22,80 2006 35.407 0,497 2007 35.231 0,697 2008 35.407 1,087
Peningkatan harga kulit kayu manis di pasaran dapat mendorong petani untuk menigkatkan produksi kulit kayu manis dan perluasan areal penanaman kayu manis. Peningkatan produksi dan perluasan areal penanaman diperlukan untuk menjamin kelangsungan usaha pengolahan kulit kayu manis. Perkembangan luas areal penanaman kayu manis dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan luas lahan
Tahun Luas lahan (ha) Pertumbuhan (%)
1999 42.317 6,094 2000 44.896 14,070 2001 51.216 2,036 2002 52.259 10,240 2003 57.611 0,020 2004 57.623 0,026 2005 57.638 -0,586 2006 57.300 0,872 2007 57.800 0,254 2008 57.947 0,048
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perkembangan luas lahan perkebunan rakyat cenderung mengalami sedikit peningkatan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penanaman kayu manis adalah dalam bentuk perkebunan rakyat yang diusahakan oleh petani dengan luas lahan yang kecil. Rendahnya peningkatan luas areal penanaman juga disebabkan karena tidak adanya insentif bagi petani untuk mendorong perluasan areal. Adanya insentif berupa jaminan pasar yang jelas dan harga yang lebih baik akan mendorong petani untuk memperluas kebunnya, untuk itu diperlukan adanya suatu industri pengolahan kayu manis yang akan menampung hasil produksi kayu manis petani.
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan perbaikan cara budidaya dan pemeliharaan tanaman serta dengan perluasan areal penanaman dengan mempertimbangkan daerah yang potensial untuk penanaman kayu manis. Hampir di semua daerah kabupaten/kotamadya di Sumatera Barat ditanami kayu manis. Beberapa daerah kabupaten memiliki lahan penanaman kayu manis dengan luas areal yang cukup besar yaitu dengan total lahan lebih dari seribu hektar, sehingga daerah-daerah tersebut berpotensi besar untuk pengembangan usaha penanaman kayu manis. Data penyebaran areal penanaman kayu manis di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa luas areal penanaman terbesar terdapat di daerah kabupaten Solok, Tanah Datar, Agam dan Tanah Datar. Daerah Solok mempunyai areal dengan tanaman yang belum siap panen paling besar yaitu 2.459 ha, hal ini disebabkan karena di daerah ini banyak dilakukan penanaman baru untuk tanaman kayu manis. Selain itu tanaman yang siap panen juga cukup besar yaitu 7.396 ha, dengan jumlah petani yang terlibat dalam usaha penanaman yang cukup besar yaitu hampir mencapai 50.000 KK. Dengan adanya potensi bahan baku yang cukup besar maka daerah ini sangat potensial untuk menjaga kestabilan bahan baku dan dapat mempunyai usaha produksi kulit kayu manis menjadi produk lanjutan seperti bubuk kayu manis dan minyak kayu manis.
Tabel 8. Luas areal dan produksi perkebunan kayu manis di daerah tingkat II Sumatera Barat (tahun 2007)
Kabupaten/Kotamadya Tanaman belum siap panen (Ha) Tanaman siap panen (Ha)
Jumlah (Ha) Produksi (ton)
Jumlah KK (petani) Kab. Pesisir Selatan 1.440 121 1.587 122 7.935 Kab. Solok 2.459 7.396 9.855 5.445 49.275
Kab. Swl/Sijunjung 96 572 670 729 3.350
Kab. Tanah Datar 1600 3.551 5.153 6.728 25.765 Kab. Padang Pariaman 569 4.216 4.791 5.983 23.955
Kab. Agam 613 6.970 7.583 7.244 37.915
Kab. Limapuluh Kota 1.340 1.533 2.873 1.776 14.365
Kab. Pasaman 0 582 582 657 2.910
Kab. Solok Selatan 400 3.640 4.040 5.744 20.200
Kab. Pasaman Barat 58 69 127 121 635
Kod. Padang 100 194 294 329 1.470
Kod. Solok 162 93 255 99 1.275
Kod. Sawahlunto 38 116 160 126 800
Kod. Padang Panjang 142 30 172 44 860
Kod. Bukittinggi 7 41 48 82 240
Kod. Payakumbuh 89 0 89 0 445
Jumlah 9.043 29.126 38.300 35.231 191.500
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia (2007)
Di daerah Kabupaten Agam, areal tanaman yang belum siap panen sangat kecil yaitu 613 ha, sedangkan yang siap panen lebih besar yaitu 6.970 ha. Hal ini disebabkan karena pada daerah ini lebih banyak tanaman tua atau tanaman warisan turun temurun sehingga tidak banyak dilakukan penanaman baru dan lebih banyak terdapat tanaman tua yang siap untuk dipanen. Jumlah petani yang mengusahakan penanaman kayu manis di Kabupaten Agam cukup besar, yaitu lebih dari 30.000 kepala keluarga (KK). Untuk pengembangan usaha penanaman maka daerah ini cukup potensial sebagai daerah penghasil bahan baku kayu manis untuk menunjang industri pengolahan kayu manis dengan melakukan usaha penanaman baru.
Daerah lain yang potensial adalah Kabupaten Tanah Datar, karena di daerah ini usaha penanaman kayu manis telah berkembang dengan cukup baik,
yang ditunjang oleh kebijakan pemerintah daerah yang berharap menjadikan daerah ini menjadi penghasil utama kayu manis. Di daerah ini juga telah berkembang usaha pemasaran dalam bentuk usaha koperasi.
Pemasaran
Pemasaran kulit kayu manis ditujukan untu pasaran ekspor, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pengembangan produk kayu manis menjadi beberapa produk lanjutan diharapkan dapat membuka pasar baru bagi produk kayu manis. Sebagian besar ekspor kulit kayu manis masih dalam bentuk gulungan kulit kering, hanya sedikit ekspor dalam bentuk kayu manis bubuk. Pemasaran produk kayu manis menurut negara tujuan ekspor pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 9.
Amerika Serikat merupakan pasar yang paling penting bagi kulit kayu manis Sumatera Barat karena ekspor ke negara ini merupakan 88% dari total produksi kayu manis Sumatera Barat dengan nilai sebesar 7.678 juta US $. Pemasaran kulit kayu manis ke negara lain seperti Eropa masih lebih kecil dan mempunyai peluang untuk ditingkatkan. Harga jual kulit kayu manis untuk tujuan ekspor rata-rata adalah US$1,5/kg atau Rp. 12.000/kg (pada nilai US$ 8000).
Di dalam dunia perdagangan internasional, kulit kayu manis asal Indonesia (Cinnamomum burmanii), sangat disukai di Amerika dan beberapa negara di Eropa (Sanusi dan Isdiyoso, 1977). Oleh karena itu peluang untuk meningkatkan ekspor kulit kayu manis masih sangat besar terutama untuk pasaran Eropa, dengan memperbaiki kualitas produk kulit kayu manis agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Mutu kulit kayu manis Indonesia masih perlu ditingkatkan terutama dalam hal kebersihan dari jamur serta kadar air yang masih belum memenuhi standar. Oleh karena itu, meskipun volume ekspor kulit kayu manis Indonesia cukup besar, tetapi nilainya relatif berfluktuasi tergantung pada mutu kulit kayu manis yang dihasilkan. Agar nilai ekspor meningkat, selain memperbaiki mutu produk, maka alternatif ekspor dapat dikembangkan dalam bentuk produk olahan.
Tabel 9. Negara tujuan ekspor kayu manis (tahun 2007)
No Bahan ekspor Negara Volume (ton) Nilai (US
$) 1 Gulungan kulit kering
Kayu manis Amerika Serikat 9.721 7.678 Thailand 1.771 1.273 Belanda 1.561 1.174 Jerman 995 888 Malaysia 982 645 Brasil 947 610 Perancis 603 489 Pakistan 601 482 Philipina 579 443 Lain-lain 4.683 3.131 Jumlah 22.443 16.813
2 Kulit kayu manis Chip (pecahan) India 8.999 5.458 Amerika Serikat 1.185 510 Uni Emirat Arab 1.028 510 Singapura 296 131 Mesir 147 73 Brazil 144 24 Venezuela 122 21 Aljazair 115 28 Malaysia 107 90 Lain-lain 736 2.131 Jumlah 12.880 9.367
3 Bubuk kayu manis Amerika Serikat 7.397 5.142
Uni Emirat Arab 1.131 310 Belanda 771 461 Brazil 619 260 India 615 392 Kanada 560 361 Aljazair 439 158 Swedia 424 302 Singapura 421 212 Maroko 393 209 Jerman 362 250 Lain-lain 2.242 1.502 Jumlah 15.374 9.560 Total 50.696 35.740
Di pasaran Sumatera Barat, harga kulit kayu manis rata-rata lebih rendah dan cenderung tidak mengalami peningkatan yang berarti selama lima tahun terakhir. Harga kulit kayu manis di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Harga kulit kayu manis di Sumatera Barat
Tahun Harga kulit kayu manis
2001 Rp. 4113/kg 2002 Rp.4083/kg 2003 Rp.2475/kg 2004 Rp.4117/kg 2005 Rp.3689/kg 2006 Rp.4104/kg
Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Barat (2007)
Untuk meningkatkan harga jual kulit kayu manis dapat dilakukan dengan peningkatan mutu di tingkat petani sehingga petani akan memperoleh peningkatan pendapatan. Namun di tingkat eksportir, harga kulit kayu manis rata-rata berkisar antara 1 – 2 US $ per kg dan sulit mencapai harga yang lebih tinggi lagi karena adanya negara pesaing yang dapat menghasilkan kulit kayu manis dengan harga yang lebih rendah. Untuk meningkatkan nilai tambah produk kulit kayu manis maka perlu dikembangkan produk lanjutan seperti minyak kulit kayu manis yang mempunyai harga jual yang lebih tinggi.
Minyak kulit kayu manis cukup banyak diminati oleh negara-negara pengimpor kayu manis seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda untuk keperluan industri makanan, kosmetika dan farmasi. Harga minyak kayu manis mencapai 240 US $ per kgnya dan jumlah kebutuhannya sekitar 200-250 ton per tahun. Selama ini kebutuhan minyak kayu manis dipenuhi oleh negara pengekspor kayu manis lainnya seperti Srilangka yang mengekspor dalam jumlah yang kecil serta Cina yang mengekspor dalam jumlah yang lebih besar tetapi mutu dan harganya lebih rendah. Indonesia sebagai pengekspor kayu manis yang cukup besar dengan mutu yang lebih baik dari Cina, mempunyai peluang untuk memenuhi kebutuhan minyak atsiri kayu manis.
Teknologi
Tingkat teknologi yang digunakan untuk mengembangkan proses pengolahan kulit kering kayu manis menjadi produk lanjutan berupa bubuk dan minyak kayu manis cukup sederhana. Untuk membuat kulit kering kayu manis hanya dengan membersihkan dan mengikis kulit kayu manis, kemudian dijemur dengan sinar matahari, setelah kering maka akan terbentuk gulungan kulit kering kayu manis. Gulungan kulit kering kayu manis kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran standar pemasaran untuk ekspor dengan gergaji pemotong.
Dari proses pemotongan dengan gergaji pemotong, akan diperoleh beberapa bentuk produk yaitu berupa gulungan kulit kayu manis yang sesuai dengan standar pemasaran ekspor. Sisa-sisa pemotongan berupa potongan-potongan kecil kulit kayu manis (chips), dan serbuk yang dihasilkan oleh proses penggergajian berupa bubuk kulit kayu manis.
Pemasaran yang dilakukan oleh eksportir selama ini adalah dengan mengemas masing-masing produk berupa gulungan kulit kering kayu manis,chips
dan bubuk kayu manis yang langsung dipasarkan.
Kulit kayu manis kualitas baik (AA), biasanya ditujukan untuk pasaran ekspor yaitu yang memenuhi persyaratan ukuran panjang tertentu, biasanya panjang 10-15 cm. Kulit kayu manis dengan mutu yang lebih rendah lebih ditujukan untuk memenuhi pasaran lokal. Data ekspor tahun 2007, diketahui ekspor dalam bentuk gulungan kulit kering sebesar lebih kurang 45% dari jumlah yang tersedia untuk ekspor. Selain itu juga diekspor kulit kayu manis dalam bentuk potongan kecil (chips) sisa pemotongan kulit kayu manis kualitas baik, yaitu sebesar lebih kurang 25% dari jumlah yang tersedia untuk ekspor. Sisanya sebesar lebih kurang 30% diekspor dalam bentuk bubuk.
Untuk pengembangan produk, bahan berupa chips (sisa potongan kulit kayu manis) dari kulit kayu manis mutu baik (AA), dapat diolah lebih dulu menjadi minyak atsiri kayu manis dan selanjutnya baru dipasarkan.
Minyak kayu manis diolah dari kulit kering kayu manis dengan cara destilasi atau penyulingan. Teknologi penyulingan minyak kayu manis juga sederhana dan telah banyak dilakukan oleh petani di Cina dan Srilangka. Metode penyulingan minyak kayu manis juga hampir sama untuk minyak atsiri lainnya
seperti minyak nilam yang telah banyak dilakukan oleh petani di Sumatera Barat sehingga dapat diterapkan oleh petani kayu manis. Harga minyak atsiri kayu manis cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari minyak atsiri lainnya seperti minyak pala atau minyak cengkeh.
Prospek pengembangan produk kayu manis menjadi beberapa produk lanjutan dapat dilihat pada Gambar 3.
Dengan mengembangkan industri pengolahan kulit kayu manis maka industri pengolahan kulit kayu manis dapat memproduksi beberapa macam produk yaitu :
a. Produk kulit kering kayu manis sebesar 45%, bisa langsung dikemas dan dipasarkan.
b. Produk bubuk kayu manis sebesar 30%, langsung dikemas dan dipasarkan. c. Produk minyak kayu manis sebesar 25%, diolah dari chipsmenjadi minyak
kayu manis dengan proses penyulingan, baru kemudian dikemas dan dipasarkan.
R = 45% R=25%
R=30%
Gambar 3. Skenario pengembangan produk kulit kayu manis
Kulit kering kayumanis
Gergajipemotong
Potongan kulit kering kayu manis siap dipasarkan
Chips(potongan kecil kulit kayu
manis Serbuk kayu manis
Minyak kayu
manis Bubuk kayu
Dengan melakukan pengembangan produk, maka produk yang akan mengalami pengolahan lebih lanjut adalah bahan berupa chips yang akan didestilasi menjadi minyak atsiri. Apabila produksi kulit kayu manis kering di Sumatera Barat adalah sebesar 35.231.000 kg/tahun, maka bahan yang dihasilkan berupa chips adalah sebesar 8.807.750 kg/tahun atau rata-rata sebesar 24.130,82 kg/hari. Apabila rendemen minyak rata-rata sebesar 1%, maka akan diperoleh rata-rata 241kg/hari minyak kulit kayu manis.
Pengolahan kulit kayu manis lebih lanjut menjadi minyak kayu manis akan memberikan peningkatan nilai tambah terhadap kulit kayu manis. Nilai tambah yang diperoleh adalah dari segi harga dan peningkatan teknologi yang digunakan. 4.2. Kajian Teknologi