• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA

4.1. Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

Buah-buahan Indonesia diminati di pasar luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan ekspor buah Indonesia ke pasar luar negeri. Potensi mangga di pasar internasional cukup prospek. Dari tahun ke tahun permintaan mangga asal Indonesia di negara tujuan ekspor cenderung terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari produksi ekspor dan volume ekspor mangga Indonesia yang mengalami peningkatan (Tabel 6).

Tabel 6. Produksi dan Volume Ekspor Mangga Indonesia Tahun 2007-2009

Tahun Produksi (ton) Volume ekspor (kg)

2007 1.621,997 1.181.881 kg 2008 1.818,619 1.198.213 kg 2009 2.105.085 1.908.001 kg Sumber : BPS (2010)

Mangga gedong gincu merupakan kelompok dari mangga gedong. Mangga gedong gincu selintas terlihat hampir mirip dengan mangga gedong biasa, tetapi sesungguhnya terdapat banyak perbedaannya (Tabel 7).

Tabel 7.Perbedaan Mangga Gedong Gincu Dengan Gedong Biasa

No. Kriteria Gedong gincu Gedong biasa

1. Warna kulit Merah keunguan pada pangkal

buah dengan masih menyisakan semburat hijau tua pada ujung buah

Kuning

2. Ujung buah Lekukan rata/hampir hilang Membulat

3. Pangkal buah (tempat tangkai buah)

Membulat Ada lekukan

4. Posisi bisa ―duduk‖ Ujung buah di bawah Pangkal buah di bawah

5. Rasa Manis segar (manis dengan

sedikit asam)

manis

6. Umur panen 90- 95 hsbm 100 – 120 hsbm

7. Aroma Harum (sangat kuat) Biasa

8. Warna daging buah saat matang

Merah oranye atau kuning kemerahan

Kuning

Konsumen luar negeri pada umumnya menghendaki buah mangga ukuran sedang (250-350 g per buah), warna kulit buah bersih mencolok, misalnya kuning kemerahan, sedangkan rasa manis bukan satu-satunya persyaratan utama (Anshari, 2006). Pasar Eropa menghendaki mangga yang berukuran seragam kecil-sedang (200 - 300 g), kulit berwarna menarik (merah atau oranye), rasa manis dengan sedikit asam, agak berserat, tahan lama disimpan, serta mudah penyajiannya atau cara makannya. Kriteria ini cocok dengan deskripsi varietas gedong gincu sehingga untuk pasar ekspor, tampaknya mangga gedong gincu menjadi andalan yang tepat. Berbagai keunggulan yang menjadikan mangga gedong gincu digemari pasar luar negeri dibanding varietas favorit mangga asal Indonesia lainnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Mangga Gedong Gincu Dengan Mangga Varietas Indonesia

No. Kriteria Gedong gincu Gedong Arumanis

1. Warna Merah keunguan pada pangkal buah

Kuning Kuning 2. Rasa Manis segar (manis

dengan sedikit asam)

Manis Sangat manis 3. Tekstur Lembut agak berserat Lembut agak

berserat

Lembut tanpa serat

4. Ukuran Kecil sampai sedang (200 – 400 g) Kecil sampai sedang (200 – 400 g) Besar ( 500 g) 5. Aroma Harum (sangat kuat) Biasa Harum

Saat ini, harga mangga gedong gincu merupakan harga tertinggi bagi varietas mangga Indonesia. Tingginya harga mangga gedong gincu bukan hanya disebabkan faktor pasokan dan permintaan (permintaan tinggi tetapi produksi masih terbatas), tetapi juga karena pola pemanenannya. Mangga gedong gincu dipetik saat semburat merah sudah keluar di pangkal buah sehingga dijamin tua optimal (sudah cukup tua tapi belum terlalu matang) sehingga rata-rata tingkat ketuaan dipastikan seragam. Jika mangga gedong gincu dipetik belum keluar semburat merah pada pangkal buahnya, maka saat matang warna kulitnya akan

kuning seperti gedong biasa. Terbentuknya tampilan ―Gincu‖ di pangkal buah

mangga gedong gincu mempunyai harga jual yang tinggi dibanding varietas mangga lainnya (Tabel 9).

Tabel 9. Rata-Rata Harga Mangga Kualitas Ekspor di Tingkat Petani di Kabupaten Cirebon Tahun 2010.

No. Musim Panen Bulan

Rata-rata Harga Kualitas Ekspor per kg (dalam rupiah)

Harumanis Dermayu Gedong Gincu

1. Awal panen raya Oktober 7.000 8.000 25.000

2. Puncak panen raya Nopember 6.000 6.000 15.000

3. Akhir panen raya Desember 7.000 7.000 20.000

Sumber : Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon (2010)

Daerah sentra produksi mangga gedong gincu di Indonesia adalah Jawa Barat meliputi Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Kabupaten Cirebon menjadikan mangga gedong gincu sebagai komoditas unggulan daerahnya. Perkembangan produksi mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon tahun 2005-2010 menunjukkan kecenderungan peningkatan (Tabel 10)

Tabel 10. Produksi Mangga Gedong Gincu Tahun 2005-2010

Tahun Jumlah produksi (ton)

2005 2.412 2006 3.859 2007 4.461 2008 6.994 2009 8.079 2010 12.058

Sumber : Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon (2010)

Berdasarkan data Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon (2010) pada tahun 2010, Kabupaten Cirebon mempunyai luas areal mangga 6.910 ha dengan populasi sebanyak 691.046 pohon. Dari jumlah luas dan pohon yang ada, terdapat kebun mangga gedong gincu seluas 3.022 ha dengan jumlah pohon yang produktif sebanyak 211.540 pohon dengan jumlah produksi sebanyak 12.058 ton. Dari 3.022 ha kebun mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon, sekitar 2 % (60 ha) telah terdaftar di Departemen Pertanian. Kebun mangga yang bisa didaftarkan adalah kebun mangga yang sudah menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standard Operational Procedure (SOP). Para importir mengharuskan mangga gedong gincu yang diekspor mempunyai asal usul yang jelas agar bisa

diketahui jaminan kualitasnya. Bahkan beberapa negara mengharuskan kebun dan rumah pengemasan (packing house) buah sudah disertifikasi. Untuk meningkatkan kualitas mangga gedong gincu dari Kabupaten Cirebon, sejak tahun 2005 pemerintah Kabupaten Cirebon sudah mencanangkan penerapan GAP dan SOP pada kebun-kebun mangga gedong gincu di wilayah Cirebon. Dasar hukum penerapan GAP di Indonesia adalah peraturan menteri nomor 61/Permentan/OT.160/11/2006, tanggal 28 November 2006 untuk komoditi buah. Sampai saat penelitian ini dilaksanakan kebun buah mangga baru sampai tahap terdaftar sebagai kebun penerapan GAP/SOP.

Sekitar 23%, petani mangga di Cirebon telah menerapkan teknologi pembungaan sehingga dapat meningkatkan jumlah bunga yang juga akan meningkatkan jumlah buah. Pada saat kemarau panjang, tanaman mangga di wilayah Cirebon, berbunga antara Maret sampai Juli sehingga menghasilkan buah siap panen antara Oktober sampai Desember. Panen raya terjadi pada November setiap tahunnya. Mangga gedong gincu baru bisa dipanen saat berusia 3 tahun dengan produksi sebesar 1- 2 ton per hektar per sekali panen. Setelah berusia 5 tahun, produksi buah akan meningkat menjadi 3 ton per hektar per sekali panen.Satu hektar kebun mangga gedong gincu berkapasitas 100 pohon.

Sentra mangga gedong gincu yang terbesar di Kabupaten Cirebon berada di Kecamatan Sedong. Kondisi lingkungan di Kecamatan Sedong sangat mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan maangga gedong gincu karena memiliki tingkat keasaman tanah yaitu pH 5 dan suhu harian 26 – 30 oC. Pada tahun 2010, dari 211.540 pohon mangga gedong gincu yang produktif di Kabupaten Cirebon, sebanyak 43.254 pohon mangga gedong gincu ada di Kecamatan Sedong, sisanya tersebar di 36 kecamatan lainnya pada wilayah Kabupaten Cirebon.(Lampiran 3). Jumlah petani mangga di Kecamatan Sedong merupakan jumlah terbesar diantara kecamatan lain di Kabupaten Cirebon. Pohon-pohon mangga di Kecamatan Sedong dikelola oleh 1.295 petani mangga yang tergabung dalam 11 Kelompok Tani Buah (KTB) mangga dalam satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

4.2. Elemen Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu

Rantai pasok produk pertanian lebih kompleks dari rantai pasok pada umumnya karena : produk pertanian bersifat mudah rusak, tergantung iklim dan musim, dan bentuk serta ukuran hasil panen bervariasi. Elemen yang diperhatikan dalam rantai pasok meliputi fasilitas, fungsi, dan aktifitas (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Elemen dalam rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor digambarkan pada Gambar 12.

Elemen Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu Untuk Ekspor

Fasilitas Fungsi Aktifitas

1. Kebun mangga

2. Gudang penampungan hasil panen milik gapoktan

3. Gudang dan packing house milik eksportir

1. Petani mangga/KTB 2. Gapoktan

3. Eksportir

4. Konsumen luar Negeri

1. Pemanenan 2. Pengumpulan dan penampungan hasil panen 3. Pembersihan, sortasi I pengemasan dan penimbangan 4. Pengiriman ke gudang eksportir

5. Sortasi II dan grading 6. Pelabelan buah,

pembungkusan, pengemasan, dan penimbangan

7. Pelabelan kemasan dan peletizing

8. pengiriman ekspor.

Gambar 12. Elemen dalam rantai pasok mangga gedong gincu pada tingkat eksportir

4.2.1. Fasilitas

Fasilitas yang diperlukan dalam rantai pasok mangga gedong gincu di tingkat eksportir adalah kebun mangga sebagai pabrik yang memproduksi mangga gedong gincu, gudang milik gapoktan tempat penampungan hasil panen, dan gudang eksportir yang juga berfungsi sebagai packing house.

4.2.2. Fungsi

Fungsi produksi dan distribusi mangga gedong gincu dari kebun ke konsumen dilakukan oleh pelaku rantai pasok mangga gedong gincu. Jika

ditelusuri dari hasil penelitian Eryani (1999) tentang pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon, maka akan diperoleh berbagai pola saluran pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon (Gambar 13).

Petani Pedagag pengumpul kecil Pedagang di pasar induk Pedagang pengecer di wilayah Cirebon Konsumen di wilayah Cirebon Pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon Konsumen di luar Cirebon Petani Pedagang pengumpul besar Pedagang pengumpul besar Petani Pedagang di pasar induk Pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon Konsumen di luar Cirebon Pedagang pengumpul besar Konsumen di luar Cirebon Petani Pedagag pengumpul kecil Pedagang pengumpul besar Petani Supermarket Konsumen Supermarket Konsumen luar negeri Petani Pedagag pengumpul kecil Pedagang pengumpul besar Ekportir Pedagang pengumpul besar

Petani Ekportir luar negeriKonsumen

Pedagang pengumpul besar Pedagang pengecer di wilayah Cirebon Konsumen di wilayah Cirebon Pola 1 Cara bayar : tunai Grade B : Rp 14.000/kg Grade C : Rp 6000-7000/kg Pola 2

Cara bayar : tunai Grade B : Rp 14.000/kg Grade C : Rp 6000-7000/kg Pola 4 Cara bayar : DP Grade A : Rp 17.000/kg Grade B : Rp 15.000/kg Pola 5 Cara bayar : DP Grade A : Rp 20.000/kg Grade B : Rp 17.000/kg Pola 6 Cara bayar : tunda Grade A : Rp 20.000/kg Grade B : Rp 17.000/kg

Pola 7 Cara bayar : tunda Grade A Petani Pedagang di pasar induk Pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon Konsumen di luar Cirebon Pedagang pengumpul besar Pola 3 Cara bayar : DP Grade A : Rp 17.000/kg Grade B : Rp 15.000/kg Pedagag pengumpul kecil Pola 8 Cara bayar : tunda Grade A

Gambar 13. Berbagai pola saluran pemasaran mangga gedong gincu di wilayah Cirebon (diolah kembali dari hasil penelitian Eryani, 1999)

Umumnya, petani mangga gedong gincu melakukan sendiri kegiatan pemanenan dan pengangkutan. Pada saat jumlah mangga gedong gincu sedikit, sedangkan permintaan dan harga jual tinggi, maka pengangkutan dari kebun ke lokasi pengumpulan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pada kondisi tersebut, resiko dan biaya tranportasi akan ditanggung oleh pedagang pengumpul. Volume rata-rata yang mampu petani penuhi adalah 0,2 ton per 2 hari. Harga yang diterima petani ditentukan oleh mutu mangga gedong gincu yang dihasilkan

petani tersebut. Bagi petani yang sudah menerapkan GAP/SOP dan serangkaian tindakan pascapanen (pembersihan, sortasi, dan grading), akan mendapatkan harga yang lebih baik.

Pedagang pengumpul terdiri dari pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul kecil merupakan pedagang pengumpul di desa atau kecamatan yang mempunyai informasi lokasi kebun petani mangga gedong gincu yang siap panen dan harga mangga gedong gincu di wilayah Cirebon. Pedagang pengumpul kecil akan mencari sampel mangga gedong gincu untuk ditawarkan ke pedagang pengumpul besar dan akan memperoleh komisi dari petani sebesar 5 – 10 % dari jumlah penjualan mangga gedong gincu yang berhasil ditawarkan ke pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul besar adalah pedagang yang menampung mangga gedong gincu untuk dijual ke pedagang pengecer, pedagang pasar induk, supermarket atau eksportir. Pada penelitian ini, pedagang pengumpul besar direpresentasikan oleh Gapoktan Samimulya Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Volume rata-rata mangga gedong gincu yang mampu dijual oleh Gapoktan Samimulya adalah 1 ton per hari.

Pedagang pengecer terdiri dari pedagang pengecer di wilayah Cirebon dan di luar Cirebon. Pedagang pengecer di wilayah Cirebon adalah pihak yang membeli mangga gedong gincu dari pedagang pengumpul besar yang kemudian menjualnya kembali ke konsumen, sedangkan pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon adalah pihak yang membeli mangga gedong gincu dari pedagang pasar induk yang kemudian menjualnya kembali ke konsumen di luar wilayah Cirebon. Rata-rata jumlah mangga gedong gincu yang dibeli pedagang pengecer adalah kurang lebih 0,03 ton per hari.

Pedagang di pasar induk adalah pedagang yang berdomisili di luar wilayah Cirebon. Rata-rata volume penjualan mangga gedong gincu di pedagang pasar induk adalah 1-5 ton per hari. Pedagang supermarket adalah pedagang yang membeli mangga gedong gincu dari pedagang pengumpul besar untuk dijual kembali ke konsumen akhir. Rata-rata volume penjualan mangga gedong gincu di supermarket adalah 0,4 ton per 2 minggu.

Eksportir adalah pedagang yang membeli mangga gedong gincu dari pengumpul besar untuk dijual kembali ke pasar luar negeri. Antara eksportir dan pedagang pengumpul besar melakukan perjanjian kontrak berdasarkan volume mangga gedong gincu yang sanggup dipenuhi oleh pedagang pengumpul besar dalam suatu periode kontrak yang disepakati.

Pada penelitian ini, rantai pasok yang diamati adalah rantai pasok mangga gedong gincu di tingkat eksportir yang dilihat dari sisi sistem persediaan mangga gedong untuk ekspor. Pemasok direpresentasikan oleh petani dan gapoktan yaitu gapoktan di Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Perusahaan direpresentasikan oleh eksportir yang merupakan pedagang besar di Kabupaten Cirebon. Pelanggan akhir direpresentasikan oleh importir. Rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 14.

Petani (KTB) Gapoktan Pengecer/ Konsumen dalam negeri Pedagang besar (Eksportir) Importir

Keterangan : Arus produk Arus kas/uang Arus informasi

Gambar 14. Rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor

Mangga gedong gincu dipesan eksportir dari gapoktan yang sudah terikat kontrak untuk menyediakan pesanan eksportir mangga gincu selama periode musim panen. Gapoktan akan mengirim pesanan ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemetikan. Eksportir akan mengirim buah ke konsumen luar negeri di malam hari dengan menggunakan angkutan udara. Pengiriman dilakukan malam hari untuk mengurangi kerusakan akibat suhu yang panas dalam kemasaan. Pada lokasi penelitian ini, Gapoktan Samimulya adalah satu-satunya gapoktan di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Dalam Gapoktan Samimulya terdapat 11 KTB yaitu Sri Makmur, Sukamulya, Samoja, Makmur Jaya, Sugihmurti, Pakembaran, Datar Indah, Astana, Barokah, dan Cikondang Indah. Selain menjadi pemasok mangga gedong gincu untuk eksportir, Gapoktan Samimulya juga menjual mangga gedong gincu untuk pasar di wilayah Cirebon

dan di luar wilayah Cirebon. Gapoktan Samimulya memperoleh pasokan mangga gedong gincu dari petani mangga yang sudah menerapkan GAP/SOP pada kebun mangganya. Tidak semua petani dalam KTB telah menerapkan GAP/SOP. Di kecamatan Sedong, baru 10 petani dari berbagai KTB yang kebunnya mendapatkan nomor registrasi dari Departemen Pertanian karena sudah menerapkan GAP/SOP (Lampiran 4). Persyaratan importir, mangga gedong gincu yang dikirim haruslah berasal dari kebun yang sudah menerapkan GAP/SOP. Saat ini, baru KTB Sukamulya yang memasok mangga gedong gincu ekspor untuk Gapoktan Samimulya.

Eksportir pada penelitian ini adalah salah satu pedagang besar mangga yang sejak tahun 2007 sudah mengekspor mangga gedong gincu dari Cirebon ke berbagai negara meliputi : Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, Hongkong, Singapura, Malaysia, Dubai, Qatar, Homan, dan Ukraina. Selain mengirim mangga gedong gincu untuk pasar luar negeri, eksportir juga menjual mangga gedong gincu untuk pasar dalam negeri. Hal tersebut, dilakukan eksportir untuk menghindari kerugian akibat rusaknya mangga gedong gincu di gudang persediaannya. Sebagai buah tropis klimakterik, mangga gedong gincu mempunyai umur simpan terbatas dan mudah mengalami kerusakan di sepanjang rantai pasoknya. Negara importir menginginkan mangga gedong gincu yang dipetik pada tingkat kematangan 80-85%. Pada suhu ruang, mangga dengan tingkat kematangan 80-85% mempunyai umur simpan 6 hari, sehingga buah harus segera dikeluarkan dari gudang persediaan sebelum rusak untuk menghindari kerugian.

4.2.3. Aktifitas

Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon yang dikeluarkan oleh Deptan tahun 2005, aktifitas pada sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu meliputi : pemanenan, pengumpulan di gudang, sortasi, grading, pelabelan, pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian. Aktifitas pemilihan dan penyimpanan belum banyak dilakukan petani mangga gedong gincu. Pemilihan, penyimpanan dan aktifitas pascapanen lainnya banyak dilakukan tengkulak, pedagang pengumpul, dan pedagang antar kota. Pemilihan dilakukan berdasarkan: cacat, tua, dan sesuai ukuran yang diinginkan. Kemudian

dikumpulkan dalam keranjang atau wadah penyimpanan sampai adanya transaksi pemasaran ke konsumen. Petani mangga gedong gincu yang telah menerapkan SOP selain melakukan aktifitas pemanenan dan pengumpulan, juga melakukan aktifitas sortasi, grading, dan distribusi. Daftar penerapan SOP oleh petani SOP di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada penelitian ini, aktifitas pada sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor (Gambar 15) meliputi :

1. Pemanenan.

Pemanenan adalah pemisahan buah dari tanaman induknya. Pemanenan yang benar dan pada tingkat kematangan yang sesuai akan mempengaruhi kualitas mangga. Umumnya, mangga gedong gincu dipetik saat buah telah memenuhi ciri-ciri tua optimal yaitu adanya lapisan lilin buah, bentuk buah sudah padat penuh terutama bagian ujung, bila buah diketuk menghasilkan nada tinggi, buah akan melayang bila dimasukkan ke dalam air, tangkai buah kering, dan warna kulit kuning kemerahan pada ujungnya. Akan lebih baik jika dipetik matang di pohon sehingga warna kemerahan terlihat bagus dan rasa pun lebih manis.

Musim panen mangga gedong gincu adalah Oktober sampai Desember. Petani melakukan pemanenan disesuaikan dengan harga dan permintaan. Di luar waktu panen raya, petani memanen buah saat berumur 100 hsbm (tingkat kematangan 70%) karena saat tersebut harga mangga tua optimal rata-rata Rp 12.500 hingga Rp 15.000 per kg. Saat puncak panen raya (Nopember), mangga dengan tingkat kematangan 70% harganya rendah (Rp 6.000 – 7.000 per kg) dibanding mangga yang dipanen dengan tingkat kematangan 80-85% (Rp 15.000 per kg). Di luar waktu panen raya, petani hanya akan memanen mangga gedong gincu pada umur buah 100-120 hsbm (tingkat kematangan 80-85%) jika ada pesanan dari pembeli karena pemanenan pada umur tersebut sangat beresiko yaitu umur simpan buah sangat pendek dan resiko jumlah buah yang terserang lalat buah semakin besar. Pemanenan saat musim hujan, mengakibatkan buah rentan terkena hujan dan penyakit akibat air hujan sehingga buah akan cepat busuk.

Grade B dan C Pemanenan Pembersihan, sortasi, pengemasan, penimbangan Pengumpulan dan penampungan hasil panen Pengiriman ke gudang eksportir

sortasi dan grading di gudang eksportir Pelabelan buah, pembungkusan, pengemasan, penimbangan Pelabelan kemasan, paletizing Pengiriman ekspor

Pasar dalam negeri Tidak Layak

Jual

Layak Jual

Grade A

Gambar 15. Aktifitas di sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor

Rata-rata harga mangga gedong gincu berdasarkan tingkat kematangan di tingkat petani di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Harga (Dalam Rupiah Per Kg) Mangga Gedong Gincu Berdasarkan Tingkat Kematangan di Tingkat Petani di Kecamatan

Sedong Kabupaten Cirebon Tahun 2011

No. Musim panen Sortir Tanpa sortir

70% 80% 70% 80%

1. Awal panen raya (Oktober) 10.000 25.000 6.000 10.000

2. Puncak panen raya (Nopember) 6.000 15.000 2.500 8.000

Pemanenan pada tingkat kematangan 80-85% dilakukan secara berkala 1- 2 hari sekali. Hal ini karena, masa kematangan antara satu buah dengan buah lain baik dalam satu pohon maupun pohon lain berada dalam waktu yang tidak bersamaan. Khusus mangga gedong gincu untuk ekspor, mangga dipetik saat umur buah 100

– 120 hsbm (80-85%), yaitu lekukan ujung buah rata/hampir hilang, lapisan lilin mulai menebal pada permukaan buah, cabang tangkai buah telah kering, bentuk buah padat penuh terutama pada bagian ujung buah, buah tidak runcing (dapat duduk), bila dimasukkan ke dalam air akan melayang, bila buah diketok sudah berbunyi nyaring, rasa manis segar (total padatan terlarut 17-19 obrix), tingkat kekerasan 15kg/m2, dan warna kulit buah hijau dengan pangkal kemerahan. Kriteria petik mangga gedong gincu berdasarkan umur dan warna kulit buah dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 5.

Tabel 12. Kriteria Petik Mangga Gedong Gincu Berdasarkan Umur Dan Warna Kulit Buah

Tingkat kematangan

Umur buah

(hsbm) Warna kulit buah Rasa buah

70% 90-100 Seluruh bagian buah masih berwarna hijau

Asam segar 80% 95-100 Bagian atas ujung

buah berwarna hijau tua dengan pangkal buah berwarna orange

Manis-asam segar

85% 110-120 Bagian atas ujung buah berwarna hijau tua dengan pangkal buah berwarna merah

Manis segar

95% (siap konsumsi)

125 Bagian ujung dan tengah buah berwarna kuning dengan pangkal buah berwarna merah Manis segar 100% (over ripe)

130 Bagian ujung dan tengah buah berwarna kuning kemarahan dengan pangkal buah berwarna merah

Manis segar

Sumber : Deptan (2005)

Pemanenan dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul, pedagang antar kota atau tenaga upahan. Pemanenan di wilayah Cirebon dilakukan pada pagi

(pukul 06.00 - 10.00) atau sore (pukul 14.00 - 17.00) tergantung cuaca dan sesuai keperluan. Untuk keperluan ekspor, mangga gedong gincu dipanen pada pagi hari dengan tujuan mangga gedong gincu dapat diangkut ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemanenan. Mangga gedong gincu bisa dipanen saat berusia 3 tahun, namun biasanya buah yang dihasilkan masih sekitar 2-3 ton per panen. Setelah usianya 5 tahun, buah yang dihasilkan mencapai 4 ton per panen.

Berdasarkan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon (Lampiran 13), buah dipanen harus dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 cm supaya tidak terjadi penyebaran getah. Namun, praktik tersebut belum sepenuhnya dijalankan karena masih ada buah yang dipanen dengan tidak menyisakan tangkai. Panjang tangkai yang disisakan pun bervariasi antara 2-10 cm. Petani menyisakan tangkai hanya pada buah yang dapat dijangkau dengan tangan. Buah yang tidak terjangkau dengan tangan, dipanen menggunakan alat petik

yang disebut ―caduk’ yaitu semacam tongkat yang ujungnya terbuat dari besi

yang dilengkapi jala (Gambar 16). Pemakaian ―caduk‖ mengakibatkan buah beresiko terkena benturan, getah buah, dan luka yang akan mempengaruhi mutu dan harga jual di tingkat petani. Seyogyanya, tenaga petik menggunakan

Dokumen terkait