• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS

5.2 Potensi novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple

Karya Iwan Setyawan sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA

Berbagai aspek pendidikan dapat diperoleh melalui pengajaran sastra; misalnya aspek pendidikan moral, keagamaan, kemasyarakatan, sosial, sikap, keindahan, kebahasaan dan sebagainya. Tetapi sesuai dengan hakikat sastra itu sendiri, ada dua tujuan pokok yang harus diusahakan dapat dicapai dengan pengajaran sastra tersebut, ialah dihasilkannya subyek didik yang memiliki apresiasi dan pengetahuan sastra yang memadai (Jabrohim, 1994:70). Rahmanto (1988:16) mengungkapkan pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran sastra penting diajarkan di sekolah karena memiliki banyak manfaat bagi siswa.

Prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah penyajian bahan pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan pengajaran tertentu. Dengan kata lain, pengajaran memerlukan pentahapan. Agar bahan

pengajaran sesuai dengan tahap-tahap kemampuan siswa, maka bahan pengajaran harus diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria lainnya. Menurut Rusyana (1982:6) dalam pengajaran sastra, kita harus menyediakan kesempatan agar murid mengalami kegiatan membaca atau mendengarkan hasil sastra, dan mengalami kegiatan mengarang sehingga kita mendorong murid untuk berbuat kreatif, dan mendorong agar mereka mampu menikmati keindahan dalam kehidupannya. Pengajaran sastra berdasarkan KTSP diharapkan guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya. Dalam kaitannya dengan penyajian bahan pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatian agar pengajaran itu mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Beberapa hal itu antara lain: (1) aspek psikologis, (2) aspek lingkungan, (3) aspek taraf kemampuan, dan (4) aspek bakat (Jabrohim, 1994:23).

Aspek kematangan jiwa meliputi perkembangan psikologis pembelajar. Ada empat tahap perkembangan psikologis: (1) tahap pengkhayalan (8 sampai 9 tahun), (2) tahap romantik (10 sampai 12 tahun), (3) tahap realistik (13 sampai 16 tahun), dan (4) tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya). Pembelajar SMA XI termasuk dalam tahap kematangan jiwa keempat, yaitu tahap generalisasi karena pada umumnya siswa kelas XI berusia 16-17 tahun. Anak-anak pada tahap ini sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Analisis ini membuat anak berusaha menemukan dan merumuskan penyebab

fenomena dan mengarah ke pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan- keputusan moral.

Aspek lingkungan meliputi latar belakang kehidupan dan kebudayaan siswa. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang disekitar mereka. Karya sastra yang akan dijadikan bahan pengajaran harus disesuaikan dengan latar belakang kehidupan siswa agar mereka lebih mudah tertarik dan paham dengan karya sastra tersebut .

Aspek taraf kemampuan siswa meliputi kemampuan daya pikir, kepekaan rasa estetik, dan juga kemampuan bahasa yang dimilikinya. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat masing-masing siswa mempunyai taraf kemampuan berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, karya sastra juga harus diperhatikan dari aspek kebahasaan, aspek isi karya sastra, dan tujuan dari karya sastra tersebut agar tidak bertentangan dengan taraf kemampuan siswa.

Aspek bakat meliputi bakat-bakat yang dimiliki setiap siswa, khusus dalam hal ini bakat dalam kebahasaan dan kesastraan. Jika terdapat siswa yang memiliki bakat tulis-menulis maka pengajar harus pintar menghubungkan pengajaran sastra dengan bakat siswa tersebut.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA dengam pertimbangan sebagai berikut:

a. Aspek Kematangan Jiwa

Ditinjau dari aspek kematangan jiwa, novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple relevan untuk materi pembelajaran sastra bagi peserta didik SMA. Peserta didik yang duduk di bangku SMA sudah termasuk dalam tahap generalisasi (usia 16 tahun ke atas) sehingga sudah selayaknya diajarkan tentang fenomena kehidupan atau realita hidup dan melatih mereka menentukan keputusan-keputusan bermoral berdasarkan fenomena tersebut. Hal ini sesuai dengan bobot cerita dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple. Cerita dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple memberikan pengajaran pada peserta didik tentang cara memecahkan permasalahan hidup secara bijak yaitu melalui dunia pendidikan. Berikut kutipan yang memberikan pendeskripsian salah satu masalah kemiskinan yang sering dihadapi masyarakat dan cara yang dilakukan tokoh untuk menghadapinya.

(1) Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP! Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti. Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99). (2) Aku belajar dengan tekun, mungkin lebih daripada teman-

temanku. Aku lebih sering bangun pagi sekai dan belajar lebih lama. Tak jarang aku bangun sekitar jam satu pagi, di bawah lampu redup dan di tengah ketakutan akan hantu-hantu yang sering diceritakan orang-orang tua di sekitarku. Akyu melawan rasa kantuk dan rasa takut untuk belajar, untuk melawan rasa takut akan kegagalan. Aku memulai perjuangan untuk membebaskan rasa kecilku ini.

b. Aspek lingkungan

Ditinjau dari aspek lingkungan yaitu latar belakang kehidupan dan kebudayaan peserta didik, latar belakang cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple relevan diajarkan untuk semua peserta didik SMA di Indonesia. Hal ini terlihat dari pemilihan latar tempat dan jenis profesi masyarakat dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Novel ini sebagian besar cerita mengambil latar tempat di Kota Batu, malang dan diceritakan bahwa masyarakat Kota Batu saat itu berprofesi sebagai sopir angkot, pedagang, dan pekerjaan kecil lainnya. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple juga mengambil latar tempat di Amerika sehingga selain sesuai untuk materi pembelajaran sastra di SMA juga memberikan wawasan pengetahuan mengenai nama-nama tempat di Amerika dan beberapa kebudayaan masyarakat di sana. Berikut kutipan yang menggambarkan latar tempat Kota Batu, profesi masyarakat Kota Batu, dan latar tempat Amerika beserta beberapa kebudayaannya.

(3) Sering juga pada malam hari, aku terbangun, terbatuk-batuk karena dinginnya Kota batu. Ibu selalu bangun membuatkan kopi panas untukku.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 9). (4) Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu menafkahi keluargaku nantinya?

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). (5) Summer selalu ―membakar‖ New York City, membuat kota yang tak pernah tidur itu menjadi sebuah playground raksasa. Semuanya menjadi lebih hidup. Tempat-tempat perbelanjaan di

sepanjang Fifth Avenue, Madison Avenue, SoHo ataupun Meat Packing District dipadati oleh New Yorker ataupun turis dari segala penjuru dunia, sibuk keluar-masuk butik, toko souvenir, restaurant, kafe, atau took buku. Panggung hiburan terbuka tersebar dari Battery Park sampai Herlem. Pemain musik jalanan menggelar konser kecil di subway station, taman-taman kota, sudut-sudut kota. Mereka memainkan jazz, acapella, hip- hop, R&B, bahkan musik klasik. Rumput hijau di Great Lawn Central Park dipenuhi oleh mereka yang sedang sunbathing. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 128). c. Aspek Taraf Kemampuan

Ditinjau dari aspek taraf kemampuan peserta didik, pengajar harus memperhatikan beberapa aspek dari novel yang harus dipenuhi untuk dijadikan materi pembelajaran sastra. Beberapa aspek tersebut meliputi aspek kebahasaan, aspek isi cerita novel, dan aspek tujuan atau pesan dari novel tersebut. Bahasa yang digunakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa lain yang digunakan yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Kata-kata berbahasa Inggris yang digunakan dalam novel ini adalah kata-kata umum sehingga mudah diterjemahkan. Penggunaan bahasa Jawa sangat sedikit dan pengarang telah memberikan keterangan untuk menjelaskan arti bahasa Jawa tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan penggunaan bahasa dalam novel ini.

(6) Karena aku sering batuk-batuk pada malam hari, Bapak membuatkan ranjang bambu.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 9). (7) ―How? I have only seen you two days ago. Where have you

been before?‖ aku taruh pizza di tanganku.

(8) Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke Ibu suatu hari

karena keputusasaanku, ―Buk, aku kesel, mlarat terus‖ –Ibu,

aku capek, miskin terus.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 115). Isi cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple merupakan perjalanan hidup tokoh Iwan dalam memperoleh pendidikan di tengah masalah kemiskinan yang dihadapi keluarganya sehingga isi cerita novel ini termasuk sesuai untuk materi pembelajaran satra karena mengandung nilai-nilai perjuangan hidup. Pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple juga sangat relevan untuk kehidupan kaum muda yang sedang menuntut ilmu. Berikut kutipan yang menggambarkan perjuangan memperoleh pendidikan dan pesan yang ingin disampaikan pengarang.

(9) Memasuki tingkat dua, aku harus membayar uang kuliah dan kos, bersamaan dengan Mmbayar Mbak Inan yang harus membayar uang kuliahnya juga. Kami mencoba apa pun yang kami bisa! Bapak bekerja lebih malam sebagai sopir truk, Mbak Isa menambah murid les privatnya, dan Ibu juga bekerja kecil-kecilan.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 114). (10) ―Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut‖—sebuah nasihat sederhana dan bijaksana dari Ibu yang meyakinkan diriku bahwa menjalani proses adalah menjalankannya sekarang, saat ini, dengan kerja kears dan melepaskan ketakutan akan hasil yang didapat. Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 103). d. Aspek bakat

Ditinjau dari aspek bakat, diharapkan peserta yang membaca dan menganalisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple

dapat terinspirasi dengan sikap yang ditunjukkan tokoh utama novel tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan sikap tokoh utama.

(11) Menggambarkan SMP, aku merasa dekat dengan ―tantangan‖

bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 103). (12) Dengan kerja keras,aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor jurusan Statistika.

(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple cocok digunakan sebagai materi pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester 1 pada kompetensi dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

Indikator yang diharapkan tercapai yaitu siswa mampu menyebutkan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan.

Dokumen terkait