• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Rawan Gempa bumi

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi dalam bentuk gelombang. Komponen merusak gempa bumi dapat berbentuk getaran dan amblesan. Tingkat daya rusak gempa bumi tergantung dari intensitas gempa bumi, lama kejadian, jarak pusat gempa, kondisi geologi setempat, serta kondisi bangunan setempat. Penyebab terjadinya gempa bumi merupakan proses tektonik akibat pergerakan lempeng bumi, aktivitas sesar dipermukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal (tanah longsor), aktivitas gunung api, dan ledakan nuklir.

Gempa Bumi adalah akibat dari lepasnya energi secara tiba-tiba dalam kerak bumi yang menimbulkan gelombang seismik. Gempa Bumi dicatat dengan seismograf. Intensitas atau getarannya diukur dengan skala MMI (Modified Mercalli Intensity).

2-34 Besarnya gelombang dari suatu Gempa Bumi secara konvensional dilaporkan yang paling sering dicatat menggunakan Skala Richter. Klasifikasi potensi gempa bumi menurut Mangnitudo (skala richter) di Kabupaten Aceh Besar sebagai berikut:

• 0,3 – 0,4 : Kecamatan Leupung dan Kecamatan Lhoong.

• 0,4 – 0,5 : Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan Seulimeum, dan Kecamatan Seulawah. • 0,5 – 0,6 : Seluruh kecamatan.

B. Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu Tsu berarti pelabuhan, nami berarti gelombang. Kata tsunami menjadi bahasa dunia, setelah gempa besar 15 Juni 1896, menimbulkan gelombang besar yang melanda kota pelabuhan Sanriku (Jepang) serta menewaskan 22.000 orang Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa

2-35 bumi, tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih.

Masyarakat Aceh memiliki 2 kosakata asli untuk Tsunami. Masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Simeulue memiliki kosakata Smong untuk kejadian tsunami. Sedangkan masyarakat Aceh di daratan memberi nama tsunami sebagai Ie Beuna. Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) dapat mencapai sekitar 25-100 km/jam. Kejadian tsunami di Aceh pernah terjadi pada tahun 1797, 1891, 1907 dan 2004. Kejadian tsunami 26 Desember 2004 mengakibatkan 126.915 jiwa meninggal, 37.063 jiwa hilang, kira-kira 100.000 jiwa menderita luka berat dan luka ringan disertai 517.000 unit rumah hilang.

Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang disebabkan oleh pergeseran badan air dalam volume yang amat besar, misalnya lautan. Istilah Tsunami berasal dari

Bahasa Jepang yang bisa diartikan sebagai "ombak besar di pelabuhan”. Tsunami sering

terjadi di Jepang; Karena besarnya volume air dan energi yang timbul, tsunami dapat menghancurkan wilayah pantai dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang sangat banyak di karenakan kecepatan gelombang air tersebut lebih cepat dari pada larinya manusia. Selain itu juga gempa bumi, letusan gunung api dan letusan di bawah air lainnya (detonasi senjata nuklir di laut), tanah longsor dan pergerakan besar lainnya, serta gangguan lainnya di atas atau di bawah air, semuanya mempunyai potensi menimbulkan tsunami.

Kejadian tsunami di Aceh pernah terjadi tahun 1797, 1891,1907 dan 2004. Kejadian tsumani 26 Desember 2004 meliputi kawasan pesisir radius 5 km dari garis pantai dengan ketinggian di bawah 50 meter dari permukaan laut Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter. Wilayah yang cukup luas rawan gelombang pasang adalah Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Pulo Aceh, Lhoong dan Leupung.

2-36

C. Gunung Api

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan

istilah “erupsi”. Setiap gunung api memiliki karakteristik erupsi yang berbeda-beda dan

berpotensi sebagai ancaman serta memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau material yang dihasilkannya. Apabila gunung api meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma gunung api keluar sebagai lahar atau lava. Letusan gunung api dapat menghasilkan Gas vulkanik; Lava dan aliran pasir serta batu panas; Lahar; Tanah longsor; Gempa bumi; Abu letusan; dan Awan panas (piroklastik).

Klasifikasi Gunung api di Indonesia :

- Tipe A: gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

- Tipe B: gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.

- Tipe C: gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Ada 1 (satu) gunung api aktif tipe A di Aceh Besar, yakni Gunung Seulawah Agam di Aceh Besar. Struktur gunung api terdiri dari:

struktur kawah yang merupakan bentuk morfologi negatif atau depresi akibat suatu kegiatan ;

gunung api yaitu dimana bentuknya relatif bundar;

kaldera yang bentuk morfologinya seperti kawah, tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km;

rekahan dan graben, merupakan retakan-retakan atau patahan pada tubuh gunung api yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan paralel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben.

depresivolkano - tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang

2-37 asam ke permukaan, yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

Pada peristiwa Gunung Api, lava, tephra (abu, lapilli, bongkahan batu), dan berbagai gas, dikeluarkan dari rekahan Gunung Api. Beberapa Gunung Api dapat mengeluarkan hanya satu tipe karakteristik letusan selama satu periode aktivitas, sementara Gunung Api lainnya dapat menunjukkan serangkaian tipe letusan. Letusan Gunung Api timbul melalui tiga mekanisme utama: (1) Lepasnya gas dengan dekompresi yang menyebabkan letusan magma, (2) Kontraksi panas yang menyentuh air dan menyebabkan letusan

phreatomagmatic dan (3) Penyemburan partikel selama letusan-letusan asap yang

menyebabkan letusan phreatic.

Klasifikasi lahar dan abu di Kabupaten Aceh Besar berada di kecamatan: • Hazard Zone 1: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah. • Hazard Zone 2: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah. • Hazard Zone 3: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah.

D. Tanah Longsor / Gerakan Tanah

Tanah Longsor adalah fenomena geologis yaitu pergerakan tanah, misalnya jatuhnya bebatuan, aliran reruntuhan, yang bisa terjadi di lepas pantai, pinggir pantai dan di daratan. Walaupun penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi, ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Secara khusus, faktor-faktor pre-

conditional membangun kondisi sub-permukaan khusus yang menyebabkan areal/lereng

tersebut menjadii rawan, sedangkan tanah longsor yang sebenarnya sering membutuhkan pemicu (misalnya hujan lebat atau gempa bumi) sebelum terjadi longsor.

Gerakan Tanah dapat dipahami sebagai salah satu proses geodinamik, yang berupa proses perpindahan massa tanah atau batuan penyusun lereng, akibat terjadi gangguan kestabilan pada lereng tersebut. Kestabilan suatu lereng dapat dikontrol oleh berbagai faktor, yaitu morfologi (kemiringan dan bentuk lereng), batuan penyusun lereng, struktur geologi, kondisi hidrologi lereng dan jenis pemanfaatan lahan pada lereng Aceh terdiri dari wilayah-wilayah yang sebagian besar merupakan perbukitan atau pegunungan sehingga

2-38 banyak dijumpai lahan miring ataupun bergelombang. Lereng pada lahan yang miring ini berpotensi untuk mengalami gerakan massa tanah atau batuan. Temperatur dan curah hujan yang tinggi sangat mendukung terjadinya proses pelapukan batuan pada lereng (proses pembentukan tanah), akibatnya lereng akan tersusun oleh tumpukan tanah yang tebal. Lereng dengan tumpukan tanah yang lebih tebal relatif lebih rentan terhadap gerakan tanah. Klasifikasi gerakan tanah di Kabupaten Aceh Besar antara lain:

• Rendah : semua kecamatan kecuali Kecamatan Peukan Bada.

• Menengah: semua kecamatan kecuali Kecamatan Ingin Jaya dan Kecamatan Krueng Barona Jaya.

• Tinggi : Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung, Kecamatan Lhoong, Kecamatan Indrapuri, dan Kecamatan Kuta Cot Glie.

E. Rawan Banjir

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi Banjir bandang adalah banjir di daerah permukaan rendah yang terjadi akibat hujan yang turun terusmenerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Penyebab banjir adalah: 1. Banyaknya daerah resapan yang berubah fungsi menjadi bangunan;

2. Saluran air yang tidak berfungsi optimal; 3. Air laut ketika terjadi pasang;

4. Tanah kurang dapat menahan air; 5. Penggundulan hutan.

Penanganan banjir secara teknis yaitu:

1. Penanganan daerah rawan banjir dengan menaikkan dasar bangunan dan menaikkan elevasi permukaan tanah;

2-39 2. Penanganan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), yaitu : Mengurangi debit banjir, seperti

dengan membangun waduk dan bendungan di daerah hulu dan sumur resapan;

3. Melayani debit banjir, seperti dengan melakukan normalisasi alur sungai, membangun tanggul dan dinding penahan banjir, saluran by pass (sudetan), dan sistem polder dan pompa.Mengendalikan erosi dan sedimen, seperti melakukan: terracing, penanaman pohon secara segaris, pembuatan saluran di lereng, pembangunan dam penahan (check dam), dinding penahan tebing (Streambank protection) dan pembangunan jetty di muara;

4. Persiapan menghadapi banjir, seperti melakukan pembuatan peta banjir, sistem peringatan dini untuk banjir dan siaga terhadap terjadinya banjir.

TDMRC melakukan kompilasi 4 data banjir yang dimiliki yaitu, data dari Land System Bakosurtanal, hasil permodelan banjir dengan SOBEK dari Sea Defence Consultant, data kejadian banjir dari Balai Wilayah Sungai Sumatera I dan hasil survey banjir yang dilakukan oleh TDMRC. Hasil kompilasi semua data menghasilkan satu peta area genangan banjir (dengan klasifikasi) untuk Aceh besar berada pada Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, dan Kecamatan Darussalam. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.16.

F. Abrasi

Abrasi merupakan jenis bencana yang disebabkan oleh arus atau gelombang yang mengganggu angkutan sedimen. Peristiwa abrasi dapat ditemui di tepi pantai dan di tepi sungai. Gelombang dan arus laut dapat menyebabkan terjadinya abrasi dan erosi di pantai. Di samping itu, sebab-sebab alami lain juga dapat menyebabkan abrasi pantai. Abrasi pantai dapat ditandai dengan mundurnya garis pantai atau hilangnya sejumlah daratan pantai. Proses abrasi pantai memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan bencana alam lainnya seperti banjir dan tanah longsor. Biasanya, butuh waktu bertahun- tahun sehingga bencana abrasi biasanya berdampak negatif terhadap pemukiman penduduk, fasilitas publik, pelabuhan, jalan dan jembatan, serta lahan perkebunan rakyat. Peristiwa abrasi telah menjadi masalah serius di hampir semua kabupaten/kota yang ada di

2-40 Aceh yang memiliki garis pantai.Dalam 10 tahun terakhir ini, di pantai Barat-Selatan Aceh telah terjadi abrasi pantai di Kabupaten Aceh Besar.

Selain abrasi pantai, Aceh juga mencatat beberapa kejadian abrasi sungai. Abrasi sungai ditandai dengan runtuhnya tebing sungai akibat gerusan aliran sungai. Abrasi sungai yang pernah dilaporkan terjadi di Aceh Besar (Krueng Aceh).

G. Angin Puting Beliung

Puting Beliung adalah angin kencang dan berbahaya yang bergerak melingkar hingga menyentuh permukaan bumi dan awan cumulonimbus atau, dalam sedikit kasus, awan cumulus. Puting Beliung datang dengan berbagai bentuk dan ukuran, tetapi secara tipikal berbentuk gumpalan corong yang ujungnya menyentuh permukaan bumi dan sering disertai dengan puing-puing dan debu. Klasifikasi angin puting beliung yang ada di Kecamatan Aceh Besar meliputi:

• Bahaya Rendah: Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Imarah, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Kuta Baro, dan Kecamatan Montasik.

• Bahaya Menengah: Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Montasik dan Kecamatan Indrapuri.

• Bahaya Tinggi: Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Montasik, Kecamatan Indra Puri, Kecamatan Peukan Bada, dan Kecamatan Lhoknga.

H. Kekeringan

Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata- rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Badan Klimatologi Indrapuri, Aceh Besar memberi peringatan dini memasuki kemarau pada bulan Juni 2010, agar masyarakat mewaspadai terjadinya

Dokumen terkait