• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan sistem persediaan dalam rantai pasok mangga gedong gincu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan sistem persediaan dalam rantai pasok mangga gedong gincu"

Copied!
312
0
0

Teks penuh

(1)

HERFIANI RIZKIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Sistem Persediaan Dalam Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(5)

HERFIANI RIZKIA. Developing of Inventory Systems in Mango var. Gedong

Gincu Supply Chain. Supervised by MACHFUD, ERIYATNO, and SUTRISNO.

Characteristic of inventory for perishable products is the product can not be kept forever. Especially for fresh fruit, their inventory system have limited shelf-life and a decline in quality over the whole period of inventory. The aim of the research were to develop inventory systems in mango var.Gedong Gincu supply chain. Inventory system is built on exporter level of mango var Gedong Gincu for export purposes with due respect to reduction in fruit quality. Inventory at the exporter level was modeled by mathematical equation. The model was developed based on Economic Order Quantity (EOQ) model. The phenomenon of quality deterioration of fresh fruit followed an exponential degradation rate,

approximated by the equation � ��� � =��� ���� ��� ��−�. The model developed in this study can be used to determine the optimal quantity of mango var. Gedong Gincu that was ordered for export with due respect to deterioration during periods of stock.In inventory management at the exporter level, the model can be used to determine the optimal number of orders gedong gincu on exporters with due respect to the level of quality and reduction in weight over a period of inventory. Output model of the optimum order quantity (Q*) at room temperature storage, the storage temperature of 13 °C and storage temperature of 10 °C), is 0,6 tons per day; 1,2 tons per day and 1,4 tons per day, respectively. In order to meet the needs of exporters, gapoktan can make improvements appropriate postharvest handling along supply chain of mango var. Gedong Gincu postharvest handling can be done at the farm level such as by removing the heat field to minimize weight loss of fruit and maintain the flow of sap from the fruit skin by leaving a stalk 1-2 cm when picking.

(6)

RINGKASAN

HERFIANI RIZKIA. Pengembangan Sistem Persediaan Dalam Rantai Pasok

Mangga Gedong Gincu. Dibimbing oleh : MACHFUD, ERIYATNO, dan

SUTRISNO.

Kendala utama dalam sistem persediaan untuk komoditas hasil pertanian adalah umur simpan. Umumnya, model-model persediaan yang dibangun dalam sistem persediaan mengasumsikan bahwa produk memiliki umur simpan tidak terbatas sehingga dapat disimpan selama-lamanya untuk memenuhi permintaan di masa datang. Kenyataannya, produk mempunyai umur simpan terbatas karena mengalami perubahan dalam penyimpanan akibat penurunan mutu, kerusakan dan keusangan (obsolescence). Untuk produk hasil pertanian, selain aspek musiman dan kamba, aspek mudah rusak (perishable) menjadi faktor penting dalam sistem persediaan komoditas hasil pertanian. Khusus untuk produk segar, misalnya buah segar, aspek penurunan mutu dan susut bobot yag menunjukkan tingkat kesegaran (freshness) merupakan parameter mutu kritis yang dijadikan pertimbangan dalam mempertahankan mutunya.

Mangga gedong gincu merupakan salah satu produk yang termasuk dalam klasifikasi produk yang tidak tahan lama dalam penyimpanan (perishable product), dimana akan terjadi penurunan mutu dalam waktu tertentu. Setelah dipanen, buah mangga tetap melakukan kegiatan metaboliknya seperti respirasi dan transpirasi yang dapat menyebabkan perubahan fisikokimia buah pascapanen, seperti proses pematangan, pembentukan aroma dan kemanisan, pelunakan daging buah dan penurunan nilai mutu. Kondisi tersebut memerlukan kebijakan yang tepat untuk mendukung sistem persediaannya.

(7)

memenuhi target volume minimal pengiriman. Terbatasnya pasokan mangga dari gapoktan karena terbatasnya produksi mangga gedong gincu yang dapat memenuhi kualitas ekspor dan terbatasnya jumlah kebun petani yang terdaftar GAP/SOP. Dari total jumlah mangga yang dikirim gapoktan ke gudang eksportir, hanya 29,1 - 50,5 % yang bisa diekspor karena selama tranportasi dari gapoktan ke gudang eksportir mengalami kerusakan mekanis berupa 2,1 - 6,4 % buah tidak bertangkai; 9,4 - 19,2 % luka memar/benturan; dan 15,2 - 31,9 % luka gesekan.

Model persediaan yang dikembangkan dalam sistem persediaan di tingkat eksportir terdiri dari elemen biaya simpan, biaya pesan, biaya penurunan mutu dan biaya susut bobot. Model dapat digunakan eksportir untuk menentukan jumlah pesanan optimal gedong gincu dengan memperhatikan aspek penurunan mutu dan susut bobot selama periode persediaan. Berdasarkan keluaran model, jumlah pemesanan optimum oleh eksportir ke gapoktan untuk penyimpanan suhu ruang, suhu 13 oC dan suhu 10 oC, masing-masing adalah 0,6 ton per hari; 1,2 ton per hari; dan 1,4 ton per hari.

Bila dibandingkan antara performa komponen biaya persediaan pada penyimpanan ruang dengan performa komponen biaya persediaan pada penyimpanan suhu dingin, maka walaupun terjadi kenaikan biaya simpan sebesar 52,8%, tetapi secara keseluruhan terjadi penghematan total biaya persediaan sebesar 38 – 41%. Penghematan total biaya persediaan tersebut terjadi karena penghematan biaya akibat penurunan mutu sebesar 38-42 % dan penghematan biaya akibat susut bobot sebesar 60-71 %. Walaupun perbedaan TC persediaan pada suhu 13 oC dengan TC persediaan pada suhu 10 oC, relatif kecil, tetapi secara agregat, penyimpanan pada suhu 10 oC memiliki TC yang lebih efisien daripada penyimpanan pada suhu 13 oC. Selain itu, penyimpanan pada suhu 10 oC memberikan kelebihan berupa umur simpan menjadi lebih panjang yaitu 28 hari bila dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 13 0C yaitu 21 hari.

Untuk memenuhi kebutuhan eksportir mangga gedong gincu, gapoktan melakukan perencanaan kebutuhan mangga melalui pengaturan waktu panen petani Kelompok Tani Buah (KTB). Dengan kemampuan petani KTB yang hanya bisa menyediakan mangga gedong gincu kualitas ekspor sebanyak 0,7 ton per empat hari, maka gapoktan mengatur kebutuhan eksportir mangga gedong gincu sebanyak 1,4 ton per hari dengan cara melibatkan dua KTB, masing-masing KTB 0,7 ton per hari.

Untuk tujuan penetapan jumlah pemesanan optimum mangga gedong gincu di tingkat eksportir, pada pengembangan model persediaan selanjutnya perlu mempertimbangkan aspek kerusakan mangga gedong gincu selama transportasi dan mengintegrasikan model persediaan mangga gedong gincu di tingkat eksportir dengan model persediaan mangga gedong gincu pada pelaku rantai pasok yang lain yaitu gapoktan dan petani.

(8)

Dukungan kebijakan dari Pemerintah Daerah dan instansi pembina dalam lingkup Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor perlu terus dilakukan melalui : (a) pengembangan luas areal tanaman, (b) memfasilitasi penyediaan bibit mangga gedong gincu yang bersertifikat, (c) memfasilitasi pengadaan ruang penyimpanan, transportasi, dan peralatan pascapanen yang memadai di sentra produksi mangga gedong gincu sehingga penerapan GAP/SOP mangga gedong gincu dapat dilaksanakan dengan baik, (d) melakukan pembinaan kebun buah mangga gedong gincu dalam upaya penambahan kebun mangga gedong gincu yang terdaftar sebagai kebun yang telah menerapkan GAP/SOP. Dengan demikian, hasil panen dari kebun tersebut dapat memenuhi syarat untuk ekspor sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas mangga gedong gincu untuk ekspor sekaligus juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen luar negeri terhadap mutu buah yang diekspor, (e) melakukan pembinaan pada pelaku usaha mangga gedong gincu untuk mendapatkan sertifikasi Prima sebagai upaya pengakuan bahwa hasil panen yang dihasilkan atau yang ditangani telah memenuhi syarat yang ditetapkan sesuai sistem jaminan mutu hasil pertanian, serta (f) terus melakukan pengembangan teknologi penanganan pascapanen dalam upaya mempertahankan mutu magga gedong gincu selama persediaan di sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu.

Dengan adanya teknologi pembungaan, maka petani dapat melakukan panen di luar musim panen, sehingga dalam penelitian lebih lanjut perlu dikembangkan model perencanaan persediaan mangga gedong gincu di tingkat eksportir pada periode perencanaan offseason (di luar musim panen).

(9)

©

Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik

atau tinjauan masalah.

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(10)
(11)

HERFIANI RIZKIA

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji pada Ujian Tertutup : 1.Dr.Ir.Aris Purwanto, M.Sc

Staf Pengajar pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

2.Dr.Ir. Sukardi, MM

Staf Pengajar pada Program Studi Teknik Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Penguji pada Ujian Terbuka : 1.Prof. Dr.Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. Guru Besar pada Departemen Agronomi dan

Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB

2.Dr.Ir.Ridwan Rahmat M.Agr

Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Pertanian, Balai Besar

(13)

Nama Mahasiswa : Herfiani Rizkia NRP : F 361050061

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Machfud, MS

Ketua

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr

Anggota

Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE

Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(14)
(15)

Puji syukur hanya kepada Allah Subhanawata’ala karena berkat rahmat dan ridho-Nya, disertasi yang berjudul Pengembangan Sistem Persediaan Dalam Rantai Pasok Dalam Mangga Gedong Gincu dapat penulis selesaikan.

Disertasi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (TIP SPs IPB). Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan hormat, penghargaan, dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Machfud, MS sebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, pemikiran, arahan, dan waktu tanpa kenal lelah serta terus memotivasi dan mendorong semangat penulis untuk terus berjuang hingga terselesaikannya disertasi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno MSAE dan Bapak Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr yang telah bersedia menjadi anggota komisi pembimbing yang secara konsisten dan tidak bosan untuk terus membimbing dan memberikan pemikiran dan pengarahan dengan sangat baik hingga terselesaikannya disertasi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Aris Purwanto, M.Sc., Dr. Ir. Sukardi, MM., Prof. Dr. Ir. Roedy Poerwanto, M.Sc., dan Dr. Ir. Ridwan Rahmat, M.Agr yang telah meluangkan tenaga, waktu, dan pikirannya sebagai penguji luar komisi pembimbing serta telah memberi masukan pada perbaikan disertasi ini. 4. Ketua Program Studi TIP Dr. Ir. Machfud, MS beserta seluruh staf dosen

dan karyawan Program Studi TIP SPs IPB, atas semua bantuan dan motivasi yang tiada henti pada penulis.

5. Seluruh pimpinan dan karyawan SPs IPB, terutama Program Studi TIP yang telah memberi bantuan dan fasilitas kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan S3 di Program Studi TIP SPs IPB.

6. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan serta Dinas Pertanian Tanaman

(16)

7. Bapak Herman (sie Buah Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Kabupaten Cirebon). Bapak Haerudin (ketua Gabungan Kelompok Tani Sarimulya Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon). CV Buah SAE yang telah memberikan banyak kemudahan dan bantuan selama proses studi lapangan yang dilakukan penulis.

8. Ayahanda Bapak Drs. HM. Fachir Ro’i, ayah mertua Bapak HMA Sunarya

dan adik-adikku : dr. Herleni Kartika, Fitrah Subhan, SE, MM, Indah Nur Rachmi, SE, Fitria, A.Md Kebidanan, Aulia Mardiyah, dan Rayya Aqil Abdurrahman atas dukungan dan doa yang telah diberikan.

9. Suami Ahmad Gamal Firdaus dan anak-anak (Raihan Abdurrahman dan

Radhwa Kamilah) atas kasih, dukungan, dan pengertian yang telah diberikan.

10. Seluruh paman, bibi, dan saudara dalam keluarga besar H.M. Ro’i (alm) atas

bantuan, dukungan, dan do’a yang diberikan pada penulis.

11. Bapak Rika Ampuh Hadiguna, Bapak Alexie, Bapak Rachman Jaya, Ibu

Eveline Anne Marie, Pudji Astuti, Hendrastuti, dan Ibu Nora Azmi atas semua bantuan, pemikiran, empati dan dukungan motivasi untuk penyelesaian studi penulis.

12. Teman-teman seperjuangan di S3 TIP SPs IPB angkatan 2005 : Luluk SB,

Novizar, Yuli Wibowo, Cut Meurah Rosnelly, Ida Bagus Udayana, Fahmi Riadi dan Henny Purwaningsih serta seluruh teman-teman S3 TIP SPs IPB lainnya yang tidak kenal lelah memotivasi penyelesaian studi S3 penulis di IPB.

13. Saudara Panji Laksamana dan Saudara Jefri yang telah membantu dalam

teknis penyelesaian model.

14. Kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan bantuan dan saran

hingga terselesaikannya disertasi ini dengan baik.

Semoga tulisan disertasi ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak serta menjadi titik awal penulis untuk terus menghasilkan karya-karya lainnya.

Bogor, Januari 2012

(17)

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 15 Februari 1974 sebagai anak pertama dari Ayah yang bernama Drs. HM. Fachir Ro’i dan Ibu yang bernama Sofiah Burlian (alm). Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Advent II Palembang pada tahun 1986. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 3 Palembang pada tahun 1989 dan di SMAN 1 Bandung pada tahun 1992. Pada tahun 1997, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana di jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Sejak tahun 1998, penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Pertanian Republik Indonesia dan ditempatkan sebagai analis benih di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Penulis kemudian ditugaskan sebagai analis benih di BPSB Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur pada tahun 1999. Dari tahun 2000 hingga saat ini, penulis bertugas di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan.

Tahun 2001, penulis melanjutkan studi S-2 pada Program Studi Teknologi Pascapanen Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dan memperoleh gelar Magister Science (M.Si) pada tahun 2004. Tahun 2002, penulis menikah dengan Ahmad Gamal Firdaus dan dikaruniai dua orang putra/i yaitu Raihan Abdurrahman (8 tahun) dan Radhwa Kamilah (4 tahun). Pada tahun 2005, penulis mendapat tugas belajar dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui beasiswa APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk melanjutkan studi S-3 di Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

(18)

xxiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……… xxiii

DAFTAR TABEL……….... xxv

DAFTAR GAMBAR………... xxvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xxix

DAFTAR ISTILAH……… xxxi

I. PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Tujuan Penelitian ………... 4

1.3. Ruang Lingkup ……….. 4

1.4. Manfaat ……….. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1. Mangga Gedong Gincu ……….. 7

2.2. Pascapanen Mangga Gedong Gincu ………..………… 12

2.3. Parameter Mutu Buah Mangga ……….. 22

2.4. Pendekatan Sistem ………. 24

2.5. Persediaan ……….. 29

2.6. Landasan Matematik ……….. 35

2.7. Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian ……… 43

III. METODOLOGI PENELITIAN………... 47

3.1. Kerangka Pemikiran ………... 47

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 48

3.3. Teknik-teknik yang digunakan ………... 49

3.4. Pengumpulan Data dan Informasi ……….. 49

3.5. Tahapan Penelitian ……….……… 50

3.6. Verifikasi dan Validasi Model ………... 50

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU ………. 53

(19)

xxiv

V. PEMODELAN SISTEM………... 75

5.1 Pendekatan Sistem ……….. 75

5.2. Model Prakiraan Permintaan Ekspor Mangga Gedong Gincu 79 5.3. Sistem Persediaan Mangga Gedong Gincu di Tingkat Eksportir ………. 81

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 91

6.1. Manajemen Persediaan Mangga Gedong Gincu di Tingkat.. Eksportir ………. 91

6.2. Manajamen Persediaan Mangga Gedong Gincu di Tingkat Gapoktan ……… 100

VII. SIMPULAN DAN SARAN………..…….. 103

7.1. Simpulan ………...……….. 103

7.2. Saran ………...……… 104

DAFTAR PUSTAKA………... 107

(20)

xxv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kelas Mutu Mangga Berdasarkan SNI 3164-2009 ….……. 9 Tabel 2. Kelas Mutu Mangga Berdasarkan Codex Stand 184-1993 .. 10 Tabel 3. Syarat Umum Mutu Mangga ……… 11 Tabel 4. Perubahan Parameter Mutu Selama Penyimpanan Mangga

Gedong Gincu Pada Suhu 13 0C ………...… 22 Tabel 5. Posisi Penelitian Yang Dilaksanakan ……….……….. 46 Tabel 6. Produksi dan Volume Eekspor Mangga Indonesia

2007-2009 ………. 53

Tabel 7. Perbedaan Mangga Gedong Gincu Dengan Gedong Biasa... 53 Tabel 8. Perbandingan Mangga Gedong Gincu Dengan Mangga

Varietas Indonesia ……….... 54 Tabel 9. Rata-Rata Harga Mangga Kualitas Ekspor (Grade A) Di

Tingkat Petani di Kabupaten Cirebon Tahun 2010 ……….. 55 Tabel 10. Produksi Mangga Gedong Gincu Tahun 2005-2010 ……… 55 Tabel 11. Rata-Rata Harga (Dalam Rupiah Per Kg) Mangga Gedong

Gincu Berdasarkan Tingkat Kematangan (Setelah Disortir) Tingkat Petani di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon

Tahun 2011 ………... 63

Tabel 12. Kriteria Petik Mangga Gedong Gincu Berdasarkan Umur

Dan Warna Kulit Buah ………. 64

Tabel 13 Harga Mangga Gedong Gincu di Kabupaten Cirebon Pada

Tingkat Eksportir Berdasarkan Bobotnya ………... 71

Tabel 14. Pelaku, Fungsi Pelaku, Dan Kebutuhan Tiap Pelaku Yang Terlibat Dalam Rantai Pasok Mangga Cinggu Di Tingkat

Eksportir ………... 78

Tabel 15. Prakiraan Permintaan Ekspor Mangga Gedong Gincu

Selama Musim Panen ………... 92

Tabel 16. Keluaran Model Dengan Input Hasil Prakiraan Permintaan

Ekspor Mangga Gedong Gincu………. 93

Tabel 17. Keluaran Model Dengan Q =1.2 Ton Pada

Pada Skenario Suhu Penyimpanan………..……….. 95

Tabel 18. Keluaran Model Dengan Q= 1.4 Ton Pada

(21)

xxvi

Tabel 19. Performa Persediaan Mangga Gedong Gincu

Berdasarkan Model Persediaan Terhadap Q Optimum……. 99 Tabel 20. Data Pesanan Dan Pengiriman Mangga Gedong Gincu Dari

Gapoktan Ke Eksportir ……… 101 Tabel 21. Perencanaan Kebutuhan Buah Mangga di Tingkat

Gapoktan Untuk Pemenuhan Pesanan Eksportir Sebanyak

(22)

xxvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Mangga gedong gincu untuk ekspor ………... 12 Gambar 2. Diagram alir penanganan pacsapanen mangga

gedong untuk ekspor ……….. 13

Gambar 3. Diagram alir penanganan pascapanen mangga

gedong gincu ………... 14

Gambar 4. Perubahan warna mangga gedong gincu selama

Penyimpanan pada suhu 13 0C ………... 21 Gambar 5. Klasifikasi pemodelan sistem ………... 25 Gambar 6. Proses pemodelan matematik ………. 28 Gambar 7. Model deterministik vs probabilistik ………... 34 Gambar 8. Situasi persediaan untuk model EOQ ……….... 38 Gambar 9. Biaya total persediaan per periode perencanaan ……….... 39 Gambar 10. Kerangka pemikiran ……….. 48 Gambar 11. Tahapan pemodelan dalam penelitian ………...…. 49 Gambar 12. Elemen rantai pasok mangga Gedong Gincu untuk

eksportir ………...…... 57 Gambar 13. Berbagai pola rantai pasok mangga gedong gincu di

daerah cirebon ……… 58

Gambar 14. Rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor …... 60 Gambar 15. Aktifitas di sepanjang rantai pasok mangga gedong

gincu untuk ekspor ………... 63 Gambar 16. Alat petik ―caduk‖ dan cara petik mangga gedong

gincu di kecamatan Sedong ……… 65 Gambar 17. Keranjang pengumpulan mangga gedong gincu

petani KTB Sukamulya ………...…... 67 Gambar 18. Penampungan mangga di gudang eksportir dalam

keranjang plastik HDPE ………... 70 Gambar 19. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong

Gincu pada tingkat eksportir di Kabupaten Cirebon …….. 72 Gambar 20. Mangga gedong gincu untuk ekspor di dalam

kemasan ………...…... 73

(23)

xxviii

Gambar 22. Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga

gedong gincu untuk ekspor ……….. 74 Gambar 23. Pola data masa lalu penjualan ekspor mangga

gedong gincu ………...……... 80 Gambar 24. Sebaran nilai koefisien autokorelasi deret angka

permintaan mangga gendong gincu …………..…...…... 80 Gambar 25. Sebaran nilai koefiesien parsial penjualan mangga

Gedong gincu ………...…... 81 Gambar 26. Situasi model persediaan dengan mempertimbangkan

laju kerusakan buah ………...………..……. 84 Gambar 27. Grafik komponen biaya dalam sistem persediaan

manggga gedong gincu pada berbagai skenario

teknologi penyimpanan………... 93

Gambar 28. Grafik total biaya dalam sistem persediaan mangga gedong gincu pada berbagai skenario teknologi

penyimpanan……….. 94

Gambar 29. Grafik komponen biaya dalam sistim persediaan mangga gedong gincu saat Q = 1.2 ton berbagai skenario suhu

penyimpanan……….. 96

Gambar 30. Grafik total biaya dalam sistim persediaan mangga gedong gincu saat Q = 1.2 ton berbagai skenario suhu

penyimpanan……….. 96

Gambar 31. Grafik komponen biaya dalam sistim persediaan mangga gedong gincu saat Q = 1.4 ton berbagai skenario suhu

penyimpanan……….. 97

Gambar 32. Grafik total biaya dalam sistim persediaan mangga gedong gincu saat Q = 1.4 ton berbagai skenario suhu

(24)

xxix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rata-rata Tingkat Kerusakan Buah Mangga Gedong)

Gincu Per Hari di Gudang Eksportir Pada Musim Panen dan Pada Panen di Luar Musim (Off-Seasson

Tahun 2010 ……… 117

Lampiran 2. Proses Pemeriksaan Kesesuaian Dimensi Elemen- elemen Dalam Model Persediaan Mangga Gedong

Gincu untuk Ekspor ………... 118

Lampiran 3. Daftar Jumlah Pohon Mangga Gedong Gincu Menurut Kecamatan di Kabupaten Cirebon tahun

2011 ………... 120

Lampiran 4. Daftar Nomor Registrasi Kebun Buah Mangga

Gedong Gincu Kecamatan di Kabupaten Cirebon …… 121

Lampiran 5. Indeks Kematangan Mangga Gedong Gincu ………… 122 Lampiran 6. Penerapan SOP Oleh Petani SOP di Kecamatan

Sedong Kabupaten Cirebon ………... 123

Lampiran 7. Penjelasan Persamaan (36) Sampai Dengan Persamaan

(37) ……… 124

Lampiran 8. Penjelasan Persamaan (36) Sampai Dengan Persamaan

(41) ……… 126

Lampiran 9. Teorema dasar yang digunakan dalam penyelesaian

Persamaan (37) sampai dengan Persamaan (41)……… 128

Lampiran 10. Codex standard for mangoes (Codex stan 184-1993)… 129 Lampiran 11. Standar nasional Indonesia untuk komoditas mangga

(SNI 3164-2009)……… 134

Lampiran 12. Input data ke dalam model persediaan mangga gedong

(25)
(26)

xxxi

DAFTAR ISTILAH

Manajemen rantai pasok

Manajemen aliran bahan, informasi, dan finansial melalui sebuah jaringan kerja organisasi (pemasok, pengolah, penyedia logistik, pedagang besar/distributor, dan pengecer) yang bertujuan untuk memproduksi dan mengirimkan produk/jasa untuk pelanggan.

Rantai pasok Merupakan pergerakan fisik bahan baku atau produk, aliran informasi, pergerakan uang, penciptaan dan penjabaran modal intelektual. Rantai pasokan tidak sama dengan istilah logistik karena di dalamnya akan termasuk fungsi pembelian, produksi, pemasaran, keuangan, perekayasaan, dan aktivitas pengendalian.

Persepsi pembeli Pandangan pembeli mengenai mangga gedong gincu baik dilihat dari segi harga, mutu dan segi perbedaan mangga gedong gincu yang dibeli dari setiap lembaga pemasaran. Harga jual petani (Rp) Harga rata-rata mangga gedong gincu yang diterima

petani per kg.

Pedagang pengumpul Pedagang yang melakukan pembelian langsung dari petani dan menyalurkan mangga gedong gincu yang dibeli kepada pedagang besar atau langsung kepada pedagang pengecer.

Pedagang besar Pedagang yang memperoleh barang sebagai barang niaga langsung dari satu aatau lebih pengumpul.

Pedagang grosir pedagang yang memperoleh mangga gedong gincu dari satu atau lebih pedagang besar untuk dijual kepada pedagang pengecer.

Pedagang pengecer Pedagang yang memperoleh mangga gedong gincu dari satu atau lebih pedagang grosir atau petani produsen untuk dijual kepada konsumen akhir.

Mangga Gedong Gincu

Mangga jenis gedong yang dipanen pada tingkat kematangan 80 – 85% (umur petik 100 -120 hari setelah bunga mekar)

Gapoktan Gabungan kelompok tani yaitu sejenis dalam satu wilayah

Kelompokk Tani Buah (KTB)

(27)

xxxii

melaksanakan budidaya tanaman buah secara benar dan tepat sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan, dan memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan kesejahteraan petani dan usaha produksi yang berkelanjutan serta prinsip traceability (suatu produk dapat ditelusuri asal usulnya dari pasar hingga kebun).

SOP Standard Operational Precedure atau standar prosedur operasional merupakan acuan pelaksanaan kegiatan proses produksi yang disusun berdasarkan kondisi nyata di lapangan serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang pengembangan buah-buahan. SOP memuat keterangan/instruksi kerja yang meliputi semua proses produksi (pra-panen sampai dengan pascapanen) buah-buahan dalam bentuk buah segar. Bahasa yang digunakan dalam SOP adalah kalimat praktis, sederhana dan dapat dimengerti bagi semua pihak yang membacanya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk memproduksi buah bermutu dan berdaya saing.

SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon

Standard Operational Precedure atau standar prosedur operasional mangga gedong gincu yang disusun oleh tim penyusun SOP mangga gedong gincu untuk Kabupaten Cirebon yaitu yang memuat prosedur pelaksanaan penanganan pra panen, panen sampai pascapanen mangga gedong gincu di kabupaten Cirebon.

Varietas Bagian dari satu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lainnya yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.

Chilling injury Merupakan salah satu jenis kerusakan fisiologi dari produk segar hasil pertanian yang disebabkan oleh pengaruh suhu penyimpanan dingin di atas titik beku (kisaran suhu 0 – 10 oC) sehingga mengakibatkan penurunan kualitas dari produksi. Gejala kerusakan berupa kulit produk memar atau terdapat legokan, gagal menjadi matang, dan internal discoloration.

Grading mangga Pemilahan buah mangga berdasarkan kriteria kelas,

(28)

xxxiii Sortasi Kegiatan pemisahan secara visual berdasarkan tampilan fisik (warna dan bentuk) antara yang baik, tidak rusak, tidak cacat, sehat, dan benda asing lainnya.

Respirasi Proses oksidasi glukosa menggunakan oksigen dari udara sehingga menghasilkan karbondioksida, air dan sejumlah energi. Intensitas laju respirasi dapat dianggap sebagai ukuran laju metabolime buah sesudah panen sehingga merupakan petunjuk tentang potensi daya simpan produk segar. Semakin tinggi laju respirasi, biasanya disertai dengan semakin pendek umur simpan suatu produk. Tranpirasi Penguapan air pada permukaan buah

Klimakterik Perubahan mendadak dari laju respirasi sebelum terjadinya proses pelayuan

Buah klimakterik Buah yang dicirikan dengan adanya peningkatan respirasi yang menyolok setelah panen, bersamaan dengan saat pemasakan dan disertai dengan perubahan warna, citrasa, dan teksturnya. Sesaat setelah panen, buah menunjukan laju respirasi yang rendah di awal diikuti kenaikan laju respiurasi mendadak sampai maksimum kemudian terjadi penuruan laju respirasi.

Registrasi kebun Merupakan bentuk penghargaan yang diberikan kepada produsen buah-buahan yang telah menerapkan prinsip-prinsip IndoGAP, SOP dan prinsip-prinsip PHT (pengendalian Hama Terpadu) dalam praktik budidaya pada kebun buah-buahan, disamping juga merupakan tahapan sertfifikasi produk.

Sertifikasi Pemberian sertifikat kepada pelaku usaha pagan hasil pertanian sebagai bukti pengakuan bahwa pelaku usaha pangan hasil pertanian tersebut telah memenuhi persyaratan dalam menerapkan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian (Deptan, 2007).

(29)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rantai pasok merupakan sekumpulan entitas baik berupa organisasi maupun individual yang secara langsung dan bersama-sama terlibat dalam aliran mulai hulu sampai hilir dari produk, jasa, keuangan dan atau informasi dari suatu sumber ke konsumen (Mentzer et al, 2001). Salah satu tipe masalah yang berkembang saat ini di bidang rantai pasok adalah penanganan produk-produk mudah rusak (perishable). Menurut Hug et al (2005), produk mudah rusak adalah semua produk yang mengalami perubahan secara fisik yang dapat mempengaruhi umur hidupnya baik tetap maupun acak, dan menjadi rusak atau kadaluarsa saat nilai ekonomisnya turun pada saat tiba di konsumen. Salah satu contoh produk

perishable adalah produk hasil pertanian. Berbagai penelitian mengenai rantai pasok produk hasil pertanian dan industrinya telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir diantaranya adalah : Ahuma and Villalobos (2007), Gal et al (2008) Perdana (2009), Hadiguna (2010), Verdouw et al (2010). Penelitian tersebut memfokuskan pada rantai pasok di industri yang berbahan baku produk hasil pertanian. Walaupun jumlahnya masih terbatas, bahasan mengenai rantai pasok produk segar hasil pertanian sudah mulai dilakukan, diantaranya oleh : Widodo et al (2004), Stringer et al (2009), dan Jacxsens (2010).

(30)

2

waktu ke waktu di sepanjang rantai pasok pada tingkat yang sangat tergantung suhu dan kelembaban. Widodo et al (2004) menjelaskan bahwa berdasarkan Food and Fertilizer Centre, total kerugian akibat kerusakan atau penurunan mutu pada produk segar hasil pertanian di berbagai negara mencapai 20 – 60 % dari total yang dipanen. Diperlukan strategi untuk mempertahankan mutu dan mengurangi kerusakan pada produk segar hasil pertanian di sepanjang rantai pasoknya.

Rantai pasok produk segar hasil pertanian melibatkan rangkaian kegiatan pasokan, pemrosesan, persediaan, dan pengiriman kepada konsumen. Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasok pertanian memberikan perhatian pada pasokan, produksi, persediaan dan pendistribusian sebagai strategi mengurangi resiko kerusakan atau penurunan kualitas produk secara total. Salah satu faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam rantai pasok produk segar hasil pertanian adalah persediaan. Sistem persediaan menjadi salah satu aspek penting dari manajemen rantai pasok karena biaya persediaan dapat mencapai 25 – 40 persen dari total harga produk yang disimpan. Alasan paling mendasar mengapa perlu membangun sistem persediaan adalah tidak mungkin secara fisik atau ekonomi produk dapat diperoleh dengan seketika saat permintaan produk tersebut terjadi.

Kendala utama dalam sistem persediaan untuk produk hasil pertanian adalah umur simpan. Umumnya, model-model persediaan yang dibangun dalam sistem persediaan mengasumsikan bahwa produk memiliki umur simpan tidak terbatas sehingga dapat disimpan selama-lamanya untuk memenuhi permintaan di masa datang. Kenyataannya, produk mempunyai umur simpan terbatas karena mengalami perubahan dalam penyimpanan akibat penurunan mutu, kerusakan dan keusangan (obsolescence). Untuk produk hasil pertanian, selain aspek musiman dan kamba, aspek mudah rusak (perishable) menjadi faktor penting dalam sistem persediaan produk hasil pertanian. Khusus untuk produk segar, misalnya buah segar, aspek penurunan mutu dan susut bobot yag menunjukkan tingkat kesegaran (freshness) merupakan parameter mutu kritis yang dijadikan pertimbangan dalam mempertahankan mutunya.

Berbagai literatur telah banyak menjelaskan tentang sistem persediaan

(31)

memperlakukan produk segar sebagai kasus perishable khusus dengan kecepatan penurunan mutu secara tetap dan masih bisa digunakan atau dikonsumsi sebelum tanggal kadaluarsanya.

Mangga gedong gincu merupakan varietas mangga unggulan nasional yang banyak diusahakan di Jawa Barat khususnya Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Mangga gedong gincu banyak diminati baik oleh konsumen domestik maupun luar negeri, karena rasanya yang manis, daging buah tebal, aroma kuat, kandungan air banyak, ukuran yang tidak terlalu besar, serta memiliki warna yang eksotis dan menarik. Harga produk ini cukup menjanjikan baik bagi petani, pedagang, maupun pelaku agribisnis hortikultura lainnya. Mangga gedong gincu dipasarkan ke beberapa kota di Indonesia yaitu : Jakarta, Jambi, Semarang, Riau, Padang, Palembang, Bandung, Bogor, dan sebagian besar kota-kota lainnya di Jawa Barat. Selain itu, mangga gedong gincu terutama yang berasal dari kabupetan Cirebon juga telah masuk ke pasaran luar negeri seperti Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, Hongkong, Singapura, Malaysia, Dubai, Qatar, Homan, dan Ukraina. Melihat peluang pasar yang ada, diperkirakan produksi mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon akan meningkat secara nyata pada tahun-tahun mendatang.

(32)

4

1.2. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

1. Umum : mengembangkan sistem persediaan dalam rantai pasok mangga gedong gincu.

2. Khusus : a. Mempelajari kondisi rantai pasok mangga gedong gincu.

b. Mempelajari pengaruh teknologi pascapanen pada mutu buah dan performa persediaan dalam rantai pasok mangga gedong gincu. c. Menganalisis manajemen persediaan di tingkat eksportir dan

tingkat gapoktan.

d. Mengembangkan model pengendalian persediaan di tingkat eksportir.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada lingkup persediaan di tingkat eksportir pada rantai satu pemasok, satu eksportir dan satu importir.

Penelitian dibatasi pada :

1. Sistem persediaan dibangun dengan memperhatikan aspek freshness yaitu penurunan mutu dan susut bobot.

2. Sistem yang dilihat adalah sistem persediaan single-vendor (satu pemasok) dan one-buyer (satu pembeli).

3. Model hanya untuk satu jenis produk pertanian yaitu yang dibangun berdasarkan umur simpan buah akibat adanya teknologi penyimpanan dingin, dan berdasarkan susut bobot selama penyimpanan.

4. Produk hasil pertanian yang dikaji adalah buah mangga gedong gincu produksi Kabupaten Cirebon didistribusikan ke luar negeri dalam keadaan segar.

5. Rantai pasok yang dikaji adalah anggota rantai pasok mangga gedong gincu pada tingkat eksportir.

6. Model persediaan dikembangkan di tingkat eksportir.

(33)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan oleh pedagang buah mangga gedong gincu untuk menentukan jumlah persediaan dengan memperhatikan aspek penurunan mutu buah segar selama penyimpanan, sehingga dapat meminimalisasi kerugian akibat kerusakan buah mangga gedong gincu pada saat persediaan.

(34)
(35)

2.1. Mangga Gedong Gincu

Mangga (Magifera Indica L.) merupakan buah daerah tropis dan subtropis yang terkenal dengan aroma eksotis dan biasanya disebut sebagai raja buah (Sivakumar, 2010). Mangga juga dikenal sebagai The Best Loved Tropical Fruit

yaitu buah khas daerah tropis yang mahal harganya dan banyak peminatnya di pasaran luar negeri selain manggis dan pisang (Deptan RI, 2007).

Sebagai salah satu buah musiman yang mempunyai prospek baik sebagai komoditas ekspor, mangga diproduksi secara komersial oleh lebih dari 87 negara, diantaranya yang paling menonjol adalah : India, Cina, Thailand, Indonesia, Filipina, Pakistan, dan Meksiko (Tharanathan et al, 2006). Menurut Lebrun et al

(2008), terdapat 49 jenis dan ribuan kultivar mangga. Buah mangga populer di pasar internasional karena rasa yang khas, aroma yang menarik, warna yang indah, dan kandungan gizinya (Arauz, 2000).

Mangga gedong gincu mempunyai keunggulan dibandingkan mangga lainnya karena memiliki aroma lebih tajam, rasa manis segar, dan kulit buah berwarna merah menyala sehingga diminati oleh kelompok konsumen ekonomi menengah ke atas dan konsumen luar negeri. Disebut gedong gincu karena warna kulitnya yang merah-oranye hampir menyerupai gincu pemerah bibir wanita atau lipstik, serta bentuk buahnya bulat. Masyarakat Majalengka menyebut mangga gedong gincu sebagai mangga seraton atau mangga selera keraton karena tampilan yang memikat dan harganya yang cukup mahal, sehingga mangga gedong gincu dicitrakan sebagai mangga untuk konsumsi kalangan elit.

(36)

8

daging mangga gedong gincu akan berwarna merah oranye atau kuning kemerahan.

Mangga gedong gincu memiliki bentuk pohon tegak dengan ketinggian 9 – 15 m, bercabang banyak, berdaun lebat, letak daun mendatar, permukaan daun sempit berbentuk lancip pada dasarnya dan datar pada pucuknya, bentuk malai bunga lancip berwarna merah (Broto, 2003). Jarak tanam yang dianjurkan untuk mangga gedong gincu adalah 8 -10 m. Untuk mendapatkan pohon mangga gedong gincu yang subur, tidak terlalu tinggi, dan berdaun lebat, maka batang dan cabang pohon harus dipangkas saat tanaman berusia 8 bulan. Pohon yang tidak tinggi akan mempermudah saat perawatan dan pemanenan. Tanaman mangga gedong gincu dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (dpl), memiliki curah hujan 750-2.250 mm per tahun, suhu harian 24-28 oC, kelembaban 50-60%, jenis tanah gembur yang mengandung pasir dan kedalaman air 50-150 cm. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul saat hujan. Suhu harian yang ideal untuk pembuahan antara 24 - 40 oC (Rukmana, 2007). Berdasarkan syarat tumbuh tersebut, maka selain cocok tumbuh di wilayah barat (Cirebon, Indramayu, Majalengka), mangga gedong gincu juga cocok tumbuh di wilayah timur (Bali, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku). Namun, dalam praktiknya, untuk wilayah kering perlu memperhatikan pengairannya. Karenanya, mangga gedong gincu banyak dibudidayakan di wilayah Barat (Cirebon, Indramayu, dan Majalengka).

(37)

jika beratnya > 250 g, sedang jika beratnya 200 – 250 g, kecil jika beratnya 150 - 199 g dan sangat kecil jika beratnya 100 – 149 g (Satuhu, 2000).

Secara umum, Codex Stand 184-1993 dan SNI 3164-2009 telah mengatur ketentuan kriteria mutu minimum untuk semua kelas mutu dan pembagian kelas mutu mangga yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Kelas Mutu Mangga Berdasarkan SNI 3164-2009

Kelas mutu Kriteria

Semua kelas mutu (Super, A, dan B)

Syarat minimum : utuh, padat, penampilan segar, layak konsumsi, bersih/bebas dari benda asing yang tampak, bebas dari memar, bebas dari hama dan penyakit, bebas dari kerusakan akibat temperatur rendah dan atau tinggi, bebas dari kelembapan eksternal yang abnormal kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin, bebas dari aroma dan rasa asing, memiliki kematangan yang cukup, serta panjang tangkai buah tidak boleh lebih dari 1 cm.

Kelas Mutu Super Mangga berkualitas super yaitu bebas dari segala jenis cacat.

Kelas Mutu A Mangga berkualitas baik. Cacat yang diperkenankan : sedikit penyimpangan bentuk, cacat sedikit pada kulit akibat tergores atau terbakar matahari, noda akibat getah dan bekas lecet maks 2cm2 (mangga < 250 g) dan 3 cm2 (mangga 250-350 g), serta cacat tidak boleh mempengaruhi daging buah.

Kelas Mutu B Mangga berkualitas baik. Cacat yang diperkenankan : sedikit penyimpangan bentuk, cacat sedikit pada kulit akibat tergores atau terbakar matahari, noda akibat getah dan bekas lecet maks 4 cm2 (mangga < 250 g) dan 5 cm2 (mangga 250-350 g), serta cacat tidak boleh mempengaruhi daging buah.

(38)

10

Tabel 2. Kelas Mutu Mangga Berdasarkan Codex Stand 184-1993

Kelas mutu Kriteria

Semua kelas mutu (Ekstra, I, dan II)

Syarat minimum : utuh, padat, penampilan segar, layak konsumsi, bersih/bebas dari benda asing yang tampak, bebas dari memar, bebas dari hama dan penyakit, bebas dari kerusakan akibat temperatur rendah dan atau tinggi, bebas dari kelembapan eksternal yang abnormal kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin, bebas dari aroma dan rasa asing, memiliki kematangan yang cukup, serta panjang tangkai buah tidak boleh lebih dari 1 cm.

Kelas Mutu Ekstra Mangga berkualitas unggul yaitu bebas dari segala jenis cacat. Diperkenankan cacat sangat kecil, asalkan ini tidak mempengaruhi penampilan produk secara keseluruhan.

Kelas Mutu I Mangga berkualitas baik. Cacat yang diperkenankan : cacat sedikit pada kulit akibat tergores atau terbakar matahari, noda akibat getah dan bekas lecet maks 3cm2 (mangga 200-350 g) dan 4 cm2 (mangga 300-550 g), serta cacat tidak boleh mempengaruhi daging buah.

Kelas Mutu II Mangga yang tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam kelas lebih tinggi, tetapi masih memenuhi persyaratan minimum untuk semua mangga. Cacat yang diperkenankan : cacat bentuk, cacat sedikit pada kulit akibat tergores atau terbakar matahari, noda akibat getah dan bekas lecet maks 5 cm2 (mangga < 250 g) dan 6 cm2 (mangga 250-350 g), serta cacat tidak boleh mempengaruhi daging buah.

(39)

Satuhu (2000), menjelaskan secara umum mutu mangga dibagi menjadi dua kelas yaitu mutu I dan mutu II seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Syarat Umum Mutu Mangga

Karakteristik Mutu I Mutu II

Keseragaman varietas Seragam Seragam

Tingkat ketuaan Tua tidak matang Tua agak matang

Kekerasan Keras Cukup keras

Keseragaman ukuran Seragam Kurang seragam

Jumlah buah cacat (%) 0 0

Kadar kotoran Bebas Bebas

Jumlah buah busuk (%) 0 0

Panjang tangkai buah maks(cm) 1 1 Sumber : Satuhu (2000)

Selain yang telah ditetapkan, adakalanya syarat mutu masih ditambah lagi berdasarkan permintaan pasar (pihak eksportir atau pasar swalayan). Mangga untuk ekspor mempunyai syarat mutu lebih banyak daripada untuk pasar domestik. Satuhu (2000) menerangkan beberapa syarat umum mutu mangga untuk ekspor yaitu : permukaan kulit mulus (tidak berbintik, tidak berlubang, tidak ada

(40)

12

a.Mangga gedong gincu memenuhi kualitas ekspor karena bentuknya normal, mulus dan tidak ada noda.

b. Mangga gedong gincu yang tidak memenuhi kualitas ekspor karena bentuknya yang tidak normal (Satuhu, 2000).

Gambar 1. Mangga gedong gincu untuk ekspor

2.2. Pascapanen Mangga Gedong Gincu

Sesaat setelah dipanen, buah mangga gedong gincu masih melakukan

kegiatan metaboliknya (respirasi dan transpirasi) yang berpengaruh terhadap mutu buah. Karena itu, diperlukan penanganan pascapanen untuk

mempertahankan mutu buah mangga gedong gincu yang dilakukan mulai dari tingkat petani, pengumpul, pedagang, sampai sesaat sebelum ke tangan konsumen akhir. Menurut Setyadjid dan Syaifullah (1992), kerusakan pascapanen buah mangga dapat mencapai 30% yang disebabkan oleh perlakuan pascapanen yang tidak tepat dan adanya serangan hama penyakit.

(41)

Panen

Sortasi dan pencucian

Grading

Pelilinan

Labelling dan pengemasan

Penyimpanan

Pengangkutan

Tidal layak jual

Mutu II dan III/ Grade B dan C

Mutu I /Grade A

Adaptasi

Gambar 2. Diagram alir penanganan pascapanen mangga gedong untuk ekspor (Dewandari et al, 2009)

Hampir serupa dengan konsep SOP mangga gedong untuk ekspor yang disusun oleh Dewandari et al (2009), dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon yang dikeluarkan oleh Deptan tahun 2005, dijelaskan bahwa pascapanen mangga gedong gincu meliputi : pemanenan, pengumpulan di gudang, sortasi, pengkelasan mutu (grading), pelabelan, pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian (Gambar 3).

(42)

14

Panen

Pengumpulan di gudang

Sortasi

Pengemasan

Penyimpanan

Pendistribusian

Tidal layak jual

Pelabelan

Grading

Mutu I dan II /Grade A dan B

Mutu III/Grade C

Gambar 3. Diagram alir penanganan pascapanen mangga gedong gincu (diolah dari Deptan, 2005)

(43)

panen, misalnya tiang yang dilengkapi gunting atau pisau dan keranjang. Waktu panen adalah pagi hari saat suhu tidak tinggi karena dapat mengurangi panas lapang pada buah sehingga dapat mengurangi aktifitas metabolik buah setelah panen. Buah dipetik dengan menyisakan tangkai sekitar 1-2 cm untuk mencegah semburan getah dari tangkai buah mengenai kulit buah yang akan mempengaruhi warna kulit dan menimbulkan peluang terjadinya pembusukan. Kerugian akibat getah pada buah mangga dapat dikurangi dengan menggunakan beberapa metode yaitu : menyisakan tangkai sekitar 1-2 cm, meletakkan buah pada rak panen/hamparan dengan posisi tangkai menghadap ke bawah untuk menghentikan aliran getah, pencelupan dan penyemprotan dengan deterjen, membersihkan getah dari kulit mengunakan larutan 0,5-5% CaCO3, dan mencuci buah di aluminium

sulfat 1%. Dari semua metode tersebut, metode yang direkomendasikan Holmes & Ledger (1992) adalah meletakkan buah segera setelah panen ke dalam rak panen dengan posisi tagkai menghadap ke bawah, karena merupakan metode paling efektif mengurangi kerusakan akibat getah yaitu sekitar 16%.

Sortasi dilakukan untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pasar. Setelah sortasi, mangga dicuci dengan air untuk membersihkan kotoran dan sisa getah yang menempel pada permukaan kulit buah. Kemudian, dilakukan proses grading untuk memisahkan buah berdasarkan standar mutu yang ditetapkan (warna, bentuk, berat, keberadaan bahan asing/kotoran).

Pelilinan dilakukan untuk menekan respirasi dan transpirasi pada buah sehingga dapat memperpanjang umur simpannya. Buah kemudian dikemas untuk melindungi buah dari luka, memudahkan penyimpanan, pengelolaan dan pengangkutan, mencegah kehilangan air, serta memberikan nilai estetika pada konsumen. Kemasan transportasi untuk mangga, umumnya terbuat dari keranjang bambu, keranjang plastik, peti kayu atau kotak karton. Kemasan untuk konsumen biasanya dilakukan di tingkat pedagang eceran yaitu berupa jala busa dan kertas tipis.

(44)

16

terutama ekspor, tahapan proses dalam penanganan mangga gedong gincu meliputi :

1. Pemanenan

Buah mangga dipanen dengan tingkat ketuaan 80-85% yaitu berumur 100 - 120 (hari setelah bunga mekar (hsbm) yaitu saat warna buah hijau dengan

pangkal berwarna kemerahan. Waktu petik yang disarankan adalah pada pukul 07.00 - 08.00 WIB. Perlakuan saat panen juga perlu diperhatikan antara lain : buah tidak dilempar, buah yng telah dipetik tidak langsung terkena sinar matahari, dan buah dipanen dengan menyisakan tangkai 1- 2 cm.

2. Sortasi dan grading

Sortasi dan grading mangga gedong gincu dilakukan manual dengan cara memisahkan dan mengelompokan buah berdasarkan ukuran, tidak cacat, utuh, tidak duduk (bentuk buah datar di ujung), tidak bernoda hitam, tidak berlubang dan tidak tergores.

3. Pelilinan

Pelilinan (waxing) merupakan salah satu alternatif untuk : (a) memperpanjang masa simpan buah. karena dapat menekan laju respirasi buah sehingga dapat menunda proses pematangan, (b) memperbaiki penampilan buah, dan (c) mencegah kerusakan buah akibat serangan antracnose. Pelilinan buah dilakukan dengan cara pencelupan atau penyemprotan menggunakan emulsi lilin selama 10 - 30 detik. Kemudian dilakukan penirisan dan diangin-anginkan. Dari hasil penelitian Dewandari et al (2009), pelilinan 6% yang diikuti dengan penggunaan benomyl 1000 ppm dan 0,125% glossy agent, dapat mempertahankan kesegaran buah hingga mencapai minggu ke-4 dibandingkan dengan buah tanpa pelilinan Meskipun pelilinan merupakan salah satu perlakuan yang direkomendasikan, pelilinan jarang dilakukan di tingkat kelompok tani.

4. Pengemasan

(45)

Kemudian mangga dimasukkan dalam kemasan karton ukuran 40x30x10 cm dan berkapasitas 2 kg per karton.

5. Adaptasi suhu

Adaptasi suhu dilakukan pada cold room (suhu 15 °C selama 24 jam) untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat penyimpanan dingin (chilling injury). Setelah itu buah dipindahkan ke ruang berpendingin dengan suhu 10 °C untuk penyimpanan

6. Penyimpanan

Penyimpanan buah mangga dilakukan dalam suhu dingin untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abnormal atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu lebih lama. Penyimpanan buah mangga juga dapat dilakukan dengan mengkombinasikan penyimpanan Control/Modified Atmosphere (CA/MA) dan suhu dingin.

7. Pengangkutan

Sivakumar et al (2010) merangkum informasi yang tersedia dan hasil berbagai penelitian untuk mempertahankan kualitas buah mangga secara keseluruhan dan untuk mengurangi kerugian pascapanen di sepanjang rantai pasok dengan mengadopsi teknologi pascapanen yang cocok, diantaranya adalah : 1. Pengendalian penyakit pascapanen melalui : penggunaan fungisida, Hot Water

Treatment (HWT), penggunaan mikroba, pengaturan lingkungan ruang

penyimpanan (CA/MA), pengembangan perangkat deteksi dini terhadap adanya penyakit pascapanen.

2. Pengendalian serangan lalat buah melalui : HWT dan Vapour Heat Treatment

(VHT).

3. Pengaturan suhu pematangan.

4. Perlakuan untuk memperpanjang umur simpan, mencegah rusaknya penampilan, mencegah terjadinya chilling injury, dan mempertahankan aroma buah.

5. Penerapan manajemen mutu di sepanjang rantai pasok mangga.

(46)

18

berfokus pada pengendalian penyakit dan mempertahankan mutu yang melibatkan penggunaan fungisida, perlakuan panas (HWT atau VHT), dan manajemen suhu dalam penyimpanan dingin. Manajemen suhu selama penyimpanan dan pengiriman merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi mutu buah segar.

2.2.1. Penyimpanan dingin

Penyimpanan adalah salah satu cara memperpanjang umur simpan, terutama untuk komoditas musiman sehingga dapat mempertahankan nilai komoditas yang disimpan. Umur pemasaran mangga dapat diperpanjang dengan metode penyimpanan yang tepat. Kondisi lingkungan optimal untuk penyimpanan mangga adalah kondisi yang memungkinkan buah tersebut disimpan selama mungkin tanpa banyak kehilangan citarasa, tekstur, dan kadar air. Jangka waktu penyimpanan juga tergantung dengan aktifitas respirasi, ketahanan terhadap kehilangan air, dan tanggapan terhadap mikroorganisme perusak. Kondisi lingkungan penyimpanan yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara pengendalian suhu, kelembaban, sirkulasi udara atau komposisi atmosfirnya (Broto, 2003).

Pengontrolan suhu untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil pertanian sangat penting artinya dalam usaha memperpanjang umur simpan produk tersebut. Metode yang umum digunakan adalah penyimpanan dengan pendinginan karena sederhana dan efektif. Penyimpanan di bawah suhu 15 °C dan

di atas titik beku bahan, dikenal dengan penyimpanan dingin. Menurut Broto (2003),

(47)

laju pertumbuhan mikrobiologis, serta mencegah perkecambahan spora dari beberapa jamur pada bahan yang disimpan.

Beberapa perubahan fisikokimia selama penyimpanan buah adalah : 1. Susut bobot dan kadar air

Susut bobot selama penyimpanan merupakan salah satu parameter mutu yang mencerminkan tingkat kesegaran buah. Semakin tinggi susut bobot, maka buah tersebut semakin berkurang tingkat kesegarannya. Peningkatan susut bobot lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena respirasi lebih cepat terjadi. Kader (1992) menjelaskan bahwa terjadinya susut bobot disebabkan hilangnya air dalam buah dan oleh respirasi yang mengubah gula menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Kehilangan bobot pada buah dan sayuran selama

penyimpanan disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat proses penguapan dan kehilangan karbon selama respirasi. Kehilangan air bukan hanya menyebabkan susut bobot, tetapi juga menyebabkan penampilan buah menjadi kurang menarik, tekstur buruk, dan menurunkan mutu.

2. Kekerasan

Kekerasan buah semakin menurun dengan semakin lama penyimpanan dan penurunan terjadi lebih cepat pada suhu tinggi. Penurunan kekerasan selama penyimpanan terjadi karena perombakan komponen penyusun dinding sel sehingga buah semakin melunak. Winarno (2002) menerangkan bahwa saat buah mulai masak dan menjadi masak, ketegaran buah berkurang karena pektin yang tidak larut (protopektin) telah dirombak menjadi pektin yang larut.

3. Total Padatan Terlarut

(48)

20

4. Total asam

Total asam mangga gedong gincu semakin menurun dengan semakin lama penyimpanan dan penurunan terjadi lebih cepat pada suhu tinggi. Kays (1991) menjelaskan bahwa kandungan asam pada buah akan mengalami penurunan setelah dipanen. Hal serupa dijelaskan juga oleh Pantastico et al (1997) bahwa kandungan asam pada buah akan mencapai nilai maksimum selama pertumbuhan dan perkembangan dan akan menurun selama penyimpanan. Penurunan kandungan asam pada buah terjadi karena digunakan sebagai substrat pada respirasi. Penjelasan tersebut didukung juga oleh Eskin (1980) bahwa penurunan konsentrasi asam organik dalam buah disebabkan oleh penggunaan asam organik dalam siklus krebs respirasi.

5. Warna

Pantastico (1993), menjelaskan bahwa suhu sangat mempengaruhi terjadinya degradasi klorofil dan pembentukan pigmen pada buah dan sayuran sehingga mempengaruhi perubahan warna buah selama penyimpanan.

Kondisi lingkungan optimal untuk penyimpanan mangga adalah kondisi yang memungkinkan buah tersebut disimpan tanpa banyak kehilangan citarasa, tekstur, dan kadar air. Lama penyimpanan pada suhu rendah untuk mangga tergantung varietasnya. Umur simpan mangga pada umumnya terbatas untuk 14 - 21 hari pada suhu 10 -15 °C (Yahia, 1998), 14 - 21 pada suhu 13 °C (USDA, 1968), dan 22 hari pada suhu 15 – 20 °C (Satuhu 2000). Umumnya, penyimpanan pada suhu 12 °C dengan RH 85 – 90% merupakan kondisi optimum untuk mangga (Kader, 1992). Menurut Pantastico et al (1997), suhu yang aman untuk penyimpanan dingin buah mangga adalah 10 - 13°C. Bila disimpan di bawah batas aman tersebut, maka buah akan mengalami chilling injury yang ditandai dengan rasa buah menjadi tidak manis, warna kulit menjadi kusam, pematangan tidak merata, dan terdapat bercak-bercak. Menurut Sivakumar et al (2010), umumnya mangga disimpan dan dikirim pada suhu 8 – 13 0C dan RH 85 – 90% (tergantung varietas, lamanya penyimpanan dan pengiriman). Saat berada di rak jual, mangga sebaiknya disimpan pada suhu 8 – 14 0C.

(49)

dapat disimpan selama 6 hari. Broto (2003) menerangkan bahwa mangga gedong dapat disimpan selama 28 hari pada suhu 10 0C setelah sebelumnya dilakukan adaptasi penyimpanan pada suhu 15 0C selama sehari. Saat dikeluarkan dari ruang penyimpanan dingin, buah tersebut masih bisa matang normal serta bermutu baik dalam waktu 2 - 3 hari pada suhu ruang. Adaptasi penyimpanan mangga gedong gincu pada suhu 15 0C juga dilakukan Rizkia (2004). Selama penyimpanan mangga gedong gincu pada suhu 13 oC, Rizkia (2004) mengamati parameter mutu yang merupakan parameter mutu kritis yaitu : laju respirasi, susut bobot, kekerasan, warna, total padatan terlarut, total kandungan asam, dan uji organoleptik terhadap : penampakan, tekstur, rasa, aroma, warna, dan tingkat penerimaan panelis. Penentuan batas penyimpanan didasarkan pada penampakan buah secara visual yang mengalami kemunduran mutu dan perubahan warna kulit yang mengarah pada kerusakan buah Hasil penelitian tersebut, mangga gedong gincu yang disimpan pada suhu 13 oC dan RH 85 – 90%, diterima baik oleh panelis sampai 21 hari penyimpanan. Saat dikeluarkan dari ruang penyimpanan, buah masih baik 4 - 5 hari pada suhu ruang. Perubahan laju respirasi, susut bobot, kekerasan, warna, total padatan terlarut, total kandungan asam, dan uji organoleptik terhadap : penampakan, tekstur, rasa, aroma, warna, dan tingkat penerimaan panelis pada mangga gedong gincu yang disimpan pada suhu 13 oC dan RH 85 – 90% dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan warna mangga gedong gincu selama penyimpanan pada suhu 13 oC dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perubahan warna mangga gedong gincu selama penyimpanan pada suhu 13 0C (Rizkia, 2004).

0 hr

   14 hr

(50)

22

Tabel 4. Perubahan Parameter Mutu Selama Penyimpanan Mangga Gedong Gincu Pada Suhu 13 0C

Parameter Mutu Pengamatan hari ke-

0 14 21

*) Pengukuran warna dilakukan menggunakan Chromameter (Minolta CR- 200) dengan metode Hunter dan Munsell Color

GY = Green Yellow (hijau kekuningan), semakin kecil nilainya, semakin berkurang warna hijaunya atau bertambah kuningnya.

**) laju respirasi setelah 12 jam dalam ruang penyimpanan (laju respirasi tertinggi selama 24 jam penyimpanan)

***) Uji organoleptik terhadap 10 panelis berdasarkan skala mutu hedonik 1 – 6

2.3. Paramater Mutu Buah Mangga

Mutu hasil hortikultura segar didefinisikan Kader (1992) sebagai kombinasi dari karakteristik dan sifat-sifat yang memberikan nilai komoditas sebagai bahan makanan dan bahan kesenangan. Secara umum mutu akhir buah yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor prapanen (mutu benih/bibit, lingkungan tempat tumbuh, agroklimat dan teknik budidaya tanaman) serta faktor pascapanen (umur petik, pemanenan,dan penanganan hasil panen). Tingkat mutu yang dihasilkan saat prapanen tidak dapat diperbaiki pada saat pascapanen, dan tingkat mutu yang dihasilkan saat prapanen dapat dipertahankan dengan penanganan pascapanen. Pada sepanjang rantai pasok mangga, keberagaman mutu yang dapat ditemukan meliputi ukuran, rasa, warna, aroma, berat, dan bentuk.

(51)

internal (warna daging, kerusakan, tingkat keasaman, dan derajat kemanisan). Komponen mutu eksternal merupakan penilaian pertama yang dapat memberi gambaran tingkat mutu suatu komoditas karena dapat terlihat langsung. Dalam pemasaran, mutu visual merupakan faktor yang sangat penting, karena konsumen akan lebih dulu menilai hal yang terlihat langsung. Komponen yang berhubungan dengan mutu eksternal terdiri dari bentuk, ukuran, warna, kesegaran, kebersihan, kerusakan fisik, dan kerusakan mikrobiologis. Kerusakan atau cacat suatu komoditas dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab dan sangat berpengaruh terhadap mutu visual hasil hortikultura. Cacat fisik seperti keriput, layu, terpotong, tergores, dan memar. Cacat fisiologis meliputi kerusakan akibat penyimpanan di bawah batas suhu penyimpanan optimal, kerusakan akibat terik matahari, memar, dan sebagainya. Cacat patologis adalah pembusukan akibat jamur atau bakteri dan cacat atau kelainan/penyimpangan akibat virus.

Mutu internal merupakan kondisi di dalam komoditas, terutama menyangkut jumlah yang dapat dikonsumsi (tebal kulit, rendemen jus, dan jumlah kerusakan), tekstur, citarasa, dan nilai gizi. Tingkat kekerasan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan tingkat kesegaran (freshness) buah saat dinikmati dan juga berkaitan dengan kemampuan dalam menahan tekanan selama proses pengangkutan dan distribusi. Buah yang lunak bila dikirim jarak jauh akan mengalami kehilangan dan kerusakan cukup tinggi akibat kerusakan fisik. Citarasa merupakan penilaian terhadap rasa dan aroma beberapa komponen dalam suatu komoditas hortikultura. Umumnya, konsumen menilai komponen nilai gizi sebagai bahan pertimbangan di tahap keputusan akhir.

(52)

24

tersebut sehingga freshness merupakan kriteria mutu penting dalam tingkat penerimaan konsumen buah atau sayuran segar. Freshness dijelaskan oleh Kays (1991) sebagai suatu kriteria mutu yang berkaitan dengan tingkat kebersihan (cleanlines) dan tingkat kematangan (maturity) yang merupakan faktor yang memunculkan kondisi pertimbangan mutu termasuk kondisi mutu visual secara umum dari suatu produk. Pada buah segar, freshness menurun dengan semakin meningkatnya maturity dan semakin menurunnya firmness. Penurunan freshness, menyebabkan semakin menurun pula umur simpan (self-life) buah dan tingkat penerimaan (acceptance) konsumen terhadap mutu buah. Hal ini berarti, bahwa untuk mempertahankan mutu buah segar, perlu memperhatikan aspek freshness

buah tersebut. Secara kuantitatif, parameter mutu yang mencerminkan tingkat kesegaran (freshness) buah adalah : susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, total asam, dan perubahan warna. Perubahan susut bobot berbanding lurus dengan semakin tingginya suhu penyimpanan dan lama penyimpanan, sedangkan perubahan tingkat kekerasan dan total asam berbanding terbalik dengan semakin tingginya suhu penyimpanan dan lamanya penyimpanan.

Keberhasilan memperpanjang umur simpan buah-buahan segar ditunjukkan dengan menurunnya laju pemasakan atau tertundanya awal pemasakan dan mencegah kerusakan fisik dan mikrobiologis sehinga freshness dapat dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima oleh konsumen. Hal ini dapat dicapai dengan merubah lingkungan produk segera setelah pemanenan yaitu dengan cara penurunan suhu, penggunaan bahan kimia, memodifikasi atmosfir sekitar produk, atau kombinasi perlakuan tersebut (Irving, 1984).

2.4. Pendekatan Sistem

(53)

model matematika, mampu berpikir kuantitatif, penggunaan teknik simulasi dan optimasi, serta diaplikasikan dengan bantuan komputer. Adakalanya lingkungan nyata terlalu rumit sehingga sekedar untuk memahaminya ataupun untuk

mengkomunikasikan dengan orang lain diperlukan sebuah model yang representatif.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa untuk kondisi tertentu perlu membangun

sebuah model yang mewakili sistem nyata serta mempelajarinya sebagai pengganti

sistem nyata. Teori dasar yang dapat digunakan dalam pendekatan sistem adalah :

model matematik, analisa fungsi model matematik, teori kontrol, teori estimasi, dan teori keputusan.

2.4.1. Pemodelan Sistem

Elemen aktifitas pembuatan model disebut Eriyatno (1999) sebagai pemodelan. Menurut Marquez (2010), pemodelan adalah proses menghasilkan model sebagai representasi abstrak dari beberapa entitas dunia nyata, proses atau sistem. Jadi pemodelan sistem dapat diartikan sebagai proses menghasilkan model sebagai gambaran atau representasi dari suatu sistem. Klasifikasi pemodelan sistem dapat dilihat pada Gambar 5.

Sistem

Ekperimen dengan sistem

nyata

Eksperimen dengan model

sistem

Model fisik Model

matematika

Penyelesaian

analitis Simulasi

Gambar 5. Klasifikasi Pemodelan Sistem (Law and Kelton, 1991 dalam Manona dan Soetopo, 2008)

(54)

26

bermanfaat dan bernilai cukup untuk pemodelan berkaitan dengan kinerja sistem yang akan dihasilkan. Rekayasa model dilakukan untuk menentukan jenis model yang akan digunakan sesuai dengan tujuan dan karakteristik sistem. Pada tahap rekayasa model dilakukan asumsi model, konsistensi internal pada struktur model, data input dan pendugaan parameter, hubungan fungsional antar peubah kondisi aktual, dan membandingkan model dengan kondisi aktual. Pada tahap implementasi komputer, model diwujudkan dalam bentuk berbagai persamaan. Pada tahap ini, dilakukan pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer mampu melakukan simulasi dari model yang dikaji. Validasi dilakukan untuk menyimpulkan apakah model sistem merupakan perwakilan yang sah dari keadaan nyata yang dikaji sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Validasi dapat dimulai dengan uji sederhana meliputi pengamatan tanda aljabar, tingkat kepangkatan dari besaran, format respon (linier, eksponensial, logaritma, dan sebagainya), arah perubahan peubah jika parameter diganti-ganti, serta nilai peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem.

Prinsip pemodelan sistem tidak terlalu menitik beratkan kepada bentuk model apa untuk merancang sebuah sistem. Bentuk model bebas, bisa menggunakan bentuk apa saja sesuai dengan keinginan kita. Bentuknya bisa berupa narasi, prototipe atau gambar, yang terpenting adalah harus mampu merepresentasikan visualisasi bentuk sistem yang diinginkan oleh pengguna (user), karena sistem akhir yang dibuat bagi pengguna akan diturunkan dari hasil model tersebut.

2.4.2. Model Matematik Dalam Pemodelan Sistem

(55)

Marquez (2010), mendefinisikan model sebagai representasi dari sesuatu, yaitu deskripsi sederhana dari sebuah elemen atau proses yang komplek. Model dapat berupa model fisik (maket atau prototipe), model citra (gambar, komputerisasi,grafis), model simbolik atau simbol abstrak (formulasi matematik) yang dikenal dengan model matematik. Jika formulasi model adalah sederhana maka solusinya cukup diperoleh secara analitis (model analitik), tetapi jika sangat komplek, solusinya harus menggunakan teknik komputasi numeris (disebut dengan model simulasi). Dari sistem yang sama dapat dibangun model yang sederhana sampai model yang komplek tergantung pada persepsi, kemampuan, dan sudut pandang peneliti sistem tersebut.

Gambar

Tabel 1. Kelas Mutu Mangga Berdasarkan SNI 3164-2009
Tabel 2. Kelas Mutu Mangga Berdasarkan Codex Stand 184-1993
Gambar 1. Mangga gedong gincu untuk ekspor
Gambar 2.  Diagram alir penanganan pascapanen mangga gedong untuk ekspor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode spektoskopi NIR dapat digunakan untuk memprediksi secara non destruktif kandungan total padatan terlarut dan padatan tidak terlarut mangga Gedong Gincu dengan baik,

Berdasarkan analisis Multiatribut Fishbein, atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah mangga Gedong Gincu di Pasar Tradisional Kota

Identifikasi buah Mangga Gedong Gincu Cirebon berdasarkan citra RGB menggunakan JST mendapatkan akurasi sebesar 66,6% pada epoch 2500 dengan jumlah variasi neuron 2

Objek penelitian ini adalah Perilaku Petani Mangga Gedong Gincu dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Tempat dilaksanakannya penelitian di

Tahapan perkembangan EES mangga Gedong Gincu yang terbentuk dari EEP memiliki pola seperti tersaji pada Gambar 1 yaitu fase proembyro (PE), embrio fase globular (EG), embrio

Tingginya nilai efisiensi operasional pada tingkat produsen disebabkan produk atau komoditi yang dihasilkan oleh produsen (petani) mangga gedong gincu membutuhkan

Objek penelitian ini adalah Perilaku Petani Mangga Gedong Gincu dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Tempat dilaksanakannya penelitian di

Inokulum yang digunakan adalah dua tipe EEP mangga Gedong Gincu klon 289 yaitu embrio fase proembryo dan embrio fase kotiledon ( cotiledonary stage ), dikulturkan dalam media