• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Habitat Siput Gonggong

4.6. Potensi Reproduksi 1. Nisbah Kelamin

Gambar 18. Kurva hubungan panjang berat siput gonggong (strombus turturella) anakan (neuster) di Tel.Klabat

4.6. Potensi Reproduksi 4.6.1. Nisbah Kelamin

Secara morfologi organ reproduksi terdiri atas organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam. Organ reproduksi luar mudah terlihat apabila siput gonggong sedang aktif dengan mengeluarkan sebagian tubuhnya dari dalam cangkang. Organ reproduksi luar tersebut adalah penis pada siput jantan dan genital pore ( lubang genital ) dan vagina ( female opening ) pada siput betina ( Gambar 19 ).

Gambar 19. Organ reproduksi luar pada siput gonggong (Dody,2009). Sistem reproduksi seksual siput gonggong berdasarkan alat kelamin jantan dan betina (dioecious) terdapat pada individu yang berbeda.

48

Menurut Barnes (1988); Chaitanawisuti N dan Kritsanapuntu A. (1997) , lebih dari 99% hewan invertebrata melakukan reproduksi seksual. Dari hasil penelitian diperoleh siput gonggong yang dewasa, berjenis kelamin jantan berjumlah 652 individu (35%) dan jenis betina 940 individu (51%) serta anakan ( veliger ) berjumlah 267 individu (14%) (Gambar 20).

Gambar 20. Jumlah dan persentase siput gonggong (Strombus turturella) jantan dan betina di Teluk Klabat.

Rasio kelamin (sex ratio) antara siput jantan dan betina selama pengamatan berkisar antara 0,35 – 0,51. Rasio ini memperlihatkan bahwa populasi siput betina lebih banyak dibandingkan dengan populasi siput jantan. Hal ini diperkirakan saat pengambilan sampel pada bulan Mei-Juli yang merupakan bulan pemijahan untuk siput gonggong di Tl. Klabat.

Menurut Amini (1986), dari hasil penelitiannya di Kep. Riau, siput gonggong mencapai tingkat dewasa dan melakukan pemijahan pada bulan Mei-Oktober. Selanjutnya Dody (2009) mendapatkan puncak pemijahan siput gonggong (Strombus turturella) di Tl.Klabat terjadi pada bulan Mei dan Oktober.

Menurut Yulianda dkk (2000), hal ini kemungkinan ada kaitannya dengan sistem reproduksi dioceous dan sistem pembuahan internal, pembentukan organ kelamin jantan lebih lambat dibandingkan organ kelamin betina, sehingga keong macan yang matang kelamin akan lebih banyak pada populasi keong macan betina, puncak kematangan gonad terjadi pada bulan Juli dengan rasio 0,72. Menurut Yulianda dan Danakusuma (2000), keong jantan akan lebih aktif mendekati keong betina apabila keong betina mencapai siklus reproduksi puncak (matang gonad) atau rasio kelamin mencapai jumlah terbesar. Hal yang sama

49

disampaikan oleh Dody (2009), dari hasil pengamatan dilaboratorium didapatkan, siput gonggong jantan lebih aktif dibandingkan siput betina.

4.6.2. Fekunditas

Fekunditas diartikan sebagai jumlah telur yang matang sebelum dikeluarkan pada waktu memijah, fekunditas demikian merupakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak (Effendie, 1992). Pengamatan fekunditas bertujuan untuk mengetahui potensi reproduksi siput yang dilakukan hanya pada individu betina (Stoner, A.W. dan M. Ray-Culp, 2000). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siput gonggong melakukan pemijahan di alam pada bulan Mei dan Juni (Gambar 21),

Gambar 21. Jumlah koloni telur siput gonggong (Strombus turturella) yang di lepaskan ke alam.

Siput gonggong menghasilkan telur yang terbungkus dalam satu kapsul yang berisi telur yang sudah dibuahi. Telur-telur yang dipijahkan terbungkus dalam kapsul dan membentuk rantai. Jumlah koloni kapsul yang dihasilkan siput gonggong berjumlah 173 kapsul pada bulan Mei, di bulan Juni didapatkan 79 kapsul dan bulan Juli sebanyak 70 kapsul (Gambar 22). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh seekor induk betina berkisar antara 75 ribu hingga 95 ribu butir.

50

Gambar 22. Jumlah Koloni Telur siput gonggong (Strombus turtrella) di Ds Romodong, Teluk Klabat

Rangkaian rantai yang berisi kapsul telur bentuknya cukup kompak dan tidak mudah putus (Gambar 23).

Gambar 23. Koloni telur siput gonggong hasil pemijahan secara alami di laboratorium (Dody, 2009).

Hasil analisis gonad secara morfologi menunjukkan bahwa kondisi gonad gonggong berada dalam fase awal perkembangan. Induk gonggong yang siap memijah menunjukkan proporsi volume gonad yang tinggi dibandingkan dengan volume kelenjar pencernaan. Proporsi antara volume gonad dengan kelenjar pencernaan pada gastropoda dapat dipakai untuk mengetahui kondisi gonad yang siap memijah (Lee, 2001; Erick B C et al, 2005) (Gambar 24).

51

Gambar 24. Morfologi gonad siput gonggong yang siap memijah (Dody, 2009).

Telur siput gonggong berbentuk bulat dengan rata-rata ukuran diameternya adalah 220µm (Gambar 25).

Gambar 25. Butiran-butiran telur siput gonggong yang terlindung didalam kapsul dan juga tersusun membentuk rantai di dalam lapisan pelindung.

Butiran-butiran sel telur yang dipijahkan tersebut terbungkus di dalam

kapsul berisi larutan gel yang dilapisi membran tipis. Seluruh kapsul tersebut

juga terbungkus dalam suatu membran tipis sebagai pelindung dan tersusun membentuk rantai panjang, sehingga telur-telur tersebut terlindungi dari serangan predator selama proses perkembangannya sebelum menetas.Menurut Cob Z C

52

(2007), pada saat dipijahkan dari induknya, butiran telur merupakan satu sel tunggal yang terbungkus dalam tiap kapsul. Menurut Dody (2009), siput gonggong yang berada di Teluk Klabat melakukan pemijahan pada bulan Mei dan Oktober.

4.6.3. Tingkat Kematangan Gonad

Perkembangan gonad merupakan bagian dari proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan. Tingkat kematangan gonad pada siput gonggong berdasarkan morfologi gonad dibagi menjadi empat tahap dan diakhiri dengan tahapan memijah. Pada fase awal perkembangan gonad ( TKG I ) jenis kelamin siput gonggong sangat sulit dibedakan, pada fase ini panjang cangkang siput gonggong umumnya berukuran < 38 mm, organ kelaminnya belum berkembang. Pada ukuran cangkang > 38 mm, organ testis dan ovarium mulai terlihat (TKG II), testis ditandai dengan warna kekuning-kuningan dan ovarium ditandai dengan warna kecoklatan. Menurut Yulianda (2003), keong macan pada TKG II, organ kelamin luar seperti penis, vagina (female opening) dan lubang genital (genital pore) belum terbentuk atau belum tampak jelas. Saluran sperma (sperm duct) sudah mulai terlihat. Saluran sperma bermuara dibagian kepala sebelah kanan dekat tentakel, pada bagian tersebut nantinya akan tumbuh tonjolan daging yang disebut penis. Organ colon lubang vagina pada keong betina terlihat berupa garis tipis yang melintang dari kiri kekanan dibagian bawah kaki siput. Pada fase ini, lubang genital sudah mulai terbentuk dan terletak pada bagian atas kanan kepala dibawah mantel. Bentuk saluran lubang genital belum sempurna. memperlihatkan adanya perbedaan panjang cangkang antara siput jantan dan betina. Kisaran panjang cangkang pada keong jantan 20 – 32 mm dan keong betina 20 – 28 mm (Yulianda, 2003). Perkembangan gonad dewasa (TKG III) ditandai dengan membesarnya volume bagian testis dan ovarium, warna testis semakin oranye dan warna ovarium semakin coklat dan menempati hampir sepetiga gonad (Yulianda, 2003). Pada siput gonggong, ukuran panjang cangkang siput gonggong jantan dewasa kelamin berkisar antara 44 – 51mm dan siput betina dewasa berkisar antara 47 – 54 mm. Dan mencapai kematangan gonad pada panjang cangkang untuk jantan 51 mm dan betina 54 mm. Selanjutnya menurut Yulianda (2003), keong macan jantan mencapai kematangan gonad yang

53

pertama kali pada panjang cangkang rata-rata 38 mm dan keong betina pada panjang cangkang 40 mm.

4.6.4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Perkembangan gonad secara kuantitatif dapat diamati dengan indeks kematangan gonad, yaitu perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendi, 1997). Berdasarkan indeks kematangan gonad (IKG), perkembangan gonad siput mencapai puncak dua kali dalam satu tahun (Gambar 21) yaitu pada bulan Mei dan bulan Juni. Menurut Dody (2009), waktu kematangan gonad tidak persis sama antara siput jantan dan siput betina. Secara morfologi, gonad siput gonggong betina lebih cepat mencapai kematangan gonad dibandingkan siput gonggong jantan.

Gambar 26. Puncak pemijahan siput gonggong (Strombus turturella) di alam Siput gonggong betina telah mencapai IKG pada bulan Maret terus meningkat sampai bulan April, dimana pada bulan April gonad jantan baru mulai ada tanda-tanda kenaikan, memasuki bulan Mei terjadi puncak pemijahan baik siput jantan maupun siput betina. Puncak pemijahan ini terus meningkat sampai bulan Juni, pada siput gonggong jantan IKG mencapai puncaknya pada bulan Juli, pada saat yang bersamaan terjadi penurunan IKG siput gonggong betina.

Kematangan gonad pada keong macan sangat mempengaruhi pertumbuhan somatiknya (Yulianda, 2003). Selanjutnya dikatakan, pada periode puncak pematangan gonad keong macan jantan dan betina, pertumbuhan somatik mengalami penurunan. 0 20 40 60 80

Mar A pr Mei Jun Jul A gt S ep Okt Nop

PER SEN TA SE BULAN Jantan B etina 0 20 40 60 80

Mar A pr Mei Jun Jul A gt S ep Okt Nop

PER SEN TA SE BULAN Jantan B etina

54

Dokumen terkait