viii
ABSTRAK
Setiyaningsih, Elisabeth. 2013. Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers 10
Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Materi Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XI, Semester 1. Skripsi. Yogyakarta:
PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah novel yang terinspirasi kisah nyata kehidupan sang pengarang. Novel ini menceritakan perjuangan lima anak seorang tukang sopir angkot dalam memperoleh pendidikan di saat keluarga mereka mengalami masalah ekonomi.
Penelitian ini mengkaji masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan implementasinya dalam materi pembelajaran sastra di SMA Kelas XI, Semester 1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi Sastra. Jenis penelitian adalah penilitian kepustakaan dengan metode diskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Adapun langkah konkret yang akan ditempuh peneliti sebagai berikut: Pertama, menentukan novel yang akan dijadikan obyek, yaitu novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Kedua, melakukan studi pustaka. Ketiga, mengidentifikasi struktur pembentuk novel (tokoh, latar, alur, tema, dan bahasa) dengan menggunakan pendekatan struktural. Keempat, mendeskripsikan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dengan tinjauan Sosiologi Sastra menurut pendekatan Damono. Kelima, menghubungkan antara struktur pembentuk novel dan deskripsi masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Keenam, mengimplementasikan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) SMA kelas XI, semester 1. Ketujuh, menarik kesimpulan. Kedelapan, menyajikan dalam bentuk laporan.
Analisis permasalahan sosial dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple fokus pada masalah kemiskinan karena permasalahan ini merupakan masalah utama yang terkandung dalam novel tersebut. Adapun masalah kemiskinan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: faktor individual, faktor keluarga, faktor sub-budaya, dan faktor struktur sosial. Dampak dari masalah kemiskinan tersebut bagi para tokoh terlihat adanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan primer (pangan, papan, dan sandang), kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan dalam bersosialisasi.
ix
ABSTRACT
Setiyaningsih, Elisabeth. 2013. The Poverty Problems in 9 Summers 10 Autumns:
Dari Kota Apel ke The Big Apple Novel by Iwan Setyawan: A Sociology Literature Overview and Implementation on The Literature Learning in The Eleventh Grade of Senior High School, Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Novel of 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple is inspired by the writer’s life. This novel tells about the effort five of bus driver’s Children to get education when their family was getting the economy problem.
This research examined poverty problems in the novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple by Iwan Setyawan and implementation on the literature learning in the eleventh grade of Senior High School, at first semester. The approach used in this research was a literature sociology approach. The type of research is documentation study research with analysis descriptive method. The data collection was obtained by using two techniques which refer to reading technique and note technique. The concrete steps that researcher through to doing her research: first, the researcher determined novel which would be the object of the research, it is novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple by Iwan Setyawan. Second, the researcher conducted a literature view. Third, identified the characters, setting, plot, theme, and language by used structural approach. Fourth, the researcher described the novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple using Damono’s sociology literature approach. Fifth, the researcher connected the novel structure with the description of poverty problems in the novel. Sixth, the researcher implemented the research finding in syllabus and lesson plan. Seventh, the researcher made her research conclusion. At last, the researcher presented her research in the form of report.
The social problem analysis in novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple focus in the poverty problem because poverty problem is the main problem in the novel. The factors caused the poverty problem are: the individual factor, the family factor, the culture factor, and the social structure factor. The problem effect are the characters difficult to sufficient the primary requirement, education, and society requirement.
MASALAH KEMISKINAN DALAM NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS:
DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN:
SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh: Elisabeth Setiyaningsih
091224021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
MASALAH KEMISKINAN DALAM NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS:
DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN:
SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh : Elisabeth Setiyaningsih
091224021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus atas semua untaian berkat dalam hidupku.
Ibuku, Christiana Ngatinem untuk doa, kasih sayang, dan semangat dalam hidupku.
Bapakku, Alm. Yohanes Supono untuk nasihat dan inspirasi hidup yang tak pernah padam.
Saudara-saudariku yang selalu mendukung dan memberi semangat: Yusuf Setiyono, Veronika Setiyani , dan Paulus
v
MOTTO
Dalam setiap ujian hidup pasti ada pelajaran berharga. Tetaplah berdoa, berusaha, dan bersyukur.
(Penulis)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
viii
ABSTRAK
Setiyaningsih, Elisabeth. 2013. Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers 10
Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Materi Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XI, Semester 1. Skripsi. Yogyakarta:
PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah novel yang terinspirasi kisah nyata kehidupan sang pengarang. Novel ini menceritakan perjuangan lima anak seorang tukang sopir angkot dalam memperoleh pendidikan di saat keluarga mereka mengalami masalah ekonomi.
Penelitian ini mengkaji masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan implementasinya dalam materi pembelajaran sastra di SMA Kelas XI, Semester 1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi Sastra. Jenis penelitian adalah penilitian kepustakaan dengan metode diskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Adapun langkah konkret yang akan ditempuh peneliti sebagai berikut: Pertama, menentukan novel yang akan dijadikan obyek, yaitu novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Kedua, melakukan studi pustaka. Ketiga, mengidentifikasi struktur pembentuk novel (tokoh, latar, alur, tema, dan bahasa) dengan menggunakan pendekatan struktural. Keempat, mendeskripsikan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dengan tinjauan Sosiologi Sastra menurut pendekatan Damono. Kelima, menghubungkan antara struktur pembentuk novel dan deskripsi masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Keenam, mengimplementasikan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) SMA kelas XI, semester 1. Ketujuh, menarik kesimpulan. Kedelapan, menyajikan dalam bentuk laporan.
Analisis permasalahan sosial dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple fokus pada masalah kemiskinan karena permasalahan ini merupakan masalah utama yang terkandung dalam novel tersebut. Adapun masalah kemiskinan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: faktor individual, faktor keluarga, faktor sub-budaya, dan faktor struktur sosial. Dampak dari masalah kemiskinan tersebut bagi para tokoh terlihat adanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan primer (pangan, papan, dan sandang), kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan dalam bersosialisasi.
ix
ABSTRACT
Setiyaningsih, Elisabeth. 2013. The Poverty Problems in 9 Summers 10 Autumns:
Dari Kota Apel ke The Big Apple Novel by Iwan Setyawan: A Sociology Literature Overview and Implementation on The Literature Learning in The Eleventh Grade of Senior High School, Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Novel of 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple is inspired by the writer’s life. This novel tells about the effort five of bus driver’s Children to get education when their family was getting the economy problem.
This research examined poverty problems in the novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple by Iwan Setyawan and implementation on the literature learning in the eleventh grade of Senior High School, at first semester. The approach used in this research was a literature sociology approach. The type of research is documentation study research with analysis descriptive method. The data collection was obtained by using two techniques which refer to reading technique and note technique. The concrete steps that researcher through to doing her research: first, the researcher determined novel which would be the object of the research, it is novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple by Iwan Setyawan. Second, the researcher conducted a literature view. Third, identified the characters, setting, plot, theme, and language by used structural approach. Fourth, the researcher described the novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple using Damono’s sociology literature approach. Fifth, the researcher connected the novel structure with the description of poverty problems in the novel. Sixth, the researcher implemented the research finding in syllabus and lesson plan. Seventh, the researcher made her research conclusion. At last, the researcher presented her research in the form of report.
The social problem analysis in novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple focus in the poverty problem because poverty problem is the main problem in the novel. The factors caused the poverty problem are: the individual factor, the family factor, the culture factor, and the social structure factor. The problem effect are the characters difficult to sufficient the primary requirement, education, and society requirement.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Masalah Kemiskinan Dalam Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel Ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Materi Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI, Semester 1. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Sebagai wujud syukur atas terselesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Caecilia Tutyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi PBSI yang telah memberikan motivasi dan bantuan bagi penulis selama menempuh studi di PBSI.
4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
5. Bapak Setya Tri Nugraha, S. Pd., M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk, dan saran yang sangat bermanfaat dalam terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Seluruh Dosen PBSI dan semua dosen MKK dan MKDK yang dengan tulus mendidik dan membimbing penulis dari awal hingga akhir perkuliahan. 8. Staf sekretariat PBSI, seluruh staf Dekanat, staf Perpustakaan, dan staf BAA
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………....... ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………...…..………….. iv
MOTTO……….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………. vii
ABSTRAK……… vii
ABSTRACT……… ix
KATA PENGANTAR……….. x
DAFTAR ISI………. xii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2 Rumusan Masalah……… 6
1.3 Tujuan Penelitian………. 7
1.4 Manfaat Penelitian………... 7
1.5 Batasan Istilah………. 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian……… 10
1.7 Sistematika Penyajian……….. 10
BAB II LANDASAN TEORI……… 12
2.1 Penelitian yang Relevan……… 12
2.2 Kajian Teori………... 15
2.2.1 Struktur Karya Sastra……….. 15
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan……… 17
2.2.1.2 Latar……….. 23
xiii
2.2.1.4 Tema……… 28
2.2.1.5 Bahasa………. 30
2.2.2 Sosiologi Sastra………... 31
2.2.3 Permasalahan Sosial……… 33
2.2.4 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)……… 37
2. 2.4.1 Silabus……… 39
2. 2.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 43
2. 2.4.3 Materi Pembelajaran Sastra……… 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 48
3. 1 Jenis Penelitian………. 48
3. 2 Metode Penelitian………. 48
3. 3 Teknik Pengumpulan Data………... 49
3. 4 Instrumen Penelitian………. 50
3.5 Teknik Analisis Data………. 51
3.6 Sumber Data……….. 51
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN………... 52
4.1 Analisis Tokoh dan Penokohan, latar, Alur, Tema, dan Bahasa dalam Novel 9 Summers10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple ……….. 52
4.2.1 Faktor Penyebab Kemiskinan……….. 114
4.2.1.1 Faktor Individu………. 114
4.2.1.2 Faktor Sub-Budaya……… 115
4.2.1.3 Faktor Struktural Sosial………. 115
4.2.1.4 Faktor Keluarga……… 116
xiv
4.3 Hubungan antara Tokoh dan Penokohan, Latar, Alur, Tema, dan Bahasa dengan Masalah Kemiskinan
dalam Novel 9 Summers10 Autumns: Dari Kota Apel
ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan………... 120
4.3.1 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Masalah Kemiskinan.. 120
4.3.2 Hubungan Latar dengan Masalah Kemiskinan……… 121
4.3.3 Hubungan Alur dengan Masalah Kemiskinan………. 122
4.3.4 Hubungan Tema dengan Masalah Kemiskinan……… 122
4.3.5 Hubungan Bahasa dengan Masalah Kemiskinan………... 123
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS: DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1……….. 125
5. 1 Gambaran Ringkas Hasil Analisis……… 125
5.2 Potensi novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Pembelajaran Sastra di SMA………. 127
5.3 Model Pemanfaatan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Pembelajaran Sastra di SMA………. 134
BAB VI PENUTUP……….. 181
6. 1 Kesimpulan……….. 181
6. 2 Implikasi………... 183
6.3 Saran………. 184
DAFTAR PUSTAKA………... 185
LAMPIRAN……….. 188
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
yang membanggakan di sekolah. Iwan dan saudara-saudaranya mampu diterima di perguruan tinggi negeri berkat prestasi akademik yang mereka capai. Pada akhirnya, mereka menjadi orang-orang sukses dan merentaskan keluarga mereka dari kemiskinan.
Masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple yang terjadi pada keluarga Iwan karena beberapa hal. Pertama, keluarga mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kedua, tradisi “mangan ora mangan sing penting kumpul” membuat kakek-nenek Iwan tidak dapat keluar kota menemukan pekerjaan yang lebih baik, sedangkan di Kota Batu tidak banyak pekerjaan yang menjanjikan pendapatan layak. Ketiga, keluarga Iwan berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah sehingga bapak dan semua saudara laki-laki ibunya hanya memiliki keterampilan terbatas, yaitu menjadi sopir angkot.
Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP! Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti. Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai.
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99). Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Research New York! Nggak menyangka sama sekali, setelah lima tahun di New York, dengan berbekal ijazah lokal, aku bisa meraih posisi ini. Siapa sangka, anak sopir bisa hidup di New York dan mendapatkan penghargaan seperti ini. Ini lebih dari mimpiku.
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). Kesuksesan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple di Indonesia membuat novel ini diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Inggris untuk memperluas pemasarannya. Selain itu, cerita dari novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple juga diangkat ke film dengan judul 9 Summer 10 Autumns. Rasa sayang pada ibunya dan Kota Batu tidak cukup diceritakan oleh Iwan Setyawan di novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple sehingga ia kembali mengeluarkan novel yang berjudul Ibuk dan Melankoli Kota Batu yang merupakan buku kumpulan fotografi dan narasi puitis.
Hillway dalam Nasir (1988:13) mengungkapkan bahwa penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Melakukan penelitian karya sastra dibutuhkan metode penelitian yang tepat agar menghasilkan telaah karya sastra yang benar.
untuk memasukkan hampir seluruh aspek kehidupan manusia menjadikan karya sastra sangat dekat dengan aspirasi masyarakat (Ratna, 2004).
Pendekatan sosiologi sastra dipilih untuk menjabarkan pengaruh masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat. Penulis tertarik menganalisis permasalahan sosial khususnya mengenai masalah kemiskinan yang terkandung dalam cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
Selain menganalisis masalah-masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, Penulis juga akan menganalisis tokoh, latar, alur, tema, dan bahasa dalam novel tersebut. Sebagai calon guru, penulis akan berusaha mengimplementasikan hasil pengkajian novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan ini dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1. Alasan peneliti ingin mengimplementasikan hasil penelitian ini dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 karena hasil penelitian ini sesuai jika digunakan dalam materi pembelajaran sastra dengan Standar Kompetensi di SMA kelas XI semester 1, yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi Dasar : menganalisis unsur-unsur
Dari Kota Apel ke The Big Apple juga menyajikan peristiwa-peristiwa ringan yang umum dialami keluarga menengah ke bawah di Indonesia sehingga siswa akan mudah memahami isi cerita novel ini.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan akan dianalisis dengan menggunaan pendekatan sosiologi sastra. Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Hasil deskripsi ini akan diimplementasikan dalam materi pembelajaran satra di SMA kelas XI semester 1.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan?
2. Apa sajakah masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Auntumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan? 3. Bagaimana implementasi dari hasil analisis sosiologi sastra novel 9
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
2. Mendeskripsikan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
3. Mendeskripsikan implementasi dari hasil analisis sosiologi sastra novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan untuk materi pada pembelajaran sastra di kelas XI semester 1.
1.4Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Mengembangkan ilmu pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, khususnya memberikan sumbangan indikator-indikator yang sesuai dengan standar kompetensi membaca memahami buku biografi, novel, dan hikayat yang telah ada dalam silabus pelajaran bahasa
Indonesia kelas XI, semester 1.
b. Memberikan pandangan pemikiran berupa teori atau konsep dalam bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya mengenai kajian
sosiologi sastra novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The
2. Manfaat Praktis
a. Memberi jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b. Penelitian ini bermanfaat meningkatkan apresiasi sastra Indonesia bagi masyarakat.
1.5 Batasan Istilah
Di bawah ini terdapat beberapa batasan istilah yang memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini. Batasan-batasan istilah tersebut berikut. 1. Tokoh: Individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam
berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990:79).
2. Penokohan: Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1990: 23).
3. Latar: Landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:216).
4. Alur: Struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:113).
6. Bahasa : Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Depdiknas, 2008:116).
7. Kemiskinan: Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu (Soekanto, 2002: 365).
8. Sosiologi sastra: Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya (Ratna, 2003:2). 9. Pembelajaran sastra: Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara
utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
10. Materi pembelajaran sastra: Bahan yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam pembelajaran sastra yang menampilkan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa.
11. Silabus: Suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajarari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Muslich, 2007:23). 12. RPP: Rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah 1) struktur yang membangun novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan yang meliputi tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa, 2) masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, 3) implementasi masalah kemiskinan dari novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dalam materi pembelajaran sastra Indonesia di SMA kelas XI, semester1.
1.7 Sistematika Penyajian
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1 Penelitian yang Relevan
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, peneliti menemukan beberapa penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian pertama, penelitian dari Laurentia Erika Hartantri (2011) dengan judul Aspek Sosial Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XII Semester 2. Penelitian ini mendeskripsikan aspek sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata berkaitan dengan permasalahan sosial yang dihadapi para tokoh dalam novel tersebut. Aspek sosial yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari tiga aspek, yaitu permasalahan lingkungan hidup, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti terdapat dalam fokus masalah yang akan diteliti yaitu masalah sosial namun penelitian peneliti lebih spesifik meneliti masalah kemiskinan dalam novel ini. Persamaan lainnya terdapat pada analisis yang digunakan yaitu sosiologi sastra. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah objek penelitian. Objek penelitian Laurentia Erika Hartantri (2011) ini yaitu novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sedangkan penelitian peneliti adalah novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
Apple: Studi Semiotika Terhadap Ilustrasi Cover “Dari Kota Apel ke The Big
Apple” Pada Cover Novel 9 Summers 10 Autumns. Penelitian ini mendeskripsikan
sistem tanda berupa gambar, tulisan, maupun warna pada ilustrasi “Dari Kota Apel ke The Big Apple” yang terdapat pada cover novel 9 Summers 10 Autumns yang diinterpretasikan baik secara denotative maupun konotatif, sesuai dengan kerangka referensi yang diperoleh peneliti melalui interaksi sosial, pengetahuan, maupun sebagai penggunaan tanda dari kelompok masyarakat atau budaya tertentu. Penelitian Achmad Chudori (2012) ini menggunakan metode semiotika Charles Sanders Pierce yang menekankan pada objek tanda yang dibagi kedalam ikon, indeks, dan simbol. Interpretasi tersebut mampu mengungkapkan muatan
pesan yang terdapat pada ilustrasi “ Dari Kota Apel ke The Big Apple” yang terdapat pada cover novel 9 Summers 10 Autumns. Persamaan penelitian Achmad Chudori (2012) ini dengan penelitian peneliti adalah objek penelitian berasal dari novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah analisis penelitian dan fokus penelitian. Penelitian ini menganalisis aspek semiotika pada cover novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, sedangkan penelitian peneliti menganalisis sosiologi sastra yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Fokus penelitian Achmad Chudori (2012) ini adalah
Apple karya Iwan Setyawan dan implemantasinya dalam materi pembelajaran sastra kelas XI semester 1.
Penelitian ketiga yang relevan adalah penelitian yang terdapat dalam
menganalisis masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan implementasinya dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1.
Selain ketiga penelitian di atas, novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan pernah dibahas dalam artikel yang dimuat di internet dengan judul novel '9 Summers 10 Autumns': Anak Sopir Angkot Jadi Direktur di New York yang membahas tentang isi novel dan tanggapan sang pengarang terhadap novel tersebut. Novel ini pernah diresensi oleh Stanley Wijaya dengan alamat situs http://www.yousaytoo.com/resensi-novel-9-summers-10-autumns/3436566.
2.2Kajian Teori
2.2.1 Struktur Karya Sastra
Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis struktur sistem tanda ini perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut (Pradopo, 2011:141). Menurut Abrams (dalam Wahyuningtyas & Santoso, 2011:1) Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang menganggap karya
sastra sebagai “makhluk” yang berdiri sendiri, menganggap bahwa karya sastra
makna yang digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap (Wahyuningtyas & Santoso, 2011:1). Sejalan dengan teori di atas Teeuw (dalam Pradopo, 2011:141) juga menyatakan analisis struktural ini merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya sastra sendiri tidak akan tertangkap. Menurut Kurniawan (2012:13) sosiologi sastra juga mengutamakan analisis struktur karya sastra sebagai bahan penelaahan. Unsur intrinsik novel perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menganalisis unsur lainnya. Hal ini perlu dilakukan karena unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2007:23). Unsur-unsur ini akan dijumpai saat membaca karya sastra karena kepaduan unsur-unsur intrinsik yang membuat sebuah novel berwujud. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai struktur karya sastra di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktur sastra merupakan proses pertama dalam analisis karya sastra yang harus dilakukan sebelum diterapkannya analisis lain agar terjadi kebulatan makna intrinsik dari karya sastra tersebut.
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:165), adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sudjiman (1988:16) dalam bukunya Memahami Cerita Rekaan mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam tiga jenis (Nurgiyantoro, 2007:176-183). Pertama, berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita. Kedua, berdasarkan fungsi penampilan tokoh. Ketiga, berdasarkan perwatakannya.
Berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi:
a. Tokoh Utama
dengan makna atau tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Kedua, tokoh itu yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan.
b. Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas & Santoso, 2011:3).
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dibedakan menjadi:
a. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi—yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero—tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd& Lewis dalam Nurgiyantoro, 2007:178). Menurut Sudjiman (1988:18), tokoh protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita.
b. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 2007:179). Sudjiman (1988:19) berpendapat bahwa tokoh yang merupakan penentang utama dari tokoh protagonis disebut antagonis atau tokoh lawan. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
a. Tokoh Sederhana
Cerita Rekaan, Sudjiman (1988) menyebut tokoh sederhana sebagai tokoh datar. Tokoh datar menurutnya adalah tokoh yang bersifat statis; di dalam perkembangan lakuan, watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan ada kalanya tidak berubah sama sekali.
b. Tokoh Bulat
Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya (Nurgiyantoro, 2007:183). Sejalan dengan pendapat Sudjiman (1988:21), jika tokoh memiliki lebih dari satu ciri segi watak yang ditampilkan atau digarap di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat dibeda-bedakan dari tokoh-tokoh yang lain, maka tokoh-tokoh itu disebut tokoh-tokoh bulat atau tokoh-tokoh kompleks. Peneliti akan membahas jenis tokoh berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita dan berdasarkan fungsi penampilan tokoh. Hal tersebut dilakukan karena penelitian ini memfokuskan pada analisis masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns:Dari Kota Apel ke The Big Apple dan kedua jenis tokoh tersebut sudah cukup membantu peneliti untuk menganalisis masalah kemiskinan tersebut.
berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik penjelasan, ekspositori dan teknik dramatik atau istilah lainnya pelukisan secara langsung dan pelukisan secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995). Berikut penjelasan kedua teknik tersebut.
a. Teknik Ekspositori
Teknik pelukisan tokoh ini memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Biasanya hal tersebut terungkap dalam tahap perkenalan.
b. Teknik Dramatik
(1) Teknik Cakapan
Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Namun tidak semua percakapan mampu mencerminkan kedirian tokoh hanya percakapan yang baik, efektif, dan fungsional yang mampu menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh.
(2) Teknik Tingkah Laku
Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Wujud tindakan dan tingkah laku menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya meskipun tidak semua tingkah laku yang dilakukan tokoh dapat mencerminkan hal tersebut.
(3) Teknik Pikiran dan Perasaan
Keadaan dan jalan pikiran serta perasaan yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat sifat kedirian tokoh tersebut. Perbuatan dan kata-kata merupakan wujud konkret tingkah laku pikiran dan perasaan. Meskipun tidak semua pikiran dan perasaan diwujudkan secara konret dalam bentuk perbuatan dan kata-kata.
(4) Teknik Arus Kesadaran
tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:206). Arus kesadaran sering disamakan dengan interior monologue, monolog batin. Monolog batin, percakapan yang hanya terjadi dalam diri sendiri, yang umumnya ditampilan dengan
gaya “aku”, berusaha menangkap kehidupan batin, urutan suasana kehidupan batin, pikiran, perasaan, emosi, tanggapan, kenangan, nafsu, dan sebagainya.
(5) Teknik Reaksi Tokoh
Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain, dan
sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar diri tokoh yang
bersangkutan.
(6) Teknik Reaksi Tokoh Lain
Reaksi tokoh(-tokoh) lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. Penilaian kedirian tokoh (utama) diceritakan oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam sebuah karya.
(7) Teknik Pelukisan Latar
yang lain. Keadaan latar tertentu dapat menimbulkan kesan yang tertentu di pihak pembaca.
(8) Teknik Pelukisan Fisik
Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak, pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan, terutama jika ia memiliki bentuk fisik khas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara imajinatif.
Adapun pendapat berdasarkan Aminudin dalam Siswanto (2008:145) menyebutkan beberapa cara memahami watak tokoh, yaitu: a) melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, b) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian, c) menunjukkan bagaimana perilakunya, d) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri, e) memahami jalan pikirannya, f) melihat bagaimanakah tokoh lain berbincang tentangnya, g) melihat tokoh lain berbincang dengannya, h) melihat bagaimanakah tokoh-tokoh yang lain itu member reaksi terhadapnya, dan i) melihat bagaimanakah tokoh itu mereaksi dalam yang lain.
2.2.1.2 Latar
dan tempat) sebagaimana adanya, (b) berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh; latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh, (c) latar juga dapat menciptakan suasana.
Unsur latar menurut Nurgiyantoro (2007:227-233) dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
a. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial menurut Hudson dalam Sudjiman (1988) mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain yang melatari peristiwa.
menonjol adalah latar waktu dan tempat. Mungkin dicerita lainnya yang menonjol adalah latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada pula yang tidak. Ada latar yang dijelaskan secara persis seperti kenyataannya; ada yang gabungan antar kenyataan dan khayalan; ada juga latar yang merupakan hasil imajinasi sastrawannya (Siswanto, 2008:150).
2.2.1.3Alur
Alur adalah peristiwa yang diurutkan membangun tulang punggung cerita (Sudjiman, 1988:29). Alur juga dapat diartikan sebagai struktur peristiwa-peristiwa yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:113). Stanton dalam Nurgiyantoro ( 2007:113) pun mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sejalan dengan pendapat Kenny dalam Nurgiyantoro (2007:113) mengemukakan bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Plot juga diartikan sebagai bagan atau kerangka kejadian dimana para peran berbuat (Hamzah,1985:69). Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai alur di atas dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan peristiwa dalam cerita.
a. Alur Lurus (Maju) atau Progresif
Sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa (-peristiwa) yang pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penituasian, pengenalan,pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimak), dan akhir (penyelesaian).
b. Alur Sorot- Balik (Mundur) atau regresif
Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang beralur regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
c. Alur Campuran
Alur yang didalamnya mengandung alur progresif dan regresif.
Alur berdasarkan kriteria jumlah dapat dibagi menjadi dua yaitu alur tunggal dan alur sub-sub plot.
a. Alur Tunggal
Karya fiksi yang beralur tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya.
b. Alur sub-subplot
dan konflik yang dihadapi. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:158) subplot, hanya merupakan bagian dari plot utama. Ia berisi cerita
“kedua” yang ditambahkan yang bersifat memperjelas dan memperluas
pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan cerita.
Alur berdasarkan kriteria kepadatan adalah padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada karya fiksi. kriteria ini dibedakan menjadi dua yaitu alur padat dan alur longgar.
a. Alur Padat
Alur padat adalah alur yang cara penyajian ceritanya cepat dan peristiwa-peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan antar peristiwa juga terjalin erat, dan pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus-menerus mengikutinya.
b. Alur Longgar
Dalam cerita yang beralur longgar, pergantian peristiwa demi peristiwa penting berlangsung lambat.
Alur berdasarkan kriteria isi adalah sesuatu, masalah, kecenderungan masalah, yang diungkap dalam cerita. Kriteria ini dapat dibagi dua, yaitu alur peruntungan dan alur tokohan.
a. Alur Peruntungan
b. Alur Tokohan
Alur tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian.
c. Alur Pemikiran
Alur Pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi masalah hidup dan kehidupan manusia. (Nurgiyantoro, 1995:153-162).
2.2.1.4 Tema
Gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2007:68). Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu (Nurgiyantoro, 2007:68). Hal ini seperti yang diungkapkan Sudjiman (1988:50) bahwa gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2007:67) tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema dalam karya fiksi dapat disimpulkan dengan menyimpulkan keseluruhan cerita. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, tema dapat disimpulkan sebagai gagasan yang mendasari cerita suatu karya sastra.
Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan
tiap detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting. Hal itu disebabkan pada detil-detil yang menonjol (atau: ditonjolkan) itulah— yang dapat diidentifikasi sebagai tokoh-masalah-konflik utama—pada umumnya sesuatu yang ingin disampaikan ditempatkan.
Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, tentunya pengarang tak
akan “menjatuhkan” sendiri sikap dan keyakinannya yang diungkapkan dalam detil-(detil) tertentu cerita yang lainnya.
Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri
pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema cerita tak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya.
Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada
bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita. Menurut Sudjiman (1988:50-52) terdapat beberapa tema yaitu:
2) Tema eksplisit, yaitu tema cerita yang secara jelas dinyatakan, misalnya tema yang terlihat pada judul.
3) Tema simbolik, yaitu tema yang biasanya dinyatakan secara implisit (tersirat).
4) Tema yang terungkap oleh dialog.
2.2.1.5 Bahasa
hidup dan berlaku. Apabila bahasa dipahami sebagai sebuah tata simbolik yang bersifat sosial dan kolektif, karya sastra yang menggunakan bahasa itu terbagi tata simbolik yang sama dengan masyarakat pemilik dan pengguna bahasa itu. Apabila sebagai tata simbolik bahasa dimengerti sebagai alat perekam dan reproduksi pengalaman para pemakai dan penggunanya, karya sastra, dapat ditempatkan sebagai aktivitas simbolik yang terbagi pula secara sosial (Faruk, 2012:46). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peran penting dalam karya sastra, yaitu sebagai sarana penyampaian karya sastra itu sendiri dan sebagai tanda untuk mengenali lingkungan sosial dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra saat karya sastra itu hidup dan berlaku.
2.2.2 Sosiologi Sastra
Karya sastra adalah gambaran masyarakat yang memakai medium bahasa, oleh sebab itu pemahaman sastra tidak hanya ditentukan oleh struktur karya sastra namun juga dari sosiologi karya sastra tersebut. Dasar pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, dan c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna, 2004:60). Hal tersebut membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat pengarang mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. Analisis sosiologi sastra berkaitan dengan analisis sosial terhadap karya sastra, baik ideologi sosial pengarang, pandangan dunia pengarang, pengaruh strukturasi masyarakat terhadap karya sastra atau sebaliknya, dan fungsi sosial sastra (Kuniawan, 2012:6).
telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa, sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang diluar sastra. Penelitian ini akan menggunakan kedua pendekatan sosiologi sastra dari Damono tersebut.
2.2.3 Permasalahan Sosial
Soekanto (2002:360) menyebutkan faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya masalah sosial yaitu:
1)Faktor Ekonomi
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan misalnya, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran.
2) Faktor Psikologi
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa.
3) Faktor Biologis
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, penyakit.
4) Faktor Kebudayaan
Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik ras, dan keagamaan.
Teori-teori kemiskinan pada umumnya bermuara pada dua paradigma besar yang juga berpengaruh pada pemahaman mengenai kemiskinan dan penanggulangan kemiskinan. Dua paradigma yang dimaksud adalah Neo-Liberal dan Demokrasi-Sosial.
1. Neo-Liberal
Pada paradigma ini individu dan mekanisme pasar bebas menjadi fokus utama dalam melihat kemiskinan (Syahyuti via Febriana, 2010:15). Pendekatan ini menempatkan kebebasan individu sebagai komponen penting dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu dalam melihat kemiskinan, pendekatan ini memberikan penjelasan bahwa kemiskinan merupakan persoalan individu yang merupakan akibat dari pilihan-pilihan individu. Bagi pendekatan ini kekuatan pasar merupakan kunci utama untuk menyelesaikan masalah kemiskinan. Hal ini dikarenakan kekuatan pasar yang diperluas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menghapuskan kemiskinan (Syahyuti via Febriana, 2010:15).
Kelemahan paradigma ini adalah terlalu memandang kemiskinan hanya melalui pendapatan dan kurang melibatkan orang miskin sebagai subyek dalam permasalahan kemiskinan (Satterthwaite via Febriana, 2010:16).
2. Demokrasi-Sosial
Paradigma ini tidak melihat kemiskinan sebagai persoalan individu,
melainkan lebih melihatnya sebagai persoalan struktural (Cheyne, O’Brien dan
Belgrave via Febriana, 2010:16).
2010:16). Kemandirian dan kebebasan ini akan tercapai jika setiap orang memiliki atau mampu menjangkau sumber-sumber bagi potensi dirinya, seperti pendidikan, kesehatan yang baik dan pendapatan yang cukup. Kebebasan disini bukan sekedar bebas dari pengaruh luar namun bebas pula dalam menentukan pilihan-pilihan. Ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakatlah yang mengakibatkan kemiskinan ada dalam masyarakat. Bagi pendekatan ini tertutupnya akses-akses bagi kelompok tertentu menjadi penyebab terjadinya kemiskinan.
Kelemahan teori ini adalah adanya ketergantungan yang tinggi pada negara dalam membentuk struktur dan institusi untuk menanggulangi kemiskinan. Padahal pencapaian pembentukan struktur dan institusi yang tepat dalam menangani kemiskinan itu sendiri tergantung pada kapabilitas kelompok miskin.
Berdasarkan pengertian kedua paradigma di atas dapat disimpulkan bahwa paradigma Demokrasi-Sosial lebih sesuai dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan karena masalah kemiskinan yang terdapat dalam cerita novel tersebut terstruktur bukan masalah individual namun masalah yang terstruktur karena dialami secara turun-temurun oleh keluarga Iwan. Pada akhirnya pendidikan menjadi jalan pemecahan masalah kemiskinan dalam novel ini.
salah-satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi. Menurut pendapat Miko Saputra dalam Blog-nya yang dimuat di http://mikokuantan.blogspot.com/2011/04/beberapa-konsep-kemiskinan.html pada tanggal 19 April 2011 menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya kemiskinan, yaitu:
a. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
b. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
c. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
d. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
e. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Beberapa penyebab kemiskinan di atas merupakan penyebab masalah kemiskinan pada novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, kecuali penyebab agensi karena cerita dalam novel ini tidak melibatkan adanya pengaruh aksi orang lain atau kebijakan pemerintah.
2.2.4 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Dalam kaitannya dengan pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) aspek psikologis, 2) aspek lingkungan, 3) aspek taraf kemampuan, dan 4) aspek bakat (Jabrohim, 1994:23). Selain itu pengajaran sastra haruslah diorientasikan kepada pemahaman pembaca karya sastra, bukan pada keterampilan menghafal teori. Keterampilan proses komunikasi yang diharapkan hadir dari hasil pemahaman membaca karya satra yaitu kemampuan merekonstruksi struktur bangun sastra secara faktual yang berwujud pengalaman-pengalaman hidup yang berharga. Hasil pemahaman membaca karya sastra prosa yang diharapkan muncul dari peserta ajar sekurangnya: (1) peserta ajar dapat melakukan rekonstruksi alur cerita, (2) menyusun peta setting (latar: tempat kejadian) dalam cerita, (3) menyusun perwatakan tiap pelaku dalam cerita, (4) menyimpulkan pesan pengarang terhadap zamannya, (5) maksud pengarang menulis cerita dari persoalan zaman yang dipaparkan dalam cerita (Jabrohim, 1994:141).
untuk pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi (SK): Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. serta Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Berikut akan dijelaskan pengertian dari silabus, RPP, dan materi pembelajaran.
2.2.4.1Silabus
Suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajarari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Muslich, 2007:23). Prinsip pengembangan silabus menurut Muslich (2007:25-26) antara lain:
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada Standar Isi, dengan memerhatikan hal-hal berikut:
- Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;
- Keterkaitan antarstandar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
- Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi daar antarmata pelajaran. 2. Mengidentifikasi materi pokok
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
- Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
- Kebermanfaatan bagi peserta didik; - Struktur keilmuan;
- Kedalaman dan keluasan materi;
- Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; - Alokasi waktu.
3. Mengembangkan pengalaman belajar
4. Merumuskan indikator keberhasilan belajar
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
5. Penentuan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
6. Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, tingkat kesulitan, dan kepentingan kompetensi dasar.
7. Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Format silabus menurut Muslich (2007:30-35) paling tidak memuat sembilan komponen, yaitu:
1. Komponen Identifikasi
4. Komponen Materi Pokok 5. Komponen Pengalaman Belajar 6. Komponen Indikator
7. Komponen Jenis Penilaian 8. Komponen Alokasi Waktu 9. Komponen Sumber Belajar
2.2.4.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:53). RPP adalah pegangan guru dalam mengajar sesuai kompetensi dasar yang telah ditentukan sehingga isi dari RPP harus memuat rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
Menurut Muslich (2007:46), langkah-langkah yang patut dilakukan guru dalam menyusun RPP, yaitu:
1) Ambilah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran 2) Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
itu
3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar
4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran itu 6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/ dikenakan kepada siswa
7) Pilihlah metode yang dapat yang mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran
8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bias didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/ tipe / jenis materi pembelajaran.
10) Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan.
11) Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2.2.4.3Materi Pembelajaran Sastra
Rangkuman dari hal diatas oleh Dikmenum dikemukakan : bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Paulina Pannen (2001) menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun Andi Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa materi ajar adalah bahan yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam pembelajaran yang menampilkan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa.
dasar dan menengah: 1) Tahap pengkhayalan (8-9 tahun); 2) Tahap romantik (10-12 tahun); 3) Tahap realistik (13-16 tahun); 4) Tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya). Aspek latar belakang, siswa biasanya akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka. Dalam banyak hal tuntutan semacam ini sehat, karena: pertama, tuntutan ini mencerminkan adanya kesadaran bahwa karya sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat hubungannya dengan kehidupannya siswa dan kedua, siswa hendaknya terlebih dahulu memahami budayanya sebelum mencoba mengetahui budaya orang lain.
Berikut daftar SK dan KD di kelas XI semester 1 dan 2 yang berkaitan dengan pembelajaran sastra.
Daftar SK dan KD Kelas XI Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Daftar SK dan KD Kelas XI Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca
15. Memahami buku biografi,
novel, dan hikayat.
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik
dan dapat diteladani dari tokoh.