• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

B. Potensi Nilai Ekonomi Ekowisata

Nilai Kompensasi Ekowisata

Penilaian terhadap kompensasi sumberdaya untuk ekowisata perairan Betoambari dihitung menggunakan metode valuasi berdasarkan preferensi (contigent valuation method) dengan pendekatan Willingness to pay (WTP) atau kesediaan membayar. Responden yang dipilih merupakan para pengunjung yang sering melakukan aktifitas selam di perairan Kecamatan Betoambari, baik untuk berwisata maupun tujuan pendidikan.

WTP dalam penelitian ini didasarkan pada tingkat kepuasan penyelam terhadap kondisi objek dengan pilihan biaya satu kali penyelaman standar (yang diambil dari survei pendahuluan), antara lain: a) Rp 100 000; b) Rp 200 000; c) Rp 300 000; d) Rp 400 000; dan e) > Rp 400 000. Perhitungan WTP per-individu untuk ekowisata perairan Kecamatan Betoambari tidak dipengaruhi variabel latar belakang responden seperti umur, asal, pendapatan, dan jumlah rombongan.

Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner, semua responden menyatakan kesediaannya mengeluarkan biaya untuk bisa menyelam sekaligus menikmati keindahan bawah laut. Besaran biaya yang rela dikeluarkan tidak begitu bervariasi yakni 71.43% responden bersedia membayar Rp 300 000 dan 28.57% ingin membayar Rp 200 000. Berdasarkan kisaran angka tersebut, dapat diartikan bahwa penilaian atau kepuasan penyelam terhadap terumbu karang dan satwa unik di perairan Betoambari masih standar, bahkan di bawah standar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata total biaya dalam 1 kali menyelam (Rp 330 000). Kecilnya

80

nilai biaya yang dipilih responden diperkirakan dipengaruhi adanya pembanding lokasi penyelaman di daerah sekitar seperti Wakatobi.

Total Benefit Ekowisata Dari Tiap Skenario

Potensi nilai ekonomi ekowisata atau total benefit (TB) dihitung berdasarkan total nilai ekonomi sumberdaya yang diperoleh dari kombinasi nilai WTP dan DDW. Berdasarkan perhitungan WTP dan DDW pada 3 skenario, diperoleh potensi nilai ekonomi ekowisata berkisar antara Rp 32 607 560 hingga Rp 47 998 231 per hari. Potensi nilai ekonomi ekowisata dari 3 skenario disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Potensi nilai ekonomi dari 3 skenario.

Skenario WTP (Rp) Daya dukung (org/hari) Total benefit (Rp/hari) Total benefit (Rp/thn) 1 272 000 176 47 998 231 14 399 470 000 2 272 000 148 40 132 627 12 039 790 000 3 272 000 120 32 607 560 9 782 270 000

Berdasarkan tabel 17, menunjukkan skenario 1 memiliki total benefit tertinggi, sebesar Rp 47 998 231 per hari atau Rp 14 399 470 000 per tahun. Hal ini disebabkan total benefit berbanding lurus dengan DDW. Semakin besar DDW maka semakin besar total benefit.

5.2.4. Ruang Ekowisata Optimal Berdasarkan Biaya Minimal dan Manfaat Ekonomi Maksimal

Ruang ekowisata yang optimal berdasarkan biaya minimal dan manfaat ekonomi maksimal ditentukan dari estimasi nilai keuntungan (net benefit) tertinggi di antara 3 skenario. Nilai keuntungan tersebut diperoleh dari selisih antara total benefit per bulan dan total biaya. Total benefit merupakan nilai ekonomi dari setiap skenario. Sementara total biaya merupakan biaya ruang ekowisata bahari yang dihasilkan dari analisis Marxan.

Total biaya unit perencanaan terpilih (hasil analisis Marxan) dikonversi dalam satuan Rupiah. Konversi diasumsikan dari harga lahan per unit perencanaan di perairan Kecamatan Betoambari. Namun hingga saat ini belum ada ketetapan

81

harga lahan di laut (khususnya di perairan Kota Baubau), maka konversi tersebut didasarkan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lahan darat di Kecamatan Betoambari khususnya Kelurahan Sulaa. NJOP Kelurahan Sulaa berkisar antara Rp 14 000 hingga Rp 64 000/m2. Untuk konversi biaya tersebut, digunakan nilai NJOP yang paling rendah yakni Rp 14 000 /m2

Total biaya ekowisata dalam penelitian ini merupakan biaya akuisisi lahan laut untuk dijadikan kawasan ekowisata, serta biaya manajemen sebagai fungsi pemeliharaan dan pengawasan. Biaya akuisisi lahan diasumsikan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk masyarakat sekitar, khususnya nelayan yang memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya pesisir sebagai pengganti lahan di laut karena dijadikan kawasan ekowisata. Sedangkan biaya manajemen merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan maupun pengawasan kawasan ekowisata.

.

Biaya akuisisi lahan dan manajemen ekowisata dihitung berdasarkan jumlah unit perencanaan terpilih untuk ekowisata dikalikan dengan NJOP terendah di Kelurahan Sulaa dalam satuan waktu per tahun. Total benefit, total biaya dan net benefit per tahun ruang ekowisata pada 3 skenario disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Penentuan ruang ekowisata optimal berdasarkan nilai ekonomi

Skenario Total benefit (Rp/thn) Total biaya (Rp/thn) Net benefit (Rp/thn) 1 14 399 470 000 1 745 520 000 12 653 950 000 2 12 039 790 000 1 542 240 000 10 497 550 000 3 9 782 270 000 1 333 920 000 8 448 350 000

Tabel 18 menunjukkan bahwa net benefit tertinggi adalah skenario 1, sebesar Rp 12 653 950 000 per tahun. Hal ini menunjukan bahwa skenario 1 merupakan ruang ekowisata yang optimal. Ruang ekowisata skenario 1 memiliki luas paling besar (58.8 ha) dibanding skenario lain. Sedangkan skenario 3 memiliki nilai keuntungan terkecil (Rp 8 448 350 000), disebabkan luas kawasan ekowisata terpilih pada skenario ini merupakan yang paling kecil (39.96 ha).

83

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dibahas pada Bab 5, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perairan Kecamatan Betoambari yang sesuai untuk ekowisata bahari kategori selam berbasis ekologis terdapat hampir di sepanjang pesisir Kelurahan Sulaa dan Katobengke. Kelas paling sesuai (S1) seluas 12.49 ha, berada di perairan Pantai Nirwana; kelas cukup sesuai (S2) sebesar 67.28 ha, berada di perairan bagian Selatan Pantai Nirwana, Tanjung Sulaa, dan perairan Pantai Lakeba; serta sesuai bersyarat (S3) seluas 3.87 ha, berada di perairan tepat di depan pemukiman masyarakat Kelurahan Sulaa.

2. Perencanaan kawasan ekowisata yang optimal berdasarkan nilai biaya minimal dan manfaat ekonomi maksimal melalui analisis Marxan, WTP, total benefit dan net benefit (keuntungan) adalah skenario 1. Kawasan ekowisata skenario 1 seluas 58.82 ha, dengan keuntungan sebesar Rp 12 653 950 000 per tahun. Kawasan yang paling sesuai (S1) untuk dijadikan pusat ekowisata bahari yakni di perairan Pantai Nirwana; sedangkan cukup sesuai (S2) tersebar di sebelah Selatan Pantai Nirwana dan arah Selatan Pantai Lakeba. Pemanfaatan kawasan ekowisata dengan skenario 1 tidak akan mengganggu atau tidak saling tumpang tindih dengan aktifitas lain, seperti kegiatan pelabuhan dan budidaya rumput laut.

6.2. Saran

Beberapa saran pengelolaan dari penelitian ini antara lain:

1. Penetapan peruntukan ruang bagi perlindungan sumberdaya pesisir yang dikemas dalam konsep ekowisata bahari, dengan pusat ekowisata di perairan Pantai Nirwana.

2. Daya dukung kawasan (DDK) atau batas maksimal jumlah pengunjung yang dapat ditampung di kawasan ekowisata di perairan Kecamatan Betoambari sebanyak 1 760 orang/hari.

85

Dokumen terkait